SIKAP MENTAL DAN ETIKA PROFESI HUKUM

RPKPS
(RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)
SIKAP MENTAL DAN ETIKA PROFESI HUKUM
A. LATAR BELAKANG
Program studi Ilmu Hukum banyak yang mengartikan sebagai program studi
yang mengandalkan hafalan dan cenderung untuk menjadi pengangguran setelah
lulus dari Fakultas Hukum. Pencirian ini terjadi juga di Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada. Mengubah stigma ini perlu dilakukan sedini mungkin
dengan cara membekali mereka dengan satu jenis mata kuliah yang menekankan
sikap mental yang berorientasi pada profesi hukum bagi mahasiswa baru untuk
konsolidasi internal dan eksternal. Konsolidasi internal berarti memunculkan preknowledge para mahasiswa dalam rangka memberikan penguatan perspektif,
konteks dan logika hukum bagi mereka untuk mempelajari pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilan hukum selnajutnya dan untuk mereduksi dan
menghilangkan stigma itu.
Konsolidasi eksternal berarti pemberian mata kuliah tersebut ditujukan
untuk membekali para mahasiswa setelah lulus dari Fakultas Hukum UGM untuk
mampu mengaplikasikan ilmu hukum yang mereka peroleh yaitu dari aspek
pengetahuan (knowledge), ketrampilan hukum (skills) dan nilai-nilai (value) pada
profesi yang akan dijalani.
Pembekalan ilmu pengetahuan hukum menjadi dasar fundamental untuk menarik
mintal akademis dari mahasiswa dengan aplikasi hukum yang dikaitkan dengan

masalah-masalah aktual keprofesian, seperti hakim, jaksa, pengacara, birokrat dan
aparat penegak hukum lainnya.
Di samping pembekalan pengetahuan, ketrampilan hukum terhadap aplikasi
kemampuan analitis, argumentatif dan solutif terhadap permasalahan profesi
hukum. Penekanan terhadap kontekstualisasi, perspektif dan logika hukum menjadi
elemen utama pendekatan pengajaran mata kuliah sikap mental dan etika profesi
hukum.
Nilai-nilai

ke-gadjahmada-an

sebuah

institusi

perjuangan

dalam

mencerdaskan dan membangun bangsa dan negara Indonesia serta nilai-nilai moral

dan kejujuran harus disisipkan dan menjadi bagian penting dalam pembelajaran
mata kuliah sikap mental dan etika profesi hukum.

Ketiga

tujuan

pembelajaran

tersebut

dengan

penekanan

pada

kontekstualisasi, perspektif dan penekanan logika hukum akan dilaksanakan dengan
memberikan porsi atau kedudukan mahasiswa sebagai subyek pembelajaran dengan
cara dua arah, simultan, holistik dengan pendekatan manusiawi. Cara pembelajaran

menggunakan kombinasi pembelajaran Student Centred Learning (SCL) dan
Teacher Centred Learning (TCL) dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL).
B. PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1. Nama

: Sikap mental dan Etika Profesi Hukum

2. Kode

: HKU – 1114

3. Sasaran

: Mahasiswa Baru 2014

4. Pengelola

: Heribertus Jaka Triyana, S.H., LL.M., M.A
Antari Innaka, S.H., M.H.

Dian Agung Wicaksono, S.H., LL.M

5. Dosen / Tutor

: Dosen Bagian yang ditunjuk oleh Ketua Bagian

6. Tujuan Pembelajaran :
Penguatan perspektif, konteks dan logika hukum menjadi tujuan dasar
pelaksanaan program ini, sehingga setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan
mahasiswa dapat mengerti dan memahami sikap mental dan etika profesi hukum
sebagai landasan ketika mereka mempelajari pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan hukum selnajutnya.
7. Materi Pembelajaran :
a. Topik Bahasan :
* Penjelasan Umum : Mata kuliah sikap mental dan profesi hukum adalah
mata kuliah wajib bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2014-2015. Model
atau cara pembelajaran adalah dengan memakai pola Student Centred
Learning berdasarkan pada model pembelajaran Problem Based Learning.
Teknis pelaksanaan kuliah adalah dengan dibagi kelompok kuliah
sebanyak 24 kelompok kuliah (kurang lebih 10-15 mahasiswa per

kelompok). Pembagian ini didasarkan pada jumlah bagian yang ada di FH
UGM, sehingga masing-masing bagian akan bertanggung jawab mengelola
2 kelompok kuliah. Pengelompokkan kelompok kuliah akan diurutkan dari
nomor mahasiswa terkecil ke terbesar dengan urutan :

Kelompok I dan II diampu Bagian Hukum Internasional
- Kelompok III dan IV diampu Bagian Hukum Tata Negara;
- Kelompok V dan VI diampu Bagian Hukum Administrasi Negara;
- Kelompok VII dan VIII diampu Bagian Hukum Islam;
- Kelompok IX dan X diampu Bagian Hukum Acara;
- Kelompok XI dan XII diampu Bagian Hukum Pidana;
- Kelompok XIII dan XIV diampu Bagian Hukum Lingkungan;
- Kelompok XV dan XVI diampu Bagian Hukum Agraria;
- Kelompok XVII dan XVIII diampu Bagian Hukum Perdata;
- Kelompok XIX dan XX diampu Bagian Hukum Dagang;
- Kelompok XXI dan XXII diampu Bagian Hukum Adat;
- Kelompok XXIII dan XXIV diampu Bagian Hukum Pajak;
* Profesionalisme
Sikap dan perilaku yang mencerminkan profesionalisme dalma berkarya,
bekerja dan belajar serta eksplorasi wawasan mengenai bidang kerja dan

tanggung jawab pekerjaan akan dijadikan olahan permaslaahan yang
memancing nalar, logika berfikir dan penghayatan akan nilai-nilai
profesionalisme pekerjaan.
* Sikap Mental dan Etika Profesi Pejabat Publik anatara lain Hakim, Jaksa,
Advokat, Notaris, Polisi, dosen, Konsultan HKI dan Kurator. Di dalamnya
akan digali dan dibahas masalah kode etik masing-masing profesi dan
dinamika masalah yang berkembang di dalamnya serta aplikasi kepastian
hukumnya.

Rincian :
TATAP
MUKA

TOPIK
(BAHASAN) &

METODE PROSES
SUBSTANSI

NARA SUMBER


PEMBELAJARAN
DIALOG

WAK

FASILIT

TU

AS

1

Pengantar Umum
Perkuliahan Sikap
Mental dan Etika
Profesi

Pengenalan PBL

dan masalah
pembelajaran

Latihan
identifikasi
permasalahan
Dialog

150’

2

Profesi Hakim

Diskusi

150’

3


Profesi Hakim

Pembacaan dan
pemahaman
skenario I
Pemecahan masalah
dengan
memperhatikan
langkah 1-5.
Hasil sementara
tujuan
pembelajaran
mengingatkan
langkah ke 6 dan 7
Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis
Pembacaan dan
pemahaman

skenario 2
Melaksanakan
langkah 1-5
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7
Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis
Pembacaan dan
pemahaman
skenario 2
Melaksanakan
langkah 1-5
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7

Diskusi

150’


Diskusi

150’

Profesi Jaksa

4

Profesi Jaksa

Profesi Jaksa

TATAP

TOPIK

MUKA

(BAHASAN) &

SUBSTANSI

Laptop,
LCD,
Papan
tulis,
spidol

METODE PROSES

WAK

FASILIT

PEMBELAJARAN

TU

AS

NARA SUMBER

5

Profesi Polisi

Profesi Dosen

6

Profesi Dosen

Profesi Advokat

7

Profesi Advokat

8-9
10

Profesi Notaris

11

Profesi Notaris

TATAP

TOPIK

MUKA

(BAHASAN) &

DIALOG

Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis
Pembacaan dan
pemahaman
skenario 2
Melaksanakan
langkah 1-5.
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7
Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis
Pembacaan dan
pemahaman
skenario 2
Melaksanakan
langkah 1-5.
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7
Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis
Pembacaan dan
pemahaman
skenario 2
Melaksanakan
langkah 1-5
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7
Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis.
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7

SUBSTANSI

Diskusi

150’

Diskusi

150’

Diskusi

150’

Diskusi

150’

Diskusi

150’

Laptop,
LCD,
Papan
tulis,
spidol

METODE PROSES

WAK

FASILIT

PEMBELAJARAN

TU

AS

NARA SUMBER

12

Profesi Konsultan
HK

Profesi Kurator

13

Profesi Kurator

Profesi Diplomat

14

Profesi diplomat

15-16
10

Profesi Notaris

11

Profesi Notaris

DIALOG

Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis
Pembacaan dan
pemahaman
skenario 2
Melaksanakan
langkah 1-5.
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7
Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis
Pembacaan dan
pemahaman
skenario 2
Melaksanakan
langkah 1-5.
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7
Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis
Pembacaan dan
pemahaman
skenario 2
Melaksanakan
langkah 1-5
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7
Melaporkan hasil
belajar mandiri
(langkah 6) dan
menganalisis.
Mengingatkan
langkah ke 6 dan 7

Diskusi

150’

Diskusi

150’

Diskusi

150’

Diskusi

150’

Diskusi

150’

8. Metode Pembelajaran : SCL dengan Metode PBL
a. Umum :

Laptop,
LCD,
Papan
tulis,
spidol

Eksistensi mengenai metode pembelajaran dan evaluasi pembelajaran di
Fakultas Hukum, khususnya di Fakultas Hukum UGM telah lama menjadi
bahan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas dan akuntabilitas
pendidikan hukum di FH UGM1. Namun demikian, realisasi terhadap
perancangan, pembuatan dan pelaksanaan metode pengajaran dan evaluasi
pembelajaran di FH UGM masih banyak mendapat hambatan dan tantangan
dinamisasi dari civitas akademika itu sendiri, disamping perubahan eksternal
UGM sebagai badan Usaha Milik Negara.
Hambatan-hambatan tersebut adalah kurangnya pengertian dan pemahaman
mengenai arti penting metode pengajaran dan evaluasi baik dalam pengertian
substansi maupun dalam pengertian teknis operatif. Selain itu, peran dosen
dan mahasiswa sebagai perancang, pembuat dan pelaksana metode
pengajaran dan evaluasi pembelajaran menjadi kendala utama selanjutnya
dengan

munculnya

indikator

ketidakmauan

(unwillingness)

dan

ketidakmampuan (inability) dalam pelaksanaannya, apalagi semangat yang
dibangun sekarang adalah pelaksanaan Student Center Learning (SCL) yang
mengarah pada Problem Based Learning (PBL) yang merupakan evaluasi
dari Teacher Centred Learning (TCL)2. Pelaksanaan dari program percepatan
pembelajaran lewat kombinasi cara pembelajaran antara SCL dan TCL akan
diterapkan bagi mahasiswa baru FH UGM mulai tahun ajaran 2014/2015.
b. Struktur Tutorial :
Kasus (skenario) didesain sesuai dengan topik bahasan masing-masing, untuk
kemudian didiskusikan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Klarifikasi terminologi yang tidak jelas maknanya
2) Penetapan masalah
3) Curah pendapat pengembangan hipoptesis
4) Merangkai penjelasan untuk kepentingan pemecahan masalah sementara
5) Penetapan tujuan pembelajaran
6) Pengumpulan informasi dan belajar secara mandiri
1

2

Lihat argumen dari Churchill yang melihat bahwa metode dan evaluasi
pembelajaran di Fakultas tidak bisa dilepaskan dengan literatur hukum dalam
Gregory Churchill, 1898, Petunjuk Penelusuran Literatur Hukum Indonesia, PDH UI,
Jakarta, hlm.5
Baca argumen Geofrey . orman & Henk G. Schmidt, “Efectiveness oo
Problem-based Learning Curricula : Theory, Practice and paper Darts”, Medical
Education, Vol. 34, 2000, hlm. 721-728.

7) Berbagi hasil pencarian informasi (diskusi)
Ketujuh langkah tersebut lazim disebut dengan pendekatan The seven jumps
(tujuh langkah) pembelajaran. The seven jumps merupakan dasar dalam
pelaksanaan diskusi kelompok dengan metode Problem-based learning.
Rincian ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :3
Langkah 1 : Klarifikasi Terminologi yang tidak jelas maknanya
a. Mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi istilah atau kata-kata yang
maknanya kurang jelas.
b. Tanyakan pada kelompok, barangkali ada anggota kelompok yang
mengetahui dan dapat menjelaskan atau mendefinisikan istilah / kata-kata
yang dianggap kurang jelas maknanya.
c. Tahap ini mahasiswa perlu memiliki perasaan aman tanpa perasaan malu
atau takut dan harus jujur tentang hal-hal yang dianggapnya kurang jelas.
Tutor berperan memancing mahasiswa untuk lebih berani berpendapat dan
mengeksplorasi istilah/kata-kata yang kurang jelas maknanya.
1) Istilah/kata-kata yang tidak jelas maknanya dapat menjadi hambatan
dalam pemahaman makna skenario secara keseluruhan. Klarifikasi yang
bersifat setengah jalan dapat menjadi pijakan dalam proses diskusi.
2) Istilah/kata-kata yang belum disetujui maknanya oleh kelompok ditulis
(dalam daftar) sebagai tujuan pembelajaran, yaitu hal-hal yang akan
dikupas lebih lanjut.
Langkah 2 : Penetapan Masalah
a. Mahasiswa

didorong

untuk

berpartisipasi

menyumbangkan

pandangannya terhadap masalah yang sedang dibahas.
b. Tugas tutor mendorong para mahasiswa untuk memberikan sumbangan
pikiran dan kemudian mengembangkannya secara luas dan cepat.
c. Hasil tertulis berupa daftar topik yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
Setiap anggota kelompok sangat mungkin mempunyai pandangan yang
sangat berbeda terhadap masalah yang sedang dibahas.
Langkah 3 : Curah Pendapat Pengembangan Hippotesis
3

Harsono, 2005, Pengantar Problem-Based Learning, Edisi Kedua, Medika Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah mada, Yogyakarta.

a. Tahap ini merupakan sesi terbuka tahap lanjut, dimana mahasiswa
diminta untuk membuat formulasi, mencocokkan dan membandingkan
buah pikiran mereka sebagai suatu penjelasan terhadap masalah atau
kasus yang sedang dibahas.
b. Tugas tutor menjaga diskusi agar tetap dalam tahap hipotesis dan
mecegah terjadinya diskusi yang terlalu rinci dan terlalu cepat.
c. Hipotesis berarti suatu usulan pikiran yang diajukan baik sebagai dasar
penalaran tanpa asumsi keberanannya, atau sebagai titik awal pemikiran
lebih lanjut.
d. Penjelasan berarti pemahaman rinci dan lebih dimengerti dengan
maksud untuk pemahaman kelompok yang lebih baik.
e. Hasil tertulis berupa hipotesis atau penjelasan
1) Tahap ini adalah tahap yang sangat penting dan memerlukan prior
knowledge mahasiswa.
2) Dalam langkah ini setiap anggota kelompok berkesempatan untuk
mencocokkan atau menarik kembali pemahamannya sesuai dengan
proses diskusi yang sedang berlangsung.
3) Rantai hipotesis atau penjelasan dapat dibangun dari hal-hal yang
belum dipahami sepenuhnya oleh kelompok. Apabila proses ini
dapat dilaksanakan secara baik, maka kelompok akan memperoleh
makna pembelajaran yang dalam bukan lagi superficial atau sekedar
daftar fakta.
Langkah 4 : Merangkai Penjelasan untuk Kepentingan Pemecahan
masalah Sementara
a. Tahap ini mahasiswa akan memiliki buah pikiran yang berbeda-beda.
Masalah dibahas lebih teliti dan dibandingkan hipotesis atau penjelasan
yang sedang dikembangkan, untuk mengetahui apakah sudah ada
kesesuaian makna atau belum. Bila belum ada kesesuaian maka perlu
eksplorasi lebih lanjut. Dari sini kemudian kelompok mengembangkan
tujuan pembelajaran dengan tidak tergesa-gesa.
b. Hasil tertulis berupa catatan yang menggambarkan pengorganisasian
penjelasan terhadap masalah, mencerminkan buah pikiran yang
skematis, perangkaian buah pikiran yang skematis, perangkaian buah
pikiran baru dengan pemahaman sebelumnya dan dengan konteks yang

berbeda. Proses ini menghasilkan catatan yang menggambarkan
hubungan antara bagian-bagian informasi yang berbeda dan informasi
yang telah tersimpan di dalam memori lama.
Tahap ini merupakan proses yang sangat aktif dan juga merupakan
langkah restrukturisasi pengetahuan serta mengidentifikasi adanya
kesenjangan pemahaman. Penentuan tujuan pembelajaran secara tergesagesa akan mengakibatkan proses pengembangan intelektual melalui jalan
pintas, dengan demikian akan menghasilkan tujuan pembelajaran yang
terlalu lebar dan superficial.
Langkah 5 : Penetapan Tujuan Pembelajaran
a. Tahap ini kelompok sepakat tentang tujuan pembelajaran yang akan
dipelajari oleh seluruh anggota kelompok. Tutor menyarankan
kelompok agar berpikir lebih fokus, tidak melebar dan tujuan
pembelajaran harus dapat dicapai dalam waktu yang ditentukan.
b. Hasil tertulis berupa tujuan pembelajaran yang merupakan hasil awal
dari kerja kelompok. Tujuan pembelajaran diekspresikan dalam bentuk
pertanyaan yang spesifik atau dalam kalimat hipotesis.
Tahap ini bukan hanya merupakan tujuan pembelajaran tetapi juga
membuat kesimpulan sementara diskusi secara bersama-sama.
Langkah 6 : Pengumpulan Informasi dan Belajar Secara Mandiri
a. Tahap ini mahasiswa diminta bekerja secara mandiri/independen
(privat study). Kegiatan mahasiswa mencari informasi baik melalui
perpustakaan untuk mencari buku, jurnal, internet, disket, CD-ROM,
video dan pakar atau apa saja yang menyediakan informasi yang tepat
sesuai dengan topik bahasan.
b. Hasil tertulis berupa catatan mahasiswa secara individual
Langkah ke-6 ini merupakan proses pencarian dan penemuan informasi
baru melalui usaha para mhasiswa sendiri. Langkah ke-6 memerlukan
waktu beberapa hari sesuai dengan alokasi waktu/jadwal yang ditetapkan.
Langkah 7 : Berbagi Hasil Pencarian Informasi dan hasil Belajar
Mandiri

a. Langkah 7 dilaksanakan setelah diselesaikan langkah 6, yaitu pada
pertemuan perkuliahan minggu berikutnya.
b. Pada awalnya kelompok kembali pada tujuan pembelajaran yang telah
disepakati bersama.
c. Setiap anggota kelompok melaporkan sumber-sumber belajar yang
digunakan dan hasil penelusuran informasi yang telah dicapainya.
d. Seluruh hasil penelusuran informasi dikelompokkan dan apabila masih
ada kesulitan maka hal itu ditetapkan sebagai bahan studi lebih lanjut
(bila perlu dengan bantuan dosen/pakar).
e. Setelah selesai maka para mahasiswa mencoba untuk menganalisis
seluruh permasalahan secara lengkap.
c. Peran dan Tanggung Jawab Pembelajar (Mahasiswa) :
Hakikat tutorial bagi pembelajar adalah suatu proses diskusi kelompok yang
memerlukan ketrampilan manajemen. Ketrampilan manajemen terkait dengan
proses diskusi, struktur diskusi dan isi/materi diskusi. Dalam diskusi satu
persatu para pembelajar memperoleh pengalaman sebagai pemimpin
kelompok, sekretaris diskusi dan anggota kelompok yang bertanggung jawab
atas keberhasilan jalannya diskusi. Peran pembelajaran dalam ketrampilan
manajemen tutorial adalah sebagai berikut :
1. Setiap anggota kelompok saling mengenalkan diri untuk mencairkan
kebekuan dan tiap anggota kelompok membuka diri serta berinteraksi
secara bebas.
2. Anggota kelompok memilih satu orang ketua dan seorang sekretaris yang
dipilih secara demokratis.
3. Menetapkan prosedur diskusi, yaitu tentang bagaimana pokok bahasan
didiskusikan, bagaimana memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien
serta bagaimana menetapkan keputusan kelompok.
4. Pokok bahasan (skenario/kasus) harus dibaca oleh seluruh anggota
kelompok.
5. Setelah membaca skenario, ketua kelompok membuka diskusi dengan
mengajukan pertanyaan kepada para anggota.
6. Seluruh anggota bertanggung jawab atas pencapaian tujuan pembelajaran.
7. Sekretaris sebagai anggota kelompok tetap harus aktif berpartisipasi
menyampaikan pendapat.

8. Sekretaris

harus

mendengarkan

pendapat

anggota

dan

mencatat

kesimpulan sementara (bukan mencatat kata demi kata yang diucapkan
anggota kelompok).
9. Sekretaris mengelompokkan hasil diskusi dalam kategori tertentu sehingga
hasil diskusi dapat disusun secara terstruktur. Selanjutnya hasil itu
dicermati oleh kelompok apakah sudah sesuai dengan konsep yang
dikembangkan kelompok.
10. Selanjutnya pembelajar masih harus menelusuri informasi secara mandiri
baik melalui buku, jurnal, internet, video, CD-ROM ataupun pakar dalam
bidang pokok bahasan. Penelusuran informasi harus didasarkan rasa
tanggung jawab yang besar baik bagi diri sendiri maupun teman
pembelajar lainnya.
11. Seluruh hasil penelusuran informasi mandiri dilaporkan dalma diskusi
berikutnya untuk kemudian dirangkum dalam satu kesimpulan yang berisi
pencapaian tujuan pembelajaran.
12. Dalam seluruh proses diskusi para pembelajar harus mengaktifkan prior
knowledge yang terkait dengan pokok bahasan yang sedang didiskusikan.
Pengaktifan prior knowledge ini perlu dibantu oleh tutor.
Adapun tanggung jawab pembelajar, meliputi :
1.

Menghargai proses diskusi

2.

Mengembangkan ketrampilan komunikasi

3.

Bertanggung jawab dalam kehadiran diskusi, menyelesaikan tugas,
menyajikan dan mengidentifikasi informasi yang relevan maupun yang
tidak relevan serta keakuratan informasi yang disampaikan.

4.

Kesadaran diri / evaluasi diri

d. Tugas dan peran Tutor :
Tugas tutor dapat dikelompokkan menjadi tigas tugas besar, yaitu : tugas pra
aktif, tugas interaktif dan tugas pasca aktif
1. Tugas Pra Aktif adalah mendorong dan mengembangkan proses belajar,
yang meliputi :
a. Tutor harus mengetahui struktur dan latar belakang skenario / kasus
sebagai bahan diskusi
b. Tutor harus paham tentang referensi yang telah disiapkan

c. Tutor berusaha untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang prior
knowledge para mahasiswa
d. Tutor menjaga proses diskusi tetap konsisten terhadap tujuan
pembelajaran
e. Tutor perlu mengetahui proses kognitif mahasiswa, yaitu konsep yang
berkembang di anggota kelompok, termasuk kemungkinan konflik di
dalamnya
f. Tutor memberi fasilitas belajar mahasiswa, antara lain dengan
mengajukan

pertanyaan,

menggunakan

pertanyaan,

menggunakan

analogi dan metafora atau melakukan klarifikasi konsep
g. Tutor mengajukan pertanyaan dan “menantang” mahasiswa dalam
penalaran, evaluasi kritis terhadap ide yang muncul dan hipotesis.
h. Tutor mendiagnosis proses belajar, mendorong perubahan konseptual.
i. Tutor mendiagnosis adanya miskonsepsi, mendorong elaborasi gagasan.
j. Tutor

mengamati

alasan-alasan

yang

diajukan

mahasiswa

dan

kemungkinan munculnya problem-solving (dalam kerangka PBL)
k. Tutor mencegah terjadinya analisis masalah dan sintesis temuan-temuan
yang bersifat superfisial.
l. Tutor mendorong mahasiswa untuk melaksanakan student directed
learning.
m. Tutor menyadari diri sendiri, apakah dia menghambat atau mendorong
proses kognitif mahasiswa
n. Tutor mengevaluasi secara teratur, apakah para mahasiswa puas dengan
proses yang sedang berlangsung, kemudian memberi saran untuk
perbaikan.
2. Tugas Interaktif, yaitu mengembangkan dan menjaga kerjasama mahasiswa
dan dinamika kelompok, yang meliputi :
a. Tutor mendorong mahasiswa untuk membuat persetujuan diantara
mereka dalam hal prosedur kerja, partisipasi dan peran anggota
kelompok.
b. Tutor mendorong anggota kelompok untuk aktif
c. Tutor membina kepemimpinan kelompok
d. Tutor mengamati adanya masalah prilaku mahasiswa (dominan, pasif,
mengganggu temannya, dll) sekaligus memecahkannya.

e. Tutor mengevaluasi proses diskusi
f. Tutor memperhatikan efisiensi waktu
g. Tutor mencatat kehadiran mahasiswa
h. Tutor memberikan tanggapan dan menciptakan iklim belajar yang
nyaman
i. Tutor memberi dorongan kepada ketua dan sekretaris kelompok
j. Tutor mendorong kelompok untuk membuat evaluasi terhadap kerjasama
yang sedang berlangsung
k. Tutor menjaga proses diskusi tetap berlangsung secara dinamik
l. Tutor memberi umpan balik dan mengevaluasi perkembangan/kemajuan
kelompok
3. Tugas Pasca-aktif, yaitu sebagai penghubung antara mahasiswa dengan
dosen/institusi, yang meliputi :
a. Tutor membantu mahasiswa untuk mencari nara sumber atau konsultan.
b. Tutor memberi umpan balik kepada mahasiswa tentang mutu tugas yang
dilaksanakannya sesuai dengan bahan diskusi
c. Tutor menghadiri pertemuan tutor selama periode bahan diskusi yang
bersangkutan
Peran Tutor, meliputi :
1. Tutor sebagai fasilitator
2. Tutor sebagai pendengar
3. Tutor sebagai profesional
4. Tutor sebagai pencatat
5. Tutor sebagai evaluator
9.

Luaran Pembelajaran
a. Ranah Knowledge & Understanding (15%)
Setelah mengikuti program ini, mahasiswa FH UGM diharapkan memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang pengertian dasar dan ruang lingkup
pengetahuan hukum.
b. Ranah Skills (15%)
Setelah mengikuti program ini, mahasiswa FH UGM diharapkan memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang pengertian dasar dan ruang lingkup
kemampuan dan ketrampilan hukum.
c. Ranah Attitudes & Abilities (70%)

Mampu menghasilkan pemahaman mandiri terhadap pemecahan masalah
sikap mental dan etika profesi hukum, yaitu terampil mengidentifikasi,
mengkonstatasi dan memberikan problem solving berdasarkan argumentasi
hukum dengan pendekatan dan perspektif masalah, sesuai dengan
kontektualitasnya mengenai sikap mental dan etika profesi hukum.
10.

Evaluasi Hasil Pembelajaran
Komponen evaluasi penilaian terdiri atas :
a. Presensi

: 20%

b. Ujian Tengah Semester (UTS) : 40%
c. Ujian Akhir Semester (UAS)
Jumlah

: 40%
: 100%

11. Bahan, Sumber Informasi dan Referensi
Kode Etik Profesi
RPKPS Bagian-Bagian
Yurisprudensi
12. Risiko Kegagalan dan Antisipasi
No
1.

Risiko Kegagalan
Antisipasi
Jika
pertemuan
tidak Pertemuan pengganti akan dilaksanakan
lengkap

pada

Hari

Sabtu

Minggu

yang

bersangkutan (koordinasi dengan Tim
Pengelola
2.

Persyaratan mengikuti test

Mata

Kuliah

dan

Bagian

Akademik)
Wajib untuk evaluasi substantif

take home
13. Skenario
a. Profesi Hakim
Fransky Pandu adalah hakim senior yang disegani karena putusanputusannya yang selalu mencerminkan keadilan, kemanfaatan dan kepastian
hukum. Franky adalah Ketua Pengadilan Negeri. Empat bulan yang lalu,
Alfred, anak Franky ditahan polisi karena terlibat dalam kerusuhan yang
terjadi setelah pertandingan sepak bola. Mendengar anaknya terlibat dalam
tindak pidana dalam wilayah kerjanya, Franky menunjuk Edo, seorang
hakim junior di Pengadilan Negeri yang dipimpin Franky, untuk menjadi
ketua majelis hakim dalam perkara kerusukan yang salah satu terdakwanya

adalah Alfred. Sebagai junior, Edo sangat menghormati dan meneladani
Alfred sebagai hakim senior dan Ketua Pengadilan Negeri yang memiliki
integritas. Bagaimanakah

seharusnya Edo bersikap

dalam mengadili

Alfred ?
Bahan bacaan :
1. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
2. Keputusan Bersama Ketua MA RI dan Ketua Komisi Yudisial RI No.
047/KMA/SKB/IV/2009 dan No. 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
Pertemuan 1 :
Tujuan Pertemuan :
Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
salah satu kode etik hakim yaitu berlaku arif dan bijaksana.
Pra-diskusi :
Salah satu kode etik hakim adalah bahwa hakim dalam melaksanakan
tugasnya harus bersikap arif dan bijaksana. Perintah tersebut diatur pada
Bagian 3 Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Arif dan bijaksana
bermakna mampu bertindak sesuai dengan norma-norma hidup dalam
masyarakat

baik

norma-norma

hukum,

norma-norma

keagamaan,

kebiasaan-kebiasaan maupun kesusilaan dengan memperhatikan situasi dan
kondisi pada saat itu, serta mampu memperhitungkan akibat dari
tindakannya. Perilaku yang arif dan bijaksana mendorong terbentuknya
pribadi yang berwawasan luas, mempunyai tenggang rasa yang tinggi,
bersikap hati-hati, sabar dan santun.
Langkah 1 : Klarifikasi istilah sulit
* Hakim : menurut UU No. 48 Tahun 2009 pasal poin 5, hakim adalah
hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang
berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
* Pengadilan negeri : pengadilan tingkat pertama yang berkedudukan di
kabupaten / kota yang berwenang memeriksa perkara pada umumnya

(perdata, pidana, permohonan) yang melibatkan masyarakat umum
sebagai pihak dalam perkara.
Langkah 2 : Masalah yang ditetapkan
Bagaimanakah prinsip arif dan bijaksana diterapkan oleh hakim dalam
tugasnya sebagai penegak hukum ?
Langkah 3 : Analisis dan hipotesis
Tujuan pembelajaran yang mungkin ditetapkan :
1. Apakah etis bagi hakim untuk mengadili anaknya/anggota keluarganya
dalam suatu perkara ?
2. Akibat hukum apakah yang timbul apabila hakim memeriksa perkara
yang melibatkan anggota keluarganya ?
Langkah 4 : Penjelasan atas tujuan pembelajaran
1. Tindakan hakim mengadili perkara yang melibatkan anaknya sendiri
tidak etis. Hal ini terdapat dalam Bagian 3.1.3. Kode Etik dan pedoman
perilaku hakum yang menyatakan bahwa hakim dilarang mengadili
perkara di mana anggota keluarga hakim yang bersangkutan bertindak
mewakili suatu pihak yang berperkara atau sebagai pihak yang memiliki
kepentingan dengan perkara tersebut. Selain itu pasal 17 ayat (4) UU No.
48 Tahun 2009 juga menentukan bahwa Ketua majelis, hakm anggota,
jaksa atau panitera wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila
terikat hubungan keluarga atau semenda sampai derajat ketiga, atau
hubungan suami istri meskipun telah bercerai dengan pihak yang diadili
atau advokat. Selain itu, seorang hakim atau panitera wajib
mengundurkan diri dari persidangan apabila ia mempunyai kepentingan
langsung atau tidak langsung dengan perkara yang sedang diperiksa, baik
atas kehendaknya sendiri maupun atas permintaan pihak yang berperkara.
2. Menurut UU No. 48 Tahun 2009 pasal 17 maka putusan dinyatakan tidak
sah dan terhadap hakim atau panitera yang bersangkutan dikenakan
sanksi administratif atau dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundnag-undangan. Perkara tersebut akan diperiksa dikembali dengan
susunan majelis hakim yang berbeda.

Langkah 5 : penetapan tujuan pembelajaran
Dalam tahap ini, mahasiswa mendiskusikan lebih lanjut dan menyaring
apakah tujuan-tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada langkah 3
relevan dan dapat diterima oleh semua anggota kelompok. Dari diskusi yang
dilakukan, mahasiswa diharuskan menghasilkan kesimpulan sementara
tentang tujuan-tujuan pembelajaran yang relevan beserta dengan jawaban
sementara. Isi kesimpulan sementara ini diserahkan pada mahasiswa
sehingga hasilnya dapat bervariasi antara mahasiswa yang satu dengan yang
lain.
Langkah 6 : Pencarian Informasi dan Belajar Mandiri
Dalam tahap ini mahasiswa diharapkan untuk belajar secara mandiri di luar
kelas. Informasi dapat diperoleh dari buku, jurnal, sesama mahasiswa
ataupun dosen. Tahap ini berfungsi untuk cross check atas hasil diskusi
yang telah dilakukan di langkah sebelumnya serta untuk menemukan
jawaban terhadap masalah-masalah yang belum dapat dicari jawabannya di
kelas. Output dari langkah 6 ini adalah laporan tertulis terhadap
kemungkinan tujuan pembelajaran (possible learning goals) yang
ditentukan dalam langkah 4 dan juga sarana untuk mengevaluasi kesimpulan
sementara yang ditetapkan di langkah 5.
Pertemuan 2 :
Tujuan Pertemuan :
Tujuan pertemuan ini adalah untuk memaparkan hasil studi yang diperoleh
masing-masing mahasiswa dan untuk menilai apakah informasi yang
didapat adalah akurat.

Langkah 7 : Pemaparan informasi dan hasil belajar mandiri
Mahasiswa melaporkan temuannya kepada kelompok lain, saling tukar
informasi dan mengevaluasi ketepatan informasi. Pada langkah ini, tutor
seharusnya menjelaskan dengan seksama setiap informasi yang diperoleh
dan tanggap terhadap berbagai kesalahan yang mungkin dilakukan. Tutor
bertanggung jawab pada ketepatan informasi yang diperoleh.

Tutor memastikan bahwa setiap mahasiwa melakukan penelitian dalam
studi mandirinya dengan meminta setiap mahasiswa menunjukkan laporan
tertulis. Semua tujuan pembelajaran yang mungkin dan permasalahan harus
dijawba. Kesimpulan sementara harus dicek apakah perlu atau tidak untuk
ditelaah.
Kesimpulan :
Prinsip arif dan bijaksana sehubungan dengan kasus ini adalah hakim
hendaknya mengundurkan diri sebagai hakim pemeriksa perkara. Karena
ada konflik kepentingan yaitu tindakannya sebagai hakim yang harus
berlaku adil dan objektif sedangkan disisi lain dia juga sebagai ayah yang
punya kewajiban melindungi anaknya.
Hakim dilarang mengadili perkara di mana anggota keluarga hakim yang
bersangkutan bertindak mewakili suatu pihak yang berperkara atau sebagai
pihak yang memiliki kepentingan dengan perkara tersbeut.
1. Skenario Profesi jaksa
Abraham adalah seorang jaksa di Kejaksaan Negeri Kota Fakfak. Dia
sedang menangani kasus narkoba dengan terdakwanya adalah seorang
pemulung yang dijebak oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab
yang menaruh ganja di tas pemulung dan pemulung tersebut ditangkap
saat ada razia oleh polisi. Pemulung tersebut mengatakan pada jaksa
bahwa dia tidak memiliki uang untuk menyewa pengacara, sehingga pada
tahap penyelidikan, penyidikan pemulung tersebut tidak pernah
didampingi oleh pengacara yang membelanya. Abraham sebagai jaksa
yang menangani perkara tersebut mengalami gejolak batin. Di satu sisi,
Abraham sangat iba dengan kondisi kehidupan pemulung tersebut,
namun di sisi yang lain Abraham harus melakukan tugasnya untuk
menuntut pemulung tersebut. Apakah yang harus dilakukan oleh
Abraham ?
Bahan bacaan :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia
2. Peraturan

Jaksa

Agung

Republik

Indonesia

067/A/JA/07/2007 tentang Kode Perilaku Jaksa.

Nomor

PER

Pertemuan 1 :
Tujuan pertemuan
Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
kode etik dari jaksa, bahwa jaksa memiliki kewajiban memberitahukan dan/
atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka/terdakwa maupun
korban. Disamping itu jaksa dilarang menggunakan kapasitas dan
otoritasnya untuk melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis.
Pra-Diskusi
Seorang jaksa memiliki kewajiban untuk memberitahukan dan/atau
memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka/terdakwa maupun
korban. Berbagai kewajiban dan larangan bagi jaksa juga diatur dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia.
Langkah 1 : Klarifikasi istilah sulit
* Jaksa : pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang.
* Penyidikan : serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut tata
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
* Penyelidikan : serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang
diatur oleh KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).
Langkah 2 : Masalah yang ditetapkan
Hal-hal apa saja yang menjadi kewajiban dari jaksa ?
Langkah 3 : Analisis dan Hipotesis
Tujuan pembelajaran yang mungkin ditetapkan :

1. Apakah etis bagi seorang jaksa tidak memberitahukan dan/atau
memberikan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka/terdakwa maupun
korban ?
2. Apakah etis bagi seorang jaksa menggunakan kapasitas dan otoritasnya
untuk melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis serta
menjanjikan keringanan hukuman ?
Langkah 4 : Penjelasan atas tujuan pembelajaran
1. Tindakan jaksa tidak memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak
yang dimiliki oleh tersangka / terdakwa maupun korban adalah tidak etis,
karena di dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
apabila terdakwa tidak mampu membayar pengacara, maka Negara wajib
menyediakannya.
2. Tindakan jaksa menggunakan kapasitas dan otoritasnya untuk melakukan
penekanan secara fisik dan/atau psikis juga tidak etis, jaksa dilarang
melakukan penekanan secara fisik dan/atau psikis karena itu melanggar
hak asasi manusia tersangka/terdakwa sebagai manusia serta menjanjikan
sesuatu yang berkaitan dengan substansi kasus, yang dalam hal ini berupa
keringanan hukuman.
Langkah 5 : Penetapan Tujuan Pembelajaran
Dalam tahap ini, mahasiswa mendiskusikan lebih lanjut dan menyaring
apakah tujuan-tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam langkah 3
relevan dan dapat diterima oleh semua anggota kelompok. Dari diskusi yang
dilakukan, mahasiswa diharuskan menghasilkan kesimpulan sementara
tentang tujuan-tujuan pembelajaran yang relevan beserta dengan jawaban
sementara. Isi kesimpulan sementara ini diserahkan pada mahasiswa
sehingga hasilnya dapat bervariasi antara mahasiswa yang satu dengan yang
lain.
Langkah 6 : Pencarian informasi dan belajar mandiri
Dalam tahap ini mahasiswa diharapkan untuk belajar secara mandiri di luar
kelas. Informasi dapat diperoleh dari buku, jurnal, sesama mahasiwa
ataupun dosen. Tahap ini berfungsi untuk cross check atas hasil diskusi
yang telah di langkah sebelumnya serta untuk menemukan jawaban terhadap

masalah-masalah yang belum dapat dicari jawabannya di kelas. Output dari
langkah 6 ini adalah laporan tertulis terhadap kemungkinan tujuan
pembelajaran (possible learning goals) yang ditentukan dalam langkah 4
dan juga sarana untuk mengevaluasi kesimpulan sementara yang ditetapkan
di langkah 5.
Pertemuan 2 :
Tujuan pertemuan :
Tujuan pertemuan ini adalah untuk memaparkan hasil studi yang diperoleh
masing-masing mahasiswa dan untuk menilai apakah informasi yang
didapat adalah akurat.
Langkah 7 : Pemaparan Informasi dan hasil belajar mandiri
Mahasiswa melaporkan temuannya kepada kelompok lain, saling tukar
informasi dan mengevaluasi ketepatan informasi. Pada langkah ini, tutor
seharusnya menjelaskan dengan seksama setiap informasi yang diperoleh
dan tanggap terhadap berbagai kesalahan yang mungkin dilakukan. Tutor
bertanggung jawab pada ketepatan informasi yang diperoleh.
Tutor memastikan bahwa setiap mahasiswa melakukan penelitian dalam
studi mandirinya dengan meminta setiap mahasiswa menunjukkan laporan
tertulis. Semua tujuan pembelajaran yang mungkin dan permaslaahan harus
dijawab. Kesimpulan sementara harus dicek apakah perlu atau tidak untuk
ditelaah.
Kesimpulan :
Tindakan jaksa yang demikian tidak etis, karena jaksa memiliki kewajiban
memberitahukan dan/atau memberikan hak-hak yang dimiliki oleh
tersangka/terdakwa maupun korban. Di dalam KUHAP sudah ditentukan
bahwa apabila tersangka/terdakwa tidak memiliki biaya untuk menyewa
pengacara, maka negara wajib menyediakannya, sehingga segala biaya
dibebankan kepala negara, sebab tersangka/terdakwa memiliki hak untuk
mendapatkan pembelaan. Disamping itu jaksa tidak boleh melakukan
penekanan dalam bentuk fisik dan/psikis serta menjanjikan sesuatu yang
berkaitan dengan substansi perkara.
2. Skenario Profesi Polisi

AKBP Djoko adalah seorang polisi yang saat ini menjabat sebagai Kapolres
Sleman. Bulan Juni ini keluarga AKBP Djoko merencanakan akan berlibur
ke Singapura. Permohonan cuti AKBP Djoko sudah dimasukkan sejak awal
bulan Januari yang lalu. Namun, ketika menjelang liburan tiba, terbitlah
surat perintah dari Kapolda DIY yang memerintahkan bagi seluruh Kapolres
se-DIY untuk tetap berada di kantor masing-masing untuk menjaga situasi
terkait isu bombuku. AKBP Djoko pada posisi yang sulit. Dia tetap ingin
pergi berlibur dengan keluarganya ke Singapura selama seminggu karena
tidak mau mengecewakan hati anak-anaknya dan tiket pun sudah dipesan
satu bulan yang lalu. Namun di sisi yang lain, surat perintah Kapolda DIY
juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Apa yang harus diperbuat AKBP
Djoko?
Bahan bacaan :
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
POLRI
3. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2009 tentang Implementasi Prinsi dan Standar Hak Azasi Manusia dalam
Penyelenggaraan Tugas POLRI.
4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor Pol : 7
Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Pertemuan 1 :
Tujuan Pertemuan :
Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
salah satu etika profesi POLRI, yaitu : setiap anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
senantiasa tidak mengenal waktu istirahat selama 24 jam, atau tidak
mengenal hari libur.
Pra-diskusi :
Setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat senantiasa tidak mengenal waktu istirahat

selama 24 jam, atau tidak mengenal hari libur. Hal ini diatur dalam
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor Pol : 7
Tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Langkah 1 : Klarifikasi Istilah Sulit
* POLRI adalah Pegawai Negeri Sipil pada Kepolisian Negara RI (Pasal 1
angka 2 UU No. 2 Tahun 2002).
* AKBP : Ajun Komisaris Besar Polisi, yaitu jabatan perwira menengah di
jajaran Kepolisian RI.
Langkah 2 : Masalah yang ditetapkan
Etika apa saja yang harus ditaati oleh negara POLRI dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya ?
Langkah 3 : Analisa dan Hipotesis
Tujuan pembelajaran yang mungkin ditetapkan :
1. Apakah etis bagi seorang Polisi untuk menolak melaksanakan perintah
atasan ?
2. Apakah etis bagi seorang Polisi untuk meninggalkan tugas kedinasan dan
memilih berlibur dengan keluarga ?
Langkah 4 : Penjelasan atas tujuan pembelajaran
Tindakan POLRI yang demikian tidak etis, karena dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat seharusnya polisi senantiasa tidak mengenal
waktu istirahat selama 24 jam, atau tidak mengenal hari libur. Terlebih lagi,
di dalam ruang lingkup pelaksanaan tugas dan kewenangannya sebagai
anggota Kepolisian Republik Indonesia, maka setiap Anggota POLRI
dilarang untuk meninggalkan wilayah tugas tanpa izin pimpinan dan
menghindarkan diri dari tanggung jawab dinas.
Langkah 5 : Penetapan Tujuan Pembelajaran
Dalam tahap ini, mahasiswa mendiskusikan lebih lanjut dan menyaring
apakah tujuan-tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam langkah 3
relevan dan dapat diterima oleh semua anggota kelompok. Dari diskusi yang
dilakukan, mahasiswa diharuskan menghasilkan kesimpulan sementara

tentang tujuan-tujuan pembelajaran yang relevan beserta dengan jawaban
sementara. Isi kesimpulan sementara ini diserahkan pada mahasiswa
sehingga hasilnya dapat bervariasi antara mahasiswa yang satu dengan yang
lain.
Langkah 6 : Pencarian informasi dan belajar mandiri
Dalam tahap ini mahasiswa diharapkan untuk belajar secara mandiri di luar
kelas. Informasi dapat diperoleh dari buku, jurnal, sesama mahasiwa
ataupun dosen. Tahap ini berfungsi untuk cross check atas hasil diskusi
yang telah di langkah sebelumnya serta untuk menemukan jawaban terhadap
masalah-masalah yang belum dapat dicari jawabannya di kelas. Output dari
langkah 6 ini adalah laporan tertulis terhadap kemungkinan tujuan
pembelajaran (possible learning goals) yang ditentukan dalam langkah 4
dan juga sarana untuk mengevaluasi kesimpulan sementara yang ditetapkan
di langkah 5.
Pertemuan 2 :
Tujuan pertemuan :
Tujuan pertemuan ini adalah untuk memaparkan hasil studi yang diperoleh
masing-masing mahasiswa dan untuk menilai apakah informasi yang
didapat adalah akurat.
Langkah 7 : Pemaparan Informasi dan hasil belajar mandiri
Mahasiswa melaporkan temuannya kepada kelompok lain, saling tukar
informasi dan mengevaluasi ketepatan informasi. Pada langkah ini, tutor
seharusnya menjelaskan dengan seksama setiap informasi yang diperoleh
dan tanggap terhadap berbagai kesalahan yang mungkin dilakukan. Tutor
bertanggung jawab pada ketepatan informasi yang diperoleh.
Tutor memastikan bahwa setiap mahasiswa melakukan penelitian dalam
studi mandirinya dengan meminta setiap mahasiswa menunjukkan laporan
tertulis. Semua tujuan pembelajaran yang mungkin dan permaslaahan harus
dijawab. Kesimpulan sementara harus dicek apakah perlu atau tidak untuk
ditelaah.
Kesimpulan :

Berdasarkan skenario di atas, AKBP Syaiful Anwar sebagai salah satu
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor Pol : 7 Tahun 2006
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat senantiasa tidak mengenal
waktu istirahat selama 24 jam, atau tidak mengenal hari libur. Namun,
AKBP Syaiful Anwar tetap pergi berlibur dengan keluarganya ke Singapura
selama seminggu walau tidak mendapatkan izin untuk cuti.
3. Skenario Profesi Dosen
Pak Tejo adalah seorang dosen di sebuah Fakultas hukum yang ternama dan
sedang menempuh studi S3 di fakultas hukum tempat beliau bekerja. Salah
satu tugas rutin yang dimiliki Pak Tejo adalah memberikan bimbingan
kepada mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir, baik berupa skripsi,
maupun tesis. Dimanapun dan kapanpun, Pak Tejo selalu memberikan
bimbingan dan pasti meluangkan waktu untuk membimbing kepada
mahasiswanya, apalagi dengan kecanggihan teknologi, janji ketemu
pembimbingan selalu diatur dan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
dilaksanakan dan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
memudahkan mahasiswa. Semua mahasiswa bimbingannya memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai ilmu yang mumpuni dari hasil
bimbingan Pak Tejo. Karena mendedikasikan dirinya, masa studi Pak Tejo
ketika mengambil studi S3 nya melebihi waktu norma sehingga beasiswa
yang diterimanya dihentikan dan pak Tejo harus menanggung biaya tersebut
secara mandiri. Tentunya, permasalahan ini berdampak pada kestabilan
situasi

keuangan

keluarga

Pak

Tejo

dan

menjadi

penyebab

ketidakharmonisan keluarga Pak Tejo. Bu Tejo adalah seorang ibu rumah
tangga dan mereka memiliki 3 orang anak yang sedang menuntut ilmu di
bangu SMA, SMP dan SD.

4. Skenario Profesi Advokat
Pada tahun 2008, Mulya membantu pemerintah untuk melakukan audit
terhadap PT. JAYA Mandiri. Pada tahun 2010, Mulya mendapatkan klien
PT. Abadi Sendiri yang dikemudian hari diketahui oleh Mulya sedang
berperkara dengan PT. Jaya mandiri. Mengetahui kenyataan ini, Mulya

menyatakan mengundurkan diri mengingat ada kemungkinan terjadi
pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang yang bersangkutan. PT
Abadi Sendiri tidak dapat menerima keputusan Mulya karena menurut
mereka disebutkan dengan jelas dalam kode etik advokat bahwa advokat
tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya.
Bahan bacaan :
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Jabatan Advokat.
2. Kode Etik Advokat Indonesia oleh Komite Kerja Advokat Indonesia.
Pertemuan 1 :
Tujuan Pertemuan :
Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
salah satu etika profesi advokat, yaitu : advokat yang mengurus kepentingan
bersama dari dua pihak atau lebih harus mengundurkan diri sepenuuhnya
dari pengurus kepentingan-kepentingan tersebut, apabila di kemudian hari
timbul pertentangan kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan
(conflict of interest).
Pra-diskusi :
Seorang advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau
lebih harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurus kepentingankepentingan tersebut, apabila di kemudian hari timbul pertentangan
kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan (conflict of interest).
Berbagai kewajiban dan larangan bagi Advokat juga diatur dalam UndangUndang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Langkah 1 : Klarifikasi Istilah Sulit
* Advokat : orang yang berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalma
maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
undang-undang yang berlaku, baik sebagai Advokat, Pengacara,
Penasehat Hukum, Pengacara Praktik ataupun sebagai Konsultan Hukum.
* Klien : orang, badna hukum atau lembaga lain yang menerima jasa dan
atau bantuan hukum dari Advokat.
Langkah 2 : Masalah yang ditetapkan

Hal-hal apa saja yang dilarang bagi Advokat dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya ?
Langkah 3 : Analisa dan Hipotesis
Tujuan pembelajaran yang mungkin ditetapkan :
Apakah etis bagi seorang advokat yang mengurus kepentingan bersama dari
dua pihak atau lebih untuk mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan
kepentingan-kepentingan tersebut ?
Langkah 4 : Penjelasan atas tujuan pembelajaran
Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih
harus mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingankepentingan tersebut. Apalagi bila ia yakin bahwa dikemudian hari dapat
timbul pertentangan-pertentangan antara pihak-pihak yang bersangkutan
(conflict of Interest).
Langkah 5 : Penetapan Tujuan Pembelajaran
Dalam tahap ini, mahasiswa mendiskusikan lebih lanjut dan menyaring
apakah tujuan-tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam langkah 3
relevan dan dapat diterima oleh semua anggota kelompok. Dari diskusi yang
dilakukan, mahasiswa diharuskan menghasilkan kesimpulan sementara
tentang tujuan-tujuan pembelajaran yang relevan beserta dengan jawaban
sementara. Isi kesimpulan sementara ini diserahkan pada mahasiswa
sehingga hasilnya dapat bervariasi antara mahasiswa yang satu dengan yang
lain.
Langkah 6 : Pencarian informasi dan belajar mandiri
Dalam tahap ini mahasiswa diharapkan untuk belajar secara mandiri di luar
kelas. Informasi dapat diperoleh dari buku, jurnal, sesama mahasiwa
ataupun dosen. Tahap ini berfungsi untuk cross check atas hasil diskusi
yang telah di langkah sebelumnya serta untuk menemukan jawaban terhadap
masalah-masalah yang belum dapat dicari jawabannya di kelas. Output dari
langkah 6 ini adalah laporan tertulis terhadap kemungkinan tujuan
pembelajaran yang ditentukan dalam langkah 4 dan juga sarana untuk
mengevaluasi kesimpulan sementara yang ditetapkan di langkah 5.
Pertemuan 2 :

Tujuan pertemuan :
Tujuan pertemuan ini adalah untuk memaparkan hasil studi yang diperoleh
masing-masing mahasiswa dan untuk menilai apakah informasi yang
didapat adalah akurat.
Langkah 7 : Pemaparan Informasi dan hasil belajar mandiri
Mahasiswa melaporkan temuannya kepada kelompok lain, saling tukar
informasi dan mengevaluasi ketepatan informasi. Pada langkah ini, tutor
seharusnya menjelaskan dengan seksama setiap informasi yang diperoleh
dan tanggap terhadap berbagai kesalahan yang mungkin dilakukan. Tutor
bertanggung jawab pada ketepatan informasi yang diperoleh.
Tutor memastikan bahwa setiap mahasiswa melakukan penelitian dalam
studi mandirinya dengan meminta setiap mahasiswa menunjukkan laporan
tertulis. Semua tujuan pembelajaran yang mungkin dan permaslaahan harus
dijawab. Kesimpulan sementara harus dicek apakah perlu atau tidak untuk
ditelaah.
Kesimpulan :
Seorang advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau
lebih apalagi bila ia yakin bahwa di kemudian hari dapat timbul pertentang
kepentingan antara pihak-pihak yang bersangkutan (conflict of Interest)
harus mengundurkan diri dari kasus tersebut.
5. Skenario Profesi Notaris
Skenario Profesi Notaris Endang adalah seorang notaris dengan wilayah
kerja di meliputi Kabupaten Sleman. Sahabatnya, Indri, akan melaksanakan
ujian terbuka dalam rangka memperoleh derajat doktor dari fakultas Hukum
Universitas Gadjah mada. Oleh karena kedekatan persahabatan mereka,
Endang bermaksud memberikan karangan bunga di dekat lokasi tempat
ujian terbuka, sebagai bentuk ucapan selamat karena sahabatnya itu akan
segera mencapai gelar doktor di bidang ilmu hukum. Endang lalu memesan
karangan bunga dari salah satu toko bunga, dengan tidak lupa
mencantumkan nama dan jabatannya di bawah ucapan selamat yang tertulis
pada karangan bunga tersebut.
Bahan bacaan :

1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
2. Kode Etik Notaris oleh Ikatan Notaris Indonesia.
Pertemuan 1 :
Tujuan pertemuan
Setelah menyelesaikan topik ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
kode etik Notaris, yaitu larangan untuk melakukan publikasi atau promosi
diri, baik sendiri maupun secara bersama-sama, dengan mencantumkan
nama dan jabatannya, menggunakan sarana media cetak dan/atau elektronik
dalam bentuk, salah satunya, ucapan sela