PERAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DALAM PEMB

PERAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Pengertian tersebut
mengidentifikasikan kepada kita bahwa yang termasuk unsur-unsur komunikasi
adalah komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung amat efektif, baik
antara pengajar dengan pelajar maupun diantara para pelajar sendiri sebab
mekanismenya memungkinkan si pelajar terbiasa mengemukakan pendapat
secara argumentatif dan mengkaji dirinya, apakah yang telah diketahuinya itu
benar atau tidak. Agar jalannya komunikasi berkualitas, maka diperlukan suatu
pendekatan komunikasi yaitu; pendekatan secara ontologis (apa itu
komunikasi), tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya
komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu
dilaksanakan).

Hal – hal penting yang perlu diperhatikan saat proses informasi untuk
komunikasi dalam pembelajaran, antara lain: (1) hal yang akan disampaikan
sampai kepada penerima tanpa ada pembiasan isi (subject = outcome), (2) hal
yang akan disampaikan setingkat dengan kemampuan siswa dalam menelaah
(tingkat intelegensi siswa, pengalaman-pengalaman yang pernah didapat), (3)
siswa terikat secara aktif dalam proses belajar dengan cara menghubungkan apa
yang mereka dapat sebelumnya dengan hal baru yang akan disampaikan, (4)
siswa diminta menunjukkan kemajuan sehingga pencapaiannya dapat dianalisis,
umpan balik mendapat respon sehingga terlihat jelas sukses dalam usahanya,
dan (5) siswa diberi waktu luang yang cukup untuk berlatih dengan kondisi
beragam untuk meyakinkan proses retensi dan tranfer yang sedang terjadi.
Ditinjau dari prosesnya pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata
bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia,
yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.
Lazimnya pada tingkatan bawah dan menengah pengajar itu disebut guru,
sedangkan pelajar disebut dengan murid; pada tingkatan tinggi pengajar
dinamakan dengan dosen, sedangkan pelajar dinamakan dengan mahasiswa.
Pada tingkatan apapun proses komunikasi antara pelajar dan pengajar itu pada
hakekatnya sama saja. Perbedaannya hanyalah pada jenis pesan serta kualitas
yang disampaikan oleh si pengajar kepada di pelajar.

Tujuan pendidikan adalah khas atau khusus, yaitu meningkatkan
pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya. Jelas

perbedaannya dengan tujuan penerangan, propaganda, indoktrinasi dan agitasi
sebagaimana disinggung di atas. Tujuan pendidikan akan tercapai jika prosesnya
komunikatif. Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di dalam
kelas secara tatap muka (face to face). Karena kelompoknya relatif kecil.
Meskipun komunikasi antara pelajar dan pengajar dalam ruang kelas itu
termasuk komunikasi kelompok, sang pelajar sewaktu-waktu bisa mengubahnya
menjadi komunikasi antarpersona. Terjadilah komunikasi dua arah atau dialog
di mana si pelajar menjadi komunikan dan komunikator, demikian pula sang
pengajar. Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap
responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau
tidak diminta. Jika si pelajar pasif saja dalam arti kata hanya mendengarkan
tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pernyataan atau pertanyaan,
maka meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka, tetap saja berlangsung satu
arah dan komunikasi itu tidak efektif.
Berdasarkan berbagai latar belakang dan pernyataan diatas, komunikasi
memiliki hubungan yang sangat erat dengan efektifitas dan efisiensi dalam
kegiatan belajar mengajar antara seorang guru dengan siswanya. Karena itulah,

kelompok kami memilih untuk membahas “ Penerapan Komunikasi yang
Efektif dalam Kegiatan Pembelajaran “.
B.
1.
2.
3.
4.
C.

1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka muncul beberapa masalah
yang dapat kami rumuskan sebagai berikut :
Apa yang dimaksud dengan proses belajar mengajar sebagai proses
komunikasi?
Bagaiamana menerapkan komunikasi yang efektif untuk kelancaran proses

pembelajaran ?
Teori komunikasi apa saja yang bisa digunakan dalam kegiatan
pembelajaran ?
Bagaimana implementasi teori komunikasi dalam kegiatan belajar di
sekolah ?
Tujuan Pembahasan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan
diatas, maka beberapa tujuan yang ingin kami capai setelah observasi dan
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
Kita bisa memahami pengertian komunikasi dalam pembelajaran.
Mampu menerapkan komunikasi yang efektif unuk kelancaran proses
pembelajaran.
Kita mampu menjelaskan dan memahami teori-teori komunikasi apa saja
yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Mampu menerapak teori-teori tersebut dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi

Ditinjau dari etimologi, komunikasi berasal dari kata communicare yang
berarti “membuat sama”. Definisi kontemporer menyatakan bahwa komunikasi
berarti “mengirim pesan”. Menurut (Effendy. 2003: 9) istilah komunikasi
(communication) berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama
makna. Berbicara mengenai definisi komunikasi tidak ada definisi yang salah
dan benar secara absolute.
Namun definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada
kalimat “mendiskusikan makna”, ”mengirim pesan” dan ”penyampaian pesan
lewat media”. Apapun istilah yang dipakai, secara umum komunikasi
mengandung pengertian “memberikan informasi, pesan, atau gagasan pada
orang lain dengan maksud agar orang lain tersebut memiliki kesamaan
informasi, pesan atau gagasan dengan pengirim pesan.
B. Konsep Komunikasi
Konsep komunikasi menurut John R. Wenburg, William W. Wilmoth dan
Kenneth K Sereno dan Edward M Bodaken terbentuk menjadi 3 tipe: pertama,
searah: pemahaman ini bermula dari pemahaman komunikasi yang berorientasi
sumber yaitu semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk
menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon penerima.
Kedua, interaksi: pandangan ini menganggap komunikasi sebagi proses

sebab-akibat, aksi-reaksi yang arahannya bergantian. Ketiga, transaksi: konsep
ini tidak hanya membatasi unsur sengaja atau tidak sengaja, adanya respon
teramati atau tidak teramati namun juga seluruh transaksi perilaku saat
berlangsungnya komunikasi yang lebih cenderung pada komunikasi berorientasi
penerima. Saat dosen memberi kuliah, komunikasi bukan saja berdasarkan fakta
bahwa mahasiswa menafsirkan isi kuliah tetapi juga dosen menafsirkan perilaku
anggukan atau kerutan kening mahasiswa.
Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan
makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti
makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan antara kedua
orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti
bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan.

C. Unsur-unsur komunikasi
1. Komuniakator (communicator)
Yaitu memberi berita, yang dalam hal ini adalah orang yang berbicara,pengirim

berita atau orang yang memberitakan.
2. Menyampaikan berita,
Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau
menyiarkan.
3. Berita
Berita yang disampaikan (message), dapat dalam bentuk perintah, laporan, atau
saran.
3. Komunikan (communicate)
Yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung. Dengan kata
lain orang yang menerima berita.
4. Tanggapan atau reaksi (response), dalam bentuk jawaban atau reaksi. Kelima
unsure komunikasi tersebut (Komuniakator, Menyampaikan berita, Berita-berita
yang disampaikan, Komunikan dan Tanggapan atau reaksi) merupakan kesatuan
yang utuh dan bulat, dalam arti apabila satu unsure tidak ada, maka komunikasi
tidak akan terjadi.
D. Bentuk-bentuk komunikasi
a) Komunikasi verbal
Yaitu salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada pihak lain baik secara tertulis maupun pesan.
 Hasil Observasi:

Berdasarkan observasi dan pengamatanyang kami lakukan. Komunikasi verbal
yang kami temukan adalah komunikasi yang dilakukan antara guru dan murid.
Dimana komunikasi tersebut termasuk komunikasi secara tertulis. Karena
seorang guru yang menyampaikan materi secara tertulis di papan tulis.
b) Komunikasi non verbal
Komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh seperti menggunkan gerakan
tangan/tubuh sebagai isyarat suatu perbuatan yang mempunyai arti pesan dalam
konteks komunikasi. Mengekspresikan pesan dalam komunikasi dalam bentuk
gambar, menggunakan bahasa sikap yaitu bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan pesan/ mengekspresikan pikiran, perasaan seperti bungkam, tak
acuh.
 Hasil Observasi :
Berdasarkan pengamatan kami di beberapa kelas di SD Pabean 2. Komunikasi
verbal juga beberapa kali kami temui, diantaranya : ketika ada beberapa murid
yang sedang ramai dan gaduh, guru tersebut kemudian diam dan memanggil
nama murid yang bersangkutan sambil mengerutkan dahi. Yang berarti guru
tersebut sedang marah.

E. Jenis komunikasi :
a) Komunikasi individu

Komunikasi yang terjadi dalam diri individu yang berfungsi untuk
mengembangkan kreativitas imajinasi, memahmai dan mengendalikan diri serta
meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.
b) Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang
terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan
keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari
pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan.
Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang
lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis
seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya
komunikasi intrapribadi oleh komunikator.
Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka
seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena
pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak
persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan
ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam

upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur,
instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita,
mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan
perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman
akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting
bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang
mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari
kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem),
dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
c) Komunikasi kelompok
Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi yang
berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam
rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael
Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang
telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,

yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggotaanggota yang lain secara tepat.

Dari dua definisi di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi
tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai
tujuan kelompok.
Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil
suatu keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi
antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga
bagi komunikasi kelompok.
Sehingga komunikasi kelompok adalah Interaksi tatap muka antara tiga
orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui seperti berbagai informasi,
pemecahan masalah mana yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota lain secara tepat.
 Hasil Observasi :
Berdasarkan hasil observasi kami komunikasi kelompok sangat banyak kami
jumpai. Diantaranya ketika ada beberapa siswa yang sedang ngobrol bersama.
Ini merupakan suatu proses komunikasi kelompok. Karena mereka terdiri dari
lebih 1 orang dan dalam lingkup tertentu.
d) Komunikasi massa
Merupakan tipe komunikasi manusia (human communication) adalah
komunikasi umum, pesan yang disampaikan tidak ditujukan pada satu orang
saja tapi juga bagi semua orang/ khalayak.
 Hasil Observasi :
Untuk kegiatan komunikasi masa ini, jenis komunikasi ini kami temukan ketika
seorang guru sedang menjelaskan ataupun menyampaikan materi kepada
siswanya. Dan hal ini dikatakan sebagai komunikasi masa karena pesan atau
materi tidak hanya untuk sati siswa. Melainkan bagi seluruh siswa dalam kelas.
e) Komunikasi Organisasi
Komunikasi
organisasi
pada
umumnya
membahas
tentang struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan
proses pengorganisasian sertabudaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi
batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling
bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horisontal.
 Hasil Observasi :
Menurut kami, komunikasi organisasi ini muncul dan ada ketika ada beberapa
guru ataupun karyawan lain yang berkumpul di dalam ruang guru. Kemudian

mereka membahas bagaimana kemajuan siswa dalam belajar dan apa yang
harus dilakukan untuk memajukan sekolah tersebut.

F. Tujuan komunikasi:
a. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penenmuan diri (personal
discovery). Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri
kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi komunikasi juga
memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi objek,
peristiwa dan manusia lain.
b. Untuk berhubungan
Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi untuk membina dan
memelihara hubungan sosial dengan orang lain.
c. Untuk meyakinkan
Media massa ada sebaigan besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap
dan perilaku kita. Sedikit saja dari komunikasi pribadi kita yang tidak berupa
untuk mengubah sikap atau perilaku.
d. Untuk bermain
Kita menggunkan banyak perilaku komunikasi kota untuk bermain dan
menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, film
sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku yang
dirancang untuk menghibur orang lain.
G. Prinsip komunikasi:
1) Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik
2) Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
3) Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
4) Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan
5) Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
6) Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
7) Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
8) Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin
efektiflah komunikasi
9) Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
10) Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
11) Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible
12) Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan
berbagai masalah
H. Hambatan-hambatan dalam berkomunikasi

a.
b.
c.
d.
I.




Pada sebuah proses komunikasi yang terjadi terkadang kita juga akan
mengalami banyak hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa Hambatan
Komunikasi adalah :
Hambatan sematik Komunikasi yg disebabkan oleh fakor bahasa yg
digunakan oleh para pelaku komunikasi
Hambatan mekanik Komunikasi yang disebabkan oleh factor elektrik, mesin
atau media lainnya
Hambatan antropologis Hambatan yg disebabkan oleh perbedaan pada diri
manusia
Hambatan psikologis Hambatan yg disebabkan oleh factor kejiwaan .
Proses belajar mengajar sebagai proses komunikasi
Proses belajar mengajar dapat dikatakan proses komunikasi dimana terjadi
proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (guru, instruktur, media
pembelajaran dll) kepada penerima (peserta didik, murid) dengan tujuan agar
pesan (berupa topik-topik pelajaran tertentu) dapat diterima (menjadi milik)
oelh peserta didik/murid.
Guru hendaknya menyadari bahwa didalam kegiatan belajar dan
pembelajaran, seungguhnya ia sedang melaksanakan kegiatan komunikasi.
Untuk itu guru harus memilih dan menggunakan kata-kata yang berada dalam
jangkauan/medan pengalaman murid-muridnya, agar dapat dimengerti dengan
baik oleh mereka sehingga pesan pembelajaran yang disampaikan dapat
diterima oleh murid dengan baik.
Kegiatan encoding dan decoding dalam proses pembelajaran. Encoding
merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan lambang-lambang yang
akan digunakan dalam kegiatan komunikasi oleh komunikator (oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran). Sedangkan Decoding adalah kegiatan dalam
komunikasi yang dilaksanakan oleh penerima pesan (audience, murid) dimana
penerima berusaha menangkap makna pesan yang disampaikan melalui
lambang-lambang oleh komunikator.
Agar penyampaian pesan pembelajaran mencapai “sharing” yang diinginkan
maka dilakukan penyampaian dengan lebih konkret dan jelas, selain dengan
memilih lambang verbal yang berada dalam medan pengalaman murid.
Misalnya menggunkaan alat peraga dan media pembelajaran seperti chart,
diagram, grafik, gambar diam dll.
Media pembelajaran dapat digunakan dalam 2 macam cara dalam proses
belajar mengajar:
Sebagai alat peraga untuk menjelaskan materi pelajaran yang disampaikan
keapda murid-murid.
Pemanfaatan media pembelajaran sebagai saluran komunikasi berfungsi
sebagai sarana untuk menyampaikan pesan pembelajaran terutama oleh media
belajar mandiri seperti modul, Computer Based Instruction (CAI).

J.

Komunikasi yang efektif untuk kelancaran proses pembelajaran
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika
pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami,
serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif
dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar
pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara
informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke
hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai.
Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang
berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan
suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan
peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini
sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang
memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam
kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan
pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh
keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar
berlangsung amat efektif, hal ini disebabkan oleh dua hal:
a. materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas,
b. komunikasi
dalam
diskusi
bersifat
intracommunication
dan
intercommunication.
Yang dimaksud dengan intracommunication atau intrakomunikasi adalah
komunikasi yang terjadi pada diri seseorang. Ia berkomunikasi dengan dirinya
sendiri sebagai persiapan untuk melalukan intercommunication dengan orang
lain.
Untuk menyamakan makna antara guru/dosen dan siswa ada beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian:
1. Semua komponen dalam komunikasi pembelajaran diusahakan dalam kondisi
ideal/baik:
a. pesan (message) harus jelas, sesuai dengan kurikulum, terstruktur secara jelas,
menarik dan sesuai dengan tingkat intelejensi siswa.
b. Sumber/guru harus berkompetensi terhadap materi ajar, media yang digunakan,
mampu menyandikan dengan jelas, mampu menyampaikan tanpa pembiasan
dan menarik perhatian serta mampu membangkitkan motivasi diri dan siswa
dalam proses interaksi dan transaksi komunikasi.
c. penerima/siswa harus dalam kondisi yang baik/sehat untuk tercapainya
prasyarat pembelajaran yang baik.
d. lingkungan (setting) mampu mendukung penuh proses komunikasi misalnya
pencahayaan, kenyamanan ruang dan sebagainya.
e. materi/media software dalam kondisi baik/tidak rusak (sesuai dengan isi/pesan).

f. alat (device) tidak rusak sehingga tidak membiaskan arti (audiovisual). Media
yang menarik (dapat dilihat dan didengar) akan memudahkan siswa dalam
retensi dan pengingatan kembali pesan yang pernah didapat.
g. teknik/prosedur penggunaan semua komponen pembelajaran harus memiliki
instruksi jelas dan terprogram dalam pengelolaan.
2. Proses encoding dan decoding tidak mengalami pembiasan arti/makna.
3. Penganalogian harus dilakukan untuk membantu membangkitkan pengertian baru
dengan pengertian lama yang pernah mereka dapat.
4. Meminimalisasi tingkat gangguan (barrier/noise) dalam proses komunikasi
mulai dari proses penyandian sumber (semantical), proses penyimbolan dalam
software dan hardware (mechanical) dan proses penafsiran penerima
(psychological).
5. Feedback dan respons harus ditingkatkan intensitasnya untuk mengukur
efektifitas dan efisiensi ketercapaian.
6. Pengulangan (repetition) harus dilakukan secara kontinyu maupun progresif.
7. Evaluasi proses dan hasil harus dilakukan untuk melihat kekurangan dan
perbaikan.
8. Aspek pendukung dalam komunikasi; fisik, psikologi, sosial dan waktu harus
dibentuk dan diselaraskan dengan kondisi komunikasi yang sedang berlangsung
agar tidak menghambat proses komunikasi pembelajaran.
K.

Teori komunikasi yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran
Beberapa teori komunikasi yang bisa diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar adalah :
1.
Teori Humanisme
Kurikulum ini menekankan pada pembagian pengawasan dan
tanggungjawab bersama antar seluruh siswa didik. Humanistic curiculum
menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah laku siswa dengan
menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan dasar dan kebutuhan
hidup siswa. Teori ini menganggap bahwa setiap siswa sebagai objek
pembelajaran memiliki alasan yang berbeda dalam mempelajari bahasa. Tujuan
utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa
berkembang di tengah masyarakat. The deepest goal or purpose is to develop
the whole persons within a human society. (McNeil,1977)
2.

3.

Teori Konstruktvisme
Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu diasosiasikan
dengan kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia
membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan
beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk
mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Teori Sibernetika

Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot).
Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi
sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener dalam
bukunya yang berjudul Cybernetics. Sibernetika adalah teori sistem pengontrol
yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan
lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi
dengan memperhatikan lingkungan. Seiring perkembangan teknologi informasi
yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966,
penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi
berkembang pesat.
4.

Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
Menurut teori conditioning (Ivan Petrovich Pavlo:1849-1936), belajar
adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan
seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang
terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan
yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi
secara otomatis.

5.

Teori Operant Conditioning (Skinner)
Skinner (1904-1990), menganggap reward dan rierforcement merupakan
factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah
meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan
hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut
dengan operant conditioning. . Operans conditioning adalah suatu proses
penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.

6.

Teori Conectionism (Thorndike)
Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme
jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang
sifatnya coba-coba secara membabi buta jika dalam usaha mencoba-coba itu
secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka
perbuatan yang kebetulan cocok itu kemudian “dipegangnya”. Karena latihan
yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan antuk melakukan perbuatan
yang cocok itu makin lama makin efisien.

7.

Teori Systematic Behavior (Hull)
Clark C Hull mengikuti jejak Thorndike dalam usahanya mengembangkan
teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakanya mirip dengan apa yang
dikemukakan oleh para behavioris yaitu dasar stimulus-respon dan adanya
reinforcement. Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu

kebutuhan atau “keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi,
ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat
diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.
Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat
pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar
itu oleh respon-respon yang dibuat individu itu.
Setiap obyek, kejadian atau situasi dapat mempunyai nilai sebagai penguat
apabila hal itu dihubungkan dengan penurunan terhadap suatu keadaan
deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu; yaitu jika obyek, kejadian atau
situasi tadi dapat menjawab suatu kebutuhan pada saat individu itu melakukan
respon.
L.
1.

Implementasi teori komunikasi dalam kegiatan belajar di sekolah
Teori Humanistic
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar yang
tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri.
Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa
untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara
berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing
di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.
Orientasi yang mendukung saat ini adalah lingkungan harus tidak
mengancam baik secara psikologis, emosional dan fisikal. Sementara banyak
pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka juga akan
mengusung sebuah kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan murid untuk
berhadapan dengan pengharapan eksternal.

Contoh Kasus :
1. Kasus 1 (Kelas III)
Dalam observasi yang kita lakukan di SD Pabean 2, sepertinya teori humanistic
ini belum diterapkan oleh beberapa guru. Hal ini dibuktikan dengan observasi
pertama yang kita lakukan di kelas III SD Pabean 2.
Guru tersebut hanya monotone duduk di depan sambil membaca. Padahal,
berdasarkan teori humanistic, seharusnya guru tersebut lebih memacu murid
untuk meningkatkan semangat dengan memberikan contoh materi berdasarkan

lingkungan yang mereka lihat. Dan kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti.
2. Kasus 2 (Kelas III)
Dalam kelas kedua yang kami amati, berbeda dengan kelas sebelumnya.
Apabila pada kelas sebelumnya guru yang mengajar kurang begitu aktif, di
kelas kedua, yaitu di kelas 1B ini guru yang mengajar sangat aktif dan selalu
memantau seluruh muridnya mulai dari yang paling depan sampai paling
belakang. Dan selalu berusaha mendekati muridnya.
2.

Teori Konstruktvisme
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari
pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan
yang diperoleh didapatkan dari pengalaman.
Namun demikian, dalam membangun pengalaman siswa harus memiliki
kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui
eksperimen dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati dan
membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam
kehidupan mereka.
Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa
untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai
cara eksplorasi dan pendekatan.
Contoh kasus :
1. Kasus 1 (Kelas 3)
Masih dalam kelas yang sama, dalam kelas pertama yang kami observasi, hal ini
juga belum kami temui. Dimana di kelas ini belum ada pembelajaran siswa
secara aktif. Karena pusat informasi hanya ada pada guru mereka yang ada di
depan kelas. Guru tersebut sama sekali tidak berusaha mencari informasi apa
yang dimiliki siswa-siswanya.
2. Kasus 2 (Kelas 1B)
Sama pada teori sebelumnya, apabila di kelas pertama yang kami amati belum
ada keaktifan di kelas. Pada kelas kedua yang kami amati ini meskipun belum
semua siswanya aktif. Tetapi sudah ada beberapa siswa yang aktif menjawab,
dan gurunya juga sangat aktif memotivasi muridnya.

3.

Teori Sibernetik
Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk
berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan
materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu
hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan
berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai :
INPUT => PROSES => OUTPUT.

Contoh kasus :
1. Kasus 1 (kelas 1B)
Dalam observasi yang kami lakukan, teori ini kami jumpai pada kelas yang
kedua. Yaitu di kelas 1B. Dimana kelas 1B ini merupakan kelas yang sangat
spesial. Dalam kelas ini hanya ada 10 murid. Berbeda dengan kelas 1A yang
terdiri dari lebih dari 20 murid. Kelas 1B ini merupakan siswa-siswa yang
membutuhkan perhatian khusus dari para guru. Karena kurang bisa mengikuti
beberapa materi pelajaran yang diberikan.
Dalam kelas ini, kami melihat seorang guru yang dengan sabar
menyamakan pendapat dari beberapa siswa yang saling berargument. Disini
seorang guru menghargai adanya perbedaan dari beberapa muridnya. Tapi, pada
akhirnya tetap menghasilkan output yang sama.
4.

Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia. juga
tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihanlatihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat/perangsangperangsang tertentu yang dialaminya di dalam kehidupannya.
Kelemahan dari teori conditioning ini ialah, teori ini menganggap bahwa
belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan penentuan pribadi
dalam tidak dihiraukannya.
Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa
dalam bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata tergantung
kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan
dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan
dilakukannya.
Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan
kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam halhal belajar tertentu saja umpamanya dalam belajar yang mengenai skills
(kecakapan-kecakapan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak
kecil.

Contoh Kasus :
1. Kasus 1 (kelas 1B)
Penerapan teori ini juga kami temukan pada pembelajaran yang dilakukan pada
kelas 1B. Dimana guru tersebut memberikan latihan-latihan untuk
meningkatkan kemampuan siswanya yang merupakan siswa-siswa pilihan. Jadi,
dengan adanya latihan-latihan tersebut seorang guru berharap siswanya akan
lebih mudah dan terampil dalam menjawab soal.
2. Kasus 2 (kelas 3)
Apabila sebelumnya antara dua kelas yang kami amati selalu berbeda. Kali ini
pada teori ini kedua guru tersebut menggunakan cara yang sama. Yaitu dengan

5.







memberikan soal-soal latihan.dan di kelas 3 ini, selalu dibiasakan untuk
mengoreksi jawaban bersama.
Teori Operant Conditioning (Skinner)
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak
menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk
mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan
mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika
benar diberi penguat.
Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran
digunakan sebagai sistem modul.
Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak
digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari
hukuman.
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah
diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
Dalam pembelajaran digunakan shapping.

Contoh Kasus :
1. Kasus 1 (Kelas 1B)
Dalam teori ini seorang guru harus memberikan stimulus yang menarik siswa.
Untuk bisa mendapatkan respon yang baik juga. Sehingga, pada kelas yang
kami temui, seorang guru memberikan stimulus berupa hadiah. Hadiah tersebut
berupa permen. Dan hanya diberikan pada siswa yang bisa menjawab
pertanyaan dengan benar. Dengan begitu, para siswa akan lebih antusias dan
bersemangat dalam menjawab peertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
2. Kasus 2 (Kelas 3)
Dalam kelas 3 ini, selama kami melakukanpengamatan. Guru tersebut tidak
memberikan stimulus sama sekali. Sehingga kegiatan belajar terasa jenuh dan
membuat siswa bosan.
6.

Teori Conectionism (Thorndike)
Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:
1 ) trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan
2) law of effect; Yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat
dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Sedangkan segala tingkah laku yang
berakibat tidak menyenangkanakan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah
laku ini terjadi secara otomatis.

Otomatisme dalam belajar itu dapat dilatih dengan syarat-syarat tertentu,
pada binatang juga pada manusia.Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga
manusia) sebagai mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada
perangsang yang mempengaruhi dirinya.
Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut Thorndike disebabkan adanya
law of effect itu. Dalam kehidupan sehari-hari law of effect itu dapat terlihat
dalam hal memberi penghargaan atau ganjaran dan juga dalam hal memberi
hukuman dalam pendidikan.
Akan tetapi menurut Thorndike yang lebih memegang peranan dalam
pendidikan ialah hal memberi penghargaan atau ganjaran dan itulah yang lebih
dianjurkan. Karena adanya law of effect terjadilah hubungan (connection) atau
asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat mendatangkan sesuatu dengan
hasil biaya (effect). Karena adanya koneksi antara reaksi dengan hasilnya itu
maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.
Contoh Kasus :
1. Kasus 1 (Kelas 1B)
Dalam teori ini. Penerapannya masih kami jumpai pada kelas yang sama dimana
seorang guru kelas 1. Guru tersebut terus memacu siswa-siswanya dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan. Meskipun jawaban tersebut salah.
Jadi, pada kelas ini guru tersebut menggunakan teori trial and error. Jadi, terus
mencoba menjawab, sampai jawaban yang disampaikan siswa tersebut benar.
7.

Teori Systematic Behavior (Hull)
Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi,
mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang
sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang.
Jadi, prinsip yang utama adalah suatu kebutuhan atau motif harus ada pada
seseorang sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus
diamati oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi
kekuatan kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.

Contoh Kasus :
1. Dalam observasi yang kami lakukan, belum ada kelas yang menerapkan teori
ini. Dimana pada teori ini seorang guru menyampaikan tujuan ataupun manfaat
apabila mempelajari mata pelajaran tersebut. Sehingga belum ada motivasi yang
dilakukan seorang guru sebelum memulai aktivitas belajar mengajar.
2. Selain itu, dalam pengajaran di kelas 1B ditemukan kasus guru yang
memotivasi siswanya dengan cara memberikan pujian kepada siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dengan benar maka guru tersebut mengucapkan kalimat
“YA JAWABANNYA BENAR BOLEH ISTIRAHAT” sebagai motivasi kepada
siswa agar siswa memberikan yang baik yaitu dengan lebih giat belajar agar
bisa menjawab pertanyaan dengan benar.

BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Proses belajar mengajar dapat dikatakan proses komunikasi dimana terjadi
proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (guru, instruktur, media
pembelajaran dll) kepada penerima (peserta didik, murid) dengan tujuan agar
pesan (berupa topik-topik pelajaran tertentu) dapat diterima (menjadi milik)
oelh peserta didik/murid.
2. Komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi
pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang
positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung
dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang
guru.
3. Teori-teori komunikasi yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran adalah
:
a. Teori Humanistic
b. Teori Konstruktvisme
c. Teori Sibernetik
d. Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
e. Teori Operant Conditioning (Skinner)
f. Teori Conectionism (Thorndike)
g. Teori Systematic Behavior (Hull)
4. Efektifitas sebuah proses komunikasi tergantung pada komponen yang
terkait. Semakin baik komponen, gangguan-gangguan akan tereduksi. Feedback
dan respon akan lebih mudah dibangkitkan. Proses belajar mengajar pada
dasarnya merupakan satu bentuk komunikasi yang terjalin antara komunikator
dalam hal ini pengajar yang menyalurkan pesan berupa materi pengajaran
kepada komunikan yaitu pelajar melalui media lisan atau dengan bantuan
teknologi komunikasi lain, sebagai akibatnya pelajar tahu materi yang
disampaikan dan melaksanakannya dan inilah tujuan utama dari proses belajar
mengajar.
Kemampuan/keterampilan
guru
dalam
melakukan
kegiatan komunikasi akan mempengaruhi proses yang akhirnya berujung pada
hasil. Bukan berarti murid yang cerdas disebabkan oleh kemampuan guru dalam
melakukan komunikasi. Setidaknya murid yang kurang pandai mampu
menelaah pesan/gagasan yang ditransfer dalam proses komunikasi yang baik
oleh seorang guru yang terampil.

B.

Saran
Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul, sampai pada pembahasan
beberapa rumusan masah diatas. Maka diharapkan :
1. Seorang guru lebih memperhatikan kondisi dan situasi kelas sebelum memulai
kegiatan belajar mengajar.
2. Sebaiknya seorang guru lebih memahami metode pembelajaran seperti apa
yang sesuai dengan kedaan kelas dan siswanya.
3. Selain dari segi tenaga pendidik, siswa sehaeusnya juga bisa lebih
memperhatikan para guru mereka.