PENGARUH PENGGUNAAN KARTU PINTAR TERHADA

PENGARUH PENGGUNAAN KARTU PINTAR TERHADAP
PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PADA MATA
PELAJARAN IPS KELAS VII SEMESTER 2 MATERI POKOK
KERAJAAN HINDU-BUDHA DI SMP-SMP SWASTA
SE-KECAMATAN KAYEN KABUPATEN PATI
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PROPOSAL PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penelitian Kependidikan
Dosen Pengampu Prof. Dr. Maman Rahman, M.Sc

Disusun oleh :
Nama

: Misroh Sulaswari

NIM

: 0301510047

Prodi


: Pendidikan IPS

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011

I.

JUDUL
PENGARUH

PENGGUNAAKAN

PENINGKATAN

EFEKTIVITAS

KARTU


PINTAR

PEMBELAJARAN

TERHADAP
PADA

MATA

PELAJARAN IPS KELAS VII SEMESTER 2 MATERI POKOK
KERAJAAN HINDU-BUDHA DI SMP-SMP SWASTA SE-KECAMATAN
KAYEN KABUPATEN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
II.

LATAR BELAKANG
Di era modern seperti sekarang ini, perkembangan teknologi begitu
pesatnya memasuki segala kehidupan masyarakat dunia. Tidak terkecuali di
Indonesia, perkembangan IPTEK telah membawa banyak pengaruh terhadap
berbagai bidang termasuk sistem pendidikan di Indonesia yang mulai menggunakan
kecanggihan teknologi dalam proses pembelajarannya. Maka muncul sistem

pendidikan berbasis IT yang tentu saja berdampak pada pengadaan alat-alat
teknologi seperti komputer, LCD proyektor dan sebagainya di sekolah-sekolah di
Indonesia sebagai lembaga pendidikan formal. Dengan begitu sekolah dituntut
memiliki sejumlah dana yang mencukupi untuk pengadaan sarana prasarana
penunjang proses pembelajaran yang berbasis IT tadi.
Pendidikan modern dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti
tersebut di atas merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah melalui dinas pendidikan baik di
tingkat provinsi, kabupaten hingga kecamatan juga telah mendorong para guru agar
tidak gagap teknologi (gaptek) dengan memberikan diklat dan pelatihan IT
sehingga para guru tersebut diharapkan mampu menggunakan komputer dalam
kegiatan belajar mengajar. Berbagai program bantuan juga diarahkan kepada
pengadaan alat-alat komputer dan sebagainya yang dapat menunjang proses
pembelajaran modern.
Proses pembelajaran berbasis IT ini juga dapat menciptakan kegiatan belajar
mengajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Namun, realita di masyarakat
menunjukkan bahwa masih banyak sekolah dengan kondisi gedung yang
memprihatinkan dan tidak memiliki sarana prasarana modern sebagai media
pembelajaran berbasis IT. Kondisi ini dapat ditemukan di daerah-daerah pinggiran
dan pedalaman seperti daerah di luar Pulau Jawa. Maka, upaya peningkatan mutu

2

pendidikan bagi sekolah tersebut bertumpu pada proses pembelajaran yang
dilakukan guru dengan mengembangkan metode pembelajaran yang bervariasi.
Penggunaan

metode

pembelajaran

yang

bervariasi

tersebut

dapat

meminimalisir kekurangan sekolah dalam menyediakan alat bantu belajar yang
berbasis IT, sehingga terjadi proses belajar mengajar yang optimal dan pada

akhirnya dapat diperoleh hasil belajar yang optimal pula sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Oleh karena itulah guru diharapkan terus memperbaiki cara-cara
mengajar yaitu dengan pembelajaran aktif.
Untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran memang dibutuhkan media
belajar atau alat bantu belajar. Seperti yang diungkapkan Darsono (2001) bahwa
yang disebut dengan alat bantu belajar adalah segala sesuatu yang direncanakan
oleh guru, biasanya berupa alat peraga dan media, seperti CD pembelajaran,
gambar-gambar yang menarik perhatian peserta didik. Lebih lanjut Darsono
menjelaskan fungsi media tersebut sebagai bahan ajar yang dapat dipelajari siswa
tanpa melalui guru.
Media pembelajaran sekarang ini telah banyak ragamnya, baik itu berupa
CD pembelajaran dan yang saat ini sedang populer adalah kartu pintar yang dapat
ditemukan di toko-toko buku dan alat-alat tulis. Para guru yang mengajar di
sekolah-sekolah pinggiran tanpa fasilitas komputer dan teknologi modern dapat
memanfaatkan media kartu pintar tersebut dalam kegiatan belajar mengajar. Di
samping itu, guru dapat membuat sendiri alat bantu belajar tersebut sesuai dengan
kreativitas para guru, sehingga dapat menghemat pengeluaran sekolah.
Mata pelajaran IPS selama ini dipandang sebagai pelajaran yang kurang
menarik dan membosankan bagi sebagian siswa. Hal ini tidak terlepas dari materi
IPS didominasi dengan penjelasan suatu konsep sehingga siswa menganggap materi

IPS hanya menuntut hafalan. Selain itu, kurangnya kreativitas guru IPS khususnya
yang ada di daerah pedesaan dalam menyajikan pembelajaran IPS. Kondisi ini tentu
saja akan memberikan dampak yang kurang baik pada prestasi belajar siswa.
Karena proses pembelajaran menjadi kurang efektif dan tidak memberikan motivasi
siswa untuk belajar IPS. Untuk itulah diperlukan suatu terobosan atau inovasi
dalam pembelajaran IPS. Selama ini media pembelajaran mengandalkan teknologi
yang tidak semua sekolah memiliki alat modern tersebut. Seperti yang terjadi pada
3

SMP-SMP di kecamatan Kayen yang hanya ada 4 SMP yaitu 2 SMP swasta dan 2
SMP negeri. Berbeda dengan SMP swasta, 2 SMP negeri di Kecamatan Kayen
memiliki media yang cukup memadai, apalagi salah satu SMP yaitu SMP 1 Negeri
Kayen menjadi sekolah dengan standar RSBI, tentu saja memiliki sarana yang
lengkap. Maka, penggunaan kartu pintar si SMP swasta diharapkan mampu
meningkatkan efektivitas pembelajaran IPS menggantikan sarana tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
Pengaruh Penggunaakan Kartu Pintar Terhadap Peningkatan Efektivitas
Pembelajaran Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII Semester 2 Materi Pokok
Kerajaan


Hindu-Budha

Di

SMP-SMP Swasta

Se-Kecamatan

Kayen

Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012.
III.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang muncul dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran IPS menggunakan kartu pintar di SMP-SMP
swasta kelas VII semester 2 Materi Kerajaan Hindu-Budha di Kecamatan
Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012?
2. Seberapa efektifkah pembelajaran IPS menggunakan kartu pintar di SMP-SMP

swasta kelas VII semester 2 Materi Kerajaan Hindu-Budha di Kecamatan
Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012?
3. Apakah

ada

pengaruh

penggunaan

kartu

pintar

terhadap

efektivitas

pembelajaran IPS kelas VII semester 2 Materi Kerajaan Hindu-Budha di
Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012.

IV.

Batasan Masalah
Dari identifkasi masalah yang muncul, masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada adakah pengaruh penggunaan kartu pintar terhadap peningkatan efektivitas
pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas VII semester 2 materi pokok kerajaan
Hindu-Budha di Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012 ?

4

V.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah serta batasan masalah tersebut
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Efektifkah pembelajaran IPS menggunakan kartu pintar di SMP-SMP swasta
kelas VII semester 2 Materi Kerajaan Hindu-Budha di Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012?
2. Adakah pengaruh penggunaan kartu pintar terhadap peningkatan efektivitas
pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas VII semester 2 materi pokok

kerajaan Hindu-Budha di Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran
2011/2012 ?

VI.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPS melalui penggunaan kartu pintar
di SMP-SMP swasta kelas VII semester 2 Materi Pokok Kerajaan Hindu-Budha
se- Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012?
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan kartu pintar terhadap peningkatan
efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas VII semester 2 materi
pokok kerajaan Hindu-Budha se-Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun
pelajaran 2011/2012 ?

VII.

Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:


1. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam mempelajari materi-materi IPS
terutama materi pokok Kerajaan Hindu-Budha.
2. Bagi Guru
Untuk menambah pengetahuan guru tentang media pembelajaran yang dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran sehingga memotivasi guru untuk terus
mengembangkan model-model pembelajaran yang menyenangkan.

5

3. Bagi Sekolah
Untuk dijadikan dasar bagi sekolah agar terus mendukung dan mengembangkan
pembelajaran meskipun dengan kondisi serba kekurangan sehingga sekolah
dapat membuat kebijakan untuk pendidikan yang lebih bermutu.
VIII. PENEGASAN ISTILAH
Untuk mempermudah memahami dan mempertegas ruang lingkup
permasalahan maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini perlu diberi batasan
istilah.
1. Pengaruh
Pengaruh dalam penelitian ini adalah hubungan sebab akibat yang ditimbulkan
oleh dua variable yaitu penggunaan kartu pintar sebagai variable bebas dan
efektivitas pembelajaran sebagai variable terikat.
2. Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti sesuatu yang membawa hasil.
Efktivitas menunjukkan taraf tercapainya tujuan (Depdiknas, 2002). Efektivitas
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya ketuntasan hasil belajar IPS
materi pokok Kerajaan Hindu-Budha pada aspek kognitif dari jumlah siswa
yang ada di kelas eksperimen (Mulyasa, 2002). Kriteria efektif dalam penelitian
ini adalah apabila rata-rata hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen yang
diberi media kartu pintar mencapai ketuntasan belajara lebih dari atau sama
dengan 70.
3. Kartu pintar
Kartu pintar yang dimaksud di sini adalah kartu-kartu kecil yang masing-masing
berisi konsep-konsep materi, gambar-gambar, teka-teki soal dan sebagainya.
4. Materi pokok kerajaan Hindu-Budha
Materi pokok kerajaan Hindu-Budha dalam Mata pelajaran IPS terdapat pada
kelas VII semester 2 dengan Standar Kompetensi: Memahami perkembangan
masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa. Materi ini
mempelajari tentang masyarakat pada jaman kerajaan Hindu-Budha, nama-nama
kerajaan bercorak Hindu dan Budha, peninggalan-peninggalannya dan
bagaimana kebudayaan masyarakatnya.

6

5. Siswa kelas VII semester 2 di SMP-SMP swasta se-Kecamatan Kayen
Dalam penelitian ini, yang dimaksud siswa kelas VII semester 2 adalah siswa
SMP-SMP swasta yang ada di kecamatan Kayen yaitu SMP Muhammadiyah 5
Kayen dan SMP PGRI 6 Kayen yang duduk di kelas VII semester 2 pada tahun
pelajaran 2011/2012.
IX.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Hakikat Belajar Mengajar
Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Gagne yang menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku manusia selama beberapa periode tertentu dan tidak
didapat dari proses pertumbuhan manusia (Catharina, 2004:2). Perubahan perilaku
tersebut terjadi lebih dikarenakan adanya proses pengalaman dari individu tersebut.
Menurut Sudjana (2000:28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti bertambah pengetahuannya,
pemahamannya, sikap, dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya,
dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Sependapat dengan Gagne dan Sudjana, Oemar Hamalik (2001:36-50) juga
menjelaskan hakikat belajar sebagai perubahan perilaku yang berasal dari
pengalaman. Jadi, belajar adalah proses dan bukan hasil atau tujuan yaitu
mengalami. Sementara pengalaman tersebut diperoleh berkat interaksi antara
individu dengan lingkungan. Dikatakan oleh Hamalik bahwa bukti individu telah
melakukan kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya masih lemah.
Surakhmad (1994) menjelaskan lima karakteristik dalam belajar, yaitu:
a. Belajar terjadi dalam situasi yang berarti secara individual, artinya belajar
sebagai proses perubahan tingkah laku yang terjadi dalam situasi tertentu.
b. Adanya motivasi sebagai daya penggerak aktivitas belajar siswa.
c. Hasil belajar adalah kebulatan pola tingkah laku yang terlihat pada perbuatan
reaksi dan sikap siswa secara fisik maupun mental.
d. Siswa menghadapi situasi secara pribadi.
e. Belajar adalah menjalani.
7

Sementara mengajar atau teaching oleh Hamalik dalam bukunya yang lain
dijelaskan dalam beberapa macam pengertian. Pertama, mengajar ialah
menyampaikan pengetahuan kepada siswa di sekolah. Kedua, mengajar sebagai
proses mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui sekolah. Ketiga,
mengajar sebagai usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi
belajar bagi siswa (Hamalik, 2005:29-49).
Sedangkan Surakhmad (1994:16-75) menekankan proses mengajar pada
istilah interaksi edukatif. Surakhmad menyatakan bahwa proses interaksi yang
terjadi dalam situasi kependidikan adalah interaksi edukatif yang berlangsung
dalam ikatan tujuan pendidikan selama kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar
mengajar sebagai sebuah pola interaksi edukatif merupakan proses pendidikan yang
berlangsung secara sadar dalam arti memiliki sebuah tujuan yaitu perubahan
tingkah laku peserta didik.
Ahli lain yaitu Djamarah dan Zain (2006:10-76) mengatakan bahwa
kegiatan belajar mengajar adalah inti dalam pendidikan, karena kegiatan belajar
mengajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam
sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Interasksi edukatif
yang terjadi antara guru dan peserta didik adalah ketika guru menyampaikan bahan
pelajaran kepada peserta didik. Dalam hal ini, anak haruslah yang bersifat aktif
sementara peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator.
Dari pengertian belajar dan mengajar di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan
guru (mengajar) dan peserta didik (belajar) termasuk di dalamnya terdapat interaksi
edukatif antara guru dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,
yaitu perubahan tingkah laku peserta didik.
B. Strategi Belajar Mengajar
Strategi belajar mengajar adalah pola dan urutan perbuatan guru serta
peserta didik di dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Menurut JR David
dalam Gulo (2002:2) strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode, perangkat
kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi
belajar mengajar dengan demikian adalah rencana dan cara-cara membawakan
8

pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan tujuan pengajaran dapat
dicapai secara efektif. Dilihat dari kegiatan pengolahan materi maka strategi belajar
mengajar dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Strategi belajar mengajar ekspositori, guru mengolah secara tuntas materi
sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal menerima saja.
2. Strategi belajar mengajar heuristik, peserta didik mengolah sendiri materi
dengan pengarahan dari guru.
Di samping itu diperlukan variasi dalam pembelajaran dengan berbagai cara
salah satunya menggunakan kartu pintar untuk menumbuhkan minat belajar siswa.
C. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti sesuatu yang membawa
hasil. Tingkat keberhasilan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat
dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar 75-99% bahan pelajaran yang
diajarkan dikuasai siswa.
3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60-74% saja yang
dikuasai siswa.
4. Kurang. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai
siswa.
(Djamarah, 2002:120)
Berdasarkan pendapat Djamarah tentang tingkatan keberhasilan, maka
tingkat efektivitas pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar adalah:
1. Sangat efektif, apabila nilai rata-rata hasil belajar seluruh siswa dalam satu kelas
adalah 100.
2. Efektif, apabila nilai rata-rata hasil belajar seluruh siswa dalam satu kelas adalah
75-100.
3. Kurang efektif, apabila nilai rata-rata hasil belajar seluruh siswa dalam satu
kelas adalah 60-74.
4. Tidak efektif, apabila nilai rata-rata hasil belajar seluruh siswa dalam satu kelas
kurang dari 60.

9

D. Kartu Pintar
Diantara isinya:
1. Gambar-gambar menarik yang diharapkan membantu siswa memahami tentang
bangun datar dan bangun ruang.
2. Permainan teka-teki tentang bangun datar dan bangun ruang.
3. Latihan-latihan soal yang dibuat di dalam kartu untuk dapat digunakan sebagai
permainan oleh siswa.
Manfaat:
1. Untuk membangkitkan minat belajar siswa.
2. Untuk membantu daya berfikir siswa dalam memahami suatu ide yang
dijelaskan.
3. Mempercepat dan meningkatkan proses belajar mengajar.
4. Meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Tinjauan Tentang Materi Pokok Kerajaan Hindu-Budha
Materi pokok kerajaan Hindu-Budha dalam Mata pelajaran IPS terdapat
pada kelas VII semester 2 dengan Standar Kompetensi no.5 yaitu Memahami
perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa.
SK no.5 ini memiliki 3 Kompetensi Dasar yaitu:
1. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan
pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya.
2. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan
pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya
3. Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan
pada masa Kolonial Eropa
F. Evaluasi dan Belajar Tuntas
a) Evaluasi
Dalam sistem pengajaran di sekolah terdapat empat komponen utama, yaitu
tujuan, materi, pengalaman belajar atau proses belajar mengajar, dan evaluasi.
Evaluasi hasil belajar dilakukan melalui dua cara yaitu melalui penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian proses ditinjau melalui keaktifan siswa dalam bertanya
10

maupun menjawab pertanyaan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.
Sementara penilaian hasil dilihat dari tes kemampuan dasar melalui ulangan harian
dan ulangan akhir satuan pendidikan yang disebutkan dengan sejumlah angka
sebagai hasil belajar siswa.
Dalam proses pendidikan evaluasi berfungsi untuk:
1. Mengetahui kemajuan berfikir belajar siswa.
2. Mengetahui status akademik siswa dalam kelas.
3. Mengetahui penguasaan, kekuatan, dan kelemahan siswa atas suatu unit
pelajaran.
4. Mengetahui efisiensi metode pembelajaran yang digunakan guru.
5. Menunjang pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang
bersangkutan.
6. Memberi laporan kepada siswa dan orang tuanya.
7. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan perencanaan pendidikan.
8. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan promosi siswa.
9. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan pengurusan.
10. Merupakan bahan feedback bagi siswa, guru, dan program pengajaran.
11. Sebagai alat motivasi belajar siswa.
(Slameto, 1999:15)
b) Belajar Tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) adalah pola pembelajaran yang
menggunakan prinsip ketuntasan secara individual, dalam arti meskipun kegiatan
belajar ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas) tetapi mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan perorangan sehingga hal ini memungkinkan berkembangnya
potensi masing-masing siswa secara optimal. Menurut Gentille dan Lalley (dalam
Mulyasa, 2002) terdapat prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran tuntas, yaitu:
1. Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkis.
2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi
harus diberikan feedback.
3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan dimana diperlukan.
4. Pemberian program pengayaan bagi siswa yang telah mencapai ketuntasan
belajar lebih awal.
11

Ada enam ciri pokok pada belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas,
yaitu:
1. Berdasarkan atas tujuan instruksional (standar kompetensi) yang hendak dicapai
yang sudah ditentukan lebih dahulu.
2. Memperhatikan perbedaan individu siswa.
3. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif.
4. Menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang kecil.
5. Menggunakan sistem evaluasi yang kontinu dan berdasar atas kriteria.
6. Menggunakan program remedial and enrichment.
(Mulyasa, 2002:99)
Seorang

peserta

didik

dipandang

tuntas

belajar jika

ia

mampu

menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal
65% dari seluruh tujuan pembelajaran, sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari
jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%,
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dalam kelas tersebut.
G. Hipotesis
Terdapat pengaruh penggunaan kartu pintar terhadap peningkatan efektivitas
pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas VII semester 2 materi pokok kerajaan
Hindu-Budha di Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012.
X.

PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena berusaha
menganalisis variabel menggunakan statistik. Seperti yang dikemukakan Sugiyono
(2010:13) bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berupa angkaangka dan analisis menggunakan ststistik. Sementara Denzin dan Lincoln
menyatakan bahwa quantitative studies emphasize the measurement and analysis of
causal relationship between variables, not process. Dikatakan juga bahwa
quantitative researches study the difference among main effect (Denzin &
Lincoln.ed.2000:452).

12

A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk mengetahui pengaruh
penggunaan kartu pintar terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran pada mata
pelajaran IPS kelas VII semester 2 materi pokok kerajaan Hindu-Budha di
Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012.
B. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi menurut Arikunto (2002)
adalah keseluruhan subjek penelitian. Jadi, populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII semester 2 SMP-SMP swasta yang ada di Kecamatan
Kayen yaitu dari SMP Muhammadiyah 5 Kayen terdiri dari 3 kelas, yaitu;
1. Kelas VII A sebanyak 45 siswa
2. Kelas VII B sebanyak 43 siswa
3. Kelas VII C sebanyak 45 siswa
Sedangkan SMP PGRI 6 Kayen terdiri dari 2 kelas, yaitu:
1. Kelas VII A sebanyak 40 siswa
2. Kelas VII B sebanyak 37 siswa.
Sehingga jumlah keseluruhan siswa kelas VII SMP-SMP swasta seKecamatan Kayen semester 2 adalah 210 siswa.
Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil dari
populasi yang diteliti atau yang digunakan dalam penelitian (Arikunto, 2002: 109).
Penelitian sampel baru boleh dilakukan apabila keadaan subjek di dalam populasi
benar-benar

homogen.

kesimpulannya

tidak

Apabila
boleh

subjek

diberlakukan

populasi
bagi

tidak
seluruh

homogen,

maka

populasi. Teknik

pengambilan sampel dengan cluster random sampling karena populasi mempunyai
unsur yang homogen, yaitu mengambil dua kelas dari tiga kelas pada SMP
Muhammadiyah 5 Kayen secara acak. Sementara untuk SMP PGRI 6 Kayen
diambil seluruh kelas yang ada tersebut.
13

Berdasarkan data yang diperoleh ada 3 kelompok kelas pada kelas VII SMP
Muhammadiyah 5 Kayen, dan dari ketiga kelas tersebut dipilih 2 kelas secara acak
untuk kepentingan penelitian, yaitu sebagai kelas kontrol dan sebagai kelompok
kelas eksperimen. Terpilih kelas VII A dengan jumlah 45 siswa sebagai kelompok
eksperimen dan kelas VII C dengan jumlah 45 siswa sebagai kelompok kontrol.
Sementara pada SMP PGRI 6 Kayen yang hanya memiliki 2 kelas, maka secara
acak kelas VII A sebanyak 40 siswa menjadi kelas eksperimen dan kelas VII B
sebanyak 37 menjadi kelompok kontrol.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah objek atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Adapun variabel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi suatu kejadian atau variabel
penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan kartu pintar
dalam materi pokok Kerajaan Hindu-Budha.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel bebas. Variabel
terikatnya adalah efektivitas pembelajaran IPS yang ditunjukkan melalui hasil
belajar siswa kelas VII semester 2 SMP Muhammadiyah 5 Kayen dan SMP
PGRI 6 Kayen sebagai SMP-SMP swasta di Kecamatan Kayen Kabupaten pati
pada mata pelajaran IPS materi pokok Kerajaan Hindu-Budha.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Instrumen untuk mengukur variabel efektivitas pembelajaran menggunakan
kartu pintar melalui angket dan eksperimen.
2. Instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa melalui test.

14

Validitas instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data itu valid (Sugiyono, 2010: 121). Karena instrumen dalam penelitian ini ada
dua bentuk yaitu non test (efektivitas pembelajaran) dan test (hasil belajar) maka
pengujian validitas menggunakan dua cara yaitu construct validity dan content
validity. Dalam construct validity, instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek
yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu menurut para ahli, kemudian
diuji coba dan dianalisis faktor yaitu mengkorelasikan antar skor item instrumen
dalam suatu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Sedangkan
untuk instrumen yang berbentuk test pengujian validitas isi dilakukan dengan
membadingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Setelah
itu kedua instrumen tersebut diujikan validitas butir-butir instrumen dengan
menggunakan analisis uji beda pada rumus t-test berikut:
t=

X´ 1− X´ 2
1
1
sgab
+
n1 n 2



Dimana:
S gab =



( n1−1 ) s21 + ( n 2−1 ) s 22
( n 1+ n2 )−2

(Sugiyono, 2010: 128)
Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka t hitung
perlu dibandingkan dengan t tabel. Bila t hitung lebih besar dari t tabel maka
perbedaan itu signifikan sehingga instrumen dinyatakan valid.
Reliabilitas instrumen
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pengujian
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan internal consistency dengan rumus
KR 21
r i=

[ ][

M ( k −M )
k
1−
2
k −1
k . st

]

Dimana:
15

k

= jumlah item dalam instrumen

M

= mean skor total

St2

= varians total

(Sugiyono, 2010: 132)
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode dokumentasi dengan mencari data awal dari populasi berupa daftar
nama, jumlah siswa dan daftar nilai IPS ulangan akhir siswa kelas VII semester
1 SMP Muhammadiyah 5 Kayen dan SMP PGRI 6.
2. Kuesioner (angket) dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dipilih karena merupakan
teknik penelitian yang efisien bila peneliti sudah tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur (Sugiyono, 2010: 142)
3. Metode tes dalam rangka mengetahui hasil belajar siswa kelas VII semester 1
sebelum dan setelah melakukan pembelajaran menggunakan kartu pintar materi
pokok kerajaan Hindu-Budha di SMP Muhammadiyah 5 Kayen dan SMP PGRI
6 Kayen.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah:
-

Mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden;

-

Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden;

-

Menyajikan data tiap variabel yang diteliti;

-

Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah;

-

Melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif ini menggunakan statistik
inferensial, yaitu menggambarkan data sampel untuk membuat kesimpulan yang
berlaku untuk populasi. Maka akan diperoleh signifikansi dari variabel
penelitian tersebut.

16

Berdasarkan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu hipotesis asosiatif maka
penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana. Maka perhitungan
untuk menguji hipotesis ini adalah dengan rumus Product moment yaitu:
r xy =

∑ xy
√(∑ x 2)(∑ y 2 )

(Arikunto; 2002)
Dengan ketentuan bila r hitung lebih besar dari r tabel maka Ho ditolak, dan Ha
diterima. Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan regresinya
yaitu menggunakan rumus persamaan regresi sederhana berikut:
'

Y =a+ bX

Keterangan

Y

= nilai yang diprediksikan

a

= konstanta atau harga X=0

b

= koefisien regresi

X

= nilai variabel independen

(Sugiyono, 2010:262)
X.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002a. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina
Aksara
--------------------------. 2002b. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara
Catharina. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES
Darsono, dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press
Denzin, Norman K & Lincoln, Yvonna S (ed). 2000. Handbook of Qualitative
Research. London: Sage Publications
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
-------------. 2003. Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Jakarta:
Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswin. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo
17

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
--------------------. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
--------------------. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
Implementasi, dan Inovasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Slameto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Salatiga: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo
-------------------. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitative,
Kualitative dan Research and Development (RnD). Bandung: Alfabeta
Suherman, Erman dan M. Yaya S. 1990. Petunjuk Paraktis Evaluasi Pendidikan
Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, Dasar dan
Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito

18