PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM M

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN
MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK
SEBAGAI UPAYA DASAR MENENTUKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Dian Novita Rohmatin(1), Ana Rahmawati(2)
Universitas Pesantren Tinggi Darul'Ulum Jombang
diannovita711@gmail.com , rahmawatiana@gmail.com

ABSTRACT
This research is to describe student's critical thinking profile in solving problems based on multiple intelligence, therefore,
included descriptive study with qualitative approachment. Critical thinking refers to criteria of critical thinking FRISCO. In
this research, there are 7 subjects, one subject in each category linguistik, matematis, musical, kinestetis, spatial,
interpersonal, intrapersonal. Collecting data by test and interviews. Based on the results revealed that subject linguistic
intelligence and logical mathematical having similar profiles. They know focus, reason, situation, clarity and overview in
every stage of Polya problem solving. Subject musical intelligence knows focus, reason, situation, clarity and overview when
understanding problem and make a plan. When implementing the plan she describes six criteria of critical thinking, but the
explanation is illogical and inconsistent. When looking back, subject just satisfy the focus, situation, clarity and overview.
Subjects kinesthetic intelligence explain all criteria critical thinking at every step Polya problem solving, but focus when
implementing the plan is unsuitable with context of the problems. While inference when understand and implement the plan
also less obvious and illogical, clarity when implementing the plan is also only partially explained. Subjects visual-spatial
intelligence when understand and implement the plan describes criteria focus, reason, situation, with clarity and overview
logically. While making plans and looking back, she explain focus, reason, clarity, and situation logically. Subjects

interpersonal intelligence didn't overview when understanding problem. When making and implementing a plan she describes
criteria focus, reason, situation, and overview, but the explanation illogical, because the concepts are inconsistent. When
looking back, subject explain each of the criteria, but the clarity which she gave illogical. Subject intrapersonal explain focus,
reason, situation, clarity at every stage of problem solving. Inference isn't described at any stage. Overview don't when
implementing the plan
Key Word: Critical Thinking, Problem Solving, and Multiple Intelligence

1. PENDAHULUAN
Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir tingkat tinggi sebagaimana diungkapkan oleh Krulik dan
Rudnick (1999). Ennis (1992) mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir logis dan masuk akal yang
difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dipercaya dan dilakukan. Dengan demikian berpikir
kritis dapat membantu seseorang dalam pengambilan keputusan tentang apa yang dipercaya atau yang akan
dilakukan secara logis berdasarkan fakta-fakta yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Sehingga berdasarkan
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis penting untuk dimiliki oleh setiap individu yang dapat
dilatihkan melalui pembelajaran di sekolah, khususnya melalui pembelajaran matematika. Hal ini didukung oleh
pendapat Lambertus (2009) bahwa berpikir kritis merupakan potensi yang dimiliki oleh setiap orang, dapat di
ukur, dilatih, dan dikembangkan. Dengan melatih berpikir kritis secara terus menerus pada siswa melalui
pembelajaran matematika, maka berpikir kritis dapat menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan siswa dalam
kehidupannya. Selanjutnya untuk menilai berpikir kritis seseorang, Ennis (1995: 4-8) memperkenalkan enam
kriteria berpikir kritis (yang disingkat FRISCO) meliputi: (1) focus, (2) reason, (3) inference, (4) situation, (5)

clarity, dan (6) overview.

Sementara itu, dalam kehidupan sehari-hari setiap individu pasti dihadapkan pada masalah dan dituntut untuk
mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Dalam pemecahan masalah, seseorang melakukan aktivitas mental
seperti berupaya memahami masalah yang sedang dihadapi, memikirkan rencana penyelesaian, dan

27

menerapkannya untuk menemukan solusi. Selain itu aktivitas terakhir dalam pemecahan masalah adalah
memeriksa kembali hasil pemikiran dan solusi yang telah diperoleh. Hal ini sejalan dengan pendapat Polya (1973)
yang membagi langkah pemecahan masalah menjadi empat tahap, yaitu (1) memahami masalah, (2) membuat
rencana, (3) melaksanakan rencana, dan (4) memeriksa kembali. Syah (1997: 120) mengatakan bahwa berpikir
rasional dan berpikir kritis merupakan perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan
masalah. Dengan demikian, berpikir kritis dan pemecahan masalah merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Akan tetapi berdasarkan wawancara personal dengan beberapa guru matematika, pembelajaran matematika di
kelas jarang yang ditujukan untuk melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran matematika hanya
dilakukan untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari pendidik ke peserta didik tanpa memberikan kesempatan
yang cukup bagi siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Berkaitan dengan pendidikan, Suryabrata (2006) mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan dan pengajaran,
masalah intelegensi (kecerdasan) merupakan salah satu masalah pokok yang banyak dikupas dalam penelitian.

Selanjutnya Suryabrata (2006), menyatakan tentang peranan kecerdasan dalam pendidikan. Adakalanya
kecerdasan menentukan berhasil atau tidaknya belajar seseorang dan adalakanya juga tidak mempengaruhi hal
tersebut, tetapi pada umumnya kecerdasan merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil
atau gagalnya belajar seseorang. Selanjutnya, Karniasih (2010) mengatakan bahwa hadir sebuah teori baru
tentang kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner. Terdapat sembilan kecerdasan yang diidentifikasi oleh
Gardner yang disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Lebih lanjut Karniasih (2010)
menyatakan bahwa kegiatan pendidikan anak hendaknya memperhatikan kecerdasan atau potensi dalam diri anak
dan setiap kecerdasan dapat dirangsang menggunakan cara yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian berjudul "Profil Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah
Matematika Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk Sebagai Upaya Dasar Menentukan Strategi Pembelajaran " .

Dengan mengetahui profil berpikir kritis siswa, maka guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai untuk
melatihkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek diambil dari tujuh jenis
kecerdasan majemuk, masing-masing satu subjek pada kecerdasan linguistik, matematis, musical, gerak, ruang,
interpersonal dan intrapersonal. Subjek yang dipilih harus dapat mengomunikasikan hasil pemikirannya. Untuk
memperoleh data yang dibutuhkan, dilakukan tes untuk menyelesaikan tugas pemecahan masalah (TPM) dan
wawancara berkaitan dengan hasil pekerjaan subjek atas TPM. Sebelum dianalisis, perlu diperiksa keabsahan data

dengan menggunakan triangulasi waktu. Data yang valid kemudian dianalisis dan disimpulkan. Dari simpulan
tersebut diperoleh deskripsi profil berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah ditinjau dari kecerdasan
majemuk. Proses analisis data berpedoman pada tabel berikut.

Tabel 1 Kriteria FRISCO pada setiap langkah pemecahan Polya
Memahami masalah
F

Membuat Rencana

Melaksanakan Rencana
Memeriksa Kembali
membangun makna tentang memutuskan strategi apa langkah-langkah penerapar
masalah apa yang akan yang akan dipakai untuk strategi yang telah dipilih
dipecahkan, dapat dilakukan memecahkan masalah
dengan merumuskan kembali

28

keputusan

untuk
memeriksa
jawaban
yang telah diperoleh

R

I

masalah dengan kalimat,
gambar, grafik, atau lainnya
memberikan alasan terhadap
hasil rumusan masalah yang
telah dibangun
proses penarikan kesimpulan
yang masuk akal menurut
peneliti (tidak bertentangan
dengan data yang ada) dari
rangkaian
alasan

yang
dikemukakan sampai pada
penarikan kesimpulan

S

mengetahui
apa
diketahui dan apa
ditanyakan dalam soal

C

menjelaskan
istilah-istilah
yang digunakan (dipantau
melalui wawancara)
mengecek semua hal yang
telah dilakukan dari alasan,
rangkaian alasan sampai pada

kesimpulan, apakah semuanya
masuk akal

O

yang
yang

memberikan
alasan
mengapa
menggunakan
strategi tersebut
proses
penarikan
kesimpulan yang masuk
akal (menurut peneliti) dari
rangkaian
alasan
menggunakan

strategi
tertentu
sampai
pada
keputusan
untuk
menggunakan
strategi
tersebut
mengetahui hal-hal penting
yang perlu diperhatikan
dalam membuat rencana,
misalnya mengetahui apa
yang harus dilakukan ketika
diterapkan strategi tersebut
pada masalah yang dihadapi
menjelaskan istilah-istilal
yang digunakan (dipantau
melalui wawancara)
mengecek semua hal yang

telah dilakukan, dari alasan,
rangkaian alasan sampai
pada keputusan tentang
strategi yang akan dipakai,
apakah masuk akal untuk
memecahkan masalah yang
dihadapi

mengetahui alasan langkah memberikan
alasan
penerapannya
mengapa
memeriksa
jawaban tersebut
proses penarikar kesimpulan proses
penarikan
yang masuk akal (menurut kesimpulan yang masuk
peneliti) dari rangkaian alasan akal (menurut peneliti)
alasan
sampai

sampai
keputusan dari
keputusan
untuk
langkah-langkah
memeriksa
kembali
penerapannya
jawaban
yang
telah
dihasilkan
mengetahui hal-hal penting
yang perlu diperhatikan dalam
langkah-langkah penerapan
strategi, misalnya urutan
langkah
penyelesaian
(algoritmik)


mengetahui
hal-hal
penting
yang
perlu
diperhatikan
dalam
memeriksa jawaban yang
telah diperoleh

menjelaskan
istilah-istilah
yang digunakan (dipantau
melalui wawancara)
mengecek semua hal yang
telah dilakukan, dari alasan,
rangkaian alasan sampai pada
keputusan
tentang
langah-langkah
penerapaT
strategi yang tela! dilakukan,
apakah masuk akal untuk
memecahkan masalah yang
dihadapi

menjelaskan istilah-istilah
yang digunakan (dipantau
melalui wawancara)
mengecek semua hal yang
telah dilakukan, dari
alasan, rangkaian alasan
sampai pada kesimpulan
untuk
memeriksa
jawaban,
apakah
semuanya masuk akal
untuk
masalah
yang
sedang dipecahkan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan tes kecerdasan majemuk, diperoleh informasi bahwa ketujuh jenis kecerdasan muncul pada
siswa-siswi SMPN 3 Peterongan. Sehingga subjek dalam penelitian ini ada 7 siswa yaitu masing-masing satu
subjek pada kecerdasan linguistik, matematis, musical, gerak, ruang, interpersonal dan intrapersonal. Selanjutnya
ketujuh subjek tersebut diberikan TPM I dan wawancara. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pada
subjek dengan kecerdasan linguistik, ketika memahami masalah ia menjelaskan kriteria berpikir kritis yang
hamper mirip dengan subjek dengan kecerdasan matematis-logis. Mereka mengetahui fokus, reason, situation,
clarity dan overview pada setiap tahap pemecahan masalah Polya. Subjek dengan kecerdasan musik mengetahui
fokus, reason, situation, clarity dan overview pada tahap memahami masalah dan membuat rencana. Sementara
pada tahap melaksanakan rencana subjek menjelaskan keenam kriteria berpikir kritis, namun penjelasannya tidak
logis dan tidak sesuai dengan konteks masalah yang dihadapi. Tahap memeriksa kembali, subjek hanya memenuhi
fokus, situation, clarity dan overview. Subjek dengan kecerdasan kinestetik menjelaskan seluruh kriteria berpikir
kritis pada setiap langkah pemecahan masalah Polya, namun fokus pada saat melaksanakan rencana kurang sesuai
dengan konteks permasalahan yang dihadapi. Sementara inferensinya pada tahap memahami dan melaksanakan
rencana juga kurang jelas dan kurang logis, selain itu clarity pada tahap melaksanakan rencana juga hanya
dijelaskan sebagian. Subjek dengan kecerdasan ruang-visual pada tahap memahami dan melaksanakan rencana
menjelaskan kriteria fokus, reason, situation, clarity dan overview dengan logis. Sementara pada tahap membuat

29

rencana dan memeriksa kembali menjelaskan fokos, reason, situation dan clarity dengan logis. Subjek dengan
kecerdasan interpersonal tidak melaksanakan overview pada tahap emahami masalah. Pada tahap membuat dan
melaksanakan rencana ia menjelaskan kriteria fokus, reason, situation, dan overview, namun penjelasannya
kurang logis karena ia menggunakan konsep yang tidak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sedangkan
pada tahap memeriksa kembali subjek menjelaskan setiap kriteria namun clarity yang dia berikan tidak logis.
Subjek dengan kecerdasan intrapersonal menjelaskan fokus, reason, situation, clarity pada setiap tahap
pemecahan masalah. Sementara inferensi tidak dijelaskan oleh subjek pada setiap tahap pemecahan masalah.
Sedangkan overview dilakukan oleh subjek kecuali pada tahap melaksanakan rencana.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan:
4.1 Ketujuh jenis kecerdasan majemuk muncul dari siswa-siswi SMPN 3 Peterongan, yaitu kecerdasan linguistik,
matematis, musical, gerak, ruang, interpersonal dan intrapersonal.
4.2 Subjek dengan kecerdasan linguistik dan matematis-logis mempunyai profil yang mirip. Mereka mengetahui
fokus, reason, situation, clarity dan overview pada setiap tahap pemecahan masalah Polya. Subjek dengan
kecerdasan musik mengetahui fokus, reason, situation, clarity dan overview pada tahap memahami masalah dan
membuat rencana. Sementara pada tahap melaksanakan rencana subjek menjelaskan keenam kriteria berpikir
kritis, namun penjelasannya tidak logis dan tidak sesuai dengan konteks masalah yang dihadapi. Tahap memeriksa
kembali, subjek hanya memenuhi fokus, situation, clarity dan overview. Subjek dengan kecerdasan kinestetik
menjelaskan seluruh kriteria berpikir kritis pada setiap langkah pemecahan masalah Polya, namun fokus pada saat
melaksanakan rencana kurang sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi. Sementara inferensinya pada
tahap memahami dan melaksanakan rencana juga kurang jelas dan kurang logis, selain itu clarity pada tahap
melaksanakan rencana juga hanya dijelaskan sebagian. Subjek dengan kecerdasan ruang-visual pada tahap
memahami dan melaksanakan rencana menjelaskan kriteria fokus, reason, situation, clarity dan overview dengan
logis. Sementara pada tahap membuat rencana dan memeriksa kembali menjelaskan fokos, reason, situation dan
clarity dengan logis. Subjek dengan kecerdasan interpersonal tidak melaksanakan overview pada tahap
memahami masalah. Pada tahap membuat dan melaksanakan rencana ia menjelaskan kriteria fokus, reason,
situation, dan overview, namun penjelasannya kurang logis karena ia menggunakan konsep yang tidak sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi. Sedangkan pada tahap memeriksa kembali subjek menjelaskan setiap
kriteria namun clarity yang dia berikan tidak logis. Subjek dengan kecerdasan intrapersonal menjelaskan fokus,
reason, situation, clarity pada setiap tahap pemecahan masalah. Sementara inferensi tidak dijelaskan oleh subjek
pada setiap tahap pemecahan masalah. Sedangkan overview dilakukan oleh subjek kecuali pada tahap
melaksanakan rencana.

5. UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini tidak dapat terlaksana tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, M. A. selaku Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum Jombang.

2.

Ir. Drs. Sumargono, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pesantren Tinggi Darul 'Ulum Jombang.

30

3.

Dosen-dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pesantren Tinggi Darul 'Ulum
Jombang.

6. DAFTAR PUSTAKA
Ennis, Robert H. (1992). Critical Thinking: What Is It? http://www.ed.uiuc.edu/eps/PES-Yearbook/92
docs/ENNIS.HTM. Diakses tanggal 4 februari 2011. Ennis, Robert H. (1995). Critical Thinking. New
Jersey: Prentice-Hall.
Karniasih, Imas. (2010). Mendidik SQ anak menurut Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Pustaka Marwa.
Krulik, Stephen & Jesse A. Rudnick. 1999. Innovative Tasks to Improve Critical and Creative Thinking Skills.
P.138-145.from Developing Mathematical Reasoning in Grades K-12.1999 Year book. Stiff, Lee v.
Curcio, Franses R. Reston. Virginia: the national Council of Teachers of mathematics, Inc.
Lambertus. (2009). Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika di SD.
Artikel jurnal Forum Kependidikan, Volume 28, Nomor 2.
Polya, G. (1973). How to Solve It. New Jersey: Princenton University Press.
Suryabrata, Sumadi. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin. (1997). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

31