PERBANDINGAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONE

PERBANDINGAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA DAN AMERIKA
(KASUS PERKAWINAN SESAMA JENIS)

Oleh:
Fajar al Munawar 145060700111014

Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir sering terjadi isu terkait hak asasi manusia di
Indonesia di mana masyarakat merasa hak mereka tidak dapat mereka
dapatkan. Mereka dilarang melakukan sesuatu yang menurut mereka itu adalah
hak mereka. Mereka memprotes pihak yang menentang mereka dengan
semangat memperjuangkan HAM.
Isu perkawinan sejenis merupakan salah satu menjadi sorotan dalam hal ini.
Pihak mereka meyakini bahwa hal pasangan hidup adalah hak dan kebebasan
mereka tanpa boleh ada campur tangan pihak manapun. Salah satu kebebasan
yang dikehendaki tersebut yakni perkawinan sejenis yang dilakukan oleh kaum
gay/homoseks dan lesbian. Perkawinan sejenis dipandang destruktif dan
menyalahi kodrati fitrah manusia yang seharusnya dapat melakukan ikatan
bersama lawan sejenis dan mendapat keturunan, namun berbeda dengan

perkawinan sejenis yang lebih menginginkan hubungan menyimpang tersebut
atas dasar cinta kasih sayang guna membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah. Mereka memiliki komunitas tersendiri di mana beranggotakan
masyarakat yang membolehkan hubungan sesama jenis (LGBT). Masyarakat
menentang meraka dengan alasan aktivitas meraka melanggar HAM.
Dengan dilegalkannya hubungan sesama jenis oleh mahkamah agung AS,
LGBT Indonesia mendapatkan energi lebih untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Pada hari Jumat, 26 juni 2015 Mahkamah Agung Amereka Serikat membolehkan
pernikahan sesama jenis diseluruh wilayah AS yang meliputi 50 negara bagian,
padahal sebelumnya hanya 37 negara bagian saja yang telah mengesahkan
pernikahan sesama jenis.
Aturan tentang Perkawinan pada pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 telah dengan tegas mengatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.(UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan).
1.2 Rumusan Masalah
1.


Apa itu hak asasi manusia?

2.

Bagaimana sejarah terbentuknya konsep HAM?

3.

Bagaimana pandangan hak asasi manusia di indonesia terhadap
hubungan sesama jenis?

4.

Apa perbedaan hak asasi manusia di Indonesia dan Amerika Serikat?

1.3 Tujuan

1.

Agar mengetahui definisi hak asasi manusia


2.

Agar mengetahui sejarah terbentuknya konsep HAM

2

Agar mengetahui pandangan hak asasi manusia di Indonesia terhadap
hubungan sesama jenis

3

Agar mengetahui perbedaan hak asasi manusia di di Indonesia dan
Amerika Serikat

1.4 Manfaat
1.

Mengetahui definisi hak asasi manusia


2.

Mengetahui sejarah perkemabangan konsep HAM

3.

Mengetahui pandangan hak asasi manusia di Indonesia terhadap
hubungan sesama jenis

4.

Mengetahui perbedaan hak asasi manusia di Indonesia dan Amerika
Serikat

Bab 2
Tinjauan Pustaka
Hak a benar: mereka telah dapat menilai mana yg -- dan mana yg batil; 2 n milik;
kepunyaan: barang-barang ini bukan -- mu; 3 n kewenangan: dng ijazah itu ia
mempunyai -- untuk mengajar; 4 n kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb): semua warga negara yg telah

berusia 18 tahun ke atas mempunyai -- untuk memilih dan dipilih dl pemilihan
umum; 5 n kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu:
menantu tidak ada -- atas harta peninggalan mertuanya; 6 n derajat atau
martabat: orang Melayu pd waktu itu tidak sama -- nya dng orang Eropa; 7 n Huk
wewenang menurut hukum;
Hak asasi manusia hak yg dilindungi secara internasional (yaitu deklarasi PBB
Declaration of Human Rights), spt hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk
memiliki, hak untuk mengeluarkan pendapat;
Per·ka·win·an n 1 perihal (urusan dsb) kawin; pernikahan; 2 pertemuan hewan
jantan dan betina secara seksual;~ tempat mati, pb perkawinan yg sungguhsungguh dilakukan sesuai dng cita-cita hidup berumah tangga yg bahagia;~
campuran kawin campur; ~ levirat perkawinan antara seorang janda dng
saudara kandung bekas suaminya yg telah meninggal dunia berdasarkan adatistiadat yg berlaku dl masyarakat yg bersangkutan; ~ sekerabat perkawinan yg
dilakukan di antara individu yg masih ada pertalian darah; ~ tungku perkawinan
antara pemuda dan anak gadis dr saudara laki-laki ibunya (di Flores);
Penikahan sesama sejenis dapat juga dikenal sebangai pernikahan gay,
merupakan pernikahan antara dua orang yang memiliki jenis kelamin dan /atau
identitas gender. Pengakuan hukum pernikahan sejenis atau kemungkinan untuk
melakukan pernikahan sesama jenis atau kemungkinan untuk melakukan
pernikahan sesama jenis kadang-kadang disebut sebagai kesetaraan
perkawinan atau pernikahan setara, terutama oleh para pendukungnya.

les·bi·an /lésbian/ n wanita yg mencintai atau merasakan rangsangan seksual
sesama jenisnya; wanita homoseks;
ho·mo·seks /homoséks/ n hubungan seks dng pasangan sejenis (pria dng pria);

Bab 3
Pembahasan

4.1 Hak Asasi Manusia
HAM adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, tanpa hak-hak itu
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh
bersama dengan kelahirannya atau kehadirannya di dalam kehidupan
masyarakat(Tilaar, 2001). HAM bersifat umum karena diyakini bahwa beberapa
hak dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamin. HAM juga
bersifat supralegal, artinya tidak tergnatung pada adanya suatu negara atau
undang-udang dasar, kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih
tinggi karena berasal dari sumbe ryang lebih tinggi(Tuhan). UU No. 39/1999
tentang HAM mendefinisikan HAM sebagai seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan YME.
Ruang lingkup HAM meliputi: (1)hak probadi: hak-hak persamaan hidup,
kebebasan, keamanan, dan lain sebagainya; (2) hak milik pribadi dalam

kelompok sosial di mana ia ikut serta; (3) kebebasan sipil dan politik untuk dapat
ikut serta dalam pemerintahan; (4) hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi
dan sosial.
Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Dalam kaitannya dengan
pemerolehan hak ada dua teori yaitu teori McCloskey dan teori Joel Feinberg.
Menurut teori McCloskey dinyatakan bahwa pemberian hak adalah untuk
dilakukan, dimiliki, atau sudah dilakukan. Sedangkan dalam teori Joel Feinberg
dinyatakan bahwa pemberian hak penuh merupakan kesatuan dari klaim yang
absah (keuntungan yang didapat dari pelaksanaan hak yang disertai
pelaksanaan kewajiban). Dengan demikian keuntungan dapat diperoleh dari
pelaksanaan hak bila disertai dengan pelaksnaan kewajiban. Hal itu berarti
anatara hak dan kewajiban merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
dalam perwujudannya. Karena itu ketika seseorang menuntut hak juga harus
melakukan kewajiban.
John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.
Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan
manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam
kehidupan manusia

Undang undang nomer 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia
menyebutkan bahwa:
“Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.”
Hak asasi yang merupakan hal mendasar berupa sifat kodrati harus
dilindungi, dihormati, dan dijaga oleh setiap individu, masyarakat dan pemerintah.

Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM, menjadi kewajiban
dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah, bahkan negara. Jadi
dalam memenuhi dan menuntut hak tidak terlepas dari pemenuhan kewajiban
yang harus dilaksanakan. Begitu juga dalam memenuhi kepentingan
perseorangan tidak boleh merusak kepentingan orang banyak (kepentingan
umum). Karena itu pemenuhan, perlindungan dan penghormatan terhadap HAM
harus diikuti dengan kewajiban asas manusia dan tanggung jawab asasi manusia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan bernegara.
HAM dibedakan menurut sifatnya:
1.


2.

3.

4.

5.
6.

Personal rights, hak pribadi yang meliputi kemerdekaan bersikap,
berkehendak, bergerak.bertindak, berpendapat, memeluk agama/idealisme
dsb.
Political rights, yaitu hak poolitik pemerintahan yang meliputi turut memilih
dan dipilih, mendirikan partai politik, mengadakan petisi, demonstrasi,
berkumpul, berpartisipasi dalam politik dsb.
Property rights, yaitu hak asasi ekonomi yang meliputi hak milik benda,
menjual dan membeli, mengadakn janji dagang bsd, tanpa campur tangan
pemerintah secara berlebihan, kecuali peraturan bea cukai, pajak dan
pengaturan perdagangan pemerintahan.

Social and cultural rights, yaitu hak masyarakat dan budaya yang meliputi
hak memilih pendidikan dan pengajaran dan mengembangkan kebudayaan
yang disukai serta mengamalkannya pada masyarakat.
Rights of legal equality, yaitu hak mendapat perlakuan yang sama menurut
hukum dan kedudukan sederakat di hadapan hukum dan pemerintahan
Procedural rights, yaitu hak tata cara peradilan dan jaminan perlindungan
yang meliputi proses dan prosedur tata cara peradilan menurut peraturan
yang sah dan legal sebagai bukti pelaksanaan HAM, misalnya perihal
penahanan, penggeledahan, peradilan dan vonis.

4.2 Sejarah Perkambangan Konsep HAM
Berikut merupakan tahap tahap dalam terbentuknya konsep HAM:
a.

Magna charta;
Tanggal 15 Juni 1225 pemimpin pemberontak di Inggris, Stepen Langton,
Archbishop Canterbury dkk,di lapangan rumput daerah Lembah Sungai
Tahmes, yang diberi nama Runnymede, membacakan dan menyerahkan
dokumen tuntutan kepada Raja John, tentang:
- Pernyataan kemerdekaan bagi Gereja Inggris

- Pernyataan kemerdekaan bagi rakyat/penduduk kerajaan Inggris yang
bebas. Pernyataan ini menyatakan bahwa para petugas keamanan maupun
para pemungut pajak tidak diperbolehkan mengambil gandum atau hewan
tanpa pembayaran yang segera dalam bentuk uang, kecuali atas kehendak
si pemilik sendiri.
- Pernyataan bahwa para petugas polisi serta kejaksaan tidak akan menuduh
atau menuntut seseorang tanpa saksi dan fakta yang dpaat dipercaya.

- Pernyataan bahwa tidak seorangpun dapat ditahan, ditangkap, dibuang, atau
dibunuh tanpa alasan hukum/pertimbangan dari kepala distrik yang
bersangkutan. Keadilan haruslah berlandaskan hukum dan hak-hak itu tidak
diperjualbelikan, dan semua berhak atas hak itu.
b.
Petition of rights
Tahun 1628 dalam badan perwakilan rakyat inggris diajukan berbagai
pertanyaan kepada raja mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Semua
jawaban yang diberikan raja dianggap sebagai suatu ketegasan hukum terutama
mengenai hal-hal yang sebelumnya masih kabur, tidak jelas atau tidak terdpat
ketentuannya berupa peraturan tertulis.
c.
Habeas Corpus Act
tahun 1670 diberlakukan Habeas Corpus Act, yakni undang undang
penegasan penahanan, berupa surat perintah raja atau atas nama raja kepada
seorang perugas yang diperkirakan telah menangakap atau menahan seseorang
secara tidak adil atau tidak manusiawi. Berdasarkan surat perintah itu, maka
orang yang ditangkap/ditahan harus diperiksa sehingga ada ketegasan tentang
alasan penahanannya menurut fakta perbauatan dan hukum. HAM mengenai
kemerdekaan pribadi menjadi lebih nyata.
d.
Bill of Rights
Tahun 1689 diumumkan the Bill of Right, yakni undang undang HAM
Amerika Serikat. Undang undang ini merukapan amandemen tambahan
terhadap konstitusi USA yang diatus secara tersendiri dalam 10 pasal tambahan,
meskipun secara pronsip HAM telah termuat dalam Declaration of independence
mereka.
e.
Declaration Des Droits de L’home et du Citoyen
Tahun 1789 diberlakukan pernyataan HAM dan hak warga negara Perancis.
Dalam deklarasi itu dinyatakan bahwa manusia dilahirkan merdeka, lalu dimuat
daftar hak-hak manusia dan warga negara Perancis.
Selanjutnya bermunculan dokumen pernyataan HAM dalam UUD negara
merdeka. PBB 10 Des 1948 meresmikan Universal Declaration of Human Rights
yang diterima secara aklamasi. Tahun 1966 sidang umum PBB menerima
Coventant of Economic, Social and Cultural Rights serta Covenant on Civil and
Political Rights.
4.3 HAM Menurut Tataran Global
a.
b.
c.

Menurut konsep negara-negara barat
Ingin meninggalkan konsep negara yang mutlak.
Ingin mendirikan federasi rakyat yang bebas, negara sebagai koordinator
dan pengawas
Filosofi dasar: hak asasi tertanam pada diri individu manusia
Hak asasi lebih dulu ada daripada tatanan negara
Menurut konsep Sosialis
Hak asasi hilang dari individu dan terintegerasi dalam masyarakat
Hak asasi manusia tidak ada sebelum, negara ada
Negara berhak membatasi hak asasi manusia apabila situasi menghendakli
Menurut konsep bangsa-bangsa Asia Afrika

d.
-

Tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama/sesuai dengan kodratnya
Masyarakat sebagai keluarga besar artinya penghormatan utama untuk
kepala keluarga
Individu tunduk kepada adat yang menyangkut tugas dan kewajiban
Menurut konsep PBB
Universal declaration of human rights
Hak untuk hidup
Kemerdekaan dan kemanan
Hak untuk diakui keprobadiannya menurut hukum
Hak untuk memperoleh perlakuan yang sama dengan orang lain menurut
hukum
Hak untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana seperti diperiksa
di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah
Hak untuk masuk dan keluar wilayah suatu negara
Hak untuk mendaoat hak milik atas benda
Hak untuk bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
Hak untuk bebas memeluk agama serta mempunyai dan mengeluarkan
pendapat
Hak untuk bermusyawarah dan berkumpul
Hak untuk mendapatkan jaminan sosial
Hak untuk mendapatkan pekerjaan
Hak untuk berdagang
Hak untuk mendapatkan pendidikan
Hak untuk turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
Hak untuk menikmati dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

4.4 Pandangan Hak Asasi Manusia terhadap Perkawinan Sesama Jenis
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 telah dengan tegas mengatakan
bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.(UU
No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).
Hak Asasi Manusia (HAM) sudah ada sejak manusia ada karena HAM
berasal dari status kita sebagai manusia, sehingga HAM bukanlah suatu hal yang
baru dalam kehidupan manusia , hanya saja apa sekarang kita sebut sebagai
HAM baru di kodifikasikan diformalkan dalam abad terakhir ini. Kampanye
legalitas pernikahan sejenis selalu menggunakan dalih hak asasi manusia (HAM)
sebagai upaya meresmikan hubungan mereka.
Komisioner Komisi Nasional (Komnas) HAM Maneger Nasution mengaku
jika suatu saat muncul usulan tersebut, dirinya akan dengan tegas menolak
aturan pernikahan sejenis. Maneger mengatakan lembaganya tidak pernah
membicarakan persoalan legalitas hubungan sesama jenis. Apalagi perilaku ini
memang sudah bertentangan dengan landasan hukum di Indonesia. "Komnas
HAM tidak pernah membicarakan legalitas pernikahan sejenis. Kalau ada yang
mengusulkan, maka saya akan dengan tegas menolak," katanya saat dihubungi
ROL, Jumat (3/7). Menurutnya, selama ini pembicaraan Komnas lebih mengarah

pada penyembuhan jika pelaku hubungan sejenis terkena penyakit. Tidak ada
pembahasan mengenai usulan pernikahan sejenis karena memang di Indonesia
tidak akan pernah terbuka peluang memberikannya. Hingga saat ini tidak ada
rencana pembahasan legalitas pernikahan sejenis. Walaupun tidak menutup
kemungkinan usulan itu bisa muncul. Semenjak disahkannya aturan legalitas
pernikahan sejenis di Amerika, dukungan gerakan ini semakin meluas dan
secara terang-terangan. Bahkan beredar kabar Komnas HAM akan turut
membahas hal tersebut dalam sidang paripurna. Namun kabar ini segera
dibantahnya.
Anggota Majlis Tarjih PP Muhammadiyah, Marifat Iman menyampaikan
bahwa pernikahan sejenis atas nama hak asasi manusia (HAM) justru melanggar
HAM itu sendiri. Pasalnya, HAM yang seharusnya diperjuangkan adalah hak
yang sesuai dengan kodrat alam dan digariskan Tuhan. Hal ini mengingat
manusia telah diciptakan berpasang-pasangan. Walaupun Indonesia bukan
negara agama, Indonesia menganut ketuhanan yang maha esa. Nilai-nilai
keagamaan harus ditanamkan dalam melakukan segala hal. Budaya timur yang
menjunjung moralitas dan etika bangsa sudah pasti melarang perkawinan
sesama jenis, yang bukan hanya melanggar HAM tetapi juga merusak moral dan
etika.
Fatwa sesat Ade Armando, salah satu pendukung LGBT Indonesia yang
terinspirasi dari Musda Mulia itu dikecam habis pakar kedokteran jiwa dari
Fakultas kedokteran Indonesia (FK-UI) Prof DR.dr, H Dadang Hawari, Menurut
Dadang, perilaku LGBT itu bukan fitrah atau gen, tapi penyakit. LGBT itu
penyimpangan atau kelainan, bisa dikoreksi (disenbuhkan) karena bukan dari
gen, tapi pengaruh lingkungan, yang penting yang bersangkutan menyadari
bahwa apa yang dia lakukan tidak sesuai dengan fitrah, Prof Dadang juga
berpendapat bahwa menghalalkan perkawinan (homoseksual dan lesbian)
sebenarnya lebih bersumber dari jiwa yang sakit, emosi yang tidak stabil dan
nalar yang sakit, penyakit homo atau lesbi bisa diobati, kasus homoseksual tidak
terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses perkembangan psikoseksual
seseorang, terutama faktor pendidikan keluarga di rumah dan pergaulan sosial.
4.5 Perlakuan Perkawinan Sesama Jenis di Indonesia dan Amerika
Peristiwa yang terjadi di AS memberikan pengaruh besar terhadap negara
lain termasuk Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi alasan dalam pelegalan
perkawinan sesama jenis. Indonesia adalah negara hukum. Segala lini diatur
oleh hukum dan hukum dijunjung tinggi. Hukum berlaku bagi siapa saja yang
ada di Indonesia. Hukum di Indonesia tidak mendukung untuk dilegalkannya
perkawinan sesama jenis.
Indonesia memiliki Undang-undang sendiri yaitu dalam Pasal 2 ayat (1) UU
Perkawinan dikatakan juga bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Ini berarti
selain negara hanya mengenal perkawinan antara wanita dan pria, negara juga
mengembalikan lagi hal tersebut kepada agama masing-masing. Mengenai
perkawinan yang diakui oleh negara hanyalah perkawinan antara pria dan wanita

juga dapat dilihat dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan (“UU Adminduk”).
Amerika dan Indonesia sangat berbeda dalam hal keadaan penduduknya.
Legalitas perkawinan sesama jenis di Amerika dan Indonesia akan memberikan
penerimaan masyarakat yang berbeda. Negara Indonesia yang berbudaya
ketimuran menjunjung tinggi nilai agama, moral dan etika, melarang perkawinan
sesama jenis. Perkawinan sesama jenis melanggar moral dan etika manusia
sebagai makhluk yang diciptakan berpasangan dan melanggar undang-undang
dasar tentang perkawinan yang akan sah apabila sesuai dengan hukum agama
masing-masing pihak. Agama yang diakui di Indonesia tidak ada yang
membolehkan perkawinan sesama jenis. Selain itu, perkawinan sesama jenis
dapat mengurangi eksistensi manusia di muka bumi. Negara Amerika yang tidak
menjunjung moral dan etika dan tidak beragama tidak dapat disamakan dengan
Indonesia. Jati diri Indonesia harus tetap dijaga dan tidak boleh dilunturkan demi
kemajuan bangsa.
Negara Amerika sendiri tidak menerapkan HAM dengan cara yang sama
dengan yang ada di Indonesia. Banyak aktivitas Negara Amerika dair dulu
sampai sekarang yang tidak sesuai dengan HAM di Indonesia. Penerapan yang
berbeda akan berakibat pada kebijakan yang dibuat. Undang undang tentang
HAM, perkawinan di Amerika berbeda dengan Indonesia sehingga kebijakan
perkawinan sesama jenis tidak melanggar undang undang di sana. Indonesia
sebagai negara hukum harus menjunjung tinggi hukum yang sudah ditetapkan.
Hukum di Indonesia tidak melegalkan hubungan sesama jenis karena hubungan
sesama jenis melanggar poin –poin hukum tentang perkawinan.

Bab 4

Penutup
4.1 Kesimpulan
1.

Hak asasi manusia atau HAM adalah seperangkat hak yang dikenakan pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang wajib
dihormati, dijaga, dan dilindungi. HAM sudah diatur dalam undang undang
pemerintahan Upaya untuk melindungi, menjaga HAM adalah kewajiban
setiap individu, masyarakat, dan pemerintah. Segala hal yang merandahkan
martabat manusia meruapakan pelanggaran terhadap HAM. HAM bersifat
kodrati sehingga tidak ada kuasa apapun yang dapat mencabutnya.

2.

Di Indonesia, perkawinan sesama jenis merupakan tindak pelanggaran
terhadap HAM. Manusia dilanggar kehormatannya sebagai manusia yang
diciptakan berpasangan. Badan yang beraktivitas di bidang HAM di
Indonesia tidak pernah membahas legalitas hubungan sesama jenis.

3.

Negara Amerika yang melegalkan hubungan sesama jenis memiliki
perbedaan dalam segi hukum dan keadaan penduduknya. HAM di Indonesia
dan Amerika juga berbeda di mana Amerika tidak menerapkan HAM sama
seperti yang diterapkan oleh Negara Amerika. Negara Indonesia yang
memiliki asas ketuhanan yang maha esa tidak melegalkan hubungan
sesama jenis karena melanggar aturan hukum dan agama yang berlaku.

Daftar Pustaka

Chasanah, Nur.2014.STUDI KOMPARATIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM
ISLAM DI INDONESIA MENGENAI PERKAWINAN SEJENIS.Jurnal
Cendekia.Volume 12: hal 1
Effenfi, Mansyur.1994.Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam Hukum
Nasional dan Internasional.Jakarta:Ghalia Indonesia
Sanawiyah.2015.PERKAWINAN SEJENIS MENURUT HAK ASASI MANUSIA
(HAM) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.FAI.Volume 2: hal 79-82
Tim ICCE UIN Jakarta.2003.Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani.Jakarta : Prenada Media
______ Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974
______ Republika.Co.Id, Jakarta.