PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI PADA M

Perkembangan Teknologi Komunikasi
Ujian Tengah Semester
Social Media dan Adiksinya

Disusun oleh :
Rahmatia M

1423013114

Kelas B

Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2015

Perkembangan teknologi komunikasi dari tahun ke tahun semakin berkembang pesat.
Kini kita telah memasuki era dimana kita hidup bergantungan dengan yang dinamakan internet.
Dengan adanya internet kita dapat menambah wawasan, mengenal dunia baru dan dapat
menjelajai dunia kapan pun. Internet dapat membatu kita dalam menemukan informasi yang kita
inginkan. Dengan mengetik saja kita data menemukan informasi apa saja yang kita cari dan yang
dapat diakses. Internet mempunyai dampak negative dan positif bagi penggunanya. Tidak hanya

internet saja tetapi Media Sosial kerap menjadi hantu bagi Remaja di jaman yang modern ini.
Media Sosial meliputi banyak sekali yaitu, Skype, Line, Kakao Talk, Beetalk, Wechat, Facebook,
Twitter, Omegle, Instagram, Path, Secret, Tumblr, Askfm dan masih banyak lagi. Remaja di
jaman sekarang tidak merasa puas apabila tidak memiliki akun resmi media social tersebut.
Mereka akan terus mengikuti perkembangan jaman yang semakin dibiarkan akan menjadi
momok bagi kita semua. Kerap kali penggunaan Media Social sering disalah gunakan, mulai dari
teman media social yang akhirnya memutuskan bertemu lalu terjadi kejadian yang tidak
diinginkan.
Perbedaan yang dialami di era yang sekarang ini sangat jelas terlihat di kehidupan nyata.
Little john menuliskan pada bukunya tentang teori media baru yang menyatakan dua perbedaan
dengan era media pertama dengan media baru yaitu :


Pendekatan intruksi social : membedakann media menurut seberapa dekat media dengan
model interaksi tatap muka. Dunia maya memberikan tempat pertemuan semua yang
memperluas dunia social, menciptakan peluang pengetahuan baru, dan menyediakan



tempat untuk berbagi pandangan secara luas.

Integrasi social : menggambarkan media bukan dalam bentuk informasi, interaksi atau
penyebarannya, tetapi dalam bentuk ritual, atau bagaimana manusia menggunakan media
sebagai cara menciptakan masyarakat.

Teori kognitif social memiliki argumentasi bahwa manusia meniru perilaku yang dilihatnya
dan proses peniruan ini terjadi melalui dua cara, yaitu imitasi dan identifikasi. Imitasi adalah
replica atau peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati.

Identifikasi merupakan

perilaku yang meniru yang bersifat khusus yang mana pengamat tidak meniru secara persis sama
apa yang dilihatnya, namun membuatnya menjadi lebih umum dengan memiliki tanggapan yang
berhubungan.

Contohnya saja dalam media social yang dinamakan Tumbrl, Tumbrl selalu menyediakan
gambar-gambar dengan quote-quote yang amat bagus. Pada suatu ketika seseorang bule
memposting gambar tangannya yang sedang menarik tangan pasangannya sambil melihat ke arah
pantai. Gambar tersebut akhirnya booming dan banyak sekali remaja yang meniruhkannya. Tak
hanya meniruhkannya mereka juga memparodikan adegan tersebut agar dapat dijadikan bahan
candaan.

Internet seolah-olah dapat menguasai diri kita dalam hitungan menit. Tidak hanya
informasi saja yang kita dapatkan dari internet tetapi internet juga menyediakan fasilitas yang
cukup fantastis. Davis (2001a) menyebutkan beberapa jenis fasilitas pada internet yang dapat
memicu terjadinya kecanduan. Beberapa fasilitas tersebut antara lain onlinesex, online games,
online casino, online stock trading, online auctions. Dalam tulisannya yang lain, davis (2001b)
menyebutkan dua jenis kecanduan internet, yaitu kecanduan internet spesifik untuk
menggambarkan seseorang yang kecanduan hanya pada satu fasilitas yang ditawarkan oleh
internet dan kecanduan internet umum untuk menggambarkan seseorang yang kecandun semua
fasilitas secara keseluruhan.
Chaplin (1975) dua decade sebelumnya mendefinisikan addiction di dalam dictionary of
psychology sebagai the state of being physically dependent upon drug. Dengan demikian sesuai
terjemahannya sebagai kecanduan. Kecanduan berati bentukan dari kata Indonesia digunakan
untuk menunjukan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketergantungan kepada candu.
Suller (1996) mengutip criteria kecanduan yang kerap dan biasa digunakan oleh para ahli
psikologi. Menurut suller, seseorang dinyatakan telah kecanduan suatu stimulus jika,
1. Sampai melalaikan hal-hal penting karena stimulus tersebut.
2. Hubungan dengan orang-orang terdekatnya terganggu karena stimulus tersebut.
3. Orang-orang yang dekat dengannya mengeluh, terganggu, kecewa dan merasa diabaikan
karena stimulus tersebut.
4. Marah, tersinggung dan tidak suka jika perilakunya tersebut dikritik.

5. Merahasiakan atau menutup-nutupi perilakunya tersebut.
6. Berusaha untuk berhenti tapi tidak mampu.

Little john mengemukakan tentang Teori ketergantungan yang memperkirakan bahwa anda
bergantung pada informasi media untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan mencapai tujuan
tertentu.
2 faktor yang menentukan seberapa bergantungnya anda terhadap media
1. Anda akan menjadi lebih bergantung pada media yang memenuhi beberapa kebutuhan
anda daripada media yang hanya sedikit memuaskan saja. Media dapat menjalankan
beberpa fungsi, seperti memantau aktivitas pemerintah, melporkan berita, dan
memberikan hiburan.
2. Stabilitas social : ketika perubahan social dan konflik meningkat, institusi, keyakinan,
dan kegiatan yang sudah terbentuk mulai ditentang, mendorong adanya penilaian ulang
dan mungkin pilihan-pilihan baru yang terkait dengan kosumsi media.
Contohnya saja seseorang yang gemar membuka aplikasi detik.com pada smartphonennya
maka orang tersebut telah memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan, tidak hanya itu saja tetapi juga detik.com juga memberika bermacam artikel
hiburan. Jadi, kebutuhan seseorang dapat terbutuhi dengan satu aplikasi saja. Dan apabila ia
telah mengalami kecanduan terhadap aplikasi detik.com maka ia akan merasa gelisa dan
resah pada saat tidak membuka aplikasi tersebut. Seperti yang dilansirkan pada beberapa ahli

teori bahwa orang yang telah mengalami kecanduan akan lebih resah dan gelisah apabila
tidak membuka aplikasi yang telah menutupi kebutuhannya.
Dalam hal ini Babington dkk. (2002) mengkatagorikan kecanduan kedalam 3 katagori yaitu
kecanduan sehat, kecanduan tidak sehat dan juga kecanduan yang merupakan kombinasi dari
keduanya.

Disisi lain kecanduan juga diklasifikasikan menurut intensitas penggunaannya. Paratelli dkk
(1999) membagi penggunaan internet dalam empat model.
1. Model pertama adalah gangguan perilaku berupa penggunaan internet secara berlebihan
2. Model kedua adalah penggunaan internet secara fungsional, produktif dan bermakna.
3. Model ketiga adalah penggunaan internet untuk mendapatkan kepuasan seksual dan atau
mendapat keuntungan social. Dalam model ketiga ini sering digunakan oleh orang yang
pemalu untuk bersosialisasi atau mengekspresikan fantasinya.
4. Model keempat adalah individu yang tidak atau hanya tertarik pada internet.
Yang lebih mengarah pada kecanduan adalah model yang pertama. Karena pada model yang
pertama kita banyak menemui remaja saat ini dapat dengan mudah melupakan kewajibannya
yang merupakan peran sebagai pelajar atau mahasiswa/i. contohnya saja lebih dari sekian
banyak remaja di Indonesia meminstall apilkasi yang dinamakan instagram. Terdapat banyak
sekali orang yang memposting seluruh badan nya dengan pakaian yang bisa dibilang
memiliki merek ternama dan memberinya hastag berupa #ootd (outfit of the day) entah siapa

pelopor hastag tersebut danapa motif mereka. Dalam buku little john menyatakan tentang
teori kognitif social yang berisikan bahwa perilaku seseorang dimulai dari melihat dan
akhirnya menirukan. Orang yang memposting #ootd dalam akun instagram mereka secara
tidak sadar telah mengalami perubahan kognitif social karena orang tersebut terkadang
meniru dengan persis apa yang dia lihat sebelumnya.

Kriteria yang disebutkan oleh Young (1996-1999) criteria berjudi untuk membedakan antara
orang yang kecanduan internet dan yang tidak sampai kecanduan. Criteria tersebut adalah:
a.
b.
c.
d.

Merasa keasikan dengan internet.
Perlu waktu tambahan dalam mencapai kepuasa sewaktu menggunakan internet.
Tidak mampu mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet.
Merasa gelisah, murung, depresi, atau lekas marah ketika berusaha mengurangi atau

mengehentikan penggunaan internet.
e. Mengakses lebih lama dari yang diharapkan

f. Kehilangan orang-orang terdekat, pekerjaan, kesempatan pendidikan, atau karier garagara penggunaan internet.
g. Membohongi keluarga terapis, atau orang-orang terdekat untuk menyembunyikan
keterlibatan lebih jauh dengan internet.

h. Menggunakan internet sebagai jalan keluar mengatasi masalah atau menghilangkan
perasaan seperti keadaan tidak berdaya, rasa bersalah, kegelisahan atau depresi.
Freitag dan weaver (2002) menyatakan gejala-gejala dari kecanduan internet
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Keasyikan dengan internet dan selalu memikirkannya selagi offline.
Selalu menambah waktu online
Tidak mampu untuk mengontrol penggunaan internet.
Lekas marah dan gelisah bila tidak sedang online.
Menggunakan internet sebagai pelarian dari masalah.

Membohongi keluarga atau teman mengenai jumlah waktu yang digunakan untuk online.
Kehilangan teman, pekerjaan ataupun kesempatan pendidikan karier karena penggunaan

h.
i.
j.
k.

internet
Terus menggunakan internet walaupun dana untuk online menipis.
Depresi, kemurungan, kegelisahan dan kecemasan jika tidak menggunakan internet.
Mengalami gangguan tidur atau perubahan pola tidur akibat penggunaan internet.
Merasa bersalah dan penyesalan yang dalam akibat penggunaan internet.

Kecanduan internet menurut ahli jiwa Ivan Goldberg terbagi menjadi tiga yaitu :
a.
b.
c.
d.


Sering lupa waktu
Gejala menarik diri
Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan
Kebutuhan akan peralatan computer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak

untuk dimiliki
e. Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara social dan
kelelahan.

Young (1999) mengkatagorikan jenis aktivitas yang dilakukan para pengguna internet, young
membagi kecanduan internet ini dalam lima katagori, yaitu
1. Cybersexsual addiction, yaitu seseorang yang melakukan penelusuran dalam situs-situs
porno atau cybersex secara komplusif.
2. Cyber – relationship addiction, yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui
dunia cyber.
3. Net compulsion, yaitu seseorang yang terobsesi pada situs-situs perdagangan atau
perjudian.
4. Information overload, yaitu seseorang yang menelusuri situs-situs secara komplusif.
5. Computer addiction, yaitu seseorang yang terobsesi pada permainan-permaninan online.


Dari teori yang didapat, dapat disimpulkan bahwa internet khususnya media social benar-benar
dapat memberikan efek negative bagi penggunanya. Salah satu contohnya ialah kecanduan,
orang yang mengalami kecanduan akan lebih sering menutup diri dari dunia nyata danmenikmati
dunianya sendiri yang lebih asyik yaitu dunia maya. Dimana dunia tersebut tidak nyata. Orang
yang mengalami kecanduan akan cenderung meluapkan seluruh waktu dan apa yang dia punya
kepada hal yang telah memuaskannya yaitu Media Social.
Orang yang mengalami kecanduan Media Social berupa Path, orang tersebut akan selalu
memposting apa yang dia pikirkan, kemana dia pergi, gambar yang dapat merubah kognitif,
afektif dan konatifnya, dan apa yang ia tonton dan dengarkan. Dan orang tersebut akan membuka
aplikasi Path setiap menit dalam kehidupannya. Bahkan hal tersebut benar-benar akan
berdampak lebih parah lagi apabila tidak segera disadari dan ditindak lanjuti.
Begitu pun juga instagram, orang akan cenderung mengabadikan setiap kegiatan atau apa yang
dia liat entah itu baik atau buruk dan mempostingnya ke dalam akun instagramnya. Setiap menit
ia akan selalu mengecek aplikasi tersebut dan melihat seberapa banyak orang yang akan
memberikan coment dan like nya. Apabila setelah beberapa menit tidak ada satupun yang
memberikan like atau coment seperti yang diharapkan maka orang tersebut akan merasakan
jengkel atau marah terhadap dirinya sendiri.
Orang yang telah mengalami kecanduan Media Social akan merasa kan handphone nya bergetar
karena notification yang telah dipasang pada setiap aplikasi yang orang itu miliki, padahal pada
nyatanya handphone tersebut tidak bergetar dan tidak ada notification yang masuk.

Sebagai generasi penerus bangsa kita seharusnya tau porsi kita dalam menggunakan fasilitas
yang telah disediakan oleh internet dan menggunakannya dengan baik. Apabila kita tetap tidak
pada porsi kita dan akhirnya mengalami kecanduan maka kita akan kehilangan orang-orang
nyata yang peduli dengan kita dan juga waktu yang telah kita buang.
Daftar Pustaka
Babington, L. M,; Christensen,M. H.; Patsdaughter, C.A 2002. Caught in the Web of Internet
Addiction. http://nsweb.nursingspectrum.com/ce/ce128.htm
Chaplin, J.P 1975. Dictionary of Psychology. New York: Dell Publishing Co.Inc.
Davis,

R.A

2001a.

What

Is

Internet

Addiction?

http://www.victoriapoint.cnv/internetaddiction/internet_addiction.htm
Davis, R.A 2001b. Cognitive-Behavioral Model of Pathological Internet Use (PIU).
http://internetaddiction.ca/pathologicalinternetuse.htm

Freitag,

N.B.,

Weaver,

J.

2002.

Are

you

an

internet

Addict?

http://www.gwsae.org/executiveupdate/2002/April/ElectronicIssue/InternetAddict.htm
Pratarelli, M.E Browne, B.L., dan Johnson, K.J. 1999. The bits and bytes of computer/Internet
addiction: a factor analytic approach. Behavior Research Methods, Instrument & Computer, 31,
pp.305-314.
Suller, J.1996. Computer and Cyberspace Addiction. http://www.rider.edu/index.html
Young, K.S (1996). Internet addiction: the emergence of a new clinical disorder. Paper presented
at the American Psychological Association, August 11, 1996. Toronto. http://netaddiction.com/
Young, K.S 1999. Internet Addiction: symptoms,evaluation, and treatment. In L. VandeCreek &
T. Jackson (Eds.) Innovations in Clinical Sarasota, FL: Professional Resource Press.
http://netaddiction.com
Soetjipto, Helly P. (2005). Pengujian Validitas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet. Jurnal
Psikologi Volume 32, No.2 74-91. Yogyakarta : Unit Publikasi Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
Nurmandia Heny, Wigati Denok, & Maslucah Luluk. (2013). Hubungan Antara Kemampuan
Sosialisasi Dengan Kecanduan Jejaring Sosial. Jurnal Penelitian Psikologi Volume 04, No.2 107119. Jombang : Fakultas Psikologi Universitas Darul ‘Ulum
Littlejohn, Stephen W., Foss, Karen A., Theories of Human Communication, 9 th ed. Wadsworth
Publishing p.293-303

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25