PERAN OMAH BACA KARUNG GONI DALAM MEWUJU

PERAN OMAH BACA KARUNG GONI DALAM MEWUJUDKAN
GENERASI PRESTATIF DAN INSPIRATIF MELALUI KOLABORASI
TAMAN BACA MASYARAKAT (TBM) SE-KABUPATEN SLEMAN

Disusun dalam Rangka Mengikuti Lomba Penulisan Artikel
Dies Perpustakaan Universitas Gadjah Mada yang ke-64

Disusun oleh :

JANU MUHAMMAD
Pustakawan Muda Omah Baca Karung Goni

TAMAN BACA MASYARAKAT - OMAH BACA KARUNG GONI
Dusun Ngemplak, RT 05 RW 32, Caturharjo, Sleman 55515
CP : 083840736186 ; FB : Gerakan Seribu Buku ; Twitter : @GMB1000Buku ;
Blog : www.gmb1000buku.blogspot.com
2015

0

PERAN OMAH BACA KARUNG GONI DALAM MEWUJUDKAN

GENERASI PRESTATIF DAN INSPIRATIF MELALUI KOLABORASI
TAMAN BACA MASYARAKAT (TBM) SE-KABUPATEN SLEMAN

A. Pendahuluan
Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia, baik yang berada di kotakota maupun yang tinggal di desa-desa. Dalam sistem pemerintahan di Indonesia
desa/kelurahan merupakan unit organisasi pemerintahan yang terendah dengan
jumlah penduduk yang cukup banyak dibandingkan daerah kota. Jumlah
penduduk pedesaan ini merupakan modal dasar pembangunan manusia. Pada
tahun 1980 misalnya, sekitar 78% penduduk Indonesia ada di pedesaan. Namun
kini situasinya berubah. Penduduk desa hampir tidak berubah banyak jumlahnya,
berfluktuasi di sekitar angka 120 juta jiwa. Sementara itu jumlah penduduk kota
meningkat empat kali lipat, dari 32,76 juta jiwa (tahun 1980) menjadi 123,12 juta
jiwa (tahun 2013). Saat ini jumlah penduduk kota dan desa hampir berimbang,
50,2% penduduk Indonesia ada di desa dan 49,8% penduduk ada di kota
(http://revolusidesa.com disitasi pada 18 Februari 2015). Artinya, banyak potensi
yang dikembangkan dari desa. Jika penduduk pedesaan ini dapat dibina dengan
sebaik-baiknva, maka diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia vang amat
potensial dalam pembangunan .
Pemerintah menetapkan kebijaksanaan khususnya dalam pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan dan informasi bagi semua masyarakat
Indonesia. Kebijakan itu berupa penyediaan perpustakaan desa atau lebih dikenal
dengan Taman Baca Masyarakat yang diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan
bangsa serta meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan. Pada tataran legalitas formal, status dan program pengembagan
perpustakaan secara umum di Indonesia tertuang dalam UU Nomor 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan. Begitu juga halnya dengan Perpustakaan Desa/
Kelurahan, lahirnya Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah

1

Nomor

3 Tahun 2001 Perpustakaan Desa/Kelurahan, di mana aspek-aspek

pengembangan perpustakaan dan kepustakawanan sudah dikaji dan diatur rapi
secara terperici dalam pasal-pasal perundang-undangan tersebut.
Sebagai bentuk respon terhadap amanat undang-undang tersebut, berbagai
pihak terutama yang terkait langsung dalam bidang pengembangan perpustakaan
telah berusaha untuk mengimplementasikan keputusan tersebut dengan berbagai

program

perpustakan

di

tingkat

desa/kelurahan.

Salah

satunya

adalah

pengembangan Omah Baca Karung Goni (OBKG), salah satu Taman Baca
Masyarakat (TBM) di Desa Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman,
DIY. OBKG berdiri sejak 19 Januari 2014 di Dusun Ngemplak, Caturharjo,
Sleman atas inisiasi Universitas Gadjah Mada. Tujuan didirikannya OBKG adalah

menjadi tempat belajar bersama anak-anak di Dusun Ngemplak melalui
aktualisasi diri dengan bakat dan minat yang dimiliki.
Sebagai media untuk mewujudkan generasi masa depan yang prestatif dan
inspiratif, OBKG mempunyai tantangan besar pada era saat ini yaitu adanya
generasi gadget. Tentu secara langsung maupun tidak langsung, adanya gadget
telah menurunkan minat baca masyarakat terhadap buku cetak. Tidak sedikit yang
akhirnya lebih gemar menggunakan gadget untuk social media seperti facebook,
line, twitter, dan lain sebagainya daripada datang ke perpustakaan secara
langsung. Untuk itu, diperlukan suatu penguatan untuk memaksimalkan peran
Omah Baca Karung Goni dalam mewujudkan generasi prestatif dan inspiratif
melalui kolaborasi aktif dengan jaringan Taman Baca Masyarakat Se-Kabupaten
Sleman.

B. Peran Perpustakaan dalam Pendidikan
Berkaitan dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, posisi
perpustakaan menjadi sangat strategis melayani kebutuhan manusia dalam belajar
sapanjang hayat sabagai proses pendidikan Nasiona l. Dalam UU no. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan secara jelas,
“pendidikan


diselenggarakan

sebagai

suatu

proses

bahwa

pembudayaan

dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat” (pasal 4 ayat 5).

2

Selain pendidikan praliterar (tanpa menggunakan media cetak) dan posliterar
(pendidikan yang menggunakan media elektronik), juga dikenal pendidikan

literature (yang menggunkan karya cetak terutama buku sebagai sarana
utamanya). Maka peran perpustakaan dalam merespon atas realitas perubahan
yang dialami oleh masyarakat sangat penting terutama kepada peserta didik yang
tidak mampu membeli buku. Harga buku yang tidak terjangkau oleh mayoritas
warga negara Indonesia akan menjadikan besarnya peluang perpustakaan untuk
memberikan pelayanan yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. Perpustakaan
sebagai unsur penunjang dalam mencapai visi dan misinya memiliki berbagai
fungsi, yaitu:
1. edukasi,
2. informasi,
3. riset,
4. rekreasi,
5. publikasi,
6. dan deposit.
Di samping keenam fungsi perpustakaan di atas, juga perpustakaan dapat
berperan sebagai fasilitas untuk melakukan: kontak dengan para jenius di berbagai
negara melalui buku, perantauan mental berbagai macam pemikiran dengan
perjalanan lewat bacaan, serta menambah berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan1. Salah satu yang dapat menghambat pemikiran di bumi ini adalah
“umat manusia hanya berada sedikit saja di atas tingkat hidup minimal; mereka

hampir-hampir tidak mampu untuk membeli buku dan membayar gaji guru.
Sedangkan pendidikan

tergantung pada unsur ini”2. Dengan demikian

perpustakaan menempati tempat yang sangat strategis dalam seluruh upaya
penguasaan dan pengembangan ilmu.

1

Porf. Dr. Anwar Arifin, Format Baru Pengelolaan Pendidikan Dalam UU Sisdiknas (no.
20 tahun 2003); Cet. II, Jakarta: Pustaka Indonesia, 2006, h. 134.
2
Jujun S. Suriasumanti, Ilmu dam Perspektif, Cet. XI, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1994, h.47

3

C. Omah Baca Karung Goni : Mewujudkan Generasi Prestatif dan Inspiratif
Menurut penelitian 75% pengetahuan seseorang didapat melalui indra mata

(termasuk membaca), 13% lewat telinga, dan hanya 12% melalui indra lainnya.3
Pengetahuan melalui indra mata, dapat diperoleh dengan mencari dan membaca
berbagai media cetak. Perpustakaan sebagai tempat pelestarian ilmu pengetahuan
berupa media cetak seperti buku. Buku sebagai media komunikasi antar manusia
yang berisi gagasan dan pesan yang dapat mempengaruhi kebanyakan
pembacanya. Buku dan media cetak lainya, memiliki kelebihan dibandingkan
dengan media lainnya (media elektronik), karena buku dapat dibaca kapan saja.
Perpustakaan desa atau lebih dikenal dengan Taman Baca Masyarakat
(TBM) adalah sebuah tempat yang didirikan dan dikelola baik oleh masyarakat
maupun pemerintah dalam rangka penyediaan akses layanan bahan bacaan bagi
masyarakat sekitar sebagai salah satu sarana utama dalam perwujudan konsep
pembelajaran sepanjang hayat untuk mendukung kualitas hidup masyarakat
sekitar TBM. Beberapa tujuan yang dicapai TBM berdasarkan Petunjuk Teknis
Program Penguatan Taman Baca Masyarakat tahun 2014 yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan keberaksaraan dan keterampilan membaca.
2. Menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca.
3. Membangun masyarakat membaca dan belajar.
4. Mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
5. Mewujudkan kualitas dan kemandirian masyarakat yang berpengetahuan,
berketerampilan, berbudaya maju dan beradab.

Omah Baca Karung Goni adalah salah satu perpustakaan desa yang
beralamat di Dusun Ngemplak RT 04 RW 32, Caturharjo, Sleman 55515. Secara
bahasa, Omah Baca adalah istilah peyebutan rumah baca sedangkan Karung Goni
adalah karung yang biasanya digunakan masyarakat Jawa zaman dahulu untuk
menyimpan hasil panen padi (berwarna coklat muda). Namun makna Karung
Goni di sini tidak lepas dari inisiator pendiri OBKG yaitu sivitas akademika
Universitas Gadjah Mada yang mempunyai almamater berwarna mirip karung
goni. Pada saat itu, tanggal 19 Januari 2014 dilaksanakanlah sebuah bakti sosial
oleh para mahasiswa asrama UGM di Dusun Ngemplak. Dusun ini dipilih setelah

4

beberapa kali survey dan mempertimbangkan perlunya upaya peningkatan
pendidikan dan kesejahteraan bagi dusun ini. Akhirnya dilaksanakanlah bakti
sosial yang terdiri dari : pengobatan gratis, bazar sembako dan pakaian, pentas
seni, serta pendirian Omah Baca Karung Goni. Kegiatan yang diketuai Yulika
Rinjani, mahasiswa FISIPOL UGM angkatan 2011 tersebut bekerja sama dengan
Ikatan Remaja Ngemplak (IRENG) yang memang sudah sejak lama memimpikan
pendirian rumah baca. Secara resmi OBKG dibuka oleh Bapak Sidik Pratomo,
ketua Forum Taman Baca Masyarakat se-Kabupaten Sleman. Turut hadir berbagai

perwakilan instansi setempat sampai Pemerintah Daerah Sleman. Pada saat itu
pula telah dilantik pustakawan muda yang diketuai oleh Janu Muhammad, salah
satu pemuda RT 05 Dusun Ngemplak.

Gambar 1. Suasana Setelah Peresmian OBKG 19 Januari 2014
Tujuan awal didirikannya OBKG itu sendiri adalah sebagai tempat belajar
anak-anak maupun orang dewasa di Dusun Ngemplak karena masih minimnya
minat baca masyarakat. Dari 6 RT yang ada, tidak lebih dari 3 orang setiap RT
yang dapat melanjutkan studi sampai bangku perkuliahan. Rata-rata berhenti
sampai di kelas 3 SMP dan setelah itu langsung bekerja sebagai petani atau
karyawan pabrik di utara dusun.
3

Porf. Dr. Anwar Arifin, Op. Cit . h. 129

5

Omah Baca Karung Goni berusaha untuk hadir di tengah masyarakat yang
haus akan ilmu, terutama masyarakat yang memerlukan bahan bacaan bagi putraputrinya. Penerima manfaat layanan OBKG pun tidak terbatas baik dalam
kelompok umur, jenis kelamin, pekerjaan, golongan; oleh karena itu sasaran

pembacanya tidak terbatas. Perpustakaan ini telah tergabung secara resmi dalam
jaringan Taman Baca Masyarakat se-Kabupaten Sleman maupun jaringan TBM
DIY. Sebagai sebuah taman baca, OBKG telah mempunyai struktur yang terdiri
dari ketua, sekretaris, bendahara, seksi pelayanan, seksi pengembangan, dan seksi
jaringan. OBKG berada dalam pengawasan Kantor Perpustakaan Sleman,
himpunan mahasiswa asrama UGM, dan Forum TBM Sleman.
Beberapa kegiatan awal setelah peresmian OBKG yaitu adanya pelatihan
kader perpustakaan yang dilaksanakan oleh Forum TBM DIY. Kegiatan pertama
dilaksanakan training penguatan peran pustakawan di hotel Ckra Kembang
Yogyakarta dilanjutkan training intensif di BPKB Bantul masih dalam tahun
2014. Khusus TBM Sleman sendiri juga diadakan training di Dinas Pendidikan
dan Olahraga Sleman selama 2 pertemuan. Ketiga kegiatan ini bertujuan untuk
memebri bekal bagi kader perpustakaan terkait dengan manajemen administrasi
peroustakaan dan penguatan dalam mengembangkan fungsi TBM.
Pasca pembekalan pustakawan, tibalah saatnya para kader pustakawan
untuk mengimplementasikan program yang direncanakan. Ada empat fokus utama
yang dilaksanakan Omah Baca Karung Goni yaitu :
1. Melakukan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung
2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan bahan koleksi pustaka dan
nonpustaka untuk TBM.
3. Meningkatkan program minat baca bagi masyarakat.
4. Melakukan sosialisasi dan publikasi program penyelenggaraan TBM di
masyarakat.
Pertama, melakukan pengelolaan sarana dan prasaran pendukung.
Beberapa sarana yang terdapat di OBKG yaitu : ruang baca seluas 4m x 8m,
rak buku, rak majalah, meja presensi dan peminjaman, dan tempat wudhu.
Pengelolaan sarana biasa dilakukan oleh petugas pada saat piket maupun

6

kerja bakti. Para pengunjung yang datang juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga segala fasilitas yang ada. Kedua, melakukan pengelolaan dan
pengembangan bahan koleksi pustaka dan nonpustaka untuk TBM. Pada
bulan pertama Januari 2014 OBKG mendapat pinjaman 100 eksemplar buku
dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Sleman atas kerja sama yang terbentuk.
Selain itu, berkat jaringan dari TBM se-Sleman, juga mendapatkan beberapa
tambahan koleksi pustaka. Dari Disdikpora Sleman pun memebrikan bantuan
buku serta rak buku. Kemudian pekerjaan selanjutnya adalah memilah mana
yang dapat diletakaan di rak sesuai dengan kebutuhan pengunjung yang ratarata usia SD dan SMP.
Ketiga, meningkatkan program minat baca bagi masyarakat. Beberapa
program untuk meningkatkan minat baca anak-anak yang diinisiasi kader
pustakawan, IRENG, dan volunteer dari UGM antara lain : layanan harian
perpustakaan, belajar bersama, Taman Pendidikan Al Qur’an, menonton film
edukasi, aneka lomba anak-anak, hingga mengikuti lomba menulis tingkat
Kabupaten Sleman. Kegiatan-kegiatan tersebut tumbuh dari inspirasi para
volunteer yang telah dekat dengan anak-anak sehingga pengelola OBKG
menyesuaikan apa yang pengunjung perlukan agar lebih termotivasi untuk datang
ke perpustakaan. Tujuan utama sebenarnya adalah untuk menggali potensi yang
dimiliki anak-anak sehingga para relawan dapat memberikan stimulus untuk
mendorong kemauan dalam mencapai cita-cita. Tujuan jangka panjangnya adalah
mencetak generasi yang prestatif dan inspirastif yang cerdas dan berakhlak mulia
serta berguna bagi sesama.
Keempat, tentang sosialisasi dan publikasi program penyelenggaraan TBM
di masyarakat. Kegiatan ini telah dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung (online social media). Kegiatan sosialisasi langsung dilaksanakan saat
pertemuan pemuda maupun orang tua untuk mengajak putra-putrinya berkunjung
ke OBKG. OBKG juga telah terbantu berkat beberapa tulisan publikasi di
beberapa surat kabar Yogyakarta sehingga masyarakat mulai mengetahui dengan
nama unik ‘Karung Goni’.

7

Pendaftaran
Layanan
Sirkulasi

Peminjaman
Pengembalian

Layanan Baca

Referensi

Layanan
TPA
Belajar Bersama
Layanan
Tambahan

Lomba
Hiburan
Mendongeng

Gambar 2. Skema Layanan di OBKG

Kemitraan dalam OBKG
Omah Baca Karung Goni mempunyai sebuah misi untuk memperluas link
kerja sama dengan berbagai institusi maupun organisasi. Pada kali pertama saat
didirikan, OBKG telah tercatat resmi sebagai anggota jaringan Forum Taman
Baca Masyarakat Sleman dan DIY, serta berada di bawah pengawasan UGM dan
Kantor Perpustakaan Daerah Sleman. Selanjutnya, OBKG telah bekerja sama
sebagai mitra dari Gerakan Mari Berbagi (GMB), sebuah organisasi non profit
yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kepemimpinan, dan bidany lainnya
dengan fokus untuk menumbuhkan nilai-nilai berbagi di setiap kalangan
masyarakat. GMB adalah organisasi yang mendapat dukungan penuh oleh
Kementerian Pemudan dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia. Berkat
keikutsertaan salah satu pustakawan OBKG di GMB, lahirlah sebuah program
GMB 1000 Buku, proyek sosial dengan tujuan mengumpulkan 1000 buku dari
masyarakat Indonesia untuk didistribusikan ke Omah Baca Karung Goni. GMB
1000 Buku adalah program kolaborasi yang akhirnya bermanfaat dalam
menyumbang kebutuhan buku di OBKG. Beberapa instansi yang telah bekerja
sama antara lain Perpustakaan Kota Yogyakarta, penerbit Kanisius Yogyakarta,
8

dan lain sebagainya. Bahkan secara personal dari berbagai penjuru Indonesia telah
mendonasikan bantuan untuk pengembangan OBKG.

Kondisi Budaya Baca Masyarakat
Membaca dan menulis adalah dua istilah yang sudah tidak asing lagi di
telinga setiap orang karena sudah sering didengar dan dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahkan, di dalam Al Qur’an kata ‘bacalah’ atau Iqra
adalah kata pertama yang diturunkan. Membaca yang penulis maksud di sini tidak
lagi sekadar bisa membaca huruf A sampai Z saja. Menulispun tidak hanya berarti
sekadar membubuhkan tanda titik (.) pada huruf i. Membaca secara lebih luas
diartikan sebagai kemampuan yang semakin tinggi untuk memahami dan
menghargai berbagai macam bahan bacaan atau hasil karangan. Begitu juga
dengan menulis secara luas mencakup kemampuan yang semakin lama semakin
unggul untuk menuangkan ide, pikiran, dan perasaan secara tertulis. Ada banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya minat baca tulis masyarakat Indonesia.
Pertama, kurangnya fasilitas pendukung, seperti minimnya perpustakaan yang
bisa mendukung minat baca tulis masyarakat. Kedua, kurangnya penghargaan
terhadap hasil karya berupa tulisan. Ketiga, status ekonomi masyarakat kita yang
sebagian besar di bawah standar menyebabkan sebagian masyarakat lebih memilih
untuk menghabiskan waktu mencari uang daripada duduk manis di kursi untuk
membaca dan menulis. Tidak hanya itu, faktor mahalnya buku menjadi alasan lain
untuk masyarakat.
Keempat, adanya asumsi yang berkembang di masyarakat bahwa kegiatan
membaca dan menulis adalah pekerjaannya orang-orang yang mempunyai
kemampuan secara intelektual seperti mahasiswa, dosen, politikus, dan lainnya.
Kelima, buku yang beredar di masyarakat selama ini kurang bervariasi. Sevara
implicit buku-buku yang ada selama ini memang disediakan untuk mereka yang
secara khusus menyediakan waktu untuk membaca, mengapa ? Sebab,
performance buku itu sendiri yang mengharuskan dibaca dengan serius dan
membutuhkan waktu lama (tema serius, tebal, bahasa, dan kaidah penulisan yang
ketat). Karena itu, sebagian orang menganggap membaca buku bukan hal yang

9

menyenangkan melainkan justru membebani. Selain itu, ada faktor penting yakni
kemajuan teknologi informasi berupa gadget atau smartphone yang secara tidak
langsung berdampak pada turunnya minat baca masyarakat di perpustakaan
karena segala informasi sudah tersedia di internet.

Strategi OBKG dalam Membentuk Budaya Baca Masyarakat
Di samping pembinaan TBM, hal yang tidak kalah pentingnya untuk
dilakukan dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat adalah kegiatankegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan minat membaca. Kegiatan-kegiatan
yang telah dikembangkan selama ini antara lain :
1. Adanya penerbitan secara berkala untuk buku anak-anak maupun majalah
anak-anak.
2. Mengundang pengelola TBM lain untuk berdiskusi yang memberikan
motivasi pengelola OBKG sehingga mendapat suntikan baru dalam inovasi
program OBKG.
3. Menerapkan perpustakaan kejujuran, artinya setiap pengunjung diberi
keleluasaan untuk memilih dan menulis sendiri buku yang akan dipinjam
sehingga melatih karakter kejujuran.
4. Berusaha melaksanakan program wajib baca di rumah karena keluarga
merupakan faktor penting dalam membentuk kepribadian anak.
5. Menjalin kerja sama dengan TBM lain maupun organisasi di luar OBKG.
6. Update dan penambahan koleksi buku melalui mitra GMB 1000 Buku.
7. Mendengarkan cerita inspirasi dari para volunteer yang akan memotivasi
anak-anak untuk giat belajar terutama memacu untuk bisa kuliah.
8. Membimbing anak-anak melalui TPA ataupun belajar bersama sehingga
menghidupkan suasana TBM.
Beberapa strategi di atas dilaksanakan melalui mutual partnership antara
Omah Baca Karung Goni dengan beberapa organisasi mitra untuk mendukung
upaya peningkatan minat baca masyarakat di Dusun Ngemplak khususnya dan
Desa Caturharjo pada umumnya. Termasuk mitra dengan KKN UNY 2014.

10

UGM

Organisasi
Mitra

Omah
Baca
Karung
Goni

Perpusda
Sleman

TBM
Sleman

GMB

Gambar 3. Skema Mitra Kerjasama Omah Baca Karung Goni

Pustakawan Muda OBKG Terbang ke Negeri Kangguru
Keberadaan OBKG memberi warna tersendiri bagi para pustakawan,
volunteers, maupun para pengunjung. Tidak terkecuali bagi penulis sendiri.
Sebagai sebuah gerakan sosial masyarakat, OBKG hadir untuk berusaha
mengubah mindset meninggalkan budaya baca buku yang terkesan ‘jadul’ jika
dibandingkan membuka informasi melalui gadget. Ada segi-segi inspirasi yang
tidak didapatkan anak-anak secara langsung melalui situs virtual internet yaitu
sebuah inspirasi dan keteladanan dari para pustakawan. Sebuah capaian prestasi
dari salah satu pustakawan OBKG, tidak lain adalah penulis sendiri yang pada
bulan November 2014 diberi kesempatan untuk ‘terbamg’ ke negeri kangguru.
Setidaknya rekam kisah ini telah memberikan inspirasi baru bagi anak-anak di
Dusun Ngemplak untuk berani bermimpi dan kerja keras merealisasikan mimpi.
Berikut ulasan perjalanan selama tiga minggu di Brisbane, Australia.

“Mimpi, semua berawal dari sebuah mimpi. Semua bisa saja terjadi jika Allah
telah menghendaki. Namun hanya akan menjadi sebuah mimpi sunyi jika hanya
berdiam diri dan tetap pada zona aman.” - Janu Muhammad -

11

Penulis masih ingat, tanggal 1-9 Februari 2014 mengikuti Youth Adventure
& Youth Leaders Forum yang diadakan oleh Gerakan Mari Berbagi (GMB) di
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Penulis bertemu 46
pemuda-pemudi di atas rata-rata yang dengan kepedulian serta kerendahan hati
ingin memperbaiki nasib bangsa ini dan menyiapkan negeri kepulauan ini menjadi
negeri yang bermartabat. Para peserta mendapat pelatihan kepemudaan dari GMB,
sebuah Non Government Organization yang diinisiasi oleh Azwar Hasan dengan
misi mengarusutamakan nilai berbagi kebaikan. Setelah pelatihan selesai, 47
peserta kembali ke daerah masing-masing untuk mengabdi, mengimplementasikan
program berbagi.
Penulis pun kembali ke Dusun Negmplak,

Caturharjo, Sleman,

menginisiasi sebuah Gerakan 1000 Buku. Bagi penulis, bukan karena hanya
kewajiban setelah mengikuti GMB, tetapi lebih pada sebuah panggilan hati untuk
meneruskan perjuangan para pelopor pendidikan di Indonesia seperti Ki Hajar
Dewantara. Penulis akhirnya mengambil langkah, untuk memulai program
berbagi 1000 buku serta mengkolaborasikan dengan pendirian perpustakaan
warga yang bernama Omah Baca Karung Goni (OBKG). OBKG merupakan
perpustakaan dusun Ngemplak yang berdiri pada tanggal 19 Januari 2014 atas
bantuan para mahasiswa UGM yang bekerja sama dengan Pemda Sleman, Taman
Baca Masyarakat se-Sleman, dan juga Ikatan Remaja Ngemplak. Penulis sadar,
bahwa mulai dari pendirian omah baca ini para pemuda bisa membangun dusun
Ngemplak melalui pendidikan. Penulis pun menyambut baik pendirian OBKG
karena merupakan mimpinya sejak kecil. Penulis ingin adik-adik tetap bisa
membaca buku dan menjadikannya sebuah kebutuhan agar kelak bisa meraih citacita.

Berbagi Mulai dari Hal Paling Kecil
Penulis sebagai pustakawan muda baru bisa menjadi bagian kecil dari
penggerak OBKG ini karena bagian besarnya adalah masyarakat itu sendiri.
Penulis dan rekan seperjuangan telah diamanahi menjadi pustakawan muda sejak

12

19 Januari 2014, amanah yang sama sekali tidak terbersit di hati. Meski demikian,
ini adalah kesempatan untuk berbagi, sebagai rasa syukur telah dibesarkan di
lingkungan dusun ini. Atau barangkali juga bukan kebetulan ? Sempat penulis
mengingat memori ketika kelas 2 SMA, penulis pernah meraih Juara 1 Lomba
Minat Baca Tingkat Umum se-Kabupaten Sleman. Lomba ini diadakan oleh
Perpustakaan Daerah Sleman dan penulis mengangkat judul tentang perpustakaan
keliling. Penulis yakin semua tidak terjadi secara kebetulan, semua sudah ada
yang menentukan. Pelajaran yang penulis dapatkan sampai hari ini adalah sebuah
amanah untuk konsisten menjadi kader pustakawan muda.
Sesibuk-sibuk apapun penulis beraktivitas di kampus maupun organisasi
luar, tetap saja harus ada untuk masyarakat di dusun Ngemplak. Sesibuk-sibuk
apapun pergi ke luar, saya diminta konsisten berbagi dalam kebaikan. Beberapa
sumbangan buku dari para relawan sejak Januari 2014 adalah satu langkah agar
tetap memberi semangat orang-orang sekitar untuk berbagi. Ya, menjadi
pustakawan muda inilah amanah penulis untuk membangun bangsa ini, dimulai
dari lingkungan dusun ini. Kalau bukan dari yang muda, mau dari siapa lagi ?

Gambar 4. Aktivitas TPA di OBKG

13

Pustakawan Muda ke Luar Negeri
Program GMB 1000 Buku berjalan dengan baik dan penuh tantangan. Ada
sekitar 1.300 buku yang terkumpul dan didonasikan untuk OBKG. Tibalah
saatnya melaporkan program berbagi kepada GMB. Penulis melaporkan
bagaimana GMB dan OBKG akhirnya berkolaborasi. Alhamdulillah, penulis
mendapat udangan untuk presentasi final di Kemenpora. Penulis bersama 20
finalis terpilih dengan program berbagi masing-masing mempresentasikan kerja
keras selama itu dihadapan 10 juri. Tidak disangka, penulis sebagai wakil DIY
satu-satunya terpilih menjadi salah satu delegasi homestay di Australia. Penulis
bersama 8 delegasi lainnya merasakan kehidupan di Australia pada tanggal 6-25
November 2014. Sungguh, sebuah kesempatan luar biasa untuk melihat dunia
luar. Perjalanan kedua ke luar negeri memberikan banyak pembelajaran yang
dapat membentuk karakter diri. Penulis merasakan budaya baru ketika tinggal
bersama host family Gwenda Spencer & Tom Spencer, mulai dari pola makan,
tata krama, kehidupan sosial, sampai dengan pentingnya pendidikan di negara
maju seperti Australia Sepulang dari Australia, penulis pun melanjutkan program
sosial sebagai pustakawan muda di OBKG dan GMB 1000 Buku. Banyak cerita
inspirasi yang akhirnya dapat dijadikan oleh-oleh untuk keluarga, adik-adik
OBKG, maupun rekan-rekan di kampus Universitas Negeri Yogyakarta.

D. Kesimpulan
Melalui pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan akan pentingnya peran
Omah Baca Karung Goni sebagai representasi perpustakaan desa di Desa
Caturharjo sebagai tempat untuk belajar, mendidik generasi muda agar lebih
prestatif dan inspiratif. Peran tersebut diwujudkan melalui kolaborasi aktif dengan
jaringan Taman Baca Masyarakat se-Kabupaten Sleman berupa training
pembekalan pustakawan, donasi buku, maupun program lainnya yang mendukung
visi misi OBKG. Selain itu, adanya kerja sama OBKG terhadap berbagai instansi
juga menjadi faktor pendukung eksistensi dalam mewujudkan budaya baca di
tengah masyarakat yang kini sedang memasuki generasi digital. Tentu dalam hal

14

ini perlu adanya inovasi dan dukungan pemerintah setempat agar dampak positif
OBKG bagi masyarakat dapat lebih maksimal.

Gambar 5. Suasana Pembelajaran di OBKG Bersama Mahasiswa UGM

“Anak muda memang minim pengalaman karena itu ia tak tawarkan masa
lalu, anak muda menawarkan masa depan.”
- Anies Baswedan –
Daftar Pustaka :
Anwar Arifin, Format Baru Pengelolaan Pendidikan Dalam UU Sisdiknas (no.
20 tahun 2003); Cet. II, Pustaka Indonesia, Jakarta, 2006
Endang, Titik. 2014. Makalah Strategi Menumbuhkan Minat Baca Pada
Masyarakat. Yogyakarta : BPKB DIY.
Jujun S. Suriasumanti, Ilmu dam Perspektif , Cet. XI, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta: 1994
NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) Petunjuk Teknis Program
Pengembangan Budaya Baca Melalui Penguatan Taman Baca Masyarakat.
2014. Jakarta: Kemdikbud.
UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

15

LAMPIRAN BIODATA PENULIS

Nama

: Janu Muhammad

Alamat

: Ngemplak, RT 05 RW 32, Caturharjo, Sleman 55515

Instansi

: Omah Baca Karung Goni (Pustakawan)

Pendidikan

: Mahasiswa S-1 Pendidikan Geografi, FIS, UNY

No. HP

: 083840736186

E-mail

: janu.muhammad2@gmail.com

No. Rekening : BNI 0222980076 a/n Janu Muhammad
Profil Singkat :
Janu Muhammad, pemuda ini lahir di Kabupaten Sleman, 7 Januari 1993.
Ia adalah alumni SMP N 1 Sleman tahun 2008 dan SMA Negeri 2 Yogyakarta
tahun 2011. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. Minat besarnya adalah
dalam bidang penelitian, kepenulisan, relawan sosial-pendidikan, dan travelling.
Geograf muda yang mempunyai moto hidup ”Man Jadda Wajada” ini mempunyai
cita-cita sebagai dosen geografi dan ilmuwan. Selain kuliah, ia turut aktif dalam
beberapa organisasi di antaranya : UKMF Penelitian SCREEN FIS UNY 2014
(ketua), Student Volunteer Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan UNY 2013
(koordinator), Center of Excellent Student Yogyakarta 2013 (staf riset), Himpunan
Mahasiswa Pendidikan Geografi UNY 2012 (staf Litbang), dan beberapa
organisasi luar kampus seperti Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional 2015
(student volunteer), Australia-Indonesia Youth Association (blog contributor),
Gerakan Mari Berbagi 2014 (volunteer), Asia Pacific Youth Organization 2014
(staf akademik), Omah Baca Karung Goni 2014-2015 (pustakawan), serta
Indonesian Scholars Journal 2014 (campus representative).
Peraih Juara 2 Mahasiswa Berprestasi, Fakultas Ilmu Sosial UNY tahun
2014 ini pernah mewakili Indonesia dalam beberapa kegiatan luar negeri seperti
Utrecht Summer School Belanda (2013), GMB Homestay Program Australia
(2014), dan ASEAN University Youth Summit Malaysia (2015). Beberapa
prestasi karya tulis yang telah ditorehkan antara lain Best Article Homestay

16

Program Australia 2015, Juara 3 LKTI Accounting Day 2013 (nasional), Juara 2
Geography Paper Competition 2013 (Jawa), Juara 1 Lomba Esai Pendidikan
Karakter (DIY) 2012, pembicara international conference, dan beberapa prestasi
lainnya di bidang hibah riset maupun kepenulisan. Ia pun menjadi kontributor dua
buku yang berhasil terbit : Persembahan Cinta untuk Ayah dan Bunda (2014) serta
I Believe I Can Fly (2014). Prinsip hidupnya untuk senantiasa memberi manfaat
dan inspirasi bagi orang lain menjadi motivasi untuk terus belajar. Ia pun
mempunyai mimpi besar untuk melanjutkan studi master di Utrecht University
Belanda dan kembali ke Indonesia untuk menjadi pendidik. Janu dapat dihubungi
melalui

janu.muhammad2@gmail.com

www.muhammadjanu.blogspot.com.

17

atau

berkunjung

di

blognya