MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN KONSEP AGRIBISN

MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN KONSEP AGRIBISNIS
BERKELANJUTAN KOMODITAS UDANG LOBSTER
DI DESA PUGER KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas praktikum
Manajemen Agribisnis pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Indira Rodandry Ajeng Syahputri

Disusun Oleh
Golongan I / Kelompok 6

LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015


BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia berdasarkan letak geografisnya terletak di Antara dua benua
yaitu benua Asia dan benua Australia, dan berada di antara dua samudra yaitu
Samudra hindia dan Samudra pasifik. Letak geografis Indonesia membawa
pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat dan keadaan alamnya. Keadaan
iklim Indonesia yang beriklim tropis menjadi salah satu keunggulan Indonesia
untuk mengembangkan potensi pertaniannya. Sektor pertanian menjadi sumber
mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia selain itu pertanian menjadi
salah satu sektor yang menyediakan banyak lapangan kerja untuk masyarakat
Indonesia. Pertanian terdiri atas beberapa subsektor yang meliputi subsektor
pangan, subsektor hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan,
subsektor peternakan dan subsektor perikanan.
Subsektor perikanan merupakan subsektor yang tidak kalah pentingnya
dengan subsektor-subsektor yang lainnya. Pembangunan subsektor perikanan
merupakan bagian intergral dari pembangunan sektor pertanian. Pembangunan
subsektor perikanan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petaninelayan melalui peningkatan pendapatan, menigkatkan produksi ikan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, meningkatkan gizi masyakarat,
mengembangkan agribisnis perikanan dalam rangka perluasan kesempatan kerja

dan mengusahakan untuk menjadi salah satu Negara yang mampu melakukan
swasembada dibidang perikanan. Banyak komoditas ikan yang dibudidayakan di
Indonesia baik ikan air tawar maupun ikan air laut.
Indonesia mempunyai potensi laut yang sangat melimpah hali ini
didukung dengan letak geografis Indonesia yang berada di antara dua samudra
besar di dunia. Budidaya ikan laut memiliki potensi yang tinggi dibandingkan
dengan perikanan darat. Budidaya ikan laut dapat biasanya di lakukan di keramba
atau jaring apung di tengah lautan, namun selain itu juga dapat dibudidayakan
menggunakan kolam seemen di darat. Salah satu komoditas laut yang memiliki
nilai ekonomis tinggi dan potensi untuk terus dikembangkan adalah lobster.

Lobster laut memiliki jeinis yang beragam. Salah satu yang paling digemari oleh
konsumen dan potensial adalah jenis lobster mutiara. Lobster menjadi salah satu
target tangkapan utama nelayan karena harga jual lobster yang sangat tinggi.
Tingginya intensitas penangkapan dan banyaknnya jumlah nelayan lobster
menyebabkan kerang adanya pengolaan terhadap ketersediaan stok lobster di
perairan. Kurangnya pengendalian intensitas penangkapan juga menyebabkan
ukuran rata-rata lobster yang tertangkap semakin kecil. Ukuran yang semakin
kecil menyebabkan nilai ekonomis lobster semakin rendah pula (Bakhtiar, et, al.
2013).

Desa Puger Wetan merupakan salah satu desa di Kecamatan Puger. Desa
ini jaraknya kurang lebih 3o km dari ibu kota Kabupaten Jember kearah selatan.
Desa yang memiliki luas sekitas 525.520 m 2 ini mayoritas selain menjadi petani
juga berprofesi menjadi nelayan sebagai mata pencaharian sehari-harinya.
Beberapa warganya memiliki usaha untuk pembesaran lobster. Usaha ini memiliki
beberapa potensi yang menjanjikan karena memiliki harga jual yang tinggi dan
mempunyai banyak peminat dan banyak diminta oleh konsumen baik konsumen
lokal maupun non lokal. Harga jual lobster tergantung dengan berat lobster,
semakin berat bobot lobster maka akan semakin mahal harga jualnya. Kurangnya
informasi akan usaha lobster ini membuat petani-nelayan tidak menegetahui
tentang bagaimana manajemen budidaya lobster yang benar, sehingga mayoritas
nelayan langsung menjual lobster hasil tangkapan mereka yang kebanyakan
memiliki ukuran tubuh kecil. Oleh karena itu, perikanan khususnya pada
komoditas lobster baik dalam on farm maupun off farm-nya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen on farm komoditas lobster di Desa Puger Wetan
Kecamatan Puger Kabuaten Jember?
2. Bagaimana manajemen off farm komoditas lobster di Desa Puger Wetan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember?


3. Bagaimana konsep agribisnis berkelanjutan komoditas lobster di
Kabupaten Jember?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui manajemen on farm komoditas lobster di Desa Puger Wetan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui manajemen off farm komoditas lobster di Desa Puger Wetan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
3. Untuk mengetahui konsep agribsinis berkelanjutan komoditas lobster di
Kabupaten Jember.
1.3.2 Manfaat
1. Bagi nelayan, sebagai acuan jika ingin berwirausaha pembesaran lobster.
2. Bagi pengusaha, sebagia pedoman untuk mengembangkan usaha untuk lebih
luas lagi.
3. Bagi pemerintas, sebagai informasi sebelum menentukan kebijakan dan
bantuan.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Komoditas Udang Lobster

Siklus hidup lobster marga panurilus terdiri dari 5 fase yaitu mulai dari
dewasa yang memproduksi sperma atau telur, menetas menjadi larva filosoma,
kemudian berubah menjadi puerelus (post larva), tumbuh menjadi juveniloe dan
dewasa (Philips et al., 1980). Reproduksi lobster diawali dengan bercampurnya
spermatozoid lobster jantan dengan telur (ovum) betina sehingga menghasilkan
telur yang dibuahi. Pembuahan lobster marga panulirus terjadi di luar, kemudian
telur-telur yang telah dibuahi dioletakkan di bawah perut lobster betina, melekat
pada umbai-umbai kaki renang (Romimohtarto dan Juwana, 2007)
Perairan Selatan Jawa memiliki beberapa jenis lobster dengan dua jenis
dominan yakni lobster pasir (Panulirus homarus) dan lobster batu (P. penicillatus)
(Aisyah, 2009). Lobster batu dan pasir merupakan jenis udang karang (Panulirus
spp.) yang terdapat di perairan Indonesia karena terdapatnya habitat yang baik
berupa karangkarang dan terumbu karang yang tumbuh subur karena beriklim
tropis dan mempunyai suhu rata-rata 28 C (Subani, 1981). Di Indonesia sendiri
diperkirakan ada 6 Jenis udang karang yaitu lobster batu (P. penicillatus), pasir (P.
homarus), mutiara (P. ornatus), batik (P. femoristriga), bambu (P. versicolor) dan
pakistan (P. poliphagus) (Moosa, 1984).
Menurut Yusnaini et al., 2009 secara eksternal lobster dapat dibedakan
jenis kelaminnnya dengan melihat tanda-tanda sebagai berikut: (1) Pada kedua
pangkal kaki jalan ke-3 terdapat tonjolan berwarna putih bening untuk lobster

betina; (2) Bagian sisi dalam kaki renang terdapat lembaran berpasangan yang
berjumlah 2 lembar pada lobster betina dan 1 lembar pada lobster jantan.; (3)
Ruas kaki jalan ke-5 bercabang tiga untuk lobster betina; dan (4) Pada tangkai
kaki jalan ke-5 terdapat tonjolan yang berhubungan dengan testis pada lobster
jantan. Telur lobster menempel pada bagian abdomen lobster betina. Ciri khusus

dari jenis Panulirus homarus dapat dilihat melalui warna antena (antenullar
flagella) dan kaki jalan bercorak belang putih.
Menurut Wiyanto dan Hartono, (2003). Lobster memiliki beberapa jenis
diantaranya Red Claw salah satu jenis lobster, lobster ini biasa dibudidayakan di
air tawar, budidaya lobster ini bertujuan sebagai ikan hias. Hal ini dikarenakan,
warna Red Claw yang unik yaitu warna dasar tubuh adalah biru laut yang
berkilau. Jenis Panullirus homarus hidup pada perairan pantai yang jernih pada
bebatuan dan karang berpasir. Habitat spesies P. longipes adalah perairan karang
atau bebatuan yang dangkal (tapi kadang-kadang dijumpai juga pada kedalaman
130 meter). Perairan yang disukai yang jernih, dengan arus sedang, atau kadangkadang sedikit keruh.Lobster batu (Panulirus penicillatus) merupakan salah satu
jenis udang karang yang terdapat di perairan Indonesia. Habitat lobster terdapat di
daerah karang-karang atau terumbu karang yang tumbuh subur di perairan
Indonesia. Indonesia diperkirakan memiliki 6 jenis udang karang.
2.2 Teori Usahatani

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunanbangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya. Diperlukan suatu
pengelolaan dalam melakukan kegiatan usahatani. Pengelolaan usahatani adalah
kemampuan

petani

dalam

merencanakan,

mengorganisir,

mengarahkan,

mengkoordinasikan dan mengawasi faktor produksi yang dikuasai atau dimiliknya
sehingga mampu memberikan produksi seperti yang diharapkan. Modernisasi dan
restrukturisasi produksi tanaman hortikultura yang berwawasan agribisnis dan
berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang profesional.

Kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu didorong dan
dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan potensi
pasar, serta pemupukan modal atau investasi. Kegiatan yang dilakukan dalam
kegiatan usahatani durian meliputi penyiapan bahan tanam, penyiapan lahan,
penanaman, pemeliharaan tanaman, panen, dan pascapanen (Shinta, 2011).

Menurut Hernanto dalam Luntungan (2012), terdapat empat unsur pokok
yang menjadi pembentuk usahatani yaitu:
1.

Tanah merupakan salah satu pembentuk usahatani karena tanah merupakan
tempat atau ruang bagi seluruh kehidupan di muka bumi ini baik manusia,
hewan dan juga tumbuh-tumbuhan.

2.

Tenaga Kerja yang dikenal dalam usahatani ada tiga jenis yaitu tenaga kerja
manusia, hewan, dan mesin. Tenaga kerja sebagai daya dari manusia untuk
menimbulkan rasa lelah yang dipergunakan untuk menghasilkan benda.


3.

Modal. Usahatani modal yang dimaksud adalah tanah, bangunan-bangunan
(gedung, kandang, lantai jemur, pabrik dan lain-lain), bahan-bahan pertanian
(pupuk, bibit, pestisida), piutang dan uang tunai.

4.

Pengelolaan Usahatani adalah kemampuan petani dalam menentukan,
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan faktor produksi yang diharapkan.
Penerapan kegiatan manajemen dalam usahatani akan selalu terkait dengan

5 hal pokok, yaitu:
1.

Planning (Perencanaan)
Selayaknya sebuah usaha, usahatani juga sangat membutuhkan perencanaan
yang matang. Mulai dari jenis tanaman yang akan ditanam, pola budidaya
yang akan dijalankan, tenaga kerja yang dibutuhkan, sampai kepada kegiatankegiatan panen dan pasca panen. Semua rencana seharusnya tersusun rapi dan
tercatat.


2.

Organizing (Pengorganisasian)
Setelah segala sesuatu yang terkait dengan usahatani direncanakan dengan
baik, maka tahapan berikutnya adalah pengorganisasian. Saat ini, petani harus
mengorganisasikan setiap masalah dan faktor produksi yang dimilikinya.
Persiapan alat pertanian, sarana-sarana produksi yang dibutuhkan juga
termasuk tenaga kerja yang akan digunakan. Pengorganisasian yang baik
akan memudahkan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana yang dibuat dan
tujuan yang ditetapkan.

3.

Actuating (Pelaksanaan)

Pelaksanaan adalah hal yang paling menentukan pada suatu kegiatan
usahatani jika ingin usahatani yang dijalankan berhasil. Pelaksanaan segala
sesuatu yang dikerjakan diusahakan sesuai dengan perencanaan yang dibuat.
Sebab apabila tidak, maka hasil tidak akan sesuai dengan yang diharapkan

oleh pelaku usahatani.
4.

Controlling (Pengawasan)
Semua pelaksanaan kegiatan usahatani harus diawasi agar sesuai dengan
perencanaan yang dibuat. Jika ada masalah dan kekurangan, sebagai seorang
manajer harus segera mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Caranya
adalah dengan melihat sumber daya yang ada dan menyelaraskan dengan
tujuan pelaksanaan usahatani.

5.

Evaluating (Penilaian)
Tahap ini hanya akan optimal jika semua hal yang dilakukan oleh petani
terdokumentasi dalam sebuah catatan. Evaluasi yang dilakukan tanpa
informasi yang jelas hanya akan menghasilkan penilaian yang keliru terhadap
obyek evaluasi. Akibatnya tentu tidak akan ada perbaikan untuk kegiatan
usaha tani berikutnya sebab fungsi dari evaluasi yang utama adalah sebagai
bahan untuk perencanaan usahatani.

2.3Teori Penanganan Pasca Panen
Menurut Hasbi (2012), pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang
meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi.
Penanganan pascapanen bertujuan untuk menekan kehilangan hasil, meningkatkan
kualitas, daya simpan, daya guna komoditas pertanian, memperluas kesempatan
kerja, dan meningkatkan nilai tambah. Nilai tambah adalah pertambahan nilai
suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun
penyimpanan dalam suatu produksi. Proses pengolahan nilai tambah dapat
didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku
dan input lainnya. Analisis nilai tambah melalui metode Hayami dapat
menghasilkan beberapa informasi penting, antara lain berupa perkiraan nilai
tambah dalam rupiah, rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi dalam persen,

imbalan jasa tenaga kerja dalam rupiah, bagian tenaga kerja dalam persen,
keuntungan yang diterima perusahaan dalam rupiah, dan tingkat keuntungan
perusahaan dalam persen (Ruauw dkk., 2012).
Menurut Aji dkk., (2012), manajemen agroindustri merupakan penerapan
ilmu manajemen dalam agroindustri agar dapat dilakukan secara efisien. Fungsifungsi manajemen yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan dan kepemimpinan (actuating), dan pengawasan atau
pengendalian (controlling) yang harus dijalankan pada setiap tahapan dalam
kegiatan agroindustri. Pembangunan Agroindustri bukan hanya ditujukan untuk
pembangunan pertanian, akan tetapi juga bertujuan untuk pembangunan bagian
sistem

Agribisnis

sebagai

penggerak

utama

perekonomian

Indonesia.

Pertimbangan strategis dalam pembangunan Agroindustri diperlukan dengan
tujuan untuk membangun perekonomian berdaya saing dengan keunggulan
komparatif, menyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto
(PDB), membangun ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman bahan
pangan dan dapat mencegah tekanan penduduk yang berlebihan pada suatu daerah
tertentu.
2.4 Teori Manajemen Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan atau proses mentransformasikan
masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Pengertian produksi dan operasi
mencakup setiap proses merubah masukan-masukan (input) menjadi output
menggunakan sumber daya berupa barang dan jasa. Manajemen dalam produksi
dan operasi merupakan kegiatan yang mengatur dan mengkoordinasikan
penggunaan sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat,
dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan
dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan jasa. Kegiatan manajemen ini
mencakup seluruh kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa serta kegiatankegitan yang mendukung usaha untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut.

Ruang lingkup Manajemen Produksi dan Operasi mencakup perancangan
atau penyiapan sistem produksi dan operasi. Kegiatan perancangan system
produksi dan operasi meliputi :
1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk)
Kegiatan produksi dan operasi harus dapat menghasilkan produk berupa
barang atau jasa secara efektif dan efisien dengan mutu yang baik. Oleh
karena itu setiap kegiatan produksi dan operasi harus dimulai dengan seleksi
dan perancangan produk yang akan dihasilkan. Seleksi dan perancangan
produk perlu menerapkan konsep standarisasi, simplifikasi, dan spesialisasi.
2. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan
Penentuan jenis proses yang akan ditempuh serta peralatannya merupakan hal
yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkan
produk. Kegiatan tersebut meliputi seleksi terhadap proses yang akan
digunakan, teknologi yang dipakai, serta alat yang dibutuhkan untuk proses
tersebut.
3. Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi
Pemilihan lokasi sangat berpengaruh pada kelancaran produksi yang
dilaksanakan, diantaranya kelancaran dalam mendapatkan bahan atau input
produksi, serta biaya penyampaian produk yang dihasilkan menuju pasar.
4.

Rancangan tata-letak lay-out dan arus kerja atau proses
Rancangan tata letakharus mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain
kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses,
kemungkinan kerusakan yang terjadi karena pergerakan dalam proses akan
minimalisasi biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses atau material
handling.

5. Rancangan tugas pekerjaan
Rancanngan tugas pekerjaan merupakan bagian integral dari rancangan
sistem. Penyusunan organisasi kerja harus disusun sebagai dasar pelaksanaan
tugas pekerjaan yang merupakan wadah kegiatan yang hendaknya dapat
membantu pencapaian tujuan perusahaan.
6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas

Rancangan sistem produksi dan operasi harus disusun dengan maksud dan
tujuan dari produksi dan operasi, serta misi kebijakan dasar atau kunci lima
bidang, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau
kualitas.
Persoalan

biaya

memegang

peranan

yang

amat

penting

dalam

pengambilan keputusan dari suatu usaha. Biaya produksi di klasifikasikan dalam
beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan.
Proses produksi jangka pendek terdapat faktor produksi yang dibedakan menjadi
faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor produksi tetpa
dimaksudkan adalah faktor produksi yang tidak berubah dalam satu kali proses
produksi dan faktor produksi variabel adalah faktor produksi yang dapat diubahubah jumlahnya (Hariyati, 2007).
Menurut Hadi (2010) penerimaan adalah terjemahan dari revenue (atau
sebaliknya) yaitu suatu konsep yang menghubungkan antara jumlah barang yang
diproduksi dengan harga jual perunitnya. Konsep penerimaan tentu saja
dipandang dari sisi permintaan (bukan penawaran karena tidak semua barang yang
ditawarkan akan menjadi penerimaan atau laku dijual). Bila misalkan symbol
penerimaan dinotasikan sebagai R atau TR (total revenue), unit barang
disimbolkan dengan Q, dan harga jual disimbolkan dengan P maka nilai R secara
matematis adalah perkalian antara penerimaan dan harga jual tersebut atau:
R = P x Q atau TR = ∑ P x Q .
Menurut Lumintang (2013), pendapatan adalah salah satu indikator untuk
mengukur kesejahteraan seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan
masyarakat ini mencerminkan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan
individu merupakan pendapatan yang diterima seluruh rumah tangga dalam
perekonomian dari pembayaran atas penggunaan faktor-faktor produksi yang
dimilikinya dan dari sumber lain atau jumlah penghasilan yang diterima oleh
penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,
mingguan, bulanan maupun tahunan.Kegiatan usaha pada akhirnya akan

memperoleh pendapatan berupa nilai uang yang diterima dari penjualan produk
yang dikurangi biaya yang telah dikeluarkan.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat ditulis
sebagai berikut :
π = Y. Py – Σ Xi.Pxi - BTT
Keterangan :
π

= Pendapatan (Rp)

Y

= Hasil produksi (Kg)

Py

= Harga hasil produksi (Rp)

Xi

= Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)

Pxi

= Harga faktor produksi ke-i (Rp)

BTT

= Biaya tetap total (Rp)

2.5 Teori ManajemenSumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh
karena itu, SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan
efisisensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal
dengan manajemen sumber daya manusia (SDM). Dalam era globalisasi saat ini,
di mana ditandai dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi
atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian penyesuaian dalam
semua segi yang ada pada organisasi tersebut. Sumber Daya Manusia merupakan
bagian dari dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh
karena itu dalam era sekarang ini dimana teknologi dan peradaban sudah sangat
maju, menuntut sumber daya manusia yang kompeten yang memiliki semangat
dan kedisiplinan yang tinggi dalam menjalankan peran dan fungsinya baik untuk
individual maupun tujuan organisasional. Sumber daya manusia mempunyai
peranan yang sangat penting, dalam interaksinya dengan faktor modal, material,
metode, dan mesin. Kompleksitas yang ada dapat menentukan kualitas manusia.
Oleh karena itu mengharuskan kita untuk selalu berhati-hati dan memperhatikan

setiap aspeknya. Hal ini, bahwa “Manusia merupakan sumber daya yang paling
bernilai, dan ilmu perilaku menyiapkan banyak teknik dan program yang dapat
menuntun pemanfaatan sumber daya manusia secara lebih efektif.” Hal ini
bertujuan untuk mencapai kinerja sumber daya manusia yang semakin meningkat
(Synider, 1986)
Menyimpulkan bahwa kinerja sumber daya manusia dipengaruhi oleh
komitmen. Komitmen organisasi merupakan kekuatan yang bersifat relatif dari
karyawan dalam mengidentifikasi keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi.
Hal ini ditandai dengan tiga hal, yaitu 1). Penerimaan terhadap nilai-nilai
dantujuan organisasi, 2). Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha sungguhsungguh atas namaorganisasi, 3). Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan
di dalam organisasi (Mowday, et al.2010).
Manajemen yang mengatur mengenai sumber daya manusia yang bekerja
disebut dengan manajemen sumber daya manusia. Manajemen sumber daya
manusia juga sering disebut dengan manajemen personalia adalah perencanaan
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan sumber
daya manusia agar tercapai tujuan dari organisasi yang bersangkutan. Pada saat ini
sektor konstruksi mulai menyadari pentingnya pengelolaan sumber daya manusia
untuk meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi masih harus menghadapi banyak
kesulitan dalam pelaksanaan manajemen dan pengembangan sumber daya
manusia. Terdapat beberapa hal yang merupakan penyebab terjadinya kesulitan
tersebut. Pertama, tingkat pendidikan rata-rata pekerja sektor konstruksi
dibandingkan banyak sektor lainnya. Kedua, tidak tetapnya jumlah tenaga kerja
yang digunakan karena kebutuhan tenaga kerja berubah-ubah. Ketiga, adanya
alasan-alasan subyektif dan obyektif yang membatasi partisipasi pekerja. Alasan
subyektif yaitu karakteristik dari prosedur produksi, bahan, dan teknologi yang
tidak memberikan banyak kesempatan bagi pekerja untuk membuat keputusan.
Alasan obyektif adalah pandangan manajemen bahwa mesin dan manual kerja
lebih penting daripada pekerja. Keempat, sistem subkontrak yang banyak
diterapkan dalam industri konstruksi menyebabkan tidak ada pihak yang

mengambil tanggung jawab untuk melakukan pelatihan dan pengembangan
pekerja (Martoyio, 2000).
Selain keempat hal tersebut diatas, ada beberapa permasalahan pada
sumber daya manusia yang membuat kegagalan perusahaan antara lain: buruknya
kualitas karyawan, sikap dan pola pikir negatif dari para pegawai yang sudah
berakar kuat dalam perusahaan, tingginya perputaran karyawan yang berbiaya
besar dan beralihnya karyawan-karyawan penting ke perusahaan pesaing, serta
faktor-faktor lainnya meliputi buruknya program jaminan insentif bagi karyawan
(Simamora, 1997).
2.6 Teori Teknologi
Manajemen teknologi merupakan seluruh teknologi yang digunakan oleh
organisasi

yang

memiliki

fungsi

untuk

mengolah,

menyimpan,

dan

mengkomunikasikan data dan informasi perusahaan secara menyeluruh yang
harus dikelola sebagai suatu sistem terintegrasi pada sumber daya organisasi.
Manajemen teknologi juga dapat dikatakan sebagai ilmu yang menggabungkan
dunia bisnis dengan teknologi dalam mengambil keputusan pada jenjang manapun
dalam suatu perusahaan. Kegiatan dalam manajemen teknologi dapat berupa
pemilihan teknologi yang akan digunakan dalam kegiatan usahatani dan
agroindustri maupun pascapanen suatu komoditas (Gaol, 2008).
Pada era pasar bebas, hanya komoditas yang diusahakan secara efisien dari
sisi teknologi dan sosial ekonomi serta mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetitif yang mampu bersaing secara berkelanjutan dengan komoditas yang
sama. Penentuan komoditas unggulan penting karena ketersediaan dan
kemampuan sumber daya alam, modal, dan SDM untuk menghasilkan dan
memasarkan semua komoditas yang diproduksi serta kemampuan dalam
menerapkan teknologi. Keunggulan komparatif komoditas tercipta dari interaksi
antara kelimpahan sumber daya (biofisik), penguasaan teknologi, dan kemampuan
manajerial dalam kegiatan pengembangan komoditas yang bersangkutan. Oleh
karena itu diperlukan upaya pengelolaan teknologi yang efektif mulai dari

perencanaan teknologi, pengorganisasian teknologi, pelaksanaan, dan pengawasan
serta evaluasi aplikasi teknologi (Anonim, 2011).
Manajemen teknologi berperan dalam mendukung proses produksi yang
ada pada kegiatan agribisnis dan agroindustri agar didapatkan pengeluaran atau
emisi yang minimal di setiap mata rantai dalam proses dalam rantai agribisnis.
Manajemen

teknologi

memegang

peranan

penting

dalam

memberikan

keseimbangan menurunnya kualitas sumber daya alam di satu sisi dan
peningkatan jumlah penduduk di sisi lain. Peningkatan jumlah penduduk tidak
hanya berpengaruh pada semakin tingginya permintaan terhadap eksploitasi
sumber daya alam, tetapi juga meningkatkan kompleksitas hubungan antar
manusia. Teknologi agribisnis yang dikembangkan harus mampu bersinergi
dengan

ilmu-ilmu

sosial

dalam

menangani

permasalahan-permasalahan

pembangunan berkelanjutan (Said dkk., 2004).
2.7 Teori Kelembagaan
Kelembagan merupakan suatu jaringan yang terdiri dari beberapa orang
yang menjadi satu kesatuan yang kompleks dan membentuk sistem peraturanperaturan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang dianggap
penting.Kelembagaan juga didefinisikan sebagai badan, organisasi, kaidah, dan
atau norma-norma baik formal maupun informal sebagai pedoman untuk
mengatur perilaku setiap masyarakat, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun
dalam usahanya mencapai suatu tujuan tertentu. Selain itu lembaga juga dapat
diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok sosial yang sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial, politik dan ekonomi.

Dengan demikian, dalam

kelembagaan terkandung aspek kultural dan strukutural (Hanafie, 2010).
Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma sosial
dalam masyarakat. Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma-norma
yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakat guna memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Lembaga sosial sangat diperlukan untuk mendorong dan
menfasilitasi terjaminnya berbagai kegiatan dalam kawasan sosial yang sangat
erat kaitannya dengan indeks keberlanjutan yang merupakan dimensi dari

kelembagaan, namun lembaga yang dibentuk masih bersifat proyek. Lembaga
yang sangat erat kaitannya dengan kebutuhan para masyarakat adalah Lembaga
Keuangan Mikro, yaitu lembaga yang mempunyai karakter khusus yang sesuai
dengan konstituennya, seperti: 1) terdiri dari berbagai bentuk pelayanan keuangan,
terutama simpanan dan pinjaman; 2) diarahkan untuk melayani masyarakat
berpenghasilan rendah; dan 3) menggunakan sistem serta prosedur yang sederhana
(Hasrat, 2014).
Menurut Nurmala dkk dalam Cahyono dan Tjokropandojo (2012), terdapat
beberapa kriteria dari peran kelembagaan petani yang mendukung keberlanjutan
pertanian, antara lain.
1. Subsistem Sarana meliputi perencanaan, pengelolaan, pengadaan, dan
penyaluran sarana produksi yang memungkinkan penerapan suatu teknologi
2.

usahatani dan pemanfaatan SDA secara optimal.
Subsistem Usahatani meliputi pembinaan dan pengembangan usahatani dalam
rangka peningkatan produksi pertanian, baik usahatani pertanian rakyat

3.

maupun usahatani besar.
Subsistem Pengolahan meliputi pengolahan hasil secara sederhana di tingkat
petani dan penanganan pascapanen komoditi pertanian yang dihasilkan
sampai pada tingkat pengolahan lanjut selama bentuk, susunan, dan citarasa

4.

komoditi tersebut tidak berubah.
Subsistem Pemasaran meliputi pemasaran hasil usahatani yang masih segar
atau hasil olahannya mencakup kegiatan distribusi dan pemasaran di dalam

5.

negeri dan ekspor
Subsitem Pelayanan dan Pendukung melputi jasa perbankan, jasa angkutan,
asuransi, penyimpanan, dan lain-lain.

2.8 Teori Pemasaran
Menurut Shinta (2011), Pemasaran merupakan suatu proses dan manajerial
yang membuat individu atau kelompok mendapatkan yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertahankan produk yang
bernilai kepada pihak lain yang menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai
dari produsen sampai konsumen. Peranan pemasaran tidak hanya menyampaikan

produk dan jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk dan jasa
dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba.
Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai
superior, menetapkan harga menarik, serta mempertahankan pelanggan yang
sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan. Manajemen
pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan, mengimplementasikan serta
mengawasi atau mengendalikan kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar
tercapai tujuan organisasi secara efesien dan efektif. Penjelasan fungsi pemasaran
yang merupakan kegiatan terpadu dan saling mendukung, antara lain:
a. Perencanaan pemasaran

Penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan pemasaran.
Tujuannya dari perencanaan yaitu meniadakan ketidakpastian masa datang bila
ada perubahan- perubahan karena situasi dan kondisi perusahaan maupun
diluar perusahaan maupun diluar perusahaan tidak menentu, menghindari
adanya penyimpangan tujuan dan rencana walaupun mahal tetapi ekonomis
karena segala kegiatan telah terfokuskan dengan segala biaya- biayanya.
b. Implementasi pemasaran
Implementasi pasar adalah proses yang mengubah strategi dan rencana
pemasaran menjadi tindakan pemasaran untuk mencapai sasaran. Implementasi
mencakup aktivitas sehari-hari, dari bulan ke bulan yang secara efektif
melaksanakan rencana pemasaran. Kegiatan implementasi dibutuhkan program
tindakan yang menarik semua orang atau semua aktivitas serta struktur
organisasi

formal

yang

dapat

memainkan

peranan

penting

dalam

mengimplementasikan strategi pemasaran. Mengimplementasikan yang sukses
tergantung dari beberapa kegiatan yang paling utama yaitu pengorganisasian
untuk proses menciptakan hubungan antara fungsi personalia dan faktor fisik,
agar kegiatan pemasaran yang harus dilaksanakan bisa mencapai tujuan yang
benar. Pengarahan adalah usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu
kegiatan pemasaran agar semuanya dapat dilakukan dengan baik meliputi
memberi perintah secara baik, motivasi, dan kepemimpinan. Pengkoordinasian
adalah usaha untuk meng-sinkronkan dan menyatukan segala kegiatan

pemasaran dalam organisasi agar mencapai tujuan yang efektif meliputi adanya
prosedur yang terang dan jelas, dan koordinasi dilakukan secara formal melalui
pemimpin staff pembantu, panitia maupun pejabat penghubung dilakukan
kontak tidak formal.
c. Pengendalian/Evaluasi kegiatan pemasaran
Usaha memberikan petunjuk pada pelaksana agar selalu bertindak sesuai
dengan rencana meliputi penentuan standard, supervisi kegiatan atau
pemeriksaan, perbandingan hasil dengan standard, dan kegiatan mengkoreksi
standard. Kegiatan pengendalian/evaluasi ada dua macam yaitu pertama
pengendalian

operasional

termasuk

memeriksa

kinerja

yang

sedang

berlangsung terhadap rencana tahunan dan mengambil tindakan perbaikan.
Kedua pengendalian strategik meliputi pengamatan strategi dasar perusahaan
sesuai dengan peluang sesuai dengan peluang yang terbuka. Strategi dan
program pemasaran dapat ketinggalan zaman dalam waktu singkat dan setiap
perusahaan harus secara periodik menilai ulang pendekatan terhadap pasar
secara keseluruhan.
Pemasaran mempunyai prinsip yang digolongkan ke dalam tipe-tipe fungsi
pemasaran antara lain fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi penyediaan
fasilitas. Fungsi pertukaran adalah suatu kegiatan memperlancar perpindahan hak
milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi fisik adalah semua tindakan
yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan
kegunaan tempat, bentuk dan fungsi. Fungsi penyediaan fasilitas adalah semua
kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukran yang terjadi
antara produsen ke konsumen (Sudiyono dalam Salaka, 2012).
Pemasaran biasanya terdapat bauran pemasaran yang merupakan suatu alat
yang digunakan oleh perusahaan secara terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan dalam pemasaran itu sendiri. Bauran pemasaran ini biasanya meliputi
kekuatan produk, keunggulan harga dan lain-lain sehingga dapat berguna sebagai
strategi promosi dalam memenangi persaingan yang ada dalam pemasaran.
Analisis bauran pemasaran biasanya paling banyak meliputi produk, harga,

distribusi dan promosi. Selain dengan adanya bauran pemasaran ada juga yang
disebut saluran pemasaran yaitu alur atau jalannya pemasaran agar berjalan lancar
karena saluran tersebut berguna untuk menghubungkan produsen degan
konsumen. Saluran pemasaran pada lobster ada dua antara lain saluran pemasaran
langsung dan saluran pemasaran tidak langsung. Saluran pemasaran langsungdari
produsen ke konsumen yaitu biasanya konsumen datang langsung ke petani.
Sehingga dalam pemasaran langsung tersebut maka konsumen sebagai pembeli
tangan terakhir. Maksud dari pembeli tangan terakhir disini yaitu yang dibeli dari
seorang konsumen tidak dijual kembali dan akan digunakan sebagai keperluan
pribadi. Sedangkan saluran pemasaran tidak langsung yaitu konsumen tidak
langsung datang membeli pada produsen ataupun produsen tidak langsung sampai
pada konsumen, tetapi melalui perantara. Dalam hal ini konsumen yang membeli
melalui perantara biasanya dapat berupa lobster belum olahan dan juga lobster
yang berupa olahan (Jayanti, 2013).
2.9 Teori Risiko
Menjalankan suatu bisnis tidak akan selalu berjalan mulus tanpa suatu
halangan apapun, pasti selalu ada rintangan dan kendala dalam menjalankan
suatu bisnis tersebut. Suatu rintangan atau halangan merupakan suatu risiko yang
harus ditanggung oleh seorang pebisnis dalam melakukan suatu bisnisnya. Risiko
merupakan kemungkinan kejadian yang akan menimbulkan dampak kerugian.
Dalam kegiatan usaha tani pasti ada risiko yang harus siap diterima, misalnya
risiko produksi, risiko pendanaan, dan risiko teknologi. Semua risiko tersebut
dapat menimbulkan suatu kerugian dan kegagalan bagi usaha tani yang sedang
dijalankan jika seorang petani tidak mempunyai manajmen risiko yang baik,
sehingga diperlukan kejelian untuk menanggapi dan meminimalisir risiko yang
akan dihadapi dalam suatu usaha tani (David, 2013).
Risiko yang dihadapi dalam suatu usaha tani dapat dikendalikan dengan
manajemen pengelolaan risiko yang baik. Manajemen pengelolaan risiko yang
baik akan dapat meminimalisir kerugian atau kegagalan yang akan diterima.
Manajemen risiko bermanfaat sebagai pijakan dalam setiap mengambil keputusan,

memberi arah bagi suatu usaha tani atau suatu perusahaan dan mendorong seorang
petani atau manajer untuk mengambil keputusan yang selalu menghindari risiko
dan pengaruh kerugian. Risiko harus segera dikendalikan agar tidak menjadi
penghalang dalam mencapai tujuan atau produktivitas yang berkelanjutan dalam
suatu usaha tani. Jika suatu risiko dalam suatu usaha tani tidak segera
dikendalikan maka akan menimbulkan kerugian bahkan juga kegagalan bagi
usaha tani tersebut. Sikap seseorang atau petani dalam menghadapi permasalahan
dan risiko dari usaha taninya berbeda-beda satu dengan yang lain, ada yang
enggan terhadap risiko, netral terhadap risiko dan berani menanggung risiko.
Sikap petani terhadap risiko berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam
mengalokasikan faktor-faktor produksi (Hidayat, 2012).
Menurut Fahmi (2010) tahap- tahap dalam melaksaanakan manajemen
risiko dalam suatu usaha, yaitu :
1. Identifikasi risiko
Hal yang dilakukan adalah tindakan mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang
dialami suatu usaha tani, termasuk juga bentuk-bentuk risiko yang akan
dialami.
2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk risiko
Tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi bentuk risiko secara detail
seperti ciri-ciri risiko dan faktor timbulnya risiko.
3. Menempatkan ukuran-ukuran risiko
Memempatkan ukuran dan skala yang dipakai, termasuk rancangan model
metodologi penelitian yang akan digunakan.
4. Menempatkan alternatif- alternatif
Melakukan tindakan pengolahan data, hasil pengolaha kemudian dijabarkan
dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibat-akibat dan pengaruh yang
akan timbul jika keputas tersebut diambil.
5. Menganalisis setiap alternatif
Setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis dan dikemukakan berbagai
sudut pandang serta efek yang mungkin timbul .
6. Memutuskan satu alternatif

Berbagai alternatif yang ada dipaparkan dan dijelaskan baik dalam bentuk lisan
dan tulisan.
7. Melaksanakan alternatif yang dipilih
Alternatif yang telah dipilih dilaksanakan dengan surat keputusan dan rincian
biaya yang sudah dikeluarkan.
8. Mengontrol alternatif yang dipilih
Alternatif yang dipilih telah dilaksanakan, tinggal melakukan control yang
maksimal guna menghindari timbulnya berbagai risiko yang tidak diinginkan.
9. Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih
Alternatif yang telah dilaksanakan dan dikontrol kemudian dilaporkan kepada
pihak manajer dan dinilai atau dievaluasi agar pekerjaan tersebut dapat terus
dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

BAB 3. GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum On Farm Komoditas Lobster di Desa Puger Wetan
Kecamatan Puger
UD. Angin Laut terletak di Jalan Ngatmorejo Desa Puger Wetan. Desa
Puger Wetan sendiri merupakan salah satu desa di Kecamatan Puger yang terletak
sebelah selatan Kabupaten Jember dengan jarak ± 30 km dari pusat kota. Luas
wilayah keseluruhan adalah 525.520 m2. Secara administratif Desa Puger Wetan
berbatasan dengan Desa Grenden dan Wonoasri di bagian utara, Desa Lojejer di
sebelah timur, Desa Puger Kulon di sebelah barat dan Samudra Hindia di sebelah
selatan.
UD. Angin Laut merupakan perusahaan skala rumah tangga yang
memanfaatkan potensi laut yang dimiliki Desa Puger Wetan. Potensi laut yang
melimpah ini dijadikan sebagai salah satu sumber mata pencaharian oleh sebagian
besar masyarakat selain bercocok tanam, namun potensi laut yang besar ini tidak
diimbangi dengan pemanfaatan yang optimum oleh masyarakat sekitar.
Masyarakat sekitar hanya menjadikan melaut sebagai pekerjaan sekunder
disamping pekerjaan utama sebagai petani. Pemanfaatan yang tidak optimum ini
dikarenakan keterbatasan biaya masyarakat untuk memenuhi sarana dan alat-alat
untuk melaut yang diperlukan. Kapal laut menjadi sarana vital yang harus ada.
Melihat potensi yang belum banyak berkembang ini menjadi alasan utama mulai
merintis usaha budidaya perikanan dan mendirikan UD. Angin Laut.
UD. Angin Laut dipandang sebagai pemberdaya nelayan di Desa Puger
Wetan karena pada awal berdirinya UD. Angin Laut, perusahaan membantu
nelayan dengan menyediakan kapal laut yang dibeli oleh UD. Angin laut dari
modal awal mendirikan perusahaan. UD. Angin Laut pada awalnya didirikan pada

tahun 1985 dengan modal awal Rp. 20.000.000. Modal awal ini selain digunakan
untuk membantu nelayan setempat juga untuk memenuhi segala sarana produksi
yang dibutuhkan untuk melakukan usaha. Bantuan kapal laut ini menjadi awal
mula adanya timbal balik antara nelayan dan pihak UD. Angin Laut, dimana
nelayan akan menjual hasil tangkapan ikan mereka kepada UD. Angin Laut.
Awalnya UD. Angin Laut hanya berfungsi sebagai tengkulak bagi nelayan, namun
ketika melihat tingginya permintaan akan lobster untuk keperluan ekspor UD.
Angin Laut mulai merintis usaha pembesaran lobster.
Lobster menjadi salah satu komoditas unggulan untuk kebutuhan ekspor
dan permintaannya setiap tahun selalu meningkat. Saat ini UD, Angin Laut
menjadikan lobster sebagai komoditas yang paling diutamakan karena memliki
nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan dengan komoditas perikanan yang
lainnya. UD. Angin Laut memiliki 7 buah kolam pembesaran lobster dengan
waktu produksi setiap satu minggu sekali atau dua minggu sekali tergantung
dengan permintaan ekspor dan tersedia atau tidaknya lobster yang memenuhi
standar kualitas ekspor.
3.2 Gambaran Umum Off Farm Lobster Ekspor di Desa Puger Wetan
Kecamatan Puger
Kegiatan usaha off farm lobster untuk kebutuhan ekspor berada satu lokasi
dengan kegiatan on farm lobster karena sama-sama diusahakan oleh satu
perusahaan yang sama, yaitu UD. Angin Laut yang berada di Jalan Ngatmorejo
Desa Puger Wetan. Lobster merupakan salah satu jenis komoditas perikanan laut
yang sangat digemari oleh konsumen sehingga permintaan lobster terus
meningkat setiap tahunnya. Permintaan ini tidak hanya berasal dari dalam negeri
saja tetapi juga berasal dari luar negeri.
UD. Angin Laut pada awalnya tidak memiliki keinginan untuk terjun ke
usaha budidaya dan ekspor lobster. Hal ini dikarenakan cara budidaya lobster
yang tergolong sulit dan standar kualitas serta kuantitas yang dipatok oleh
perusahaan ekspor terlalu tinggi untuk dijangkau. Namun ketika melihat potensi
pasar yang masih terbuka luas karena adanya ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran atas lobster. UD. Angin Laut sedikit demi sedikit

mulai merintis usaha budidaya lobster untuk kebutuhan ekspor dan menjalin
kerjasama dengan perusahaan ekspor di Surabaya.
Negara Australia, Jepang, Amerika, Malaysia, Singapura dan Cina menjadi
negara dengan permintaan lobster terbesar. Lobster hasil budidaya UD. Angin
Laut sendiri biasanya di ekspor untuk memenuhi kebutuhan lobster di negara
China. UD. Angin Laut dapat menyediakan lobster untuk kebutuhan ekspor setiap
satu minggu sekali atau setiap dua minggu sekali. Kegiatan off farm ekspor
lobster ini dapat memberikan nilai tambah bagi UD. Angin Laut hingga Rp.
50.000,- per ekor lobster dibanding dengan lobster yang dijual di pasar tradisional.
Negara-negara tersebut

BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Manajemen On Farm Komoditas Lobster di Desa Puger Wetana
UD. Angin Laut adalah salah satu perusahaan skala rumah tangga.
Perusahaan ini menjalankan bisnis di bidang perikanan khususnya perikanan laut.
Komoditas utama ikan yang dipilih oleh UD. Angin Laut adalah lobster. Selain
lobster juga ada jenis-jenis ikan yang lainnya, antara lain yaitu ikan tuna, sarden,
ikan layur dan lain sebagainya. UD. Angin Laut tidak membudidayakan ikan laut
secara mandiri namun hanya membesarkan ikan tangkapan dari laut sampai
ukuran yang diminta oleh konsumen. Jenis ikan yang dibesarkan oleh perusahaan
ini adalah lobster. Lobster yang akan dibesarkan biasanya hasil dari membeli
tangkapan dari nelayan. Kemudian akan di pindahkan ke kolam-kolam
pembesaran lobster yang dimiliki perusahaan.
4.1.1 Perencanaan
Perencanaan dalam kegiatan produksi sangat menentukan keberhasilan
dari kegiatan suatu usaha. Perencanaan yang dilakukan dapat berupa penyusunan
kegiatan dan menetapkan semua kebutuhan yang akan digunakan untuk proses
produksi. Usaha pembesaran lobster membutuhkan persiapan yang matang dalam
memulai usahanya. Budidaya yang dilakukan oleh UD. Angin Laut juga tidak
dilakukan mulai dari anakan namun hanya melakukan kegiatan pembesarannya
saja, sehingga tidak terlalu sulit untuk membudidayakan lobster. Budidaya lobster
tidak membutuhkan teknik-teknik yang terlalu rumit, hanya memerlukan aerator
dan kolam pembesaran yang kondisinya menyerupai kondisi lobster di habitat
alaminya. Tujuannya adalah agar lobster dapat tumbuh dengan baik dan tidak
mengalami stress, sehingga tingkat kematian lobster dapat ditekan seminimal

mungkin. Pemberian pakan lobster cukup dengan ikan rucah yang dapat dengan
mudah diperoleh dari nelayan-nelayan. Pemberian pakan untuk lobster tidak perlu
dilakukan secara berlebihan. Lobster membutuhkan makan secukupnya saja. UD.
Angin Laut dapat memberi makan 2 kali dalam 1 hari yaitu pada pagi dan sore
hari.
Tanggal
25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

15

14

13

12

11

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Kegi
atan
Peng
uras
an
Peng
isian
Air
Pem
beria
n
Kap
ur
Pend
iama
n
Kola
m
Peng
uras
an
Peng
isian
Air
Pend
iama
n
Kola
m
Pem
beria
n
paral
on
Pem
asuk
an
Lobs
ter
Pem
beria
n
Paka
n
Pane
n

Gambar 4.1 bagan Gannt on farmbudidaya lobster.
Bagan Gaant kegiatan perencanaan budidaya pembesaran lobster
menunjukkan mengenai kegiatan mulai dari proses penyiapan kolam yang

meliputi pengurasan kolam, pengisian air kolam, pemberian kapur, pengurasan
kembali, pemberian pakan hingga ke pemanenan. Pelaksanaan usaha pembesaran
lobster memakan waktu sekitar 25 hari dalam satu kali produksi. Kegiatan
pembesaran lobster diawali dengan melakukan pengurasan kolam kemudian
dilanjutkan dengan pengisian air kolam menggunakan air laut dan memberikan
kapur ke dalam kolam. Tujuan pemberian kapur ke dalam kolam adalah untuk
mematikan jamur dan bakteri yang ada setelah itu kolam didiamkan selama 3 hari.
Kolam yang telah didiamkan selama 3 hari kemudian diisi kembali menggunakan
air laut dan didiamkan lagi. Pendiaman kolam ini diiringi dengan memasang
paralon-paralon ke dalam kolam sebagai rumah bagi lobster. Paralon ini
merupakan upaya UD. Angin Laut untuk bisa menciptakan kondisi kolam yang
sesuai dengan habitat alami lobster. Hari ke-4 bibit lobster dimasukkan ke dalam
kolam. Lobster dipelihara di kolam-kolam pembesaran selama 2 minggu hingga
panen. Selama masa pembesaran lobster diberi pakan setiap hari pada pagi hari.
Panen dilakukan setelah 2 minggu

masa pembesaran dan saat berat lobster

mencapai minimal 200 gram/ekor.
Tabel 4.1 Rincian biaya pembudidayaan lobster
Komponen biaya
Harga (Rp)

a. Biaya tetap
Kolam pembesaran 7 buah @ Rp 3.000.000

21.000.000

Akuarium1 buah @ Rp 175.000

175.000

Aerator 7 buah @ Rp 170.000

1.190.000

Selang aerator 50 meter @ Rp 2.000

100.000

Pipa paralon 80 buah @ Rp 1.250

100.000

Jaringan/ serokan 3 buah @ Rp 15.000

45.000

Jurigen 10 buah @ Rp 20.000

100.000

b. Biaya operasional (variabel)
Lobster kecil 500 ekor @ Rp 180.000

90.000.000

Tenaga kerja 4 HKP@ Rp 30.000

120.000

Pakan 21 kg @ Rp 20.000

420.000

Transportasi

300.000

Total biaya

113.550.000

Dari data tabel diatas dapat diketahui jumlah total biaya tetap dan biaya
varibel untuk pembesaran lobster sebanyak Rp. 113.950.000. Biaya variabel
sebanyak Rp. 90.840.000 adalah biaya variabel selama 7 hari. Setiap kali produksi
dapat menghasilkan 500 ekor lobster hidup yang dijual dengan harga Rp. 220.000/
ekor dengan berat 200 gram. Total hasil penerimaan yang didapat oleh UD. Angin
Laut adalah sebesar Rp. 110.000.000 dengan keuntungan Rp 40.000/ekor.
Luas lahan yang digunakan dalam budidaya lobster adalah untuk
pembuatan 7 kolam semen yang berukuran 1,5m x 2m dengan kedalaman 1m.
Kolam harus disiapkan terlebih dahulu sebelum lobster dimasukkan ke dalam
kolam. Persiapan kolam lobster mencakup kegiatan perawatan kolam yaitu
pertama kolam dikeringkan dan ditebarkan kapur untuk membunuh bakteri yang
ada pada kolam, setelah ditebar kapur kolam didiamkan selama 1 hari. Kemudian
kolam diisi air laut dan didiamkan selama 7 hari. Lalu kolam dikuras lagi dan diisi
air serta didiamkan selama 3 hari, pada hari ke-4 siap untuk digunakan sebagai
kolam pembesaran lobster laut.

Bibit lobster untuk budidaya didapat dengan membeli benih yang
responden dapat dari nelayan setempat dengan kualitas benih yang sudah lolos
seleksi sehingga benih yang didapat oleh responden benih pilihan yang sehat
sehingga pada saat benih yang dibudidayakan tumbuh menjadi lobster yang
berkualitas bagus sehingga dapat di ekspor.
Lokasi budidaya lobster dipilih dekat dengan pantai. Pemilihan lokasi ini
bertujuan untuk memudahkan UD. Angin Laut untuk membudidayakan lobster.
Input-input yang diperlukan juga banyak yang berasal dari laut seperti air laut dan
pasir pantai, sehingga dengan lokasi yang dekat dengan pantai akan menjadikan
kegiatan budidaya lobster semakin efisien. Air laut yang digunakan berasal dari
laut yang diambil secara manual menggunakan jurigen dan kemudian diangkut ke
kolam tempat pembesaran lobster. Dasar kolam dapat diletakkan paralon, batubatu atau pun pasir untuk meniru habitat asli lobster. Pengadaan red grass juga
diperlukan untuk mencegah kanibalisme saat lobster berganti kulit.
Kegiatan yang dilakukan pada budidaya lobster menggunakan beberapa
teknologi untuk dapat mendukung pelaksanaan budidaya lobster. Teknologi yang
digunakan berupa aquarium dan filter. Teknologi yang digunakan bukan hanya
alat berupa teknologi saja, tetapi juga penggunaan benih lobster yang berkualitas
dan sehat untuk dapat meningkatkan hasil yang berkualitas. Penerapan teknologi
akan berhasil apabila sumberdaya manusia dapat mengoprasikannya dengan baik.
Pengoprasian teknologi dalam usaha budidaya lobster tidak harus tinggi karena
teknologi yang digunakan masih tergolong sederhana dimana pengoprasiannya
tidak memerlukan keahlian atau kemampuan khusus.
Budidaya lobster tidak memerlukan keahlian khusus, sehingga tidak perlu
ekstra dalam pembudidayaannya. UD Angin Laut menerima lobster dari petani,
tetapi resiko yang diterima oleh responden adalah apabila lobter yang diterima
petani sedikit. Lobster biasanya yang dicari nelayan tergantung dengan musim
sehingga apabila tidak terjadi musim lobster maka petani hanya mendapatkan
sedikit. Loster apabila yang didpat oleh nelayan sedikit maka dapat berisiko pada
UD Angin Laut, sehingga akan berdampak pada proses pengiriman. Lobster yang
dikirim akan sedikit juga apabila yang diterima dari nelayan sedikit sehingga

berdampak pada pelanggan lobster dan juga konsumen. Selain itu, lobster akan
berisiko apabila banyak yang mati. Lobster yang mati risikonya adalah UD Angin
Laut dapat merugi karena sudah membeli dari nelayan selain itu juga mengurangi
pengiriman lobster.
UD. Angin Laut bekerja sama dengan eksportir yang berada di Surabaya
untuk menjual hasil budidaya pembesaran lobster yang telah dilakukan oleh UD.
Angin Laut. Lobster yang sudah