KKJ Konseling Kawruh jiwa PADA KARYAWAN

KKJ (Konseling Kawruh jiwa) PADA KARYAWAN YANG MENGALAMI
DEPRESI
Dian Eko Wicaksono
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammdiyah Malang
Al Thuba Septa Priyanggasari
Fakultas Psikologi, Universitas Merdeka Malang
dwiwicaksono44@gmail.com
Depresi merupakan kondisi dimana individu mengalami suasana hati yang buruk
dalam kurun waktu tertentu. Gejala ini muncul salah satunya akibat ketidakmampuan
individu menangani permasalahan yang muncul dengan baik. Dampak dari gejala depresi
dapat muncul dalam bentuk fisik, psikis maupun sosial. Dalam Kawruh jiwa menurut Ki
Ageng Suryamentaram masalah psikologis muncul dari peristiwa yang terjadi dalam diri
individu. Salah satunya adalah tidak terwujudnya karep atau keinginan sehingga
menyebabkan getun dan sumelang. Pada dasarnya karep bersifat mulur mungkret. Hal
tersebutlah yang menimbulkan permasalahan di dalam diri individu. Kawruh jiwa
menggunkan metode ngudari reribed melalui nyawang karep untuk nyocokaken raos
dengan cara kandha-takon dalam rangka menyelesaikan permasalahan di dalam diri
individu. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk mengaplikasikan Kawruh jiwa Ki
Ageng Suryamentaram dalam membantu mengurangi gejala depresi pada karyawan
warung makan dan untuk mengembangkan keilmuan dari Kawruh jiwa Ki Ageng
Suryamentaram. Studi kasus ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subyek

penelitian adalah karyawan sebuah warung makan, dengan usia 30 tahun yang mengalami
gejala depresi. Metode pengumpulan data adalah observasi dan wawancara. Intervensi
berupa konseling individu dalam kurun waktu lima belas hari sesuai dengan perkembagan
subjek yang dievaluasi setiap pertemuan. Konseling yang dilakukan berdasarkan nilai yang
ada dalam Kawruh jiwa. Hasil studi kasus ini adalah subjek mengalami penurunan gejala
depresi. Walau pun penurunan depresi yang dialami subjek tidak keseluruhan tetapi ada
beberapa perilaku yang sudah kembali membaik. Secara khusus, subyek mulai dapat tidur
dengan nyaman, nafsu makannya kembali normal, tidak menangis di tempat kerja, dan
berkurangnya kuantitas melamun.
Kata Kunci : Konseling Kawruh jiwa, Depresi

1

LATAR BELAKANG
Depresi adalah gangguan mental yang paling sering dialami manusia, tanpa
pandang usia. Biasanya depresi muncul akibat rasa sedih, stres, kecewa yang disertai
gejala lainnya yang berlangsung selama beberapa minggu. Jika depresi sudah menyerang
maka dipastikan pasti akan muncul perilaku yang merugikan diri sendiri ataupun orang
lain. Individu depresi cenderung melakukan hal buruk seperti minum-minuman keras,
marah-marah obat-obatan, serta banyak terjadi kasus terjadi dikarenakan depresi, sperti

kasus pembunuhan, bunuh diri dan lain sebagainya. Tidak hanya menimbulkan perilaku
buruk bagi orang yang mengalami depresi, tetapi juga bisa membuat sistem imun tubuh
juga menurun. Seperti naik atau turunya berat badan secara drastis, mengalami gangguan
pola makan, naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya. Sehingga banyak sekali orang
yang sakit fisik yang mulanya dikarenakan depresi. Seperti World Health Organization
(WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia pada
tahun 2000. Pada tahun 2020, depresi diperkirakan menempati urutan kedua penyakit di
dunia.
Menurut data WHO tahun 2016, terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia.
Sedangkan berdasarkan Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas
mencapai sekitar 14 juta orang atau enam persen dari jumlah penduduk Indonesia
(Widiarini, 2016). Selain itu juga ada sebuah survei menemukan 6,9 juta orang dewasa di
Inggris kerap membanding-bandingkan kehidupan nyata mereka dengan hidup temantemannya yang di-posting di social media. Padahal kenyataan tidak selalu sesuai dengan
imej di dunia maya, yang seringkali dilebih-lebihkan atau 'dibingkai' sedemikian rupa agar
terlihat 'sempurna'.Responden usia 18-34 tahun tercatat sebagai kategori yang paling
rentan mengalami depresi akibat pengaruh sosial media tersebut (Hestianingsih, 2016).
Depresi memang bisa terjadi pada siapa saja tidak mengenal watu, usia, dan jenis kelamin.
Oleh karena itu depresi termasuk gangguan yang berbahaya.

Penanganan depresi telah berkembang dalam berbagai macam cara seperti terapi,
konseling, obat-obatan serta perlakuan yang lainnya. Depresi sendiri terjadi salah satunya
karena faktor psikologis seseorang, dimana seseorang tersebut mengalami stres yang
berkepanjangan. Stres yang muncul pada seseorang disebabkan dimana seseorang tersebut
tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Kemampuan penyelesaian dan merespon masalah
2

pada setiap inidividu itu berbeda. Stres juga bisa muncul karena harapan tidak sesuai
dengan kenyataan atau bisa dikatakan tidak tercapainya keinginan. Dalam pandangan
kawruh jiwa orang yang tidak tercapai karep atau keinginannya, maka orang tersebut bisa
getun (menyesali kejadian yang berlalu). Hal ini yang membuat orang tidak mencapai
bahagia sehingga untuk mencapai manusia tanpa ciri belum bisa. Dalam psikoanalisa
kemarahan atau setresor yang terus dipendam, berkembang menjadi proses menyalahkan
diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan akhirnya timbul depresi yang berkelanjutan
(Davision, Neale, Kring. 2010).
Ki Ageng Suryomentaram, dengan olah kawruh jiwa sebagai perangkat analisis
olah rasa memberikan kontribusi bagi pengembangan kesejahteraan dan kualitas hidup
dengan model analisis diri yang berbasiskan pada rasa, sebagai landasan introspeksi diri.
Kawruh jiwa Ki Ageng Suryamentaram mengajarkan bahwa dalam menangani permasalah
maka mengajarkan untuk bisa mengudari reribed. Merupakan suatu cara mencari sumber

permasalahan dan menemukan solusi yang sesuai dengan cara kando takon (Sugiarto,
2015)
Berdasarkan latarbelakang tersebut dan terinspirasi dari peneliti sebelumnya yang
dilakukan oleh Kholik dan Himam dengan judul konsep psikoterapi kawruh jiwa KI
Ageng Suryamentaram, dan penelitian yang dilakukan oleh Marhamah, Murtadlo &
Awalya pada tahun 2015, mengenai indigenous konseling suatu studi pemikiran kearifan
lokal Ki Ageng Suryomentaram dalam kawruh jiwa. Dari situ lah peneliti ingin melakukan
penelitian tentang konseling kawruh jiwa untuk penanganan depresi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membantu subjek dalam menyelesaikan
masalahnya yaitu mengalami depresi, melalui konseling dengan konsep kawruh jiwa Ki
Ageng Suryamentaram. Konsep ini memberikan suatu sudut pandang baru dalam bidang
ilmu psikologi, khususnya konseling dengan menggunakan konsep kawruh jiwa pada klien
dengan depresi. Selain itu penulis juga mencoba mengembangkan keilmuan dari kawruh
jiwa Ki Ageng Suryamentaram, dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga keilmuan ini bisa
berkembang dan menjadi salah satu refrensi dalam dunia keilmuan, khususnya Psikologi.
LANDASAN TEORI
Konseling Kawruh jiwa
Pendekatan konseling dengan kawruh jiwa ditawarkan dengan cara memahami
nilai nila yang terkandung dalam kawruh jiwa untuk digunakan dalam proses membantu
klien (Marhamah, Murtadlo, & Awalya. 2015). Pada pendekatan kawruh jiwa terdapat cara

3

melihat masalah yaitu dengan ngudari reribed. Cara tersebut dilakukan dengan mencari
sebab kesulitan yang dialami dan mencari jalan dalam menyelesaikannya. Kepribadian
manusia, menurut Ki Ageng Suryamentaram, memiliki empat dimensi di struktur
kepribadian pada kajian kawruh jiwa. Dimensi pertama disebut sebagai juru catat. Fungsi
dimensi pertama adalah mencatat (mempersepsi) segala hal yang berhubungan dengan
dirinya melalui panca indra. Kumpulan dari catatan itu akan digolongkan menjadi sebelas
hal pada dimensi kedua. Pada dimensi kedua tumbuh fungsi perasaan (emosi) yang
melandasai atau mewarnai serapan catatan-catatan. Dimensi ini merupakan bekal utama
manusia untuk menciptakan ciri pribadinya yang berbeda dengan orang lain. Pada dimensi
ketiga muncul identitas kramadangsa (disebut sebagai tukang pikir) yang memikirkan
dimensi kedua. Ketika muncul karep (keinginan) dari salah satu catatan dalam dimensi
kedua dan kramadangsa selalu menurutinya, maka manusia akan senantiasa berada pada
dimensi ini saja. Setiap manusia akan mampu dengan mudah bertumbuh sampai pada
dimensi ketiga, baik pada dimensi fisik, emosi, dan kognisi. Namun sebelum memasuki
dimensi keempat, harus melewati simpang tiga terlebih dahulu. Pada simpang tiga terdapat
aling-aling (penghalang) yang fungsinya bersifat mementingkan diri sendiri. Ketika
manusia dapat melewati penghalang di simpang tiga, maka akan mampu memasuki
dimensi keempat, yaitu manungsa tanpa ciri (manusia tanpa cacat). Jika tidak bisa

melewati penghalang maka akan kembali lagi ke dimensi sebelumnya. Untuk menembus
penghalang menuju dimensi keempat manusia harus mampu mawas diri, yaitu dengan
melihat karep (Prihartanti, 2008; Sugiarto, 2015).
Karep bersifat abadi dalam diri manusia. Ketika karep dipenuhi maka tidak akan
ada habisnya, karena karep bersifat mulur mungkret. Karep yaitu berupa keinginan, hasrat,
dasar hidup dan bersifat abadi. Sedangkan getun merupakan kekecewaan atau takut
terhadap kejadian masa lalu, yang menyebabkan jatuh pada masa celaka, dan susah
selamanya. Ketika penyesalan atau getun tidak bisa teratasi, lama-kelamaan akan
tertimbun masalah dan persoalan baru sehingga terjadi Raos Mlenet. Raos Mlenet adalah
dimana dimana kondisi seseorang berada pada keadaan terpuruk, sehingga jalan pikir dan
yang dipikirkan menjadi tidak benar. Kondisi inilah yang menjadi reribed (gangguan) pada
diri manusia. Hal tersebut membuat manusia tidak bisa mencapai pada ukuran ke empat
dimana manusia bisa mencapai manusia tanpa ciri (Sugiarto, 2015).

4

Depresi
Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri
adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau
tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam motivasi,

perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif (Nevid dkk, 2005).
Sedangkan menurut Maramis (2009), Gangguan depresif merupakan suatu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan
gejala penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri.
Gangguan depresi sendiri merupakan gangguan unipolar, yaitu gangguan yang
mengacu pada satu kutub (arah) atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi
emosional, perubahan dalam motivasi, perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan
perubahan kognitif (Nevid dkk, 2005). Menurut DSM-V kriteria gejala gangguan depresi
harus terlihat setiap hari agar dapat dipertimbangan, kecuali penurunan berat badan dan ide
bunuh diri. Sepanjang hari mood depresi dapat terlihat, dan terlihat hampir setiap hari.
Biasanya pasien datang berobat dengan keluhan utama karena insomnia dan mudah lelah
dan kegagalan dalam penyelidikan lanjutan terhadap gejala depresi sering menjadi kendala
dalam mendiagnosis (APA, 2013).
Terdapat tiga kategori penyebab dari gejala depresi menurut Nolen-Hoeksema dan
Girgus (dalam Krenke & Stemmler, 2002). Tiga kategori penyebab dari gejala depresi
tersebut yaitu; Faktor kepribadian, seperti orang yang dependent, memiliki harga diri yang
rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping. Nolen-Hoeksema dan Girgus
juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokus pada
tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau

melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Faktor biologis, seperti perubahan hormonal
dan hal-hal yang berkaitan dengan kensekuensi psikologis, seperti ketidakpuasan pada
bentuk tubuh. Faktor sosial, seperti negative life event dan adanya pengharapan dari
orangtua dan teman sebaya.
Seseorang yang mengalami depresi akan menampakkan beberapa gejala depresi.
Berikut ini merupakan gejala episode depresi yang muncul menurut PPDGJ III (Maslim
2001). Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) yaitu; afek depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, berkurang energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan aktivitas menurun.
5

Selain gejala utama, ada beberapa gejala lainnya yang mucul yaitu; konsentrasi dan
perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, gangguan tidur, nafsu makan berkurang.
Pada orang yang mengalami depresi berat tanpa gejala psikotik ada pedoman untuk
melakukan diagnosis
Berpedoman pada PPDGJ III dalam Maslim (2001) dijelaskan bahwa, depresi
digolongkan ke dalam depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan banyk dan beratnya
gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang. Gejala tersebut terdiri atas

gejala utama dan gejala lainnya yaitu : Ringan, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga
gejala depresi ditambah dua dari gejala di atas ditambah dua dari gejala lainnya namun
tidak boleh ada gejala berat diantaranya. Lama periode depresi sekurang-kurangnya selama
dua minggu. Hanya sedikit kesulitan kegiatan sosial yang umum dilakukan. Pada kategori
Sedang, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti pada
episode depresi ringan ditambah tiga atau empat dari gejala lainnya. Lama episode depresi
minimum dua minggu serta menghadaapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan dan rumah tangga. Berat, tanpa gejala psikotik yaitu semua tiga gejala
utama harus ada ditambah sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya. Lama episode
sekurang-kurangnya dua minggu akan tetapi apabila gejala sangat berat dan onset sangat
cepat maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam kurun waktu dalam dua
minggu.
METODE
Pada jenis penelitian kali ini yaitu kualitatif deskriptif, dengan menggunakan
pendekatan studi kasus (Case Study). Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan
terfokus pada suatu subjek tertentu untuk diamati dan dianalisis secara teliti. Data studi
kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi
ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Sedangkan data yang diperoleh dalam penelitian ini
didapatkan dari subjek dan significan other atau orang lain yang keakuratan data yang
diberikan dapat dipercaya (Shaughnessy, Zechmeister, Zechmeister. 2012). Sesui dengan

tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan layanan konseling kawruh jiwa bagi
karyawan yang mengalami depresi, maka dalam penelitian ini nanti akan mendiskripsikan
konseling dan hasil konseling yang telah diberikan kepada karyawan yang mengalami
depresi.
6

Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data adalah observasi dan
wawancara. Metode asesmen wawancara adalah salah satu untuk mengumpulkan
informasi, wawancara sendiri pernah di definisikan sebagai “Conversation whit a
purpose” (percakapan dengan suatu tujuan) (Bingham dan Moore, 1924 dalam Gunarsa,
2011); percakapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan membangun
hubungan yang kooperatif dan banyak membantu. Dalam asesmen kali ini dilakukan
wawancara semi terstruktur, dimana wawancara menggunakan beberapa pertanyaan utama
dan digali melalui probing oleh asesor. Metode asesmen observasi yaitu menggunakan
observasi nonpartisipan dan semi terstruktur. Dimana observasi dilakukan dengan tidak
mengikuti keseluruhan kegiatan apa yang dilakukan oleh subjek, serta mengamati dengan
menggunakan guide yang didalamnya beberapa poin perilaku yang akan diamati, tetapi
perilaku selain didalam poin tersebut, jika memang dibutuhkan dan diperlukan maka bisa
dimasukkan dalam hasil observasi (Sugiyono, 2013).
Subjek dalam penelitian ini yaitu adalah seorang wanita karyawan sebuah rumah

makan sederhana dengan usia 30 tahun, dimana subjek ini sedang mengalami depresi.
Dimana kategori depresi yang diberikan terhadap subjek didapatkan dari diagnosa awal
menggunakan hasil dari data yang diperoleh wawancara dan observasi. Diagnosa
dilakukan menggunakan panduan PPDGJ dan DSM V
HASIL PENELITIAN
Hasil Asesmen
Identitas Subjek
Nama

: YE (inisial)

Tempat, Tanggal Lahir

: Madura, 24 Februari 1980

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jln. Tirto Utomo, Landungsari Malang

Agama

: Islam

Status

: Menikah
Dari asesmen yang dilakukan yaitu berupa wawancara dan observasi didapatkan

berupa beberapa data yang diperoleh dari subjek dan signifikan other. Berikut
merupakan hasil asesmen yang didapatkan:
1.

Wawancara

7

Subjek atau disebut YE, seorang karyawan tempat makan, atau warung
makan rumahan di gang tirto. Ia sudah lama kerja menjadi karyawan warung
makan dimana tempat dia bekerja. Pekerjaan itu diambil semenjak menikah dengan
suaminya dan memiliki rumah di depan warung makan tersebut. Alasan YE
menikah adalah untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Ia sudah
mempunyai anak satu. Anaknya tinggal bersama dengan ibunya, alasannya
menempatkan anak dengan nenenya yaitu agar ia mendapatkan perhatian yang
lebih, lingkungan yang baik, dan bisa berkembang serta tumbuh dengan baik. YE
juga sering pulang ke madura untuk menjenguk anaknya.
YE mulai bekerja dari pagi pukul 06.00 atau bahkan kurang pagi, sampai
dengan pukul 21.00 baru pulang kerumah. Selama bekerja ia mendapatkan tugas
membantu memasak, menjualkan atau menjaga warung, mencuci piring dan bersih
bersih warung. Selain membantu memasak juga membantu merawat orang tua dari
Susi (pemilik warung). YE membantu merawat mulai dari mengambilkan makan,
menyiapkan mandi, membantu berjalan (kadang–kadang).
Beberapa waktu ini sekitar hampir tiga minggu YE mengatakan tidak nafsu
makan dan sempat ijin kerja selama hampir setengah bulan untuk pulang dengan
alasan mengurusi orang tuanya yang sedang sakit. Jadi YE di ijinkan untuk pulang
kembali ke madura. Setelah pulang dari madura ia mengatakan sering melamun,
menangis sendiri, sering sulit untuk tidur, tidak bernafsu makan dan selalu merasa
gelisah, sehingga pekerjaannya tidak maksimal. Untuk menenangkan diri YE
sering mengambil wudu dan sholat, hal ini dilakukannya baik di waktu sholat lima
waktu ataupun sholat sunah lainnya. Hal ini berlangsung sudah beberapa minggu
dan banyak yang menanyakan kepada YE apa yang terjadi dan mengapa tidak
seceria biasanya. YE juga mengatakan bahwa ada masalah dengan keluarganya
yang sangat berat sehingga di tidak bisa tenang dalam bekerja dan menjalani
kehidupan sehari-hari seperti biasanya.
Masalah yang timbul dikarenakan ia dekat dengan seseorang pria lain selain
suaminya. Hubungan mereka hanya sebatas teman, tetapi akhir-akhir ini dia merasa
hubungan ini sudah tidak wajar, mengenai hubungan tersebut kedua orang ini tidak
diketahui oleh suami YE. Setelah itu dia memutuskan hubungan dengan pria lain
tersebut. Dia juga mengatakan kalau sudah berusaha untuk menghentikan
hubungannya dengan pria tersebut, karena dia sadar itu perbuatan salah. Dimana
8

YE mempunyai keluarga yang masih sayang dan menjadi tanggung jawabnya,
yaitu suami dan seorang anaknya.
Setelah YE memutuskan untuk menghentikan hubungannya dengan pria
tersebut, ia masih merasa bersalah dan tidak bisa tenang. Karena pria tersebut
masih sering menghubungi dan mencarinya. Akibat dari hubungan ini, kondisi
keluarga dari pria tersebut sering bertengkar, bahkan sampai di meja persidangan.
Akhirnya setelah dua minggu pria tersebut sudah tidak lagi mencari YE.
Oleh karena masalah itulah YE masih sering teringat tentang masalahnya dan
membuat YE menjadi stres. Hal ini dapat dilihat dari beberapa prilaku yang muncul
ditempat kerja dan di rumah beberapa minggu ini. Selain itu YE juga mengaku
pernah melakukan beberapa hal yang tidak wajar. Seperti halnya dia juga mengaku
pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan melukai pergelangan tangan
kirinya degan benda tajam, tetapi hal tersebut tidak sampai berdampak parah bagi
dirinya. Karena di ketahui oleh anaknya sehingga dia menghentikan perbuatan
tersebut. Tapi YE mendapat dukungan dari orang tua YE, yang mendukung YE
untuk keluar dan menyelesaikan masalah ini agar bisa kembali kerja serta kembali
seperti biasanya.
Dukungan yang diberikan keluarganya untuk mengatasi kondisi yang terjadi
pada YE, yaitu dengan membawanya ke kiayi untuk di doakan agar bisa
menghadapi permasalahan yang terjadi, selain itu juga orang tuanya datang ke
orang pinter untuk meminta bantuan agar anaknya tidak stres dengan permasalahan
yang dihadapi. Tetapi beberapa usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang
signifikan dengan jangka waktu yang cepat. Tetapi dia tetap berusaha untuk
menjadi sehat kembali dengan sholat wajib dan sunah serta mengaji.
a. SO
Dari hasil wawancara terhadap Susi pemilik warung dimana YE bekerja
didapatkan bahwa YE adalah orang yang rajin, bekerja keras, tanggung jawab dan
sangat ceria ungkap Susi. Tetapi beberapa hari ini YE sering murung dan sering
pulang kerumah walau rumahnya dekat tapi tidak seperti biasanya yang dulu.
Setelah pulang kerumah madura dia pernah menangis beberapa kali tanpa sebab,
setelah ditanyai dia menjawab tidak apa-apa dan pulang kerumah, selang beberapa
saat dia kembali bekerja kembali. Akhir-akhir ini YE memiliki perilaku yang aneh
tidak seperti biasa.
9

2.

Observasi
Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap subjek yaitu YE, yang
menggunakan guide observasi, didapatkan bahwa subjek sering bolak-balik rumah
dan warung, melayani pelanggan dengan baik dan sesuai, beberapa kali dimintai
tolong oleh pemilik warung tetapi YE tidak begitu tanggap, terlihat sering diam dan
kurang menyapa pada pengunjung warung, beberapa kali terlihat menangis dan
tidak nafsu makan ketika ditawari makanan oleh pemilik warung. Serta beberapa
hari tidak masuk kerja.
Dari hasil asesmen tersebut didapatkan bahwa YE sering melamun, menangis, di

rumah dan di tempat kerja. YE juga sering tidak bisa tidur, nafsu makan berkurang serta
sering gelisah, selain itu juga merasa menyesali perbutan yang telah dilakukan. Sehingga
pekerjaan di tempat kerja dan di rumah terganggu. Bahkan sempat melakukan percobaan
bunuh diri. Kondisi seperti ini berlangsung selam kurang lebih hampir tiga minggu. Hal
tersebut disebabkan adanya masalah yang sedang dialamai oleh YE yaitu adanya hubungan
dengan pria lain selain suaminya, tetapi YE sudah memutuskan atau menyudahi hubungan
dengan pria lain tersebut karena menurut YE itu tidak benar. Dalam melakukan diagnosa
depresi maka ada salah satu acuan yang digunakan oleh psikolog yaitu DSM IV atau yang
berada di Indonesia yaitu PPDGJ III. Depresi sendiri di kelompokan mejadi beberapa
kategori, yaitu depresi ringan, sedang dan berat. Ketika di lihat dari diagnosis depresi pada
PPDGJ III maka YE termasuk menglami gejala depresi berat tanpa gejala psikotik.
Haye (dalam Cynthia, 2009) mengatakan bahwa faktor penyebab depresi antara
lain adalah adanya tujuan-tujuan yang tidak tercapai yang menyebabkan kekecewaan serta
adanya kegagalan yang menyebabkan kurangnya penghargaan terhadap diri. Individu
dengan harga diri rendah cenderung memandang dirinya. Secara negatif dan terfokus pada
kelemahan dirinya. Dalam Kaweruh Jiwa Ki Ageng Suryamentaram tujuan, keinginan atau
karep tidak tercapai maka orang akan mengalami getun. Karep yaitu berupa keinginan,
hasrat, dasar hidup dan bersifat abadi. Sedangkan getun yaitu kekecewaan atau takut
terhadap kejadian masalalu, yang menyebabkan jatuh pada masa celaka, dan susah
selamanya. Ketika penyesalan atau getun ini tidak bisa teratasi, dan lama kelamaan akan
tertimbun masalah dan persoalan baru sehingga terjadi Raos Mlenet. Raos Mlenet yaitu
dimana kondisi seseorang berada pada keadaan terpuruk, sehingga jalan pikir dan yang
dipikirkan menjadi tidak benar. Kondisi inilah yang menjadi reribed (gangguan) pada diri
manusia. Hal ini lah yang terjadi pada YE dimana mengalami getun yang berlebihan
10

hingga timbulnya reribed dalam dirinya. Sehingga YE tidak bisa menyelesaikannya
dengan jalan pikir yang baik dan benar. Sama halnya seperti Freud dalam Nelson-Jones
(2011) kemarahan atau setresor yang terus dipendam, berkembang menjadi proses
menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi yang berkelanjutan.
Hasil Intervensi
Dalam pelaksanaanya selama konseling klien atau YE melakukannya dengan baik.
Pada sesi pertama konseling didapatkan bahwa subjek mengaku sangat tertekan dengan
kondisi yang sedang dialaminya. YE mengatakan kalau dia merasa bersalah atas
hubungannya dengan pria lain tersebut sehingga menjadi beban dari rasa bersalah yang
dialaminya, serta dia masih sulit untuk melepaskan pria yang menjadi temannya ini walau
itu salah. Ungkap YE sambil meneteskan airmata. YE menyadari kalau dia dalam posisi
yang salah dan dia ingin kembali seperti semula, dimana sebelum mengenal pria yang
menjadi temannya tersebut.
YE mengerti apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Dimana dia mengalami
permasalahan dalam kerja yang tidak optimal, mengalami gangguan tidur, nafsu makan,
semangat dalam beraktifitas serta sering tidak fokus dan sering menangis. Bahkan YE juga
mengatakan kalau sudah malu untuk hidup dengan kondisi sepert ini, dia merasa tidak
memiliki kemampuan untuk menghadapi masalah uang dihadapinya. Pada saat bercerita
YE selalu meneteskan air matanya. Dia juga mengaku pernah melakukan percobaan bunuh
diri, karena sudah tidak bisa menanggung permasalahn yang dihadapi. Percobaan bunuh
diri yang dilakukan YE ini, dengan mencoba melukai pergelangan tangannya ketika berada
dikamar sendirian. Tetapi perbuatan tersebut di ketahui oleh anaknya dan langsung sang
anak meneriaki YE. Setelah mendengan suara anaknya dia menghentikan perbuatan itu
dan akhirnya percobaan bunuh diri itu gagal, dan YE mengaku menyesal melakukannya.
Ketika YE menceritakan percobaan bunuh diri tersebut sambil menangis dan menunjukkan
bekas luka di pergelangan tangan kiri. Pada saat ini YE tidak tahu harus bagaimana untuk
menyembuhkan dan mengembalikan seperti semula. Dia hanya menginginkan untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi pada dirinya. Karena jika dibiarkan lebih lama akan
berdampak pada orang yang berada disekelilingnya, Ungkapnya.
Dalam kondisi yang seperti itu YE mengatakan yang tau hanya orang tuanya di
Madura. Orang tuanya juga mendukung untuk bisa menyelesaikan masalah ini. dia
mengatakan bahkan sempat orang tuanya membawakan minuman dari sesepuh agar YE
bisa tenang dan kembali seperti semula, tetapi tetap tidak ada perubahan yang terjadi
11

dalam diri YE. Selain orang tuanya suami dan pemilik warung dimana YE bekerja juga
menanyai kepada YE apa yang terjadi akhir-akhir ini sehingga membuat YE sperti ini
akhir-akhir ini. Mereka orang yang berada di sekeliling YE ingin YE kembali seperti biasa.
Setelah YE menceritakan semuannya sesuai dengan arahan konselor, maka
konselor mulai menyimpulakan kondisi, lingkungan dan keinginan YE kedepan. Setelah
itu konselor meminta YE untuk mulai mencari solusi apa yang harus dilakukan oleh YE
melalui bantuan dan arahan dari konselor. Setalah itu YE memilih untuk mulai menerima
kenyataan yang terjadi sebenarnya pada dirinya dan fokus apa yang sudah ada dalam diri
dan lingkungannya seperti anak, keluarga dan teman-temanya. Selain itu YE juga
meningkatkan ibadah, serta memberikan motivasi kepada diri sendiri bahwa bisa
menghadapi apa yang sedang terjadi dan mulai melakukan aktifitas seperti biasanya.
Setelah dilakukan sesi konseling pertama, maka ada jeda selama lima hari dan
kembali lagi dengan membahas apa yang sudah didapatkan dan programnya dilaksanakan
atau tidak. YE pada sesi kedua ini lebih ceria, karena YE sudah bisa tidur seperti biasanya
walau kadang juga masih terbangun dan masih mengingat, tetapi ketika terbangun dia
gunakan untuk beribadah. Selain itu YE juga sudah jarang menangis di tempat kerja serta
nafsu makan sudah mulai membaik, walau kadang masih ada rasa sedih dalam raut muka
YE ketika bekerja (didapatkan dari observasi ketika diwarung). YE mengatakan sudah
mendingan dan lebih nyaman sekarang dari pada sebelum-sebelumnya. YE akan terus
meningkatkan hingga merasa dirinya kembali seperti semula dan menjadikan hal ini
sebagai pelajaran terbaik yeye. Ungkap YE dalam konseling kedua ini.
Setelah itu selang dua hari kemudian dilakukan kembali konseling sederhana
dengan menanyakan kabar dan keadaan YE. Dia pun menjawab dengan baik serta sudah
merasa kembali seperti semula. Setelah itu konselor mencoba melakukan kroscek dengan
pemilik warung, diamana pemilik warung mengatakan bahwa YE sudah kembali seperti
biasanya.
Drai hasil intervensi dapat disimpulakan bahwa hasil intervensi ini di dapatkan
perubahan, adapun perubahan yang tersebut :
Tabel 1
Hasil konseling sebelum dan sesudah

Sebelum Konseling
Sesudah Konseling
1. Melamun di rumah dan di tempat kerja
1. Sudah tidak terlihat melamun di
2. Menangis di rumah dan di tempat kerja
tempat kerja
3. Sering tidak bisa tidur dan terbangung
2. Tidak terlihat menangis di tempat
ditengah malam
kerja dan di rumah sudah mulai
12

4. Nafsu makan berkurang
5. Gelisah
6. Merasa menyesali perbutan yang telah
dilakukan
7. Pekerjaan di tempat kerja dan di rumah
terganggu
8. Melakukan percobaan bunuh diri

berkurang
3. Bisa tidur dengan nyaman, saat malam
sudah jarang terbangun tidak sesering
dulu
4. Nafsu makannya sudah kembali
5. Kembali bekerja dengan seperti biasa,
dan sudah kembali ceria
6. Masih kadang kadang gelisah dan
teingat kejadian masa lalu walau tidak
sesering dulu
7. Sudah tidak ada niat untuk melakukan
bunuh diri

PEMBAHASAN
Dari hasil asessmen yang telah dilakukan dapat diketahui beberapa gejala yang
mengarah pada suatu diagnosis, gejala tersebut diantaranya adalah adanya simtom-simtom
depresi yang dialami YE sejak tiga bulan belakangan sering melamun, menangis, di rumah
dan di tempat kerja. YE juga sering tidak bisa tidur, nafsu makan berkurang serta sering
gelisah, selain itu juga merasa menyesali perbutan yang telah dilakukan. Sehingga
pekerjaan di tempat kerja dan di rumah terganggu. Bahkan sempat melakukan percobaan
bunuh diri. Gejala-gejala di atas mengarahkan pada diagnosis deperesi, karena YE
mengalami gejala-gejala tersebut aktif selama kurang lebih tiga bulan. Sebagaimana yang
tercantum dalam PPDGJ III dan DSM tentang diagnosa depresi bahwa “Semua tiga gejala
utama harus ada ditambah sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya. Lama episode
sekurang-kurangnya dua minggu akan tetapi apabila gejala sangat berat dan onset sangat
cepat maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam kurun waktu dalam dua
minggu.”
Intervensi yang diberikan kepada YE berupa konseling cukup efektif karena
konseling ini dibutuhkan oleh YE untuk membantu memahami apa yang sedang dihadapi
olehnya, sehingga dia mampu mencari solusi dan melaksanakannya dengan baik.
Konseling ini berupa konseling dengan pendekatan kawruh jiwa dimana didalamnya
menggunakan langkah dengan ngudari reribed atau membuka permasalahan. Dimana
pada tahap ini yaitu untuk menganalisi penyebab-penyebab permasalahan yang timbul
hingga penemuan solusi masalah YE. Dalam membantu menganalisis penyebab
permasalahan yang timbul, maka YE diajak untuk memikirkan apa yang terjadi sekarang
dan apa yang dirasakan sekarang (aku, sak iki, nengkene, ngene, gelem). Tidak bergelut

13

dengan getun yaitu kekecewaan atau takut terhadap kejadian yang dialami oleh YE, yang
menyebabkan jatuh pada masa celaka, dan susah selamanya, serta tidak bergelut juga pada
sumelang yaitu kekhawatiran akan ketidak mampuan penyelesaian masalah dan
kekhawatiran akan mengakibatkan ruamah tangga YE dan orang lain hancur. Sehingga YE
bisa fokus pada apa permasalahan yang sedang dihadapi hingga mencari solusi akan
masalahnya (Sugiarto, 2015). Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Kholik &
Himam (2015) mengatakan bahwa proses tersebut sama halnya Sejalan dengan pendekatan
konsep psikoterapi (Psikoanalisis Freud, Behavio-ristik Skinner, Humanistik Rogers dan
Transpersonal) yang pada dasarnya pendekatan tersebut memberikan pemahaman tentang
kesadaran, kemampuan mengana-lisis diri sendiri, perubahan terhadap cara berpikir,
(seperti bisa menerima diri sendiri, memiliki rasa empati dan lebih optimis dan positif pada
kehidupan) yang diwujudkan dalam tindakan yang lebih sehat dan nyata.
Dalam nyawang karep dilakukan untuk melihat keingan dari masalah yang YE
alami, dimana nyawang karep ini merupakan langkah untuk berinteraksi dengan diri
sendiri. Maksudnya, individu sudah berhasil memisahkan antara dirinya dan perasaannya.
Apa yang dia rasakan, senang-susah hanyalah perasaan. Dimana disini YE dibantu dalam
memilih pilihan yang tepat untuk dijadikan keputusan bertindak sesuai dirinya. Sedangkan
nyococken raos sebagai cara untuk menyelarasakan rasa yang sama (raos sami) antara rasa
dirinya dan rasa orang lain. dimana pilihan solusi yang akan dilakukan YE juga melihat
raos pada orang lain. Hal ini seperti yang dikemukaan oleh Adler dalam Sundbreg,
Winebarger & Tplin (2007) bahwa dalam mencapai tujuan seseorang harus juga melihat
kepentingan dan atau kondisi orang lain disekitar kita, agar menjadi pribadi yang baik.
Tahapan konseling kawruh jiwa dilakukan dengan cara kondo takon yaitu berupa
tanya jawab yang bersifat bukan menggurui dan harus di turuti, tetapi bersifat membantu
dan untuk saling mengetahui serta memahami permasalahan yang dibahas. Sehingga dalam
konsleing yang berlangsung tidak menimbulkan kecanggungan dengan YE. Seperti halnya
hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Kholik & Himam (2015) Kanda-takon yang
tujuannya menular-kan atau menyampaikan pendapat tentang pengalaman rasa sehat,
tentram, damai, tabah, tatag dan bahagia ini dengan sendirinya melahirkan rasa ‛sih‛. Rasa
‛sih‛ ini ada di dalam rasanya individu masing-masing sehingga bisa dirasakan bersamasama dalam sebuah junggringan-kanda-takon. Hal ini dipahami sebagai wujud individu
yang telah mengalami madeg pribadi (aktualisasi diri).

14

Setelah diberikan intervensi berupa konseling kawruh jiwa didapatkan perubahan
cukup membaik hal ini dapat dilihat pada tabel hasil intervensi di atas. Dari hasil intervensi
berupa konseling kaweruh jiwa yang diberikan hal ini sejalan oleh beberapa penelitian
yang dilakukan oleh Agista (2011) menyatakan bahwa melalui konseling behavioristik
dengan pengelolaan diri, dapat menangani mahasiswa yang mengalami stres karena
perkuliahan. Selain itu konseling juga memiliki pengaruh yang signifikan pemberian
konseling individual terhadap penurunan depresi pada pasien Program Terapi Rumatan
Metadon (Wardhani & Partini, 2014), serta ada pengaruh pemberian konseling terhadap
depresi post partum di Puskesmas II dan IV Denpasar Selatan (Kenwa, Karkata, Triyani,
2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budihastuti, dkk (2012),
pemberian konseling efektif dalam membantu pembentukan mekanisme koping positif
pada ibu sehingga ibu cenderung tidak mengalami depresi.
Perubahan yang dialami oleh YE tidak hanya dikarenakan faktor konseling saja,
tetapi sudah ada beberapa usaha-usaha yang dilakukan oleh dia. Kegiatan rohani seperti
sering mengambil wudu dan sholat, hal ini dilakukannya baik diwaktu sholat lima waktu
ataupun sholat sunah lainnya, dan beberapa dukungan keluarga yang baik untuk YE.
Dalam pelaksanaan penelitian ini masih memiliki keterbatasan antara lain : 1.
Peneliti melakukan diagnosa hanya melalui hasil observasi dan wawancara 2. Peneliti
hanya memiliki satu subjek saja. Sehingga tidak ada pembanding dan subjek penguat yang
lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil asesmen berupa observasi dan wawancara didapatkan bahwa subjek
mengalami permasalahan dengan keluaraga, permasalahan tersebut membuat subjek
mengalami depresi. Hal ini dapat dilihan dari subjek sering melamun, menangis, di rumah
dan di tempat kerja. YE juga sering tidak bisa tidur, nafsu makan berkurang serta sering
gelisah, selain itu juga merasa menyesali perbutan yang telah dilakukan. Sehingga
pekerjaan di tempat kerja dan di rumah terganggu. Bahkan sempat melakukan percobaan
bunuh diri.
Setelah dilakukan intervensi berupa konseling individu dengan menggunakan
pendekatan kawruh jiwa Ki Ageng Suryamentaram, dilakukan selama tiga kali pertemuan
dan dilakukan observasi dan wawancara setelah terlaksananya intervensi untuk melihat

15

perubahan yang terjadi pada YE. Dari hasil intervensi didapatkan ada perubahan yang
terjadi pada YE. Ada pun perubahan tersebut yaitu; sudah bisa tidur dengan nyaman, nafsu
makannya sudah kembali, sudah tidak terlihat menangis di tempat kerja, sudah jarang
melamun, kembali bekerja dengan seperti biasa, dan sudah kembali ceria dan rame ketika
di warung seperti dahulu, walau pun belum pulih secara seutuhnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa intervensi yang diberikan berupa konseling kawruh jiwa cukup efektif
terhadap YE.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disarankan kepada :
1. Untuk YE, diharap mampu untuk meningkatkan apa yang sudah didapatkan selama
konsleing sehingga perubahannya menjadi lebih baik, mempertahankan usaha dan
semangat untuk tetap sembuh bahkan jika bisa harus di tingkatkan, serta
menghargai dan lebih menyayangi keluarga yang sudah ada.
2. Untuk peneliti selanjutnya saya harap ada penerus atau berminat dalam penelitian
ini, agar dalam melakukan diagnosis ditambah dengan menggunakan tes, serta
subjek dan saya harap jauh lebih matang lagi dalam pelaksanaan baik secara materi
tentang konseling kawruh jiwa atau yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agista, Isni. (2011). Penanganan Kasus Stres Dalam Menghadapi Aktivitas Kuliah Melalui
Pendekatan Konseling Behviouristik Dengan Teknik Pengelolaan Diri Pada
Mahasiswa Jurusan Senirupa FBS UNNES Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Jurusa
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
APA. (2013). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders

Budihastuti, S.F.,Hakimi,M.,Sunartini,Soejono, S.K.(2012).Konseling dan Mekanisme
Koping Ibu Bersalin.Yogyakarta:Journal of Educational, Health and Community
Psychologi 2012 Vol.1 No.1
Cynthia, Trida & Anita Zulkaida. (2009). Kecenderungan Depresi pada Mahasiswa dan
Perbedaan berdasarkan Jenis Kelamin. Diakses pada tanggal 15 September 2016 dari
http:repository.gunadarma.ac.id:8000/ichwan_s_pengembangan_comp_1315.pdf
Davision, Gerald C., Neale, Jhon M., & Kring Ann M. (2010). Psikologi Abnormal.
Rajagrafarino Persada, Jakarta
Gunarsa, Singgih D. (2011). Konseling Dan Psikoterapi. Libri. Jakarta

16

Hestianingsih, (2016). Duh, 1 dari 5 Orang Merasa Depresi Akibat Social Media. Dari
http://m.detik.com/wolipop/read/2016/04/08/184323/3183481/1135/duh-1-dari-5orang-merasa-depresi-akibat-social-media. Diakses tanggal 21 Oktober 2016
Kenwa Pamela., Karkata, Made K., Triyani, I Gusti Ayu. (2015). Pengaruh Pemberian
Konseling Terhadap Depresi Post Partum Di Puskesmas II Dan IV Denpasar Selatan.
COPING
Ners
Journal
l.3
(2)
ISSN:
2303-1298
http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/15680/10504
Kholik, Abdul., Himam, Fathul. (2015).Konsep Psikoterapi Kawruh Jiwa Ki Ageng
Suryomentaram. GAMA JOP 1 (2), 120 – 134 ISSN: 2407-7798
https://jurnal.ugm.ac.id/gamajop/article/view/7349
Krenke, I.S., & Stemmler, M. (2002). Factors Contributing to Gender Differences in
Depressive Symptoms:A Test of Three Developmental Models. Journal of Youth and
Adolescence, 31(6), 405-417).
Maramis WS. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Universitas Airlangga;.
hlm. 45-49.
Marhamah, Uswatun., Murtadlo, Ali., & Awalya. (2015). Indigenous Konseling ( Studi
Pemikiran Kearifan Lokal Ki Ageng Suryomentaram Dalam Kawruh jiwa ). Jurnal
Bimbingan
Konseling
4
(2)
(2015)
ISSN
2252-6889
.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk
Maslim, R. (2001). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: FKAtmajaya.
Nelson, Rechard & Jones. (2011). Teori dan Praktik Konsleing dan Terapi. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta
Nevid, J. F., dkk. (2005). Psikologi Abnormal. Erlangga. Jakarta
Prihartanti, N. (2008). Mencapai Kebahagiaan Bersama Dalam Masyarakat Majemuk.
Jurnal Psikologi Indonesia, 1, 73-79.
Shaughnessy, Jhon J., Zechmeister, Eugene B., & Zechmeister, Jeanne S. (2012). Metode
Penenlitian Dalam Psikologi. Salemba Humanika. Jakarta
Sugiarto, R. (2015). Psikologi Raos. Yogyakarta: Pustaka Frada.
Sundberg, Norman D., Winebarger, Allen A., Taplin, Julian R. (2007). Psikologi Klinis.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Wardhani, Yulia K., & Partini. (2014). Pengaruh Konseling Terhadap Penurunan Depresi
Pada Pasien Program Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Manahan Solo.
Naskah Publikasi. http://eprints.ums.ac.id/30703/21/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Widiarini, Anisa. (2016). Tingginya Angka Penderita Kejiwaan Ancam Aset SDM
Produktif. Dari http://life.viva.co.id/news/read/831316-tingginya-angka-penderitakejiwaan-ancam-aset-sdm-produktif. Diakses tanggal 21 Oktober 2016

17

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124