View of IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH PAUD KABUPATEN JEMBER
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 1
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI SEKOLAH PAUD KABUPATEN JEMBER
Renalatama Kismawiyati
Prodi PLB, IKIP PGRI Jember
renalatama@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus di sekolah PAUD Kabupaten Jember. Desain penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek
Penelitian ini adalah guru-guru di tiga sekolah PAUD di Kabupaten Jember. Hasil
temuan penelitian ini 1) Pelaksanaan identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di
sekolah PAUD Kabupaten Jember tidak berjalan dengan baik. 2) Faktor yang
menghambat adalah kurangnya sosialisasi ahli terkait tentang pentingnya
pelaksanaan identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah PAUD, kurangnya
pengetahuan dan pemahaman guru PAUD tentang Anak Berkebutuhan Khusus serta
kurangnya pelatihan yang didapat oleh guru PAUD mengenai cara mengidentifikasi
ABK.
Kata kunci : Identifikasi, Anak Berkebutuhan Khusus, Sekolah PAUD
PENDAHULUAN
penjaminan
serta
usaha
pemerintah
Paradigma terhadap anak berkebutuhan
tentang
khusus semakin berkembang menjadi
ditetapkan guna pemenuhan hak demi
lebih baik, dimana hal tersebut terlihat
terwujudnya
dengan penerimaan masyarakat luas
kesejahteraan
anak
yang mulai berubah menjadi positif,
khusus.
yang
kebijakan-kebijakan
Hal
kesetaraan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
yang
dan
berkebutuhan
demikian
ini
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 2
memberikan kesempatan yang lebih luas
di sekolah reguler dapat dilakukan oleh
bagi anak berkebutuhan khusus untuk
guru dengan menggunakan panduan
mendapatkan pelayanan yang sesuai
identifikasi sederhana untuk melakukan
dengan kebutuhan, karakteristik dan
penjaringan
potensinya
menemukan
khususnya
di
bidang
pada
anak
anak-anak
untuk
yang
pendidikan. Menurut Swassing (1985),
memerlukan layanan pendidikan khusus.
identifikasi memiliki dua konsep yaitu
Dari proses identifikasi nantinya akan
konsep penyaringan (screening) dan
didapatkan hasil yang kemudian akan
identifikasi actual (actual identification).
dijadikan bahan penanganan anak lebih
Identifikasi anak berkebutuhan khusus
lanjut disesuaikan dengan kebutuhan,
merupakan salah satu upaya tahapan
karakteristik, dan potensi anak. Secara
awal
dilakukan sedini
khusus identifikasi ABK dimaksudkan
mungkin sebagai usaha untuk menemu
untuk beberapa keperluan, antara lain
kenali anak yang memiliki kebutuhan
Penjaringan/Screenning,
khusus baik dari segi fisik, motorik,
Pengalihtanganan/Referal,
kognitif,
emosional,
(Asesmen), Perencanaan Pembelajaran,
diketahui
Pemantauan Kemajuan Pembelajaran,
yang
dapat
bahasa,
sosial,
neurologis.
Semakin
dini
kebutuhan
khususnya
maka
akan
Klasifikasi
dan Follow Up.
semakin cepat diberikannya intervensi
Identifikasi adalah langkah strategis
atau layanan yang sesuai sehingga akan
karena dengan data yang bukan hanya
meminimalisir
sekedar informasi tapi sebagi acuan
kekurangannya
dan
memaksimalkan kemampuannya.
Identifikasi
nantinya
untuk
dapat
melayani kebutuhan anak yang pada
seorang guru, orang tua maupun tenaga
dasarnya memang memiliki kemampuan
keprofesionalan
sehingga
yang berbeda-beda. Data tersebut akan
guru
mampu
membantu guru untuk dapat mencapai
identifikasi
anak
tujuan pembelajaran, melakukan analisis
melakukan
dilakukan
guru
oleh
seharusnya
dapat
bahan
lainnya,
setiap
berkebutuhan khusus pada siswanya.
intruksional,
Identifikasi pada anak yang bersekolah
pembelajaran, memilih media yang akan
menyusun
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
strategi
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 3
dipakai, dan merancang evaluasi yang
potensinya. Lebih lanjut Kirk dan
tepat dengan langkah yang mantap.
Gallagher (1979) memaparkan bahwa
Identifikasi anak berkebutuhan khusus
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak
yang dilaksanakan sejak dini di sekolah
yang menyimpang dari rata-rata normal
PAUD adalah upaya awal yang baik
dalam hal 1) Karakteristik mental, 2)
untuk
tercapainya
Kemampuan sensorik, 3) Karakteristik
tujuan pendidikan di PAUD. Anak
neuromotor atau fisik, 4) Perilaku sosial,
berkebutuhan khusus yang terjaring
5) Kemampuan berkomunikasi dan 6)
melalui
perlu
Gabungan
untuk
tersebut. Anak berkebutuhan khusus
memaksimalkan
proses
dilakukan
identifikasi,
langkah-langkah
dari
berbagai
kelainan
pemberian bantuan pendidikan khusus
bukan
sesuai kebutuhannya yang dilakukan
karakteristik fisik, intelektual, sosial dan
oleh
emosional yang lebih rendah tetapi
tenaga
identifikasi
ahli.
dini
Pelaksanaan
penting
dilakukan
mereka
hanya
anak
yang
yang
bisa
jadi
memiliki
memiliki
khususnya di tingkat pendidikan usia
intelektual lebih tinggi dari anak pada
dini, karena hal ini akan berdampak
umumnya atau anak seusianya.
besar bagi keberlanjutan pertumbuhan
Anak berkebutuhan khusus mempunyai
dan perkembangan anak khususnya anak
hak yang sama dengan anak lain dan
berkebutuhan khusus.
dapat hidup mandiri, berprestasi sesuai
Hallahan
and
Kauffman
(1986:5)
dengan minat
dan potensi yang
menyebutkan bahwa anak berkebutuhan
dimiliki.
khusus adalah mereka yang secara
berkebutuhan khusus berdasarkan Hasil
signifikan berada di luar rerata normal,
Identifikasi adalah 1) Tunanetra, 2)
baik dari segi fisik, inderawi, mental,
Tunarungu
sosial, dan emosi sehingga mengalami
Tunagrahita,
hambatan
dan
Tunalaras, 6) Autisme (ASD), 7) ADD
berkembang secara optimal, sehingga
dan ADHD, 8) Anak Berbakat, 9) Anak
memerlukan
lamban belajar, 10) Anak berkesulitan
untuk
tumbuh
pelayanan
pendidikan
khusus yang sesuai untuk memenuhi
Pengelompokan
anak
dan
Tunawicara,
3)
4)
Tunadaksa,
5)
belajar.
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 4
Dari hasil observasi awal di dua PAUD
menguji
kabupaten Jember
menggambarkan
pada umumnya
hipotesis,
tapi
suatu
hanya
fenomena
identifikasi anak berkebutuhan khusus
keadaan yang diteliti dengan apa adanya
belum
serta
diterapkan
secara
Kenyataan yang terjadi,
permasalahan
yang
optimal.
banyaknya
timbul
tentang
diarahkan
fakta-fakta,
sistematis
untuk
memaparkan
kejadian-kejadian
dan
akurat.
secara
Penelitian
perkembangan anak di sekolah PAUD.
deskriptif yang dimaksudkan untuk
Berdasarkan fokus penelitian, maka
mengumpulkan
tujuan yang akan dicapai, adalah sebagai
status suatu gejala yang ada, yaitu
berikut
keadaan gejala menurut apa adanya
:
1)
pelaksanaan
Mendeskripsikan
identifikasi
informasi
mengenai
anak
pada saat penelitian dilakukan, Arikunto
berkebutuhan khusus di sekolah PAUD
(1990: 309). Pengumpulan data dalam
Jember. 2) Mendeskripsikan faktor yang
penelitian ini adalah metode observasi
menghambat pelaksanaan identifikasi
dan
anak berkebutuhan khusus di sekolah
penelitian
PAUD Jember.
purposive sampling. Adapun subjek
wawancara.
Pemilihan
menggunakan
subjek
tekhnik
penelitian ini adalah guru-guru di tiga
METODE
sekolah PAUD di desa Kebonsari
Jenis penelitian yang digunakan adallah
kecamatan
penelitian
deskriptif
menggunakan
Jember.
pendekatan
kualitatif.
Menggunakan
Proses analisis data yang dilakukan
pendekatan kualitatif karena data dalam
yaitu tekhnik analisis data kualitatif
penelitian
menggunakan
ini
dikumpulkan
melalui
Sumbersari
kerangka
Kabupaten
Miles
dan
observasi, wawancara mendalam dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2007, hlm.
analisis dokumen dikumpulkan lengkap,
246) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu:
selanjutnya ditarik kesimpulan, Mulyana
1) Reduksi data yaitu dengan memilih
(2001:
jenis
pokok hasil penelitian yang sesuai
berupa
dengan fokus kajian penelitian agar
ungkapan kata-kata dan tidak untuk
mudah untuk ditarik kesimpulannya. 2)
155).
deskriptif,
Menggunakan
karena
datanya
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 5
Display data atau penyajian data yaitu
identifikasi pada siswa dimana guru
susunan data bersifat naratif karena data
hanya melakukan wawancara dalam
yang diperoleh dari hasil wawancara
bentuk formulir tertulis yang diisi orang
dan
jawaban
tua untuk identifikasi. Guru kurang
pertanyaan dari peneliti. 3) Menarik
tanggap dan peka dalam memilah siswa
kesimpulan atau verifikasi dari data
yang
yang dianalisis dan disajikan naratif
karakteristik
khusus.
kemudian ditarik kesimpulan menjadi
beranggapan
jika
hasil penelitian.
hambatan atau kesulitan tertentu masih
observasi
berupa
memiliki
karakteristikGuru
siswa
masih
mengalami
dianggap biasa dikarenakan usia anak
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang masih dini dan masih tahap
Hasil pengamatan yang diperoleh dari
belajar.
beberapa sampel PAUD Jember adalah
berpendapat
meskipun
sebagai
melakukan
identifikasi
berikut.
Identifikasi
anak
Lebih
lanjut
mereka
mereka
anak
berkebutuhan khusus di sekolah PAUD
berkebutuhan khusus mereka hanya
X
belum
akan melihat ciri-cirinya dari segi fisik
dari
saja, jika dari segi mental, emosional,
tindakan sekolah yang hanya berpatokan
dan atau sosial nya mereka mengaku
pada informasi yang didapat dari orang
tidak paham. Hal yang demikian itu
tua
belum
menjadikan
guru
mengidentifikasi anak secara rinci untuk
menentukan
Anak
dapat menemu kenali anak apakah anak
Khusus.
termasuk kebutuhan khusus atau tidak.
Tidak
Guru-guru PAUD X dan Y berpendapat
dihadapi guru-guru PAUD kabupaten
bahwa mereka kebingungan tentang
Jember
yang
Berkebutuhan
dan
Y
dilaksanakan.
sama-sama
Hal ini terlihat
anak.
dimaksud
Sekolah
golongan
Anak
sedikit
bias
Berkebutuhan
permasalahan
berkaitan
dalam
dengan
Khusus
akan
yang
Anak
tetapi
Berkebutuhan Khusus.
mereka
Pada pendaftaran awal sekolah PAUD X
penanganan yang seperti apa yang
dan Y guru kurang mampu melakukan
harusnya mereka berikan pada anak-
mengeluhkan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
seharusnya
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 6
anak yang dianggap bermasalah oleh
informasi dari orang tua saja, tapi guru
mereka. Penerapan yang demikian ini
juga
akan
permasalahan-
menandai dan mencatat anak-anak yang
akan
timbul
dicurigai termasuk anak berkebutuhan
dikemudian hari yang akan dihadapi
khusus. Penandaan anak tersebut untuk
guru dalam melakukan proses mengajar.
data fisik sebagai usaha awal yang
Seharusnya
anak
dilakukan guru dalam mengidentifikasi
berkebutuhan khusus ini sangat perlu
anak berkebutuhan khusus, baik yang
untuk dapat mengetahui karakter dan
memiliki keterlambatan atau kelebihan
kemampuan
hasil
perkembangan, maupun yang memiliki
dapat
ciri atau karakteristik tertentu. Dalam
dalam
mengidentifikasi
mengakibatkan
permasalahan
yang
identifikasi
siswa
sehingga
identifikasi
(penjaringan)
digunakan
sebagai
ini
dasar
mengidentifikasi
anak
siswa,
dengan
guru
tidak
memberikan layanan yang tepat untuk
melakukan identifikasi tersendiri di
anak.
ruang
Identifikasi anak berkebutuhan khusus
pengamatan dan identifikasi langsung
di
dalam
PAUD
Z
Jember
melakukan
khusus.
Guru
kegiatan
melakukan
sehari-hari
yang
identifikasi anak berkebutuhan khusus
dilakukan anak di sekolah.
sudah
Dari beberapa sampel sekolah PAUD
berjalan
meskipun
belum
maksimal. Hal ini dapat dilihat dengan
Jember
strategi
dalam
identifikasi anak berkebutuhan khusus,
tidak
rata-rata belum terlaksana dengan baik.
menggunakan patokan atau panduan
Hal tersebut dikarenakan setiap sekolah
serta formulir identifikasi anak secara
memiliki
khusus, tetapi guru tetap melakukan
untuk mengetahui karakter siswa dengan
identifikasi anak berkebutuhan khusus
melalui
identifikasi.
dengan mencatat hal-hal yang dianggap
identifikasi
yang
masalah baik itu yang berlebihan atau
menggunakan informasi dari orang tua
kekurangan yang dimiliki anak. Guru
dan
PAUD Z tidak hanya mengandalkan
keterlambatan
melakukan
guru
meskipun
identifikasi
mengenai
kebijakan
guru
pelaksanaan
masing-masing
Rata-rata
dilakukan
masih
menganggap
perkembangan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
hanya
yang
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 7
terjadi di sekolah adalah hal yang wajar
berkebutuhan
atau biasa terjadi dikarenakan usia yang
sehingga berujung pada terlambatnya
masih dini dan masih tahap belajar.
penanganan yang akan diperoleh anak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
Hal
dilakukan di PAUD Jember tentang
pemahaman guru-guru PAUD tentang
faktor yang menghambat pelaksanaan
anak berkebutuhan khusus juga sangat
identifikasi anak berkebutuhan khusus
terbatas.
adalah sebagai berikut : Dari beberapa
tentang
ungkapan yang diungkapkan oleh guru
sangatlah kurang Mereka berpendapat
PAUD Jember mengenai penghambat
bahwa sebetulnya sudah mendapatkan
pendidik dalam pelaksanaan identifikasi
ilmu
anak
adalah
berkebutuhan khusus saat kuliah, akan
mereka tidak tahu bahwasannya ketidak
tetapi mereka mengaku bahwa ilmu
tahuan
yang mereka dapatkan hanya sekilas.
berkebutuhan
mereka
melaksanakan
berkebuthan
khusus
tentang
pentingnya
identifikasi
khusus
di
usia
lain
khusus
juga
terungkap
Pengetahuan
anak
sejak
dini,
bahwa
guru
PAUD
berkebutuhan
khusus
mengenai
penanganan
anak
anak
Mereka menerangkan bahwa mereka
dini.
butuh penjelasan mendalam tentang
Keseluruhan guru PAUD menyatakan
anak berkebutuhan khusus lebih lanjut.
kurangnya sosialisasi yang menjelaskan
Selain itu faktor lain yang diungkapkan
bahwasannya identifikasi itu penting.
guru-guru PAUD Jember adalah merasa
Beberapa guru bahkan mengungkapkan
mereka
bahwa identifikasi anak berkebutuhan
mengidentifikasi
khusus hanya bisa dilakukan pada anak-
khusus.
anak di sekolah khusus tidak di sekolah
melakukan identifikasi adalah orang
reguler.
ini
khusus yang mengerti tekhniknya dan
terciptanya
bukan mereka. Beberapa guru juga
Kesalahpahaman
mengindikasikan
belum
kurang
Mereka
masyarakat inklusif, yang kemudian
menerangkan
akan
lemahnya
membutuhkan
mengenai
tambahan
berdampak
kesadaran
pada
masyarakat
pemahaman pentingnya mengenali anak
terampil
anak
berkebutuhan
mengatakan
bahwasannya
dari
adanya
ahli
dalam
yang
mereka
monitoring
terkait
juga
pelatihan-pelatihan untuk memperkaya
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 8
keilmuan
mereka
tentang
anak
dengan karakteristik dan kebutuhan
berkebutuhan khusus. Sebenarnya, pada
siswa
penerimaan siswa baru, guru sudah
masing-masing.
melakukan
anak
Dari beberapa sampel sekolah PAUD di
hanya
Jember tersebut disimpulkan bahwa
berdasarkan informasi orang tua. Guru
rata-rata dari masing-masing sekolah
tidak melakukan identifikasi tambahan
mempunyai hambatan
pasca anak masuk sekolah. Hal yang
sama. Sosialisasi dari ahli terkait tentang
demikian ini mengakibatkan banyaknya
pentingnya
permasalahan yang kemudian timbul di
Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah
sekolah. Dari permasalahan tersebut
PAUD yang kurang menjadi salah satu
beberapa guru mengaku kebingungan
faktor
tentang cara mengatasi permasalahan
identifikasi. Guru-guru masih kurang
yang dihadapi. Kondisi orang tua yang
menyadari
tidak selalu bekerja sama dengan baik
pada usia dini itu sangatlah penting
dan kurang komunikatif menjadikan
untuk perkembangan anak. Kurangnya
guru kebingungan dalam mencari solusi
pengetahuan
untuk perkembangan anak yang lebih
PAUD tentang Anak Berkebutuhan
baik.
Khusus
Dengan hambatannya ini sekolah perlu
mempengaruhi perlakuan guru terhadap
meningkatkan komunikasi yang baik
menangani
dengan orang
identifikasi
berkebutuhan
khusus
tua
hambatan
diatas
sehingga
kegiatan
berkebutuhan
tapi
sesuai dengan tujuan sekolah
yang
pelaksanaan
utama
dari
identifikasi
keterlaksanaan
bahwasannya
juga
dan
identifikasi
pemahaman
faktor
siswa.
hampir
yang
guru
sangat
Sebagaimana
agar
hambatan-
Santrock (2006) menyatakan bahwa
bisa
berkurang
pemahaman tentang suatu konsep baru
identifikasi anak
khusus
bisa
sesungguhnya
dipengaruhi
oleh
berjalan
pengetahuan yang berkaitan sebelumnya
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
dengan konsep baru itu. Pengalaman
Maka dari itu guru harus peka dalam
guru terdahulu yang belum mendapat
mengidentifikasi
bisa
pengetahuan tentang anak berkebutuhan
memberikan pelayanan yang sesuai
khusus maka akan membuat mereka
siswa,
agar
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 9
menjadi sulit memahami identifikasi
Kabupaten Jember tidak berjalan dengan
anak berkebutuhan khusus.
baik. 2) Faktor yang menghambat
Kurangnya pelatihan yang didapat oleh
adalah kurangnya sosialisasi ahli terkait
guru
tentang
PAUD
mengenai
cara
pentingnya
pelaksanaan
mengidentifikasi ABK adalah faktor
identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
terakhir.
di
Guru
mengalihtangankan
dapat
pelaksanaan
sekolah
pengetahuan
PAUD,
dan
kurangnya
pemahaman
guru
identifikasi anak berkebutuhan khusus /
PAUD tentang Anak Berkebutuhan
screening dan klasifikasi kepada tenaga
Khusus serta kurangnya pelatihan yang
profesional, jika guru merasa sangat
didapat oleh guru PAUD mengenai cara
kesulitan untuk mengidentifikasi. Guru
mengidentifikasi ABK.
dapat menggunakan hasil tes tersebut
untuk
merancang
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran. Maka dari itu guru harus
Direktorat PAUD. (2004). Konsep Dasar Anak
Usia Dini. Jakarta : Kementerian
aktif dan kreatif dalam mencari tahu dan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
banyak membaca tentang segala sesuatu
Indonesia
yang berkaitan dengan ABK serta
Direktorat Dikdasmen Pembinaan SLB. (2007).
Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
mengusahakan kolaborasi dengan ahli
Kementerian
Pendidikan
dan
terkait untuk dapat tambahan informasi
Kebudayaan Republik Indonesia
dan teknik dalam melakukan identifikasi
Hallahan, D. P & Kauffman, J. M. (1988).
anak berkebutuhan khusus.
Exeptional Children. New Jersey:
Prentice Hall.
KESIMPULAN
Hapsari, Melati Ismi. (2015). Identifikasi
Permasalahan
Anak
Usia
Dini
Setelah melalui tahap penelitian
Berkebutuhan
Khusus
Dan
berdasarkan
rumusan
pertanyaan
Penanganannya.
PSYCHO
IDEA,
Tahun 13. No.1, Februari 2015
penelitian,
maka
dapat
diambil
Mulyana, Dedy. 2001. Metodologi Penelitian
1)
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Pelaksanaan
identifikasi
Anak
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.
Bandung: Remaja Rosydakarya
Berkebutuhan Khusus di sekolah PAUD
kesimpulan
sebagai
berikut:
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 10
Moleong, LJ. (1994). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Erlangga.
Santrock. (2006). Child Development: third
edition. Mc Grew Hill: USA
Sugiyono.
(2007).
Metode
Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Swassing, R. H. (1985). Teaching gifted
children and adolescents. CE Merrill
Publishing Company.
Suharsimi,
Arikunto.
(2006).
Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Winarsih, Sri. dkk. (2013). Panduan
Penanganan
Anak
Berkebutuhan
Khusus Bagi Pendamping. Jakarta :
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia.
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI SEKOLAH PAUD KABUPATEN JEMBER
Renalatama Kismawiyati
Prodi PLB, IKIP PGRI Jember
renalatama@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus di sekolah PAUD Kabupaten Jember. Desain penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek
Penelitian ini adalah guru-guru di tiga sekolah PAUD di Kabupaten Jember. Hasil
temuan penelitian ini 1) Pelaksanaan identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di
sekolah PAUD Kabupaten Jember tidak berjalan dengan baik. 2) Faktor yang
menghambat adalah kurangnya sosialisasi ahli terkait tentang pentingnya
pelaksanaan identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah PAUD, kurangnya
pengetahuan dan pemahaman guru PAUD tentang Anak Berkebutuhan Khusus serta
kurangnya pelatihan yang didapat oleh guru PAUD mengenai cara mengidentifikasi
ABK.
Kata kunci : Identifikasi, Anak Berkebutuhan Khusus, Sekolah PAUD
PENDAHULUAN
penjaminan
serta
usaha
pemerintah
Paradigma terhadap anak berkebutuhan
tentang
khusus semakin berkembang menjadi
ditetapkan guna pemenuhan hak demi
lebih baik, dimana hal tersebut terlihat
terwujudnya
dengan penerimaan masyarakat luas
kesejahteraan
anak
yang mulai berubah menjadi positif,
khusus.
yang
kebijakan-kebijakan
Hal
kesetaraan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
yang
dan
berkebutuhan
demikian
ini
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 2
memberikan kesempatan yang lebih luas
di sekolah reguler dapat dilakukan oleh
bagi anak berkebutuhan khusus untuk
guru dengan menggunakan panduan
mendapatkan pelayanan yang sesuai
identifikasi sederhana untuk melakukan
dengan kebutuhan, karakteristik dan
penjaringan
potensinya
menemukan
khususnya
di
bidang
pada
anak
anak-anak
untuk
yang
pendidikan. Menurut Swassing (1985),
memerlukan layanan pendidikan khusus.
identifikasi memiliki dua konsep yaitu
Dari proses identifikasi nantinya akan
konsep penyaringan (screening) dan
didapatkan hasil yang kemudian akan
identifikasi actual (actual identification).
dijadikan bahan penanganan anak lebih
Identifikasi anak berkebutuhan khusus
lanjut disesuaikan dengan kebutuhan,
merupakan salah satu upaya tahapan
karakteristik, dan potensi anak. Secara
awal
dilakukan sedini
khusus identifikasi ABK dimaksudkan
mungkin sebagai usaha untuk menemu
untuk beberapa keperluan, antara lain
kenali anak yang memiliki kebutuhan
Penjaringan/Screenning,
khusus baik dari segi fisik, motorik,
Pengalihtanganan/Referal,
kognitif,
emosional,
(Asesmen), Perencanaan Pembelajaran,
diketahui
Pemantauan Kemajuan Pembelajaran,
yang
dapat
bahasa,
sosial,
neurologis.
Semakin
dini
kebutuhan
khususnya
maka
akan
Klasifikasi
dan Follow Up.
semakin cepat diberikannya intervensi
Identifikasi adalah langkah strategis
atau layanan yang sesuai sehingga akan
karena dengan data yang bukan hanya
meminimalisir
sekedar informasi tapi sebagi acuan
kekurangannya
dan
memaksimalkan kemampuannya.
Identifikasi
nantinya
untuk
dapat
melayani kebutuhan anak yang pada
seorang guru, orang tua maupun tenaga
dasarnya memang memiliki kemampuan
keprofesionalan
sehingga
yang berbeda-beda. Data tersebut akan
guru
mampu
membantu guru untuk dapat mencapai
identifikasi
anak
tujuan pembelajaran, melakukan analisis
melakukan
dilakukan
guru
oleh
seharusnya
dapat
bahan
lainnya,
setiap
berkebutuhan khusus pada siswanya.
intruksional,
Identifikasi pada anak yang bersekolah
pembelajaran, memilih media yang akan
menyusun
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
strategi
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 3
dipakai, dan merancang evaluasi yang
potensinya. Lebih lanjut Kirk dan
tepat dengan langkah yang mantap.
Gallagher (1979) memaparkan bahwa
Identifikasi anak berkebutuhan khusus
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak
yang dilaksanakan sejak dini di sekolah
yang menyimpang dari rata-rata normal
PAUD adalah upaya awal yang baik
dalam hal 1) Karakteristik mental, 2)
untuk
tercapainya
Kemampuan sensorik, 3) Karakteristik
tujuan pendidikan di PAUD. Anak
neuromotor atau fisik, 4) Perilaku sosial,
berkebutuhan khusus yang terjaring
5) Kemampuan berkomunikasi dan 6)
melalui
perlu
Gabungan
untuk
tersebut. Anak berkebutuhan khusus
memaksimalkan
proses
dilakukan
identifikasi,
langkah-langkah
dari
berbagai
kelainan
pemberian bantuan pendidikan khusus
bukan
sesuai kebutuhannya yang dilakukan
karakteristik fisik, intelektual, sosial dan
oleh
emosional yang lebih rendah tetapi
tenaga
identifikasi
ahli.
dini
Pelaksanaan
penting
dilakukan
mereka
hanya
anak
yang
yang
bisa
jadi
memiliki
memiliki
khususnya di tingkat pendidikan usia
intelektual lebih tinggi dari anak pada
dini, karena hal ini akan berdampak
umumnya atau anak seusianya.
besar bagi keberlanjutan pertumbuhan
Anak berkebutuhan khusus mempunyai
dan perkembangan anak khususnya anak
hak yang sama dengan anak lain dan
berkebutuhan khusus.
dapat hidup mandiri, berprestasi sesuai
Hallahan
and
Kauffman
(1986:5)
dengan minat
dan potensi yang
menyebutkan bahwa anak berkebutuhan
dimiliki.
khusus adalah mereka yang secara
berkebutuhan khusus berdasarkan Hasil
signifikan berada di luar rerata normal,
Identifikasi adalah 1) Tunanetra, 2)
baik dari segi fisik, inderawi, mental,
Tunarungu
sosial, dan emosi sehingga mengalami
Tunagrahita,
hambatan
dan
Tunalaras, 6) Autisme (ASD), 7) ADD
berkembang secara optimal, sehingga
dan ADHD, 8) Anak Berbakat, 9) Anak
memerlukan
lamban belajar, 10) Anak berkesulitan
untuk
tumbuh
pelayanan
pendidikan
khusus yang sesuai untuk memenuhi
Pengelompokan
anak
dan
Tunawicara,
3)
4)
Tunadaksa,
5)
belajar.
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 4
Dari hasil observasi awal di dua PAUD
menguji
kabupaten Jember
menggambarkan
pada umumnya
hipotesis,
tapi
suatu
hanya
fenomena
identifikasi anak berkebutuhan khusus
keadaan yang diteliti dengan apa adanya
belum
serta
diterapkan
secara
Kenyataan yang terjadi,
permasalahan
yang
optimal.
banyaknya
timbul
tentang
diarahkan
fakta-fakta,
sistematis
untuk
memaparkan
kejadian-kejadian
dan
akurat.
secara
Penelitian
perkembangan anak di sekolah PAUD.
deskriptif yang dimaksudkan untuk
Berdasarkan fokus penelitian, maka
mengumpulkan
tujuan yang akan dicapai, adalah sebagai
status suatu gejala yang ada, yaitu
berikut
keadaan gejala menurut apa adanya
:
1)
pelaksanaan
Mendeskripsikan
identifikasi
informasi
mengenai
anak
pada saat penelitian dilakukan, Arikunto
berkebutuhan khusus di sekolah PAUD
(1990: 309). Pengumpulan data dalam
Jember. 2) Mendeskripsikan faktor yang
penelitian ini adalah metode observasi
menghambat pelaksanaan identifikasi
dan
anak berkebutuhan khusus di sekolah
penelitian
PAUD Jember.
purposive sampling. Adapun subjek
wawancara.
Pemilihan
menggunakan
subjek
tekhnik
penelitian ini adalah guru-guru di tiga
METODE
sekolah PAUD di desa Kebonsari
Jenis penelitian yang digunakan adallah
kecamatan
penelitian
deskriptif
menggunakan
Jember.
pendekatan
kualitatif.
Menggunakan
Proses analisis data yang dilakukan
pendekatan kualitatif karena data dalam
yaitu tekhnik analisis data kualitatif
penelitian
menggunakan
ini
dikumpulkan
melalui
Sumbersari
kerangka
Kabupaten
Miles
dan
observasi, wawancara mendalam dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2007, hlm.
analisis dokumen dikumpulkan lengkap,
246) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu:
selanjutnya ditarik kesimpulan, Mulyana
1) Reduksi data yaitu dengan memilih
(2001:
jenis
pokok hasil penelitian yang sesuai
berupa
dengan fokus kajian penelitian agar
ungkapan kata-kata dan tidak untuk
mudah untuk ditarik kesimpulannya. 2)
155).
deskriptif,
Menggunakan
karena
datanya
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 5
Display data atau penyajian data yaitu
identifikasi pada siswa dimana guru
susunan data bersifat naratif karena data
hanya melakukan wawancara dalam
yang diperoleh dari hasil wawancara
bentuk formulir tertulis yang diisi orang
dan
jawaban
tua untuk identifikasi. Guru kurang
pertanyaan dari peneliti. 3) Menarik
tanggap dan peka dalam memilah siswa
kesimpulan atau verifikasi dari data
yang
yang dianalisis dan disajikan naratif
karakteristik
khusus.
kemudian ditarik kesimpulan menjadi
beranggapan
jika
hasil penelitian.
hambatan atau kesulitan tertentu masih
observasi
berupa
memiliki
karakteristikGuru
siswa
masih
mengalami
dianggap biasa dikarenakan usia anak
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang masih dini dan masih tahap
Hasil pengamatan yang diperoleh dari
belajar.
beberapa sampel PAUD Jember adalah
berpendapat
meskipun
sebagai
melakukan
identifikasi
berikut.
Identifikasi
anak
Lebih
lanjut
mereka
mereka
anak
berkebutuhan khusus di sekolah PAUD
berkebutuhan khusus mereka hanya
X
belum
akan melihat ciri-cirinya dari segi fisik
dari
saja, jika dari segi mental, emosional,
tindakan sekolah yang hanya berpatokan
dan atau sosial nya mereka mengaku
pada informasi yang didapat dari orang
tidak paham. Hal yang demikian itu
tua
belum
menjadikan
guru
mengidentifikasi anak secara rinci untuk
menentukan
Anak
dapat menemu kenali anak apakah anak
Khusus.
termasuk kebutuhan khusus atau tidak.
Tidak
Guru-guru PAUD X dan Y berpendapat
dihadapi guru-guru PAUD kabupaten
bahwa mereka kebingungan tentang
Jember
yang
Berkebutuhan
dan
Y
dilaksanakan.
sama-sama
Hal ini terlihat
anak.
dimaksud
Sekolah
golongan
Anak
sedikit
bias
Berkebutuhan
permasalahan
berkaitan
dalam
dengan
Khusus
akan
yang
Anak
tetapi
Berkebutuhan Khusus.
mereka
Pada pendaftaran awal sekolah PAUD X
penanganan yang seperti apa yang
dan Y guru kurang mampu melakukan
harusnya mereka berikan pada anak-
mengeluhkan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
seharusnya
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 6
anak yang dianggap bermasalah oleh
informasi dari orang tua saja, tapi guru
mereka. Penerapan yang demikian ini
juga
akan
permasalahan-
menandai dan mencatat anak-anak yang
akan
timbul
dicurigai termasuk anak berkebutuhan
dikemudian hari yang akan dihadapi
khusus. Penandaan anak tersebut untuk
guru dalam melakukan proses mengajar.
data fisik sebagai usaha awal yang
Seharusnya
anak
dilakukan guru dalam mengidentifikasi
berkebutuhan khusus ini sangat perlu
anak berkebutuhan khusus, baik yang
untuk dapat mengetahui karakter dan
memiliki keterlambatan atau kelebihan
kemampuan
hasil
perkembangan, maupun yang memiliki
dapat
ciri atau karakteristik tertentu. Dalam
dalam
mengidentifikasi
mengakibatkan
permasalahan
yang
identifikasi
siswa
sehingga
identifikasi
(penjaringan)
digunakan
sebagai
ini
dasar
mengidentifikasi
anak
siswa,
dengan
guru
tidak
memberikan layanan yang tepat untuk
melakukan identifikasi tersendiri di
anak.
ruang
Identifikasi anak berkebutuhan khusus
pengamatan dan identifikasi langsung
di
dalam
PAUD
Z
Jember
melakukan
khusus.
Guru
kegiatan
melakukan
sehari-hari
yang
identifikasi anak berkebutuhan khusus
dilakukan anak di sekolah.
sudah
Dari beberapa sampel sekolah PAUD
berjalan
meskipun
belum
maksimal. Hal ini dapat dilihat dengan
Jember
strategi
dalam
identifikasi anak berkebutuhan khusus,
tidak
rata-rata belum terlaksana dengan baik.
menggunakan patokan atau panduan
Hal tersebut dikarenakan setiap sekolah
serta formulir identifikasi anak secara
memiliki
khusus, tetapi guru tetap melakukan
untuk mengetahui karakter siswa dengan
identifikasi anak berkebutuhan khusus
melalui
identifikasi.
dengan mencatat hal-hal yang dianggap
identifikasi
yang
masalah baik itu yang berlebihan atau
menggunakan informasi dari orang tua
kekurangan yang dimiliki anak. Guru
dan
PAUD Z tidak hanya mengandalkan
keterlambatan
melakukan
guru
meskipun
identifikasi
mengenai
kebijakan
guru
pelaksanaan
masing-masing
Rata-rata
dilakukan
masih
menganggap
perkembangan
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
hanya
yang
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 7
terjadi di sekolah adalah hal yang wajar
berkebutuhan
atau biasa terjadi dikarenakan usia yang
sehingga berujung pada terlambatnya
masih dini dan masih tahap belajar.
penanganan yang akan diperoleh anak.
Berdasarkan hasil pengamatan yang
Hal
dilakukan di PAUD Jember tentang
pemahaman guru-guru PAUD tentang
faktor yang menghambat pelaksanaan
anak berkebutuhan khusus juga sangat
identifikasi anak berkebutuhan khusus
terbatas.
adalah sebagai berikut : Dari beberapa
tentang
ungkapan yang diungkapkan oleh guru
sangatlah kurang Mereka berpendapat
PAUD Jember mengenai penghambat
bahwa sebetulnya sudah mendapatkan
pendidik dalam pelaksanaan identifikasi
ilmu
anak
adalah
berkebutuhan khusus saat kuliah, akan
mereka tidak tahu bahwasannya ketidak
tetapi mereka mengaku bahwa ilmu
tahuan
yang mereka dapatkan hanya sekilas.
berkebutuhan
mereka
melaksanakan
berkebuthan
khusus
tentang
pentingnya
identifikasi
khusus
di
usia
lain
khusus
juga
terungkap
Pengetahuan
anak
sejak
dini,
bahwa
guru
PAUD
berkebutuhan
khusus
mengenai
penanganan
anak
anak
Mereka menerangkan bahwa mereka
dini.
butuh penjelasan mendalam tentang
Keseluruhan guru PAUD menyatakan
anak berkebutuhan khusus lebih lanjut.
kurangnya sosialisasi yang menjelaskan
Selain itu faktor lain yang diungkapkan
bahwasannya identifikasi itu penting.
guru-guru PAUD Jember adalah merasa
Beberapa guru bahkan mengungkapkan
mereka
bahwa identifikasi anak berkebutuhan
mengidentifikasi
khusus hanya bisa dilakukan pada anak-
khusus.
anak di sekolah khusus tidak di sekolah
melakukan identifikasi adalah orang
reguler.
ini
khusus yang mengerti tekhniknya dan
terciptanya
bukan mereka. Beberapa guru juga
Kesalahpahaman
mengindikasikan
belum
kurang
Mereka
masyarakat inklusif, yang kemudian
menerangkan
akan
lemahnya
membutuhkan
mengenai
tambahan
berdampak
kesadaran
pada
masyarakat
pemahaman pentingnya mengenali anak
terampil
anak
berkebutuhan
mengatakan
bahwasannya
dari
adanya
ahli
dalam
yang
mereka
monitoring
terkait
juga
pelatihan-pelatihan untuk memperkaya
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 8
keilmuan
mereka
tentang
anak
dengan karakteristik dan kebutuhan
berkebutuhan khusus. Sebenarnya, pada
siswa
penerimaan siswa baru, guru sudah
masing-masing.
melakukan
anak
Dari beberapa sampel sekolah PAUD di
hanya
Jember tersebut disimpulkan bahwa
berdasarkan informasi orang tua. Guru
rata-rata dari masing-masing sekolah
tidak melakukan identifikasi tambahan
mempunyai hambatan
pasca anak masuk sekolah. Hal yang
sama. Sosialisasi dari ahli terkait tentang
demikian ini mengakibatkan banyaknya
pentingnya
permasalahan yang kemudian timbul di
Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah
sekolah. Dari permasalahan tersebut
PAUD yang kurang menjadi salah satu
beberapa guru mengaku kebingungan
faktor
tentang cara mengatasi permasalahan
identifikasi. Guru-guru masih kurang
yang dihadapi. Kondisi orang tua yang
menyadari
tidak selalu bekerja sama dengan baik
pada usia dini itu sangatlah penting
dan kurang komunikatif menjadikan
untuk perkembangan anak. Kurangnya
guru kebingungan dalam mencari solusi
pengetahuan
untuk perkembangan anak yang lebih
PAUD tentang Anak Berkebutuhan
baik.
Khusus
Dengan hambatannya ini sekolah perlu
mempengaruhi perlakuan guru terhadap
meningkatkan komunikasi yang baik
menangani
dengan orang
identifikasi
berkebutuhan
khusus
tua
hambatan
diatas
sehingga
kegiatan
berkebutuhan
tapi
sesuai dengan tujuan sekolah
yang
pelaksanaan
utama
dari
identifikasi
keterlaksanaan
bahwasannya
juga
dan
identifikasi
pemahaman
faktor
siswa.
hampir
yang
guru
sangat
Sebagaimana
agar
hambatan-
Santrock (2006) menyatakan bahwa
bisa
berkurang
pemahaman tentang suatu konsep baru
identifikasi anak
khusus
bisa
sesungguhnya
dipengaruhi
oleh
berjalan
pengetahuan yang berkaitan sebelumnya
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
dengan konsep baru itu. Pengalaman
Maka dari itu guru harus peka dalam
guru terdahulu yang belum mendapat
mengidentifikasi
bisa
pengetahuan tentang anak berkebutuhan
memberikan pelayanan yang sesuai
khusus maka akan membuat mereka
siswa,
agar
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 9
menjadi sulit memahami identifikasi
Kabupaten Jember tidak berjalan dengan
anak berkebutuhan khusus.
baik. 2) Faktor yang menghambat
Kurangnya pelatihan yang didapat oleh
adalah kurangnya sosialisasi ahli terkait
guru
tentang
PAUD
mengenai
cara
pentingnya
pelaksanaan
mengidentifikasi ABK adalah faktor
identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
terakhir.
di
Guru
mengalihtangankan
dapat
pelaksanaan
sekolah
pengetahuan
PAUD,
dan
kurangnya
pemahaman
guru
identifikasi anak berkebutuhan khusus /
PAUD tentang Anak Berkebutuhan
screening dan klasifikasi kepada tenaga
Khusus serta kurangnya pelatihan yang
profesional, jika guru merasa sangat
didapat oleh guru PAUD mengenai cara
kesulitan untuk mengidentifikasi. Guru
mengidentifikasi ABK.
dapat menggunakan hasil tes tersebut
untuk
merancang
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran. Maka dari itu guru harus
Direktorat PAUD. (2004). Konsep Dasar Anak
Usia Dini. Jakarta : Kementerian
aktif dan kreatif dalam mencari tahu dan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik
banyak membaca tentang segala sesuatu
Indonesia
yang berkaitan dengan ABK serta
Direktorat Dikdasmen Pembinaan SLB. (2007).
Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
mengusahakan kolaborasi dengan ahli
Kementerian
Pendidikan
dan
terkait untuk dapat tambahan informasi
Kebudayaan Republik Indonesia
dan teknik dalam melakukan identifikasi
Hallahan, D. P & Kauffman, J. M. (1988).
anak berkebutuhan khusus.
Exeptional Children. New Jersey:
Prentice Hall.
KESIMPULAN
Hapsari, Melati Ismi. (2015). Identifikasi
Permasalahan
Anak
Usia
Dini
Setelah melalui tahap penelitian
Berkebutuhan
Khusus
Dan
berdasarkan
rumusan
pertanyaan
Penanganannya.
PSYCHO
IDEA,
Tahun 13. No.1, Februari 2015
penelitian,
maka
dapat
diambil
Mulyana, Dedy. 2001. Metodologi Penelitian
1)
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Pelaksanaan
identifikasi
Anak
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya.
Bandung: Remaja Rosydakarya
Berkebutuhan Khusus di sekolah PAUD
kesimpulan
sebagai
berikut:
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA
Helper, Vol 35 No 1 (2018) - 10
Moleong, LJ. (1994). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Erlangga.
Santrock. (2006). Child Development: third
edition. Mc Grew Hill: USA
Sugiyono.
(2007).
Metode
Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Swassing, R. H. (1985). Teaching gifted
children and adolescents. CE Merrill
Publishing Company.
Suharsimi,
Arikunto.
(2006).
Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Winarsih, Sri. dkk. (2013). Panduan
Penanganan
Anak
Berkebutuhan
Khusus Bagi Pendamping. Jakarta :
Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia.
“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA