PERAN KNOWLEDGE TRANSFER DALAM PENINGKAT

PERAN KNOWLEDGE TRANSFER DALAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DI
INDONESIA
Niken Pratiwi1
1

Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM Yogyakarta

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam lima besar negara yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Hal tersebut dapat menjadi modal bagi
Indonesia untuk meningkatkan derajat bangsa melalui peningkatan kualitas sumberdaya
manusianya. Pendidikan adalah salah satu komponen penting dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia di dalam suatu individu. Namun jika dilihat dari kenyataanya saat ini,
Indonesia masih bertarung melawan sumberdaya manusia yang masih dianggap belum cukup
untuk bersaing dengan negara-negara di dunia.
Menurut data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia tahun 2000,
Indonesia memiliki daya saing yang rendah yaitu hanya menduduki urutan ke-35 dari 57
negara yang disurvei di dunia. Hal tersebut tentunya menjadi pr bagi Indonesia terutama bagi
pemerintah untuk terus meningkatkan pendidikan agar dapat bersaing dengan negara-negara
di dunia. Salah satu faktor masih rendahnya pendidikan di Indonesia adalah sistem
pendidikan di Indonesia yang masih menitikberatkan pada penguasaan teori dibandingkan

dengan terjun langsung kepada permasalahan yang ada di masyarakat.
Kurikulum pendidikan di Indonesia yang masih mengandalkan pemahaman teori
menjadi tantangan tersendiri ketika kita bertandang ke luar negeri untuk suatu kompetisi
ataupun bertukar pikiran dengan negara-negara lain. Sistem kurikulum tersebut juga
cenderung akan membentuk anak bangsa menjadi pribadi yang pasif sehingga sulit untuk
mengeluarkan pendapatnya atau bahkan beragumentasi terhadap suatu permasalahan.
Kemampuan berdebat juga dirasa cukup penting untuk dilatih sejak dini untuk membiasakan
kita untuk berpikir kritis terhadap apa yang sedang terjadi di sekitar lingkungannya atau
issue-issue yang sedang hangat dibicarakan.
Permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia yang ada saat ini membutuhkan
solusi yang tepat guna untuk meningkatkan tingkat pendidikan Indonesia dan daya saing
terhadap negara-negara lain. Knowledge transfer atau pertukaran pikiran terhadap kurikulum

yang dianut negara-negara lain dirasa perlu dilakukan untuk menjadi referensi dan mungkin
dapat diadopsi di negara Indonesia.
PEMBAHASAN
Semenjak Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum pendidikan telah beberapa
kali mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
1999, 2004 dan 2006. Semua kurikulum yang ada dibuat berdasarkan landasan yang sama
yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Kurikulum dibuat untuk standar

proses pembelajaran yang akan digunakan sekolah-sekolah di Indonesia.
Namun jika dilihat pada kondisi saat ini, Indonesia masih tertinggal dibandingkan
negara-negara di dunia bahkan di asia tenggara. Hal tersebut perlu dilakukannya inovasi
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu inovasinya adalah
knowledge transfer. Inovasi tersebut merupakan salah satu langkah pertukaran pemikiran
dengan negara-negara luar terutama dalam bidang pendidikan untuk mengetahui apa saja hal
yang dilakukan dalam pembuatan kebijakan di bidang pendidikan. Inovasi ini juga mudah
diaplikasikan dengan cara pertukaran pelajar, mengeratkan hubungan antar negara di bidang
pendidikan dan juga membuka peluang untuk program-program short course di luar negeri.
1.Finlandia
Finlandia merupakan salah satu negara yang berada di benua Eropa yang kini
dinobatkan sebagai negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Salah satu
faktor mengapa sistem pendidikan di negara tersebut menjadi yang terbaik karena
kemandirian siswa dan gurunya. Salah satu contohnya adalah setiap pelajar diberi
kesempatan untuk menentukkan jadwal ujiannya untuk mata pelajaran yang menurutnya
sudah ia kuasai.
Evaluasi belajar dalam skala nasional pun dilakukan tanpa adanya intervensi dari
pemerintah karena kurikulum yang dibuat berdasarkan keputusan setiap sekolah dan gurugurunya. Hal inilah yang yang dipertahankan oleh Finlandia sehingga menjadi negara yang
berada di posisi puncak dalam bidang pendidikan.
Sistem pendidikan yang digunakan di negara Finlandia dapat menjadi referensi bagi

pemerintah dalam menangani permasalahan pendidikan di negara ini. Indonesia merupakan
negara kepulauan dengan perilaku masyarakat yang berbeda-beda. Hal tersebut lah yang

seharusnya menjadikan sistem kurikulum di Indonesia berbeda-beda setiap daerahnya
mengingat sarana prasarana serta kualitas guru dan murid di setiap daerah berbeda-beda pula.
2.Malaysia
Malaysia merupakan negara tetangga yang memiliki satu rumpun yang sama dengan
Indonesia. Pada jaman dahulu, banyak orang Malaysia ke Indonesia untuk menuntut ilmu.
Namun sayangnya, pada saat ini justru hal tersebut berkebalikan dimana orang-orang di
Indonesia pergi ke Malaysia untuk menuntut ilmu.
Malaysia merupakan salah satu negara yang mengalami perkembangan terutama
dalam bidang pendidikan yang cukup pesat bahkan kini Indonesia berada di bawah Malaysia.
Jika dibandingkan negara-negara asean dalam bidang pendidikan, Indonesia menempati
peringkat keenam dan Malaysia menempati peringkat ketiga. ( http://indomea.org,2014)
Guru di Malaysia memiliki status yang tinggi di mata masyarakat dan kehadirannya
pun diapresiasi oleh masyarakat. Tenaga pendidiknya pun memiliki standar tersendiri.
Menurut Saedah Siraj (2012), standar profesional guru merupakan satu tahap kualiti yang
perlu dicapai oleh guru-guru semasa mereka menjalankan tugasnya yang disetujui oleh ahliahli profesional dalam bidang pendidikan. Lima hal yang ada di dalam standar profesional
guru adalah kurikulum, penilaian, pedagodi, peran pengajar di dalam sekolah, dan
sumbangan yang ia berikan saat menjadi guru.

Sedangkan guru di Indonesia memiliki permasalahan tersendiri. Undang-Undang No
14 tahun 2005 pasal 4 mengisyaratkan bahwa Kedudukan guru sebagai tenaga profesional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Namun pada kenyataanya, kualitas guru di Indonesia masih terbilang belum baik.
Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD saat ini, hanya 8,3% yang berijasah
sarjana. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi pada kualitas anak didiknya sehingga perlu
dilakukannya standar guru seperti yang dilakukan di Malaysia.
PENUTUP
Dilihat dari contoh kasus kedua negara tersebut, kini saatnya Indonesia berusaha
untuk menciptakan lulusan-lulusan yang kompeten dan siap bersaing dengan dunia luar.
Finch dan Crunkulton (dalam Mulyasa, 2003: 37) menyatakan bahwa kompetensi berarti

penguasaan terhadap tugas, keterampilan, tingkah laku, dan penghargaan-penghargaan yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan atau suatu prestasi. Jager dan Lokman (1999)
menambahkan bahwa proses pembelajaran, standar asesmen, dan kompetensi dapat
ditingkatkan melalui pemanfaatan TIK dalam proses belajar-mengajar. Tentunya peningkatan
mutu pendidikan tersebut tidak melupakan landasan utama yaitu Pancasila dan UUD 1945.

DAFTAR PUSTAKA

Jager, A.K dan A.H. Lokman. 1999. Impacts of ICT in Education. Education-Line
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi:Cetakan Ketiga. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya
Siraj,Saedah. 2012. Standard Kompetensi Guru Malaysia. Kuala Lumpur: Universitas Malaya
Sukmadinata,

Nana

Syaodih.

2012.

Pengembangan

Kurikulum.

PT.

REMAJA


ROSDAKARYA: Bandung
http://indomea.org/blog/2014/11/14/ranking-6-kualitas-sdm-indonesia-di-asean-siapkahindonesia-menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-2015-jilid-2/