PERAN PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES

PERAN PROFESIONALISME GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Diajukan dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Perkembangan Profesi Guru
Dosen Pengampu:
Reksiana, MA.Pd

Oleh Kelompok 7:
Zulfah Qurrotu Aini

(15311497)

Azza Nabila Fauziah

(15311468)

Dwi Putri Amalia

(15311470)

Maudi Hanum

(13311241)


FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/ 2017 M

1

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat rahmat dan nikmat Allah SWT. yang telah
diberikan kepada kita. Dan atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pembuatan
makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi besar kita, Muhammad SAW. yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dan kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu “Perkembangan Profesi Guru” yang
telah membimbing kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga dalam proses pembutannya lebih baik lagi kedepannya. Kami

menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, kiranya pembaca
bisa memberikan kritik dan sarannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 6 November 2017

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Massalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................... 1
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesionalisme Guru ............................................................................. 2

B. Pentingnya Profesionalisme Guru Dalam Pendidikan ............................................... 3
C. Syarat-syarat Guru Profesional .................................................................................. 4
D. Indikator Kinerja Guru ............................................................................................... 9
E. Penilaian Kinerja Guru ........................................................................................... 13
BAB III: PENUTUP
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah profesi atau pekerjaan yang sangat terhormat dan mulia. Namun
tak banyak guru yang kurang menyadari pentingnya memiliki profesionalisme dalam
pekerjaan ini. Karena keberhasilan anak bangsa salah satunya adalah terletak pada
keberhasilan guru dalam mengajar, mendidik dan mengarahkan muridnya.
Para guru di Indonesia idealnya menganggap ia telah tampil secara profesional
dihadapan murid, dan mengajar adalah prioritas utama baginya. Maka pada makalah
kali ini penulis akan memaparkan bagaimana menjadi guru yang profesional dan

pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari profesionalisme guru?
2. Apa pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan?
3. Apa saja syarat-syarat guru profesional?
4. Apa saja indikator kinerja guru?
5. Apa saja unsur penilaian kinerja guru?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari profesionalisme guru.
2. Untuk mengetahui pentingnya profesionalisnya guru dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat guru profesional.
4. Untuk mengetahui apa saja indikator kinerja guru.
5. Untuk mengetahui apa saja unsur penilaian kinerja guru.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Profesionalisme Guru

Menurut lathifah husein, guru adalah seorang tenaga kependidikan yang
berasal dari masyarakat , mengabdikan dirinya untuk mengajar dan sebagai penunjang
dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru adalah jabatan atau profesi yang sangat
memerlukan keahlian khusus agar menjadi guru yang profesional.1
Dalam UU Sisdiknas Pasal 39 ayat (2) UU No.20/2003: Guru/Pendidik
profesional merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan

proses

pembelajaran,

menial

hail

pembelajaran,

melakuan


pembimbingan dan pelatihan-pelatihan.2
Guru/Pendidik yang profesional tidak berfikir haya mengajar saja melainkan ia
akan berbuat yang lebih terbaik untuk siswanya, masyarakat, dan dirinya sendiri
sebagai bekal kehidupannya di masa depan. Ia tidak akan mengabaikan tugas pokok
dan akan melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya.3
Profesionalisme

berasal dari kata “profesi” artinya suatu pekerjaan yang

ditekuni oleh seseorang. Kata profesi juga mengandung arti sama dari kata occupation
atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau
latihan khusus. Sedangkan pengertian profesionalisme adalah suatu pandangan
terhadap keahlian tertentu yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu, dan
membutuhkan keahlian yang diperoleh dari hasil pendidikan dan latihan.4
Profesionalisme guru adalah suatu kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas
suatu keahlian dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang menjadi mata
pencaharian. Sedangkan guru yang profesional adalah guru yang telah memenuhi

1


Latifah Husein, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional , (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2017), hlm. 21
2
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2001 Tentang Sistem Pendidikan nasional (SISDIKNAS)
3
H. Isjoni, Gurukah Yang Dipersalahkan?: Menakar Posisi Guru Di Tengah dunia Pendidikan
Kita (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 15-16.
4

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 18.

2

kompetensi-kompetensi sebagai guru untuk melakukan tugas pendidikan dan
pembelajaran. 5
Dari beberapa definisi dan keterangan diatas dapat disimpulkan guru yang
profesional adalah guru yang mempunyai ilmu dan pengalaman yang mampu
merancang, mengelola pembelajaran, dengan tugas utama adalah mendidik.
Sedangkan profesionalisme guru yaitu suatu keahlian dalam bidang pendidikan yang
menjadi mata pencaharian yang diperoleh dari hasil pendidikan dan latihan.

B. Pentingnya Profesionalisme Guru dalam Pendidikan
Guru sangat berperan penting dalam dunia pendidikan karena seorang guru
harus dapat mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan kurikulum yang
dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, sehingga membuat
siswa merasa nyaman, aman, dan guru diharuskan memberikan ruang pada siswa
untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi
kemampuannya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme guru yang tinggi maka
akan menentukan proses pendidikan yang tinggi dan berkualitas.6
Mengenai pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan, Sanusi dalam
buku karangan Rusman yang berjudul “Model-model Pembelajaraní”, mengutarakan
enam asumsi yang menjadi landasan profesionalisasi dalam pendidikan, antara lain:

1. Subjek Pendidikan yaitu manusia yang memiliki kemauan yang sangat tinggi dan
terarah, pengetahuan luas, dapat mengatur emosi dan perasan dan lain sebagainya.
2. Pendidikan dilakukan secara profesional.
3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab
permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya.
6. Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan7

Pada zaman sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
berkembang pesat terutama di daerah perkotaan, namun berbanding balik dengan

5

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 18.
Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 19.
7
Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 20.

6

3

daerah pedesaan. Guru mempunyai amanah yang sangat besar dan berperan penting
dalam perkembangan zaman ini, seorang guru yang mengajar di daerah perkotaan
diharuskan mampu, menguasai dan mempelajari beberapa teknologi yang semakin
berkembang sebagai salah satu alat dan sarana dalam mengajar anak didik. Sedangkan
guru yang berada di pedesaan dengan fasilitas dan teknologi yang minim maka
diharapkan tetap mampu melaksanakan tugas untuk mendidik generasi penerus anak

bangsa dengan fasilitas dan alat sarana yang ada. Dari kondisi inilah diperlukannya
guru yang profesional dalam menangani berbagai macam permasalahan dalam
pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan.
C. Syarat-syarat Guru Profesional
Pada makalah sebelumnya telah dipaparkan kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru yaitu mencakup kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional. Menurut Rusman setelah memiliki empat kompetensi tersebut, maka ia
telah memenuhi syarat-syarat berikut ini:
1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan
yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam
batas yanggung jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan
setempat.
3. Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengelolaan yang efektif dan
efisien dalam rangka menjalankan tugas sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan
prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
5. Mengahyati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara
individual maupun secara institusional.8
Menurut Anas Sudjiono, secara umum syarat profesionalisme guru sebagai

pendidik dalam islam adalah:
1. Sehat jasmani sehat rohani
Kesehatan jasmani kerap menjadi syarat bagi mereka yang akan melamar
menjadi guru. Tentu saja guru yang berpenyakitan tidak akan bergairah dalam
mengajar,
8

dengan

demikian,

kesehatan

badan

setidaknya

akan

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 22-24

4

sangan

mempengaruhi semangat dalam mengajar. Disamping itu, guru harus sehat
rohaninya. Orang yang ruhaninya tidak sehat, peluang untuk menderita stress akan
terbuka lebar. Oleh karena itu islam mengajarkan berpuasa, dengan berpuasa
orang akan sehat fisik dan mental.9
2. Taqwa kepada Allah
Seorang guru dengan tujuan ilmu pendidikan islam, tidak mungkin
mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepadaNya. Sebab guru adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah
menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi
teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakakn
berhasil mendidik.10
3. Berilmu pengetahuan yang luas
Ijazah sarjana bukan semata mata selembar kertas, akan tetapi merupakan
bukti bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi. Itu dapat
diperoleh dengan belajar, karena syarat seorang guru secara administrative harus
dibuktikan denganijazah sarjana. Sangatlah penting ilmu bagi manusia, namun
yang paling penting adalah sosok guru sebagai pembawa ilmu pengetahuan yang
disampaikan kepada anak didiknya. Karena Allah sangat senang kepada orang
yang suka mencari ilmu, oleh karena itu, seorang guru harus menambah
ilkmunya.11
4. Berlaku adil
Adil dalam islam adalah memiliki suatu basis hilaiah, berakal dalam
moralitas, sehingga prinsip pertama adil adalah persamaan manusia dihadapan
Tuhan serta dalam kehidupan social. Adil adalah meletakan sesuatu pada
tempatnya. Bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa
nafsunya.12

9

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008),

hlm.1
10

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008)

11

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008),

hlm. 1
hlm. 1
12

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008),

hlm. 1

5

5. Berwibawa
Kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaan untuk membuat kita
patuh dan ditaati. Sehingga dengan kewibawaan seperti itu, anak didik merasa
memperoleh pengayoman dan perlindungan. Implikasinya juga terhadap anak
didik merekan akan selalu bahagia dan selalu merasa diarahkan oleh seorang guru
yang mempunyai kewibawaan.13
6. Ikhlas
Ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melakukan suatu amal
yang baik, yang semata-mata karena Allah. Seorang guru yang ikhlas bukan
berarti tidak menerima upah atau amplop setelah berdakwan. Dalam Al-Quran,
orang yang menyebarkan agama islam “fisabilillah” dan berhak mendapatkan
bagian dari zakat. Ketika guru menerima upah, ia tidak kehilangan ikhlasnya.
Ikhlas tidak ada hubunganya dengan menerima/menolak upah.14
7. Mempunyai tujuan yang rabbani
Hendalnya guru mempunyai tujuan yang rabbani, dimana segala sesuatu
bersandar kepada Allah dan selalu menaati-Nya, mengabdi kepada-Nya,
mengikuti syariat-Nya dan mengenal sifat-sifat-Nya15
8. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,
imajinasi dan kesanggupan melihat kedepan. Dengan demikian guru harus mampu
merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Sedangkan evaluasi
pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga
dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. evaluasi adalah suatu proses penaksiran
terhadap kemajuan, petumbuhan dan perkembangan anak didik untuk tujuan
pendidikan. Kalau pelajaran tidak dievaluasi, hasilnya tidak akan kelihatan dan
juga tidak terencana.16
9. Menguasai bidang yang ditekuni
Seorang guru hidup dengan ilmunya, guru tanpa ilmu yang dikuasainya

13

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008),

14

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008),

hlm. 2
hlm. 2
15

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008),

hlm. 2
16

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008),

hlm. 2

6

bukanlah guru. Oleh karena itu, kewajiban guru adalah selalu menekuni dan
menambah ilmunya lagi. Yang dimaksud adalah seorang guru yang ahli dalam
mata pelajaran tertentu. Tidak menutup seorang guru bisa mengajar sampai dua
mata pelajaran, yang penting dia professional dan menguasai.17
Dari beberapa syarat diatas dapatlah disimpulkan bahwa kalau ingin menjadi
seorang guru harus memiliki kualitas akademik, pengalaman dan pengetahuan yang
luas.
Sedangkan syarat-syarat dan karakteristik khusus guru profesional adalah:
a) Memiliki kualifikasi akademik sarjana atau diploma empat (S1 atau D-IV)
b) Memiliki kompetensi pedagogic, kepribadian, social, dan professional
c) Sertifikat pendidikan
d) Sehat jasmanidan rohani
e) Memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 8 undangundang RI Nomor 14 Tahun 2005).18
Menurut Departemen Agama RI (2005) pekerjaan guru adalah pekerjaan
professional, maka untuk menjadi seorang pendidik atau guru harus pula memenuhi
persyaratan yang berat. Beberapa diantarnya:
a) Harus memiliki bakat sebagai guru.
b) Harus memiliki keahlian guru.
c) Memiliki kepribadian yang baik dan terintergritasi.
d) Memiliki mental yang sehat.
e) Berbadan sehat.
f) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
g) Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h) Guru adalah seorang warga Negara yang baik.19
Semua argumen-argumen persyaratan guru profesional

tersebut telah

tercangkup dalam empat kompetensi yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Jadi, seorang guru telah
memenuhi persyaratan sebagai guru profesional jika ia telah memiliki dan menguasai
empat kompetensi tersebut.
17

Anas sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan , (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2008),

hlm. 2
18

Zainal Aqib dan Elham Rohmanto, Membangun Professionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah,
(Bandung: CV Yrama Widya, 2006), hlm. 151
19
Department Agama RI, Wawasan Tugas Guru Dan Tenaga Pendidikan (Jakarta: 2005), hlm. 66

7

D. Indikator Kinerja Guru
Terdapat tiga kegiatan pembelajaran di kelas dalam indikator penilaian
terhadap kinerja guru, antara lain:
1. Perencanaan Guru Dalam Program Kegiatan Pembelajaran
Pada tahap perencanaan kegiatan pembelajaran berkaitan dengan kemampuan
guru untuk menguasai bahan ajar yang digunakan yang dapat dilihat dari cara atau
proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih Sukmadinata dalam buku karangan Rusman
(2014), menyatakan bahwa: “Pada umumnya para guru dituntut untuk menyusun
dua macam program pembelajaran, yaitu program pembelajaran untuk jangka
waktu panjang seperti program semesteran (SMP dan SMA), atau program catur
wulan untuk SD, dan program jangka waktu pendek, yaitu untuk setiap satu pokok
pembahasan.”20
Komponen-komponen yang ada pada program semesteran, terdiri atas:
a. Tujuan/kompetensi sesuai dengan kurikulum.
b. Poko materi sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
c. Alternatif yang akan digunakan.
d. Alternatif media dan sumber belajar yang akan digunakan.
e. Evaluasi pembelajaran.
f. Alokasi waktu yang tersedia.
g. Santuan pendidikan, kelas, semester/cawu, topik pembahasan.21
Sedangkan komponen-komponen program jangka waktu pendek lebih rinci
dan spesifik daripada program jangka waktu panjang, terdiri atas unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Tujuan pembelajaran khusus/indikator.
b. Pokok materi yang akan disajikan.
c. Kegiatan pembelajaran.
d. Alternatif penggunaan media dan sumber belajar.
e. Alat evaluasi yang digunakan.22
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
20

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 76
Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 76
22
Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 76

21

8

Berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas merupakan inti dari
penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas,
penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode dan strategi
pembelajaran.

Maka

seorang

guru

dapat

menguasai

kegiatan-kegiatan

pembelajaran tersebut.
a. Pengelolaan kelas
Seorang guru harus mempunyai kemampuan menciptakan suasan kelas
yang kondusif agar terwujudnya proses pembelajaran yang menyenangkan yaitu
dengan cara memupuk kerjasama dan disiplin siswa dapat diketahui melalui
pelaksanaan piket kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas,
melakukan absensi setiap akan memulai proses pembelajaran, melakukan
pengaturan tempat duduk siswa.23
b. Penggunaan media dan sumber belajar
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran sebagai alat bantu agar siswa mudah dalam menangkap
pembelajaran, terfokus dan mendorong siswa untuk bersemangat dalam belajar.
Sedangkan sumber belajar adalah buku pedoman yang harus dimiliki dan
dikuasai oleh seorang guru, dapat pula mencari referensi-referensi pembahasan
yang akan diajarkan kepada siswa. Guru juga dapat memanfaatkan media dan
sumber belajar yang sudah ada seperti globe, peta, gambar, dll, atau dapat
mendesain media untuk kepentingan pembelajaran seperti membuat media foto,
film, dll.24
c. Penggunaan metode pembelajaran
Seorang guru sangat diharapkan dapat memilih dan menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan agar tercapai
tujuan pembelajaran, karena siswa mempunyai interest yang sangat heterogen
maka seorang guru harus mempunyai multimetode dengan cara memvariasikan
metode pembelajaran seperti metode ceramah dipadukan dengan metode tanyajawab atau penugasan atau diskusi agar para siswa tidak merasa jenuh dan bosan
ketika berjalannya proses pembelajaran.25

23

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 77
Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 77
25
Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 78

24

9

3. Evaluasi dalam Kegiatan
Dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran haruslah terdapat
penilaian hasil belajar. Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam
menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi,
pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi.
Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar
ada dua cara yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan
(PAP).
PAN adalah cara penilaian yang selalu tidak tergantung pada jumlah soal
atauhanya untuk mengetahui kedudukan hasil belajar yang dicapai berdasarkan
norma kelas. Contoh siswa yang mendapatkan nilai tertinggi adalah siswa yang
memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya.26
PAP adalah cara penilaian, yang mana nilai siswa yang didapatkan tergantung
pada sejauh mana soal tes yang dikuasai oleh siswa. Penilaian secara PAN maupun
PAP ini sebagai acuan untuk memberikan penilaian dan memperbaiki sistem
pembelajaran.
Alat evaluasi yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan. Bentuk tes tulis biasanya menggunakan: benar/salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi dengan jawaban singkat. Sedangkan tes lisan
diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa. Dan tes
perbuatan yaitu tes yang mana guru meminta kepada siswa untuk melakukan atau
memperagakan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Seperti tari, olahraga, keterampilan, dan komputer dll.
Selain pendekatan di atas hal yang harus diperhatikan pula yaitu pengolahan
dan penggunaan hasil belajar. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam
pendekatan ini, yaitu (1) jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran sebagian
kecil siswa tidak atau kurang memahami bukan berarti akan mengubah metode
pembelajaran tetapi dengan melakukan

kegiatan remedial dengan siswa yang

bersangkutan. (2) jika sebagian besar siswa tidak memahami maka diperlukan
perbaikan terhadap program pembelajaran terutama materi yang sulit dipahami. 27
Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menentukan
pendekatan
26
27

dan

cara-cara

evaluasi.

Pendekatan

yang

digunakan

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 78
Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 80

10

untuk

mengevaluasi hasil belajar ada dua cara yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan
Penilaian Acuan Patokan (PAP). Ada pula alat yang digunakan untuk
mengevaluasi hasil kerja yaitu tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

E. Penilaian Kinerja Guru
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
serta menafsirkan data tentang proses dan hasil yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.28
Terdapat tiga unsur kegiatan penilaian kinerja guru, antara lain:
1. Pendidikan
Keahlian dan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya dapat
diliat dari upaya yang dilakukan dalam mengembangkan pendidikannya.
Pengembangan pendidikan seorang guru dapat diliat dari hal-hal berikut ini:
a.

Pendidikan terakhir yang dimiliki guru saat pertama diangkat.

b.

Pendidikan terakhir saat ini.

c.

Upaya yang dilakukan seorang guru untuk mengembangkan pendidikannya.

d.

Pendidikan dan pelatihan kedinasan yang pernah diikuti.29

2. Pengembangan Profesi
Seorang guru haruslah berusaha meningkatkan atau mengembangkan
kebutuhan

akan

kemampuan

profesionalnya

agar

mengimbangi

tuntutan

pendidikan yang terus berkembang. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru
biasanya dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diikutinya, seperti kegiatan
karya tulis/ilmiah dalam bidang pendidikan, membuat alat-alat peraga sederhana
untuk proses pembelajaran, dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Senakin sering guru melakukan kegiatan-kegiatan tersebut maka semakin tinggi
pula motivasinya dalam mengembangkan profesi.30

28

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 93
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 93
30
Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 94

29

11

3. Kegiatan Penunjang Proses Pembelajaran dan Bimbingan
Kegiatan penunjang ini dapat membantu dalam upaya menambah wawasan
dan pengalaman guru dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilhat dari
keikutsertaan dan keaktifan guru dalam mengikuti kegiatan, sebagai berikut:
a. Organisasi profesi, seperti PAGI, PGRI, dan HIPKIN.
b. Gugus Sekolah.
c. Seminar.
d. Lokakarya, dan
e. Penataran.31
Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh serta menafsirkan
data tentang proses belajar sehingga dapat menjadi informasi untuk pengambilan
keputusan. Terdapat tiga unsur penilaian kinerja guru, yaitu (1) pendidikan, (2)
pengembangan profesi, dan (3) kegiatan penunjang proses pembelajaran dan
bimbingan.

31

Rusman, Model-model Pembelajaran , (Depok: Rajagrafindo Persada, 2014), hlm. 95

12

BAB III
KESIMPULAN
Guru yang profesional adalah guru yang mempunyai ilmu dan pengalaman yang
mampu merancang, mengelola pembelajaran, dengan tugas utama adalah mendidik.
Sedangkan profesionalisme guru yaitu suatu keahlian dalam bidang pendidikan yang menjadi
mata pencaharian yang diperoleh dari hasil pendidikan dan latihan.
Profesionalisme guru sangat lah penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Karena guru yang profesional akan meningkatkan kualitas pendidikan dan dapat
membantu dengan cepat untuk tercapainya tujuan pendidikan. Seorang guru yang telah
menerapkan empat kompetensi yaitu kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian, dan
profesional maka ia termasuk telah memenuhi syarat-syarat guru profesional.
Indikator kinerja guru antara lain:

Perencanaan Guru Dalam Program Kegiatan

Pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi dalam kegiatan.
Terdapat tiga unsur kegiatan penilaian kinerja guru, antara lain: pendidikan,
pengembangan profesi, Kegiatan Penunjang Proses Pembelajaran dan Bimbingan

13

DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dkk. Membangun Professionalisme Guru Dan Pengawas Sekolah. Bandung: CV
Yrama Widya. 2006.
Department Agama RI, Wawasan Tugas Guru Dan Tenaga Pendidikan. Jakarta: 2005.
Husein, Latifah. Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press. 2017.
Isjoni. Gurukah Yang Dipersalahkan?: Menakar Posisi Guru Di Tengah dunia Pendidikan
Kita. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.

Rusman, Model-model Pembelajaran. Depok: Rajagrafindo Persada. 2014.
Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. 2008.
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2001 Tentang Sistem Pendidikan nasional
(SISDIKNAS)

14

1