MAKALAH MANAJEMEN BK DI SD.docx

MAKALAH
MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR

OLEH:
SURYANI,S.Pd.
NIM.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan
menghasilkan perkembangan optimal pada setiap individu sesuai dengan
kemampuan atau potensinya, minatnya serta nilai sebagai pandangan
hidupnya (Depdiknas: 2008). Perkembangan optimal ini meliputi semua
aspek pribadinya yakni: aspek jasmani, intelektual, moral, sosial serta aspek
pribadi lainnya. Dengan kata lain setiap aspek kepribadian itu harus
memperoleh kesempatan berkembang secara seimbang tanpa ada pengabaian
dari salah satunya. Misalnya sekolah menekankan perkembangan aspek moral
dan sosialnya melalui kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh
guru. Guru di sekolah tidak hanya sebagai pengajar, namun guru juga berlaku
sebagai konselor bagi siswanya. Hal ini dikarenakan minimnya atau bahkan

tidak adanya konselor di SD, sehingga guru SD selain menjadi penyampai
pelajaran juga bertindak sebagai konselor yang harus memanajemen kegiatan
bimbingan dan konseling di SD.
Bimbingan dan konseling memiliki konsep dan peran yang ideal,
karena dengan berfungsinya bimbingan dan konseling secara optimal semua
kebutuhan dan permasalahan siswa di sekolah akan dapat ditangani dengan
baik. Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling disekolah tidak
mungkin akan tersusun, terselenggara dan tercapai apabila tidak dikelola
dalam suatu system manajemen yang bermutu. Baik dalam hal merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya yang
ada. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian
manajemen, hakikat manajemen, struktur dan pengembangan program
bimbingan dan konseling di SD, serta penilaian.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen bimbingan konseling di SD?
C. Tujuan

Untuk mengetahui manajemen bimbingan konseling di SD?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Bimbingan Konseling di SD
1. Pengertian Manajemen
Stoner (2006) mengungkapkan bahwa manajemen adalah suatu
proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian
upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang
ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan

sebelumnya.

Sedangkan

menurut

Hasibuan

(2000:2)

mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.
Dari beberapa ahli yang mendefinisikan arti kata manajemen,
dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah bekerja dengan orang-orang
untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan
organisasi

dengan

pelaksanaan

fungsi-fungsi

perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan
dan pengawasan secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.
2. Pengertian Bimbingan Konseling di SD
Willis (2011:14) menerangkan bimbingan merupakan proses
bantuan terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya,

sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensi-potensinya.
Lain halnya dengan Prayitno (2013:95) mengungkapkan bahwa
bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan
realisasi pribadi setiap individu. Sedangkan menurut Prayitno dan Amti
(2004) mengungkapkan bahwa bimbingan merupakan proses pemberian
bantuan oleh orang yang ahli kepada beberapa orang atau individu, baik
anak anak, remaja, maupun dewasa.
Menurut ungkapan beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan oleh yang

ahli kepada orang atau individu, baik anak anak, remaja, maupun dewasa
supaya dapat mengenali dirinya, memaksimalkan potensinya, serta
mampu mengahadapi, dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
dalam hidupnya.
Prayitno dan Amti (2004) konseling merupakan proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli
kepada individu yang sedang mengalami masalah yang bermuara pada
teratsinya masalah yang dihadapi oleh individu tersebut. Menurut Winkel
(2005) berpendapat bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan
paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap

muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri
terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Sedangkan menurut
Tohirin (2013:24) adalah kontak atau hubungan timbal balik antara dua
orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang
didukung oleh keahlian dalam suasana yang laras dan integrasi,
berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi
klien.
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
konseling merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor
yang dilakukan secara khusus dengan cara tatap tatap muka dengan
individu yang mengalami masalah guna mengatasi masalah yang
dihadapi.
Setelah menguraikan beberapa definisi tentang bimbingan dan
konseleing, maka sekarang kita bisa menyimpulkan definisi Bimbingan
dan Konseling (BK) di SD yaitu Serangkaian kegiatan berupa bantuan
yang dilakukan oleh seorang ahli kepada konseli dengan cara tatap muka,
baik secara individu atau beberapa orang dengan memberikan
pengetahuan tambahan untuk mengatasi permalahan yang dialami oleh
konseli, dengan cara terus menerus dan sitematis. Konseli disini adalah
siswa SD yang mengalami permasalah dalam dirinya baik itu pada aspek

intelektual, moral dan sosial.

B. Manajemen Bimbingan Konseling di SD
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan sesuai
yang direncanakan, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai. Salah satu diantaranya adalah perlengkapan material yang berupa
sarana fisik dan teknis. Untuk keperluan kegiatan pemberian bantuan kepada
siswa, khususnya dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling
perorangan, mutlak diperlukan ruangan khusus dengan perlengkapan yang
memadai dan nyaman meskipun wujudnya sangat sederhana. Secara garis
besar perlengkapan bimbingan dan konseling yang dibutuhkan di sekolah
meliputi:1. Perlengkapan untuk mengumpulkan data, 2. Perlengkapan untuk
menyiapkan data, 3. Perlengkapan pelaksanaan bimbingan dan konseling, 4.
Perlengkapan administrasi bimbingan dan konseling. Setelah tersedianya
perlengkapan dan adanya guru bimbingan dan konseling yang memiliki
kompetensi dalam pengolahan bimbingan dan konseling serta dengan adanya
kerjasama, baik kerjasama dengan pihak dalam maupun luar sekolah.
Sehingga akan tercipta layanan bimbingan dan konseling yang efektif. Dalam
usaha pencapaian pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut, maka
sebuah kegiatan pengelolaan layanan bimbingan dan konseling harus terarah

dengan baik dan jelas. Hal itu untuk meningkatkan potensi yang ada dalam
layanan bimbingan dan konseling meliputi, perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan program dan pengawasan yang telah disepakati. Sehingga
pengelolaan layanan bimbingan dan konseling akan menciptakan sesuatu hal
yang bermutu.
Manajemen bimbingan dan konseling berarti pula melaksanakan
berbagai

fungsi

dalam

manajemen.

Atmodiwirio

(2000:

14


-15)

mempergunakan tujuh fungsi manajemen sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan, yakni proses tindakan secara sadar dipilih dari
berbagai variabel yang ada, dimaksud untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
2. Pengorganisasian, yakni proses struktur dan alokasi pekerjaan ditentukan.

3. Staffing, yakni proses seorang manajer memilih, melatih, mengangkat dan
memberhentikan bawahannya.
4. Planning, yakni proses manajemen mengantisipasi masa yang akan datang
dan merumuskan alternatif terbaik dengan serangkaian tindakan.
5. Kontrol, yakni proses mengukur pelaksanaan yang sedang berjalan dan
merupakan petunjuk terhadap beberapa tujuan yang sebelumnya telah
ditetapkan.
6. Komunikasi, yakni proses ide (gagasan) disampaikan kepada orang lain
dengan maksud tercapainya hasil yang diinginkan secara efektif.
7. Pengarahan, yakni proses pelaksanaan kerja nyata seorang bawahan
dibimbing untuk mencapai tujuan umum.
Siagian (2001:33) menjelaskan bahwa manajemen selalu terlibat

dalam serangkaian proses manajerial yang pada intinya berkisar pada :
1. penentuan tujuan dan sasaran,
2. perumusan strategi,
3. perencanaan,
4. penentuan program kerja,
5. pengorganisasian,
6. penggerakan sumber daya manusia,
7. pemantuan kegiatan operasional,
8. pengawasan,
9. penilaian, serta
10. penciptaan dan penggunaan sistem umpan balik.
Manajemen bimbingan dan konseling berarti pula menerapkan fungsifungsi manajemen. Penerapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Planning. Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling, dari
program tahunan hingga program harian dalam bentuk satuan layanan
(satlan) dan satuan kegiatan pendukung (satkung) harus dilakukan oleh
guru pembimbing.
2. Organizing. Agar program yang telah disusun dapat terlaksana secara
efektif dan efisien, tentu saja perlu melibatkan berbagai pihak yang ada di

sekolah yakni kepala sekolah, guru (guru bidang studi dan wali kelas).

Peranan dan tanggung jawab masing-masing pihak tersebut perlu
dianalisis dengan seksama sehingga terjadi jalinan kerjasama yang
harmonis.
3. Staffing.Untuk meningkatkan profesinalisme guru pembimbing, perlu
diupayakan keikutsertaan mereka dalam kegiatan-kegiatan seminar,
lokakarya ataupun pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Dapat
pula dibentuk kelompok kerja bimbingan dan konseling (musyawarah guru
pembimbing)

yang

secara

berkala

melakukan

pertemuan

untuk


mendiskusikan persoalan-persoalan yang ditemui dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing.
4. Motivating.

Melakukan upaya-upaya peningkatan motivasi kerja guru

pembimbing melalui pemberian penghargaan, insentif dan sebagainya.
5. Controlling.

Melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan layanan

bimbingan dan konseling, melakukan analisis terhadap hasil evaluasi serta
melakukan tindak lanjut terhadap hasil analisis hasil evaluasi.
Melalui manajemen yang baik terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling, maka diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di SD. Dengan demikian
peranan bimbingan dan konseling dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan
pendidikan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Berbagai persoalan yang
ditemui dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SD seperti anggapan
yang keliru tentang bimbingan dan konseling, kurangnya motivasi siswa
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling secara mandiri, dan
pemberian tugas rangkap oleh pihak sekolah kepada guru pembimbing,
terjadi karena tidak optimalnya manajemen terhadap pelayanan bimbingan
dan konseling itu sendiri.
Meskipun di tingkat SD bimbingan dan konseling belum dilaksanakan
oleh petugas khusus yakni guru pembimbing, namun tetap diperlukan adanya
struktur organisasi. Amti dan Marjohan (1988) mengemukakan 3 (tiga) pola
struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yakni:

1. Memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga pembimbing.
2. Menggunakan seorang guru pembimbing (konselor) untuk beberapa
sekolah yang terdekat.
3. Menggunakan seorang guru pembimbing (konselor) untuk setiap sekolah.

Kepala
Sekolah

Komite
Sekolah

Wakil Kepala
Sekolah

Guru Kelas
(Konselor)

Guru Mata
Pelajaran

Siswa
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bimbingan Konseling di SD
Personil pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling adalah
segenap unsur yang terkait di dalam organisasi pelayanan bimbingan dan
konseling, dengan koordinator dan guru pembimbing sebagai pelaksana
utamanya. Uraian tugas masing-masing personil tersebut, khususnya dalam
kaitannya dengan pelayanan bimbingan dan konseling, adalah sebagai
berikut:
1. Kepala Sekolah
Sebagai

penanggung

jawab

kegiatan

pendidikan

secara

menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling, tugas Kepala
Sekolah adalah:
a. Mengkoordinir segenap kegiatan yang diprogramkan dan berlangsung
di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan

konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan
dinamis.
b. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana, dan berbagai kemudahan bagi
terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan
efisien.
c. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program, penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan
bimbingan dan konseling.
d. Mempertanggungjawabkan

pelaksanaan

pelayan

bimbingan

dan

konseling di sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah
Sebagai pembantu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah
membantu Kepala Sekolah

dalam melaksanakan tugas-tugas Kepala

Sekolah.
3. Komite Sekolah
Tugas dari komite sekolah sebagai tokoh masyarakat yang diminta
untuk memberikan masukan ide dan saran guna kelancaran kegiatan
bimbingan konseling di SD, karena komite sekolah ini dipilih dari tokohtokoh masyarakat yang memahami perkembangan yang terjadi di desanya.
4. Guru Kelas (Konselor)
Pada kegiatan bimbingan konseling di SD, guru kelas merangkap
sebagai konselor, karena terbatasnya tenaga ahli di SD, sehingga tugas dari
guru kelas ini merangkap menjadi konselor untuk menangani bimbingan
konseling di SD yang bertugas bertugas:
a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Merencanakan program bimbingan dan konseling (terutama programprogram satuan layanan dan satuan kegiatan pendukung, untuk satuansatuan waktu tertentu, program-program tersebut dikemas dalam
program mingguan, bulanan, tiap semester dan tiap tahunan).
c. Melaksanakan segenap program satuan layanan bimbingan dan
konseling.

d. Melaksanakan segenap program layanan pendukung bimbingan dan
konseling.
e. Menilai proses dan hasil pelaksanaan suatu layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling.
f. Menganalisis hasil penilaian layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.
g. Melaksanakan tindaklanjut berdasarkan hasil penilaian layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
h. Mengadministrasikan kegiatan satuan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.
i. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada kepala sekolah.
5. Guru Mata Pelajaran
Sebagai tenaga ahli pengajaran dalam bidang studi dan sebagai
personil yang sehari-hari langsung berhubungan dengan siswa, peran guru
mata pelajaran dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah:
a. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada siswa.
b. Membantu guru kelas mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan
pelayanan, serta pengumpulkan data tentang siswa-siswa tersebut.
c. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru kelas.
d. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanayn
bimbingan dan konseling.
e. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa.
f. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayaan bimbingan dan konseling upaya tindak lanjutnya.
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling di SD merupakan tanggungjawab bersama seluruh personil di
sekolah, dalam arti bukan semata-mata tanggung jawab guru kelas saja.

Peranan kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah akan sangat
menentukan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
yang dipimpinnya. Kegiatan bimbingan konseling di SD ini terhambat dengan
kurangnya tenaga ahli pada bidangnya. Bimbingan konseling di SD ini
memanfaatkan guru kelas sebagai tenaga konselornya. Selain itu tugas guru
kelas sendiri sudah terlalu banyak yang berhubungan dengan pembelajaran,
masih juga ditambah dengan tugas menjadi konselor dalam menangani
berbagai permasalahan yang muncul pada diri siswa. Dengan begitu, kegiatan
bimbingan konseling di SD kurang berjalan dengan efektif dan efisien, hal
tersebut disebabkan oleh tidak adanya tenaga ahli yang mampu mengurusi
dengan sepenuhnya kegiatan bimbingan konseling di SD.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah akan berjalan sesuai
yang direncanakan, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai. Melalui manajemen yang baik terhadap pelayanan bimbingan dan
konseling, maka diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di SD. Dengan demikian
peranan bimbingan dan konseling dalam mengoptimalkan pencapaian tujuan
pendidikan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Namun kegiatan
bimbingan konseling di SD ini terhambat dengan kurangnya tenaga ahli pada
bidangnya. Bimbingan konseling di SD ini memanfaatkan guru kelas sebagai
tenaga konselornya. Selain itu tugas guru kelas sendiri sudah terlalu banyak
yang berhubungan dengan pembelajaran, masih juga ditambah dengan tugas
menjadi konselor dalam menangani berbagai permasalahan yang muncul pada
diri siswa. Dengan begitu, kegiatan bimbingan konseling di SD kurang
berjalan dengan efektif dan efisien, hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya
tenaga ahli yang mampu mengurusi dengan sepenuhnya kegiatan bimbingan
konseling di SD.
B. Saran
Saran yang diberikan sehubungan dengan tidak adanya tenaga ahli
bimbingan konseling yaitu perlu diangkatnya guru konselor yang benar-benar
ahli dibidangnya, sehingga tugas dari guru kelas yang merangkap menjadi
konselor dapat ditangani guru konselornya, dengan demikian kegiatan
bimbingan konseling di SD dapat berjalan lancar secara efektif dan efisien
sehingga tepat guna untuk memajukan mutu pendidikan di SD.

DAFTAR PUSTAKA

Amti, E. dan Marjohan. 1988. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta. :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Atmodiwirio, S. 2000. Manajemen Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: PT.
Ardadizya Jaya.
Depdiknas.2008. Kompetensi Evaluasi Pendidikan: Kriteria dan Indikator
Keberhasilan Pembelajaran. Diakses:22 Mei 2018.
Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi. Revisi.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Prayitno, F dan Amti. 2004. Seri Kegiatan Pendukung Konseling. Konferensi
Kasus. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang.
Prayitno. 2013. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta. Rineka Cipta
Siagian, Sondang. 2001. Sistem informasi Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara.
Stoner, James A.F. 2006. Manajemen Jilid I Edisi keenam. Jakarta : Salemba
Empat.
Tohirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: Rajawali.
Willis, S Sofyan.2011. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung.
Alfabeta
Winkel, W.S. 2005.
Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan.
Yogyakarta. Media Abadi.