UJI KORELASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUK RUAN

Uji Korelasi Pengunaan Lahan Untuk Ruang Terbuka Hijau dan
Pengaruhnya Terhadap Suhu Di Kota Malang
Nurul Inaayah Maulidah1
1

Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan Inaayahn@gmail.com

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota – Universitas Pasundan Bandung.
Jl. Dr. Setiabudi. No. 193, Kota Bandung.

I.

Pendahuluan
Banyaknya lahan terbangun dan kurangnya RTH di perkotaan
menyebabkan terjadinya perubahan iklim mikro perkotaan. Hal ini
menyebabkan ketidaknyamanan bagi penduduknya, terutama untuk
penduduk yang beraktivitas diluar ruangan. Tingkat ketidaknyamanan iklim
mikro di kawasan perkotaan pada akhirnya juga akan berpengaruh terhadap
penurunan produktifitas dari aktivitas masyarakat perkotaan, oleh karena itu
keberadaaan Ruang Terbuka Hijau dalam suatu kawasan perkotaan
sangatlah penting untuk dipertimbangkan agar dapat berfungsi sebagai

penjaga iklim mikro yang sejuk dan nyaman.
Kota merupakan salah satu tempat yang dalam perkembangannya
relatif lebih cepat daripada desa. Perkembangan ini didukung oleh beberapa
faktor pendukung seperti penyediaan fasilitas umum, sarana dan prasarana
yang lainnya. Dengan adanya beberapa faktor ini menjadikan wilayah
perkotaan menjadi sangat padat penduduknya. Pertambahan ini tidak
diimbangi dengan pertambahan fasilitas umum, sarana dan prasarana
sehingga pada wilayah perkotaan muncul ketidakseimbangan antara jumlah
penduduk dengan fasilitas umum, sarana dan prasarana dan daya dukung
lingkungan.

Selain penyediaan fasilitas umum, sarana dan prasarana faktor
pendukung lain yang menyebabkan padatnya penduduk di wilayah
perkotaan merupakan pusat
barang dan jasa. Pada saat ini wilayah perkotaan menjadi wilayah tujuan
dari pengembangan bisnis bagi pengusaha untuk mengembangkan
bisnisnya. Salah satu bentuk dari pengembangan bisnis di wilayah
perkotaan ini berupa pembangunan-pembangunan ruko, pasar, mall,
swalayan sehingga wilayah perkotaan dapat dikatakan sebagai mesin
pertumbuhan bagi para pengusaha (Inoguchi, 2003:37).


Iklim perkotaan yang merupakan hasil dari interaksi banyak faktor
alami dan antropogenik. Polusi udara, material permukaan perkotaan, emisi
panas anthropogenik, bersama-sama dengan faktor alam menyebabkan
perbedaan iklim antara kota dan area non kota. Iklim suatu kota dikendalikan
oleh banyak faktor alam, baik pada skala makro (seperti garis lintang) maupun
pada skala meso (seperti topografi, badan air). Dalam beberapa kajian diperoleh
gambaran bahwa tata guna lahan, jumlah penduduk, aktivitas industri dan
transportasi, serta ukuran dan struktur kotaadalah faktor-faktor yang terus
berkembang dan mempengaruhi iklim perkotaan.
Hasil penelitian Effendy (2007) mengungkapkan kaitan RTH dengan suhu
udara perkotaan di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi diperoleh dalam
bentuk hubungan non-linier yang menggambarkan bahwa RTH mampu
meredam suhu udara perkotaan ketika keberadaannya sebesar 28% lebih.
Pengurangan RTH berakibat pada laju peningkatan suhu udara mikro yang
lebih besar di wilayah kota dibandingkan wilayah kabupaten, baik di Bogor,
Tangerang maupun Bekasi yang memiliki wilayah kota dan kabupaten.

Peran RTH dalam penurunan iklim mikro perkotaan diperoleh pada
proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan. Irwan (2005) menguraikan


bahwa kehadiran tumbuhan atau vegetasi sangat diperlukan diperkotaan
mengingat tumbuhan hijau akan menjaring CO2 dan melepas O2 kembali
keudara melalui proses fotosintesis tumbuhan yang terjadi apabila ada sinar
matahari dan dibantu oleh enzim, yaitu suatu proses dimana zat-zat anorganik
H 2O dan CO 2 oleh klorofil diubah menjadi zat organik, karbohidrat serta O2.
Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi ini mempersenyawakan sekitar
150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hydrogen dengan membebaskan
400.000 juta ton oksigen keatmosfir, serta menghasilkan 450.000 juta ton zatzat organik. Setiap jam 1ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang
ekuivalen dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang
dalam waktu yang sama.

II.

Teori
a. Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam
kaitannyadengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra.
Penggunaan lahan telah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan,
sehingga tidak ada satu defenisi yang benar-benar tepat di dalam keseluruhan

konteks yang berbeda. Hal ini mungkin, misalnya melihat penggunaan lahan
dari sudut pandang kemampuan lahan dengan jalan mengevaluasi lahan dalam
hubungannya dengan bermacam-macam karakteristik alami yang disebutkan
diatas. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan
tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan persawahan. Penggunaan lahan
juga merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi
kebutuhan

manusia

dalam

penyelenggaraan

kehidupannya.

Pengertian

penggunaan lahan biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini
(present or current land use). Oleh karena aktivitas manusia di bumi bersifat

dinamis, maka perhatian sering ditujukan pada perubahan penggunaan lahan
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

b. Ruang Terbuka Hijau
Ruang

terbuka

hijau

adalah

area

memanjang/jalur

dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

c. Suhu
Suhu adalah besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat.
Ada beberapa faktor yang dapat mempegaruhi temperatur suhu diantaranya :
Sudut Datangnya Sinar Matahari, Tinggi Rendahnya Tempat, Angin dan Arus
Laut,

Lamanya Penyinaran, dan Awan. Suatu wilayah dengan banyak

pepohonan akan membuat suatu tempat menjadi sejuk.
d. Profil Kota Malang
Kota Malang merupakan salah satu Kota terbesar kedua di Jawa
Timur setelah Surabaya. Pada tahun 2011 perkembangan penduduk di
Kota Malang mencapai 894.653 jiwa (BPS, 2012). Menurut Data Badan
Pusat Statistik Kota Malang 2006-2012, menjelaskan bahwa setiap
tahunnya jumlah penduduk di Kota Malang semakin meningkat .
Peningkatan penduduk yang terjadi di Kota Malang secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap keberadaan RTH di Kota Malang.
Sebab, pertambahan penduduk akan berbanding lurus dengan kebutuhan
tempat tinggal. Semakin banyak penduduk yang berada di suatu Kota
maka kebutuhan lahan untuk tempat tinggal juga akan semakin

meningkat. Berkaitan dengan berkurangnya RTH yang berada di Kota
Malang akan berdampak pada kenaikan suhu di Kota Malang.
Keterkaitan antara RTH dengan kenaikan suhu yaitu pada RTH akan
tersedia banyak tumbuhan yang dapat menyerap karbondioksida (CO2)
(Anshori, 2008:14). Dengan memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
luas maka akan sangat berpengaruh positif terhadap kesejukan bagi suatu
tempat.

e. Suhu di Kota Malang

Pengukuran suhu udara yang dimulai mulai dari pukul 06.0018.00, diketahui bahwa suhu udara maksimal terjadi pada pukul 14.00
dan minimum pada pukul 06.00. Suhu rata-rata pada pukul 14.00
0

sebesar 31.5 C. Sedangkan pada pukul 06.00 suhu rata-rata sebesar
0

21.4 C. Suhu maksimal pada pukul 14.00 dan suhu minimum terjadi
pada pukul 06.00 sesuai dengan pendapat Sudjono dalam tauhid (2008)
yang menyatakan bahwa suhu maksimal udara terjadi pada pukul

13.00-14.00 (jam lokal) dan mencapai titik maksimum pada pukul
05.00-06.00 (jam lokal).
Kondisi kenaikan suhu yang dimulai dari pukul 12.00-14.00
kemudian mengalami penurunan hingga pukul 18.00 ini berkaitan
radiasi matahari yang dipancarkan ke permukaan bumi. Pada pukul
12.00-14.00 radiasi yang dipancarkan matahari mendekati garis tegak
lurus dengan permukaan bumi.
Menurut Tjasyono (2004) fenomena suhu yang sangat tinggi ketika
tengah hari bersifat menyeluruh di seluruh permukaan bumi yang utamanya
berada di sekitar khatulistiwa. Pada kawasan perkotaan cenderung lebih
tinggi dibandingan sub urban. Hal ini dikarenakan adanya geliat aktifitas
kota dan beberapa sumber panas yang dapat memicu peningkatan suhu udara
kota seperti mobilitas kendaraan, aktifitas industri, rumah tangga dan
berbagai aktifitas yang melibatkan pembakaran bahan fosil.
Kondisi suhu udara di Kota Malang setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Pada tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010 masing-masing
0

0


0

0

memiliki suhu rata-rata sebesar 23.2 C, 23.6 C , 22.2 C dan 23.9 C (BPS,

0

2008-2010). Pada tahun 2011-2012 suhu maksimum yaitu 30.9 C dan 32.6

0

C (Sumarmi, 2012). Berdasarkan grafik suhu rata-rata harian di Kota Malang
yang diukur selama 2 hari di 30 titik sampel pengamatan dengan pengukuran
mulai pukul 06.00-18.00 dengan rentangan waktu pengukuran selama 2 jam
0

sekali diperoleh suhu rata-rata di Kota Malang sebesar 27.9 C. Peningkatan
suhu di Kota Malang yang setiap tahunnya tidak hanya disebabkan oleh
mobilitas kendaraan dan adanya aktifitas lain yang melibatkan pembakaran

fosil melainkan juga disebabkan oleh berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di
setiap tahunnya. Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2011 terjadi
ketidakseimbangan lahan terbangun dan tidak terbangun. Untuk lahan yang
terbangun sebesar 7.058.84 Ha sedangkan yang tidak terbangun 1.394.44 Ha
(BPS, 2012).
Pada tahun 2012 persentase RTH di Kota Malang hanya sebesar 18.14%
dengan luas 1.752.15 Ha. Pada pengelolahan RTH Kota yang baik luas RTH
minimal yaitu 30% dari luas kota keseluruhan. Rincian RTH kota Malang
yang hanya mencapai 18.14% tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu
Hutan Kota 0.35%, Taman 1.82%, Lapangan 0.61%, Makam 0.98%, Jalur
Hijau Jalan 2.26%, Sempadam SUTT 0.26%, Sempadan Sungai 11.41% dan
Sempadan Rel KA 0.45%. (DKP, 2012)
Pada pengukuran yang dilakukan di 30 titik sampel pengamatan di Kota
Malang dapat diketahui bahwa suhu terendah berada di Taman Slamet yaitu
0

26,7 C. Taman
Slamet memiliki jumlah tanaman sebanyak 15 pohon dengan 7 perdu dengan
2


luas pengamatan seluas 100 M . Pada Taman Slamet penutup permukaan
yang tertutup rumput di bawah kanopi pohon sebesar 80% sehingga dengan
jumlah pohon dan perdu yang lebih banyak dan penutup permukaan tertutup

2

rumput di bawah kanopi pohon seluas 80% dari 100 M menyebabkan suhu
di Taman Slamet paling rendah. Dari hasil pengukuran tersebut dapat
diketahui bahwa terdapat hubungan antara Ruang Terbuka Hijau dengan
suhu.
Adanya hubungan Kondisi Ruang Terbuka Hijau yang baik yang berada
di Taman Slamet dengan dengan penurunan suhu udara disekitar Ruang
Terbuka Hijau dikarenakan adanya proses fisiologis tumbuhan yang berupa
transpirasi. Menurut Lakitan (1997) meyatakan bahwa dengan adanya
vegetasi yang banyak maka sistem tajuk vegetasi akan memacu untuk
meningkatkan laju transpirasinya (terutama untuk menjaga stabilitas suhu
tumbuhan). Pada proses tranpirasi ini tumbuhan akan menggunakan sebagian
besar air yang berhasil diserap dari tanah. Setiap gram air yang diuapkan
akan menggunakan energi sebesar 580 kalori. Karena besarnya energi yang
digunakan untuk menguapkan air pada proses transpirasi ini, maka hanya
sedikit panas yang tersisa yang akan dipancarkan ke udara sekitarnya. Hal
inilah yang menyebabkan adanya pengaruh vegetasi terhadap suhu udara.
Selain itu, jenis tanaman juga berpengaruh terhadap suhu. Pengaruh jenis
tanaman terhadap suhu disebabkan karena setiap jenis tanaman mempunyai
tingkatan yang berbeda-beda terhadap penyerapan CO2 . Jenis tanaman yang
terletak di Taman Slamet termasuk dalam tingkatan jenis tanaman yang baik
dalam penyerapan CO2. Jenis tanaman di Taman Slamet antara lain beringin
(Ficus Benjamina), mangga (mangifera indica), angsana (pterocarpus
indicus). Selain mampu menyerap CO2 yang baik tanaman tersebut mampu

menghasilkan O2 dan H2O dalam jumlah yang besar (Dephut, 2007)

Adanya Ruang Terbuka Hijau juga erat kaitannya dengan banyaknya
pohon yang rindang. Semakin banyak jumlah pohon yang rindang dalam
suatu wilayah maka kualitas RTH nya akan baik (Prasetya, 2012). Dengan
kondisi Ruang Terbuka Hijua yang baik maka suhu udara yang berada di
tempat tersebut akan lebih terasa dingin. Hal ini dikarenakan tanaman
mampu menyerap energi sinar matahari dan mampu
menyerap CO2. Oleh karena, dengan jumlah tanaman yang banyak dan
rindang mampu menyerap energi sinar matahari dan menyerap CO2 maka
suhu udara di Taman Slamet rendah.
Suhu rata-rata tertinggi pada pengukuran yang dilakukan selama 2 hari
yaitu berada di Lapangan Gajayana. Hal ini disebabkan di Lapangan
Gajayana penutup lahan 100% berupa rumput sehingga tidak ada vegetasi
yang berupa pohon yang dapat menyerap sinar matahari. Kondisi Ruang
Terbuka Hijau yang kurang baik pada lokasi ini menyebabkan terjadinya
peningkatan suhu. Pada siang hari di lokasi ini udara sangat tinggi sehingga
udara panas dan pada malam hari suhu masih tetap tinggi. Penyebabnya
dikarenakan pada kawasan ini tidak ada vegetasi yang dapat menyerap panas
sehingga Lapangan Gajayana mengalami panas sepanjang hari. Dari hasil
pengukuran suhu yang dimulai pukul 06.00-18.00 menunjukkan terjadi
peningkatan suhu dan penurunan suhu. Terjadinya peningkatan suhu berada
pada kisaran pukul 06.00-14.00 sedangkan penurunan suhu berada pada
kisaran pukul 14.00-18.00. Peningkatan dan penurunan suhu yang terjadi
pada pukul tersebut karena dipengaruhi oleh radiasi matahari yang
dipancarkan ke permukaan bumi.

f. Kondisi Kelembapan Udara di Kota Malang
Kondisi rata-rata kelembapan udara di Kota Malang pada pengukuran
yang dilakukan selama 2 hari diketahui sebesar 47%. Berdasarkan grafik
pengukuran rata-rata kelembapan diperoleh data kelembapan tertinggi berada
di Taman Slamet yaitu sebesar 55%. Kelembapan terendah yaitu berada di
Lapangan rampal yaitu sebesar 41%. Perbedaan kelembapan tertinggi dengan
terendah pada pengukuran rata-rata ini sebesar 14%. Taman Slamet memiliki
kelembapan yang tinggi disebabkan pada lokasi ini memiliki kondisi RTH
2

yang rapat. Dari 100 M luas pengamatan jumlah pohon dan perdu di lokasi
ini masing-masing berjumlah 15 pohon dan 7 perdu, dan penutup permukaan
tertutup rumput di bawah kanopi pohon sebesar 80%. Kondisi RTH pada
Taman Slamet berbeda dengan di hutan Malabar. Pada luas pengamatan yang
2

sama seluas 100 M di hutan Malabar hanya terdapat 16 pohon dan 5 perdu.
Selain itu, luas penutup permukaan di hutan Malabar yang tertutup rumput
dibawah kanopi pohon hanya 75,4% sedangkan di Taman Slamet sebesar
80%. Perbedaan jumlah vegetasi dan penutup permukaan di bawah kanopi
pohon ini yang menyebabkan kelembapan udara yang berada di Taman
Slamet lebih tinggi daripada di Hutan Malabar. Hal ini terjadi karena dengan
rapatnya jumlah pohon maka dapat menyerap radiasi matahari dan
menghasilkan H2O. Dari hasil Peningkatan H2O dan penyerapan CO2 ini
yang mempengaruhi peningkatan kelembapan udara (Tauhid, 2008).
Faktor lain yang menyebabkan di Taman Slamet memiliki kelembapan
yang lebih tinggi dibandingan Hutan Malabar dikarenakan Hutan Malabar
dipengaruhi oleh aktivitas kendaraan bermotor yang relatif ramai sehingga
berpengaruh terhadap penurunan kelembapan udara di lokasi ini. Jenis
tanaman yang berada di Taman Slamet seluas pengamatan yaitu beringin

(Ficus Benjamina), mangga (mangifera indica), angsana (pterocarpus
indicus) yang mana pohon ini dapat menyerap CO2 lebih baik daripada jenis

pohon yang berada di hutan malabar yaitu Jati (tectona Sp), belimbing dan
flamboyant (delonix regia) (Dephut, 2007)
Kelembapan terendah rata-rata yaitu berada di Lapangan rampal.
Rendahnya kelembapan di Lapangan rampal disebabkan oleh kondisi RTH
2

pada lokasi ini hanya berupa rumput seluas 100 M . Rumput merupakan
struktur vegetasi yang biasa digunakan sebagai penutup permukaan tanah.
Jika dibandingkan dengan struktur vegetasi yang lainnya, manfaat rumput
sebagai pereduksi suhu termasuk dalam kategori yang paling kecil yang
dapat mereduksi suhu. Oleh karena, rumput merupakan pereduksi suhu yang
paling kecil maka hal ini berpengaruh terhadap kelembapan. Dengan kondisi
RTH yang hanya berupa rumput dan dibandingkan dengan lokasi lain yang
memiliki jumlah pohon dan perdu sekaligus penutup permukaan di bawah
kanopi pohon Lapangan Rampal memiliki kelembapan yang
relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Perbedaan tingkat
kelembapan antara Lapangan Rampal dengan Lapangan Gajayana yaitu
disebabkan karena adanya pengaruh campur tangan manusia. Pada lokasi di
Lapangan Gajayana pada siang hari dilakukan penyiraman di area Lapangan.
Akibatnya tanah di Lapangan Gajayana akan lebih banyak menyerap air
daripada di Lapangan Rampal
Dari hasil pengukuran kelembapan yang dimulai pukul 06.00-18.00
menunjukkan terjadi peningkatan dan penurunan kelembapan. Terjadinya
peningkatan kelembapan berada pada kisaran pukul 14.00-18.00 sedangkan
penurunan kelembapan berada pada kisaran pukul 06.00-14.00. Peningkatan

dan penurunan kelembapan yang terjadi pada pukul tersebut karena
dipengaruhi oleh radiasi matahari yang dipancarkan ke permukaan bumi.
Dengan demikian terdapat hubungan antara kondisi RTH terhadap suhu
udara di Kota Malang. Semakin rapat kondisi RTH maka semakin rendah
suhu udara. Kondisi digambarkan dengan kerapatan vegetasi dan penutup
kanopinya. Semakin rapat vegetasi dan semakin luas penutup kanopinya
maka semakin rendah suhu udaranya. Rata-rata Suhu udara terendah pada 30
0

titik sampel pengukuran berada di Taman Slamet yaitu sebesar 26.7 C.
sedangkan rata-rata suhu udara tertinggi berada di Lapangan Gajayana
0

sebesar 28.7 C. Dan juga hubungan antara kondisi RTH terhadap
kelembapan udara di Kota Malang. Semakin rapat kondisi RTH maka
semakin tinggi pula kelembapan udara sehingga untuk menjaga agar
kelembapan tetap baik maka harus menjaga kondisi RTH. Rata-rata
kelembapan tertinggi pada 30 titik sampel pengukuran berada di Taman
Slamet 55% sedangkan kelembapan terendah di Lapangan Rampal 41%.

G. Uji Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukan kuat/tidaknya hubungan

linier antar dua variabel. Koefisien korelasi biasa dilambangkan dengan
huruf r dimana nilai r dapat bervariasi dari -1 sampai +1. Nilai r yang
mendekati -1 atau +1 menunjukan hubungan yang kuat antara dua variabel
tersebut dan nilai r yang mendekati 0 mengindikasikan lemahnya hubungan
antara dua variabel tersebut. Sedangkan tanda + (positif) dan – (negatif)
memberikan informasi mengenai arah hubungan antara dua variabel tersebut.
Jika bernilai + (positif) maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan
yang searah. Dalam arti lain peningkatan X akan bersamaan dengan
peningkatan Y dan begitu juga sebaliknya. Jika bernilai – (negatif) artinya

korelasi antara kedua variabel tersebut bersifat berlawanan. Peningkatan nilai
X

akan

dibarengi

dengan

penurunan

Y.

Koefisien

korelasi

pearson atau Product Moment Coefficient of Correlation adalah nilai yang

menunjukan keeratan hubungan linier dua variabel dengan skala data interval
atau rasio. Rumus yang digunakan adalah

Koefisien

korelasi

rangking

Spearman atau Spearman

rank

correlation coeficient merupakan nilai yang menunjukan keeratan hubungan

linier

antara

dua

variabel

dengan

skala

data

ordinal. Koefisien

Spearman biasa dilambangkan dengan . Rumusnya yang digunakan adalah

Dimana

di=selisih

dari

pasangan

ke-i

atau

Xi



Yi

;

n = banyaknya pasangan rank. Jika variabel X dan Y independen maka nilai
r = 0, akan tetapi jika nilai r=0, X dan Y tidak selalu independen. Variabel X
dan Y hanya tidak berasosiasi.
Perlu diketahui bahwa hasil dari koefisien koefisien korelasi hanya bisa
digunakan sebagai indikasi awal dalam analisa. Nilai dari koefisien korelasi
tidak dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel X dan Y.
Untuk sampai pada adanya hubungnan sebab dan akibat diperlukan penelitian
yang lebih intensif atau dapat didasarkan pada teori yang ada dimana X
mempengaruhi Y atau Y yang mempengaruhi X. Selain itu, dalam
menganalisa hubungan antara X dan Y, tentunya harus didasarkan adanya

hubungan yang logis antara kedua variabel tersebut. Kita tidak bisa
sembarangan

mengukur

koefisien

korelasi

antara

dua

variabel.

Misalnya, variabel Y merupakan data mengenai banyaknya angka kecelakan
yang terjadi di Jakarta pada tahun 2013 dan variabel X adalah jumlah kasus
pencurian di Jakarta pada tahun 2013. Kemudian dihitung koefisien korelasi
antara variabel X dan Y, diperoleh hubunganya yang kuat antara kedua
variabel tersebut. Disini nilai koefisien korelasi yang didapat tentunya tidak
akan memiliki makna meskipun didapat nilai korelasi yang kuat karena secara
logis tingkat kecelakaan tidak memiliki hubungan dengan tingkat pencurian
yang ada.

H. Aplikasi Dalam SPSS
A. Signifikasi:
1.

Berkenaan dengan besaran angka, jika 0, maka artinya tidak ada korelasi

sama sekali dan jika korelasi 1 berarti korelasi sempurna, hal ini berarti bahwa
semakin mendekati 1 atau -1 maka hubungan dua variabel semakin kuat.
Sebaliknya, jika r (koefisien korelasi) mendekati 0 maka hubungan dua
variabel semakin lemah. Sebagai standarisasi, angka korelasi diatas 0,5
menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedangkan dibawah 0,5 korelasi
lemah.
2.

Selain besarnya korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada

penafsiran hasil. Tanda negatif (-) pada output menunjukkan adanya arahan
yang berlawanan, sedangkan tanda positif (+) pada output menunjukkan
adanya arahan yang sama.
B. Dasar Pengambilan Keputusan pada Uji Koef. Korelasi :
1.

Berdasarkan nilai signifikansi : Jika nilai signifikansi > dari 0,05,

maka kesimpulannya tidak terdapat korelasi, sedangkan jika < dari 0,05, maka
terdapat korelasi.

2.

Berdasarkan tanda bintang (*) yang diberikan SPSS. Jika terdapat

tanda bintang pada pearson correlation maka antara variabel yang dianalisis
terjadi korelasi, sebaliknya jika tidak terdapat tanda bintang pada pearson
correlation maka antara variabel yang dianalisis tidak terjadi korelasi.

Berikut merupakan langkah – langkah dalam menggunakan Uji Linearitas
pada SPSS, diantaranya :
a.

Buka SPSS

b.

Klik Variabel View, kemudian pada bagian Name tulis saja Motivasi,

kemudian di baris selanjutnya Hasil_Belajar, pada kolom Type ubah menjadi
Numeric
c.

Kemudian pindahkan ke bagian Data View dan lengkapi data seperti

gambar di bawah ini.

d.

Klik menu Analyze, kemudian pilih Correlate, dan klik Bivariate

e. Selanjutnya akan muncul kotak dengan nama Bivariate Correlations, masukkan
variabel Motivasi pemasukan dan kemacetan ke dalam kolom variables.
Pastikan kolom Correlation Coefficients sudah mencentang Pearson, kemudian
kolom Test Of Significance sudah mencentang Two Tailed. Dan Flag
significant correlation juga sudah dicentang.

f. Klik OK, maka akan keluar hasil sebagai berikut

Dalam pengambilan keputusan, dapat dilihat dari nilai siginifikansi dan nilai
Pearson pada Tabel Correlation. Maka dapat dilihat 2 pertimbangan :
a. Berdasarkan nilai signifikansi : dari output diatas, diketahui antara penggunaan
lahan dengan ruang terbuka hijau nilai signifikansi 0,427 > 0.05 yang berarti tidak
terdapat korelasi yang signifikan. Selanjutnya antara pengunaan lahan dengan
suhu nilai signifikansi 0,211 > 0,05 yang berarti tidak terdapat korelasi yang
signifikan. Terakhir antara ruang terbuka hijau dengan suhu 0,017 < 0.05 yang
berarti terdapat korelasi yang signifikan.
b. Melihat nilai Pearson Correlation : dari output diatas, diketahui bahwa Nilai
Pearson Correlation yang dihubungkan antara masing – masing variabel hanya
ruang terbuka hiaju dengan suhu yang mempunyai tanda bintang, ini berarti
terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.

Daftar Pustaka

http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikelAAB854200FE4D0214566D2C428CC8D5D. pdf
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/78934
http://www.penataanruang.com/ruang-terbuka-hijau.html
https://petatematikindo.wordpress.com/2013/01/06/penggunaan-lahan/
https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Fisika/Materi:Suhu
http://adha-westprog.blogspot.co.id/2012/10/goegrafi-faktor-yang-mempengaruhi.html

Dokumen yang terkait

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

GROUP POSITIVE PSYCHOTHERAPY UNTUK MENINGKATKAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING REMAJA DENGAN ORANG TUA TKI

2 103 9

PELATIHAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ORANG TUA KEPADA ANAK

8 135 22

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107