MEMBANGUN KESADARAN AKAN KESELAMATAN DI

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

MEMBANGUN KESADARAN AKAN KESELAMATAN DI JALAN RAYA
BAGI PELAJAR MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT
LALU LINTAS (DIKMAS LANTAS)
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Lalu lintas merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, baik di

desa terlebih di perkotaan. Hampir seluruh aktifitas kehidupan masyarakat
berhubungan dengan lalu lintas. Permasalahan-permasalahan lalu lintas
tidak sebatas menghambat tata kehidupan masyarakat tetapi bisa
menghancurkan bahkan mematikan. Untuk itu dibutuhkan keamanan,
keselamatan, ketertiban dan kelacaran berlalulintas (Kamseltibcarlantas)
sehingga masyarakat dapat melaksanakan segala aktifitasnya dengan
baik, lancar, aman, nyaman sehingga produktivitas kehidupan yang
dihasilkan dapat terus tumbuh dan berkembang. Tentu mewujudkanya

tidak semudah mengucapkanya, namun setidaknya kita tahu dulu apa
yang harus kita perbuat dan mengapa kamseltibcarlantas penting dan
harus diwujudkan dan dipelihara.
Kecelakaan lalu lintas terjadi di sana-sini dan ironisnya yang tidak
luput menjadi korbannya adalah para generasi muda harapan bangsa
yaitu para pelajar, baik itu siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
mapun siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), yang tentu saja mereka
belum memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM), disamping menjadi korban
dijalan raya, para generasi muda ini sering melakukan berbagai
pelanggaran bahkan kejahatan di Jalan raya dengan diawali dengan
membentuk kelompok-kelompok yang disebut dengan “geng motor” dan
aksi mereka sangat meresahkan masyarakat. Sangat disayangkan jika
para generasi muda ini menjadi korban kecelakaan lalu lintas, bila terjadi
kecelakaan maka dengan mudah kita mengatakan human error, tanpa
mau lagi melihat faktor lainya. Ini bukti kita tidak cerdas memikirkan

1

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA


masalah keselamatan. Hanya saling menyalahkan, tak mau belajar dari
kesalahan. Data statitstik menunjukan bahwa ternyata korban kecelakaan
lalu lintas lebih besar dari korban perang, bahkan lebih besar dari korban
flu burung, AIDS, Sars dan wabah penyakit lainya, tapi mengapa tidak
dianggap menakutkan dan dianggap biasa-biasa saja. Mungkin juga kita
terlalu pasrah dan semua ini takdir atau nasib, sudah garis tangan, Tuhan
menghendaki demikian. Tuhanpun dalam masalah kecelakaan diikutikutkan. Kita harus ingat yang bisa dikerjakan manusia tidak dikerjakan
oleh Tuhan. Setiap tahunya di Indonesia lebih dari sepuluh ribu jiwa mati
sia-sia di jalan raya, belum yang cacat, yang luka-luka, kerugian materil,
kerugian ekonomi dan sebagaianya.
Sering kita melihat para pengendara sepeda motor yang tidak
memakai helm atau mengendarai sepeda motor dengan helm biasa bukan
helem standar (SNI), atau membawa helm tetapi hanya digantung dimotor
atau di taruh di dengkul, seolah dengan membawa helm berarti sudah
memenuhi syarat aman berkendaraan. Ada juga yang membawa anak
kecil namun yang menggunakan helm hanya yang dewasa. Niat baik
orang tua menghibur anaknya keliling dengan sepeda motor kadang dapat
berakibat fatal karena ketidaktahuan atau kelalian orang tua. Tanpa sadar
dari keluarga telah memberikan edukasi yang keliru. Betapa seringnya

kalau kita amati di lingkungan sekolah Dasar atau SMP banyak orang tua
yang mengantar atau menjemput anaknya dengan sembarangan dan
mengabaikan faktor keselamatan. Di lingkungan pendidikanpun masalah
keselamatan berlalulinas ini sering diabaikan bahkan dianggap hal yang
tidak penting atau biasa-biasa saja.
Mencermati fenomena kemanusiaan yang terjadi jalan raya
khususnya bagi para generasi muda, hal ini merupakan suatu untaian
benang kusut yang perlu diketahui salah satu ujungnya untuk memulai
suatu pembenahan dengan metode dan strategi dari Kepolisian khusunya
pengemban fungsi lalu lintas dengan mengedepankan tindakan-tindakan
preemtif karena jika Kamseltibcarlantas dibangun dengan paksaan tentu
sifatnya hanya temporer dan sementara saja, sebatas kepura-puraan,

2

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

seremonial, karena ketakutan atau terpaksa oleh karena itu yang sangat
dibutuhkan adalah adanya kesadaran dari para pengguna jalan raya

karena dengan kesadaran maka semua yang dilakukan tentu adanya
ketulusan dan dilandasi oleh pengetahuan yang baik dan benar sedini
mungkin, yang semuanya ini dapat dimulai dengan adanya pendidikan
masyarakat tentang lalu lintas dari Kepolisian khususnya Satuan Lalu
lintas dalam program Dikmas lantas.
B.

Dasar
1.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209).

2.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3886)

3.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4168).

4.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437)

5.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025).

6.

Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman
dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat
Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.

3

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

7.

ST Kapolri Nomor : STR/499/III/2012 tanggal 9 Maret 2012
tentang Upaya Pencegahan Laka Lantas.

C.


Maksud dan Tujuan

1.

Maksud tulisan ini
a)

Bagi penulis, naskah karya perorangan ini berguna bagi
peningkatan wawasan Penulis dalam pelaksanaan tugas di
Satuan Lalu-lintas.

b)

Bagi Kepolisian, hasil naskah ini diharapkan memberikan
masukan dan evaluasi dalam operasional pelaksanaan tugas
Kepolisian khusunya dibidang Lalu lintas.

c)


Bagi

masyarakat,

naskah

ini

diharapkan

memberikan

sumbangan pemikiran konseptual dalam menumbuhkan
kesadaran akan mentaati semua peraturan yang ada demi
keselamatan di jalan raya.
2.

Tujuan Tulisan ini
a)


Untuk

mengetahui

tindakan

tepat

Kepolisian

dalam

mengurangi tingkat kecelakaan di jalan raya.
b)

Untuk mengetahui hubungan antara kesadaran pengendara
dalam mematuhi ketentuan yang berlaku di jalan raya
dengan tingkat keslamatan.

c)


Untuk mengetahui hubungan antara Kegiatan Dikmas lantas
dengan tingkat kecelakaan di Jalan raya.

D.

Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas,
maka rumusan masalah tulisan ini dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:

4

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA
a)

Adakah upaya dari Kepolisian yang dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat pengguna jalan raya untuk mematuhi


b)

ketentuan yang berlaku di jalan raya?
Apakah yang dimaksud dengan Dikmas lantas dan unsur-

c)

unsur apa saja yang terkait didalamnya?
Bagaimana pelaksanaan Dikmas lantas bagi masyarakat

d)

umum yang tidak terorganisir?
Bagaimana metode Dikmas Lantas yang digunakan bagi
pelajar?

E.

Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan

Penulis, maka naskah karya

perorangan ini dibatasi pada evaluasi program Dikmas Lantas
untuk membangun kesadaran masyarakat secara umun dan secara
khusus bagi para pelajar akan pentingnya mematuhi ketentuan
yang berlaku dijalan raya demi meningkatkan tingkat keselamatan
berlalulintas di jalan raya.
F.

Tata Urut
Polri memiliki berbagai program preemtif, preventif dan
penegakkan hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan
Kamtibmas. Dibidang lalu-lintas salah satu program preemtif adalah
Dikmas Lantas, yaitu program pendidikan masyarakat tentang lalu
lintas (Dikmas Lantas) guna meningkatkan kesadaran akan
keselamatan di jalan raya, program inilah yang akan diuraikan
dalam tulisan ini yang terdiri dari Bab I Pendahuluan, Bab II
Pembahasan dan Bab III Penutup.

5

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

BAB II
PEMBAHASAN
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah
suatu program/kebijakan ditetapkan. Parsons, Wayne, 2006 menyatakan
bahwa “implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengoperasikan sebuah program/kebijakan, ada tiga hal yang utama di
dalam proses implementasi suatu kebijakan yaitu ; 1) organisasi
(sumberdaya, unit-unit serta metode untuk menjadikan program berjalan),
2) Interpretasi (pemahaman dan penafsiran arah program), dan 3)
Penerapan (ketentuan rutin dari pelayanan yang disesuaikan dengan
tujuan kebijakan)”. Dalam melaksanakan program/kebijakan di bidang
Lalu lintas dalam rangka mengurangi tingkat kecelakaan dijalan raya
Satuan

Lalulintas

membutuhkan

metode-metode

tertentu

untuk

mengarahkan program tersebut sehingga dapat diterapkan dimasyarakat
sehingga tujuan program tersebut dapat tercapai secara utuh dan
berkesinambungan, yaitu mulai dari program Dikmas Lantas, penegakan
hukum lalu lintas, rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi. Jika setiap program ini memiliki keterkaitan
maka kebijakan dibidang lalu lintas harus diawali dengan pendidikan
kepada masyarakat tentang berlalu lintas (Dikmas Lantas) secara baik.
Prinsip pencegahan lebih baik dari pada mengobati juga relefan
dalam penerapan program untuk menekan tingkat kecelakaan di jalan
raya, oleh karena itu program-program preemtif seperti Dikmas Lantas
bagi Satuan Lalulintas perlu mendapat perhatian, karena dengan
pendidikan maka akan memberikan pemahaman dan kesadaran bagi
masyarakat. Pendidikan yang utama dan pertama untuk memanusiakan
manusia. Romo Mangun juga mengingatkan pada kita : "Pada
pendidikanlah tergantung masa depa bangsa". Demikian halnya dengan
keselamatan berlalu lintas ini juga harus dipahami melalui pendidkan atau
setidaknya selalu ada kampanye tentang keselamatan. Filsuf Berkeley

6

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

mengingatkan kita "esse est persipi, sesuatu itu ada karena di mengerti".
Bagaimana akan peka, akan peduli dan akan menindaklajuti kalau tidak
mengerti. Ini yang menjadi pemikiran utama dan prioritas pertama dalam
mewujudkanan memelihara kamseltibcarlantas. Karena tanpa adanya
edukasi, tanpa ada pengertian maka sesuatu itu tidak ada. Kalau
pengertianya hanya kewenangan, kekuasaan, pengeksploitasian maka
tiada lagi untuk kerelaan berkorban, semua pelayanan bukan untuk
kemanusiaan dan keselamatan tentu untuk uang, kesenangan bagi yang
berwenang dan berkuasa. Tentu sasaranya rakyat yang terus menerus
dibodoh-bodohi dan tentu akan tetap dibiarkan bodoh (Polisi Harapan dan
Kenyataan, Anton Tabah dan Kunarto, 1995).
Safety first, keselamatan yang utama. Pandai, kaya, mempunyai
jabatan tinggi, terhormat, terkenal kalau tidak selamat ya percuma.
Seorang suhu atau guru Silat mengatakan : "orang yang jagoan bukan
orang yang anti peluru, anti bacok, anti air keras, dan sebagianya tetapi
orang yang selamat". Maka kalau kita dalam menata lalu lintas tanpa
memikirkan keselamatan tentu juga akan sia-sia. Keselamatan adalah
bagian dari kemanusiaan, yang berarti juga sadar dan peduli akan aset
utama bangsa, penerus bangsa dan tentu citra dan nama baik bangsa.
Segala sesuatu yang dipaksakan tidak ada hasilnya, atau hasilnya
semu. Demikian halnya dengan Kamseltibcarlantas memaksakan atau
dibangun dengan paksaan tentu sifatnya hanya temporer dan sementara
saja, sebatas kepura-puraan, supervisial dan seremonial, mungkin juga
karena ketakutan atau terpaksa. Kesadaran merupakan kunci utama.
Dengan adanya kesadaran berarti bangun dari tidur dan tentu tidak
mabok, tidak terjebak, tidak terpedaya, tidak pula karena ketakutan atau
karena paksaan. Dengan kesadaran maka semua yang dilakukan tentu
adanya ketulusan dan kebersamaan tidak ada lagi yang saling menyebut
dirinya jagoan, tetapi kemitraan. Bermitra mencari akar masalah dan
solusinya. Irjen pol Ating Natadikusuma Kapolda Metro Jaya yang pertama
mengingatkan

:

"kewenangan

dan

kekuasaan

harus

dilandasi

pengetahuan, kalau salah orang menggunakan maka akan menjadi

7

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

kesewenag-wenagan dan tentu tidak dapat menolong orang yang lemah
dan benar". Hati nuranilah yang harus menjadi penjuru bagi para aparat
dan stakeholder di bidang lalu lintas sehingga kamseltibcarlantas bukan
barang yang instant tetapi merupakan proses kerja sama, kemitraan yang
harus terus ditumbuhkembangkan. Dimulai sejak usia dini, sebagai
bagaian pendidikan sepanjang hayat (long life education).
Masalah kamseltibcarlantas memang kompleks dan bukan hanya
tanggung jawab satu institusi saja. Para aparat dan stakeholder lainya
yang berkaitan dengan lalu lintas sering saling lempar dan saling tuding.
Hujat menghujat serang menyerang merupakan tindakan yang tidak
dewasa

bahkan

memalukan,

apalagi

berebut

kewenangan

dan

kekuasaan. Seorang pejabat di bidang keselamatan ternyata lebih senang
dan lebih bangga kalau membahas masalah kewenangan dibanding
masalah keselamatan. Misalnya masalah penegakan hukum yang seolaholah hanya untuk kewenangan saja dan mengabaikan unsur keselamatan,
edukasi maupun pencerahan. Masalah jalan yang tidak beres, masalah
angkutan umum yang tidak nyaman, pemeriksaan kendaraan yang
serampangan, sistem-sistem yang bekerja penuh dengan improvisasi. Hal
tersebut menunjukan bahwa kita belum memikirkan secara sungguhsungguh dan masih senang pada hal-hal yang sifatnya seremonial,
selesai upacara selesai pula programnya.
Kompleksitas persoalan di jalan raya memang bukan tanggung
jawab Kepolisian semata namun pada hakekatnya Polri didalam
perjalanan

sejarah

pengabdiannya

sejak

awal

kelahiran

dalam

melaksanakan tugas telah menerapkan metode dengan prinsip bahwa
"Mencegah lebih baik daripada mengobati" menyadari akan tanggung
jawabnya Polri didalam pengabdiannya lebih mengutamakan tindakan
pencegahan yang bersifat membimbing, mendorong, mengarahkan dan
menggerakan masyarakat agar terhindar dari segala perbuatan melawan
hukum. Adapun salah satu upaya Polri dalam melaksanakan kegiatan
tersebut adalah dengan menyelenggarakan pendidikan masyarakat
dibidang lalu-lintas (Dikmas Lantas), yang terdiri dari unsur-unsur :

8

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

1) Pendidikan.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam rangka mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Indonesia,
Badudu, JS dan Sutan, 2001).
2)

Masyarakat.
Pengertian masyarakat adalah pergaulan hidup manusia dan atau

sekelompok orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan
ikatan-ikatan aturan tertentu.
3) Lalu lintas jalan.
Adalah gerak pindah kendaraan, orang, dan hewan dengan atau
tanpa alat penggerak dari suatu tempat ke tempat lain dengan
penggunaan jalan sebagai ruang geraknya.
4) Dikmas bidang Lalu lintas.
Pendidikan masyarakat tentang lalu lintas disingkat Dikmas lantas
adalah segala kegiatan dan usaha untuk menumbuhkan pengertian,
dukungan dan pengikutsertaan masyarakat secara aktif dalam usaha
menciptakan keamanan ketertiban dan kelancaran lalu lintas melalui
proses pengajaran dan pelatihan.
Sasaran pendidikan masyarakat di bidang lalu-lintas yakni terhadap
individu

dan

kelompok

yang

cenderung

menyimpang

atau

tidak

bertanggung jawab di jalan raya, namun pelaksanaan Dikmas lantas
meliputi seluruh lapisan masyarakat, yang terdiri dari 2 (dua) golongan
masyarakat yaitu terhadap

masyarakat

yang

tidak

terorganisir

(Masyarakat umum) dan terhadap masyarakat terorganisir (Pelajar).
Terhadap masyarakat yang tidak terorganisir atau masyarakat umum tidak
memiliki suatu karakteristik yang sama oleh karena itu perlu ditetapkan
suatu sasaran dan tujuan yang diharapkan tercapai dalam kegiatan
Dikmas Lantas ini, seperti :
1)

Mencegah,

menghapuskan

atau

memulihkan

sesuatu

yang

merupakan ancaman, gangguan, pelanggaran dan kecelakaan lalu-

9

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

lintas.
2)

Pencegahan terhadap faktor-faktor yang cepat dan timbulnya hal-hal
yang melanggar hukum di jalan raya atau mencegah masyarakat
agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang melanggar hukum di
jalan raya.

3)

Meningkatkan (promoting) ketaatan masyarakat terhadap hal-hal
yang bersifat pelanggaran lalu-lintas.

Bagi masyarakat umum, program Dikmas lantas ini adalah salah satu
program yang sifatnya reemtif edukasi, sehingga dalam kegiatan Dikmas
Lantas yang dilaksanakan adalah dengan komunikasi yang bersifat
informatif, persuasif melalui prosedur yang disebut atention action (wujud
perhatian), pemberitahuan, memberikan motivasi
untuk

menerima

penjelasan

dan

yaitu

mendorong

melakukan/mengaplikasikan

didalam kehidupan sehari-hari dan Dikmas lantas ini bersifat persuasif,
yaitu bersifat mengajak bukan memaksa.
Taktik dan Teknik Dikmas Lantas terhadap masyarakat

terorganisir

seperti Pelajar, Pramuka Saka Bhayangkara dan Patroli keamanan
sekolah (PKS) adalah dengan methode kegiatan pendidikan dan latihan,
yang bertujuan untuk meningkatkan keikutsertaan masyarakat khususnya
para pelajar dalam menciptakan Kamtibcar Lantas dan mengendalikan
potensi positif pelajar agar dapat membantu secara fisik pelaksanaan
tugas - tugas Polisi lalu-lintas. Sasaran yang diharapkan dalam Dikmas
lantas bagi pelajar ini adalah :
a)

Penguasaan peraturan - peraturan / Undang - undang Lalu-lintas.

b)

Kemampuan menjelaskan masalah lalu-lintas.

c)

Pemberian teladan dalam disiplin lalu-lintas

d)

Kemampuan

untuk membantu tugas - tugas

Polisi lalu-lintas

(Pengaturan, Penjagaan lalu-lintas).
Materi pendidikan dan latihan terhadap Saka Pramuka Bhayangkara
misalnya

adalah

disamping

materi

tentang

kepramukaan

juga

ditumbuhkan kecintaan terhadap Kamseltibcarlantas serta peran Pramuka
Saka Bhayangkara sebagai wadah partisipasi dikalangan Pramuka

10

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

sebagai unsur bantuan didalam menunjang tugas - tugas Polisi lalu-lintas
bila sewaktu - waktu diperlukan. Secara periodek dan terprogram perlu
dilakukan pembinaan kemampuan bagi Pramuka Saka Bhayangkara
melalui pendidikan dan latihan dengan tujuan ; (a)
memelihara kesadaran berlalu lintas; (b)

Menanamkan

dan

Kemampuan mengatur lalu-

lintas; (c) Menangani sementara di TKP kecelakan lalu-lintas.
Kelompok pelajar terorganisir lainnya yaitu Patroli Keamanan
Sekolah (PKS) diberikan peran untuk menanamkan kebiasaan bagi para
pelajar agar sejak duduk di bangku sekolah telah mengenal dan
memahami ; (a) Dasar-dasar lalu-lintas, (b)
yang baik dan benar di jalan umum, (c)

Cara -cara bertingkah laku
Memupuk disiplin pribadi, (d)

Mampu mengatur lalu-lintas penyebrangan di jalan umum
sekolahnya, serta (e)

sekitar

Memiliki rasa tanggung jawab.

Program Dikmas Lantas mungkin tidak sepopuler program-program
lainnya seperti program dibidang penegakan hukum lalu lintas, rekayasa
lalu lintas, registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,
namun untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan
kelancaran lalulintas (Kamseltibmas Lantas) tentu harus dimulai dari
adanya upaya memberikan pendidikan yang baik kepada masyarakat
sehingga menumbuhkan adanya pemahaman yang baik dan benar
sehingga membangun kesadaran akan keselamatan di jalan raya bagi
masyarakat, baik masyarakat yang tidak terorganisir (masyarakat umum)
dan terlebih bagi masyarakat terorganisir (Pelajar) sehingga dari
kelompok-kelompok yang memperoleh pembinaan dan pendidikan dari
kegiatan Dikmas lantas tersebut maka lahirlah para pelopor-pelopor
keselamatan dijalan raya, baik bagi diri mereka sendiri dan juga bagi
orang lain, serta kelompok-kelompok binaan ini dapat menjadi mitra Polri
dalam mensosialisasikan etika berlalulintas yang berorientasi pada
keselamatan bagi masyarakat di lingkungan mereka.
Tujuan utama Dikmas Lantas ini adalah meningkatkan ketaatan
dan kesadaran masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat pelanggaran
lalu-lintas agar terhindar dari ancaman kecelakaan lalu-lintas dengan

11

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

memberikan pendidikan sedini mungkin bagi para pengguna jalan,
sehingga tidaklah salah jika kelompok-kelompok yang harus menjadi
sasaran utama kegiatan Dikmas Lantas adalah para pelajar karena
mereka sangat rentan menjadi korban kecelakaan sekaligus menjadi
pelaku pelanggaran hukum di jalan raya. Dengan adanya kesadaran maka
semua yang dilakukan merupakan ketulusan yang keluar dari hati dan
bukan karena paksaan, sehinnga masing-masing pihak baik dari
Kepolisian maupun masyarakat khusunya pelajar menjadi mitra untuk
mencari

solusi

untuk

meningkatkan

kesadaran

akan

pentingnya

keslamatan di jalan raya. Hati nuranilah yang harus menjadi penjuru bagai
para aparat dan stakeholder di bidang lalu-lintas lainnya sehingga
Kamseltibcarlantas bukan barang instant tetapi merupakan proses kerja
sama, kemitraan yang harus terus ditumbuhkembangkan. Dimulai sejak
usia dini, dan terus berlanjut sebagai bagian dari pendidikan masyarakat
dibidang lalu-lintas sepanjang hayat.

12

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
1)

Adapun salah satu upaya Polri dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat agar terhindar dari segala perbuatan
melawan hukum demi keselamatan dijalan raya adalah
dengan

menyelenggarakan

"Pendidikan

masyarakat

dibidang lalu-lintas"
2)

Pendidikan masyarakat tentang lalu lintas disingkat Dikmas
lantas

adalah

segala

kegiatan

dan

usaha

untuk

menumbuhkan pengertian, dukungan dan pengikutsertaan
masyarakat

secara

aktif

dalam

usaha

menciptakan

keamanan ketertiban dan kelancaran lalu lintas melalui
proses pengajaran dan pelatihan.
3)

Kegiatan Dikmas Lantas teridiri dari : a) Mencegah,
menghapuskan atau memulihkan sesuatu yang merupakan
ancaman, gangguan, pelanggaran dan kecelakaan lalulintas, b)Pencegahan terhadap faktor-faktor yang cepat dan
timbulnya hal-hal yang melanggar hukum di jalan raya atau
mencegah masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh
hal-hal

yang

melanggar

hukum

di

jalan

raya,

c)

Meningkatkan (promoting) ketaatan masyarakat terhadap
hal-hal yang bersifat pelanggaran lalu-lintas.
4)

Kesadaran

akan

keselamatan

di

Jalan

raya

harus

ditanamkan sedini mungkin bagi para pelajar karena mereka
sangat rentan menjadi korban kecelakaan sekaligus menjadi
pelaku pelanggaran hukum di jalan raya.
B.

Saran dan Rekomendasi

13

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

1)

Tingkatkan terus berbagai upaya preemtif, preventif dan
penegakkan hukum Lantas dalam rangka cegah dan
penanggulangan laka lantas dengan korban fatal yang terus
meningkat.

2)

Dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat (Dikmas
lantas) harus dilakukan sidini mungkin sehingga tumbuh
kesadaran dari Masyarakat dan sebagai anggota Polri kita
tidak

boleh

sebatas

bicara

tetapi

juga

memberikan

pengajaran dengan menjadi teladan di jalan raya, serta
memberikan tindakan tegas terhadap setiap pelanggaran
yang ditemui.
3)

Meningkatkan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran
bagi masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran hukum
di jalan raya sehingga bersama-sama mencari solusi agar
angka kecelakaan di jalan raya semakin berkurang.

4)

Perlu ada pola prioritas dalam kegiatan Dikmas Lantas
dengan

menciptakan

pilot

projek

(percontohan)

tertib

berlalulintas bagi para pelajar, mulai dari TK, SD, SMP
maupun SMA dengan membentuk kelompok-kelompok
binaan seperti Saka Bhayangkara, PKS, Kamra lantas dan
lain sebagianya.

14

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Daftar Pustaka
Badudu, JS dan Sutan, 2001; Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Pustaka sinar harapan. Jakarta
Berkeley, George, 1707; Philosiphical Commentaries or Common.
Place Book.
Mangunwijaya, YB, 1998; Menuju Indonesia serba Baru, Erlangga,
Jakarta.
Parsons, Wayne, 2006. Public Policy. Pengantar Teori dan Praktek
Analisis Kebijakan. Kencana, Jakarta.
Tabah, Anton dan Kunarto; 1995, Polisi Harapan Dan Kenyataan.
CV Sahabat, Klaten.
Dokumen-Dokumen
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209).
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3886).
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4168).
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437).
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5025).
Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pedoman dasar
Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam
Penyelenggaraan Tugas Polri.
ST Kapolri Nomor : STR/499/III/2012 tanggal 9 Maret 2012 tentang
Upaya Pencegahan Laka Lantas.

15

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

Program Kerja Sat Lantas Polres Kupang Tahun 2012.

16

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

NASKAH KARYA PERORANGAN
MEMBANGUN KESADARAN AKAN KESELAMATAN
DI JALAN RAYA BAGI PELAJAR MELALUI PROGRAM
PENDIDIKAN MASYARAKAT LALU LINTAS
(DIKMAS LANTAS)

Oleh :
ADIT PRIYANTO, AMd. IK. SH
IPTU NRP 86042016

POLRES KUPANG
POLDA NUSA TENGGARA TIMUR

17

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI
SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

2013

18