HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 CENRANA KECAMATAN CENRANA KABUPATEN BONE

  HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 CENRANA KECAMATAN CENRANA KABUPATEN BONE

  1

  2

  3 Dewi Sartika , Chaeruddin , Alfrida Mallo

  1 STIKES Amanah Makassar

  2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar

  3 Poltekes Kemenkes Makassar

  (Alamat Korespondensi : sartikadewy31@gmail.com / 082349606462)

  ABSTRAK

  Seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara – perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan dan lingkungan dengan sikap seksual remaja di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik dengan metode cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X dan kelas XI siswa-siswi SMA Negeri 1 Cenrana sebanyak 263 orang. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dengan sampel 73 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan computer program excel dan program statistic (SPSS) versi 16.0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariate menggunakan uji Chi Square dengan Fisher’s Exact Test (p<0,05) untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan dan lingkungan dengan sikap seksual remaja. Hasil penelitian didapatkan pengetahuan cukup 68 responden (93,2%) dan pengetahuan kurang 5 responden (6,8%), lingkungan baik 69 responden (94,5%) dan lingkungan kurang 4 responden (5,5%), sedangkan sikap seksual remaja positif 61 responden (83,6%) dan sikap seksual remaja negatif 12 responden (16,4%). Hasil analisis bivariate didapatkan pengetahuan (p=0,02) dan lingkungan (p=0,013). Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan dan lingkungan dengan sikap seksual remaja di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.

  Kata Kunci : Pengetahuan, Lingkungan, Sikap Seksual Remaja PENDAHULUAN kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan

  Masa remaja adalah masa yang usia muda, perceraian, penyakit kelamin, penuh gejolak. Masa yang penuh dengan penyalahgunaan obat, merupakan akibat berbagai pengenalan dan petualangan akan buruk petualangan cinta dan seks yang salah hal – hal yang baru, termasuk pengalaman di usia remaja (Boyke, 2010). berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal Menurut US Center for Disense

  Control dan pencegahan pada tahun 2007,

  manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Rasa ingin tahu dari remaja kadang – kurang dari setengah dari semua siswa kadang kurang disertai pertimbangan rasional sekolah tinggi AS telah melakukan hubungan dan pengetahuan yang cukup akan akibat seksual. Pada tahun itu, 47,8% dari siswa AS lanjut dari suatu perbuatan. Selain itu, melaporkan bahwa mereka pernah melakukan kurangnya informasi mengenai seks dari hubungan seksual. Sedangkan survei tahun sekolah atau lembaga formal serta berbagai 2008 yang dilakukan YouGov di Inggris informasi seks dari media massa yang tidak menunjukkan bahwa 40 % dari semua anak sesuai dengan norma yang dianut usia 14 – 17 tahun aktif seksual, 74 % dari menyebabkan keputusan – keputusan yang yang aktif secara seksual anak – anak berusia diambil mengenai masalah cinta dan seks 14 – 17 tahun telah memiliki pengalaman begitu kompleks dan menimbulkan gesekan – seksual, dan 6 % dari remaja akan menunggu gesekan dengan orang tua dan lingkungan. sampai menikah sebelum berhubungan seks Cinta dan seks merupakan salah satu problem (Wikipedia, 2011). terbesar dari kaum remaja di mana pun di Hasil survei dari 33 provinsi di dunia ini. Kehamilan usia muda, pengguguran Indonesia pada 2008 menunjukkan bahwa

  Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531

BAHAN DAN METODE

  Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri

  3. Tabulasi data Setelah selesai pembuatan coding dilanjutkan dengan pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat – sifat yang dimiliki yang mana sesuai dengan tujuan penelitian.

  2. Coding Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

  merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.

  Editing

  1. Editing

  Pengolahan Data

  2) Siswa kelas X dan kelas XI yang tidak bersedia menjadi responden.

  1) Siswa kelas X dan kelas XI yang sakit, izin, dan alpha pada saat penelitian dilakukan.

  1) Siswa kelas X dan kelas XI yang berada ditempat saat penelitian dilakukan. 2) Siswa kelas X dan kelas XI yang bersedia menjadi responden b. Kriteria eksklusi

  1 Cenrana Kec.Cenrana Kab.Bone pada bulan Mei 2011. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Setiadi, 2007). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas X dan kelas XI siswa – siswi SMA Negeri 1 Cenrana yang jumlah siswanya sebanyak 263 orang. Sampel obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007). Sampel penelitian ini adalah siswa – siswi kelas X dan kelas XI yang berada di lokasi penelitian saat penelitian dilakukan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 73 orang. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut a. Kriteria inklusi

  Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan menggunakan metode pendekatan Cross Sectional, dengan maksud untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan lingkungan dengan sikap seksual remaja.

  Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531

  Lokasi, populasi, dan sampel

  Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan dan lingkungan dengan sikap seksual siswa di SMA Negeri 1 Cenrana, karena dari beberapa survei pelajar SMP maupun SMA sangat rentan terhadap seksual remaja. Dari data sekunder yang diperoleh di SMA Negeri 1 Cenrana, siswa sering melihat hal – hal yang berbau porno melalui telepon genggamnya. Sebagian juga siswa menggunakan fasilitas internet untuk mengakses hal – hal yang negatif. Selain itu, pemahaman tentang seks telah masuk kedalam mata pelajaran sekolah. Namun hal ini belum bisa menggambarkan pengetahuan siswa serta lingkungan dimana siswa itu bergaul, sehingga dapat mengakibatkan siswa mencari informasi sendiri. Dan apabila informasi yang didapat siswa berupa informasi negatif, dikhawatirkan dapat menimbulkan hal

  Beberapa dari siswa mengungkapkan, dia melakukan seks tersebut berdasarkan suka dan tanpa paksaan (Arif Gunawan, 2011). Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menemukan, jumlah remaja yang pernah mencicipi seks pada usia SMP dan SMA di Makassar mencapai 47% hingga 54% (Modify, 2008).

  siswa SMP dan SMA di Cianjur terungkap 42,3% pelajar telah melakukan hubungan seks yang pertama saat duduk di bangku sekolah.

  Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan

  Berdasarkan hasil penelitian Annisa

  Dan, sebanyak 62,7% anak SMP yang diteliti remaja SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi. Dan lagi, 97% pelajar SMP dan SMA yang disurvei mengaku suka menonton film porno (Arif Gunawan, 2011).

  Berdasarkan hasil survei Komnas Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2007 terungkap sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU yang disurvei mengaku pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.

  63% remaja SMP dan SMA pernah berhubungan seks. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu penelitian tahun 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah (Arif Gunawan, 2011).

  • – hal yang tidak diinginkan. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.

  158 Status Pacaran Di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone Tahun 2011

  Status Pacaran Frekuensi

  73

  Persent (%)

  Punya Pacar 38 52,1 Pernah Pacaran

  22

  30,1

  Tidak Pernah Pacaran

  13

  17,8

  Jumlah

  100 Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang punya pacar sebanyak 38 responden (52,1%), pernah pacaran sebanyak 22 responden (30,1%), dan yang tidak pernah pacaran sebanyak 13 responden (17,8%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelas Di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone Tahun 2011

  Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang berumur 15 tahun sebanyak 8 responden (11,0%), umur 16 tahun sebanyak 26 responden (35,6%), umur 17 tahun sebanyak 28 responden (38,6%), umur 18 tahun sebanyak 8 responden (11,0%), dan umur 19 tahun sebanyak 3 responden (4,1%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi berdasarkan

HASIL PENELITIAN

  Kelas Frekuensi Persent (%)

  X 22 30,1

  XI IPA 26 35,6

  XI IPS 25 34,2 Jumlah 73 100

  Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden kelas X sebanyak 22 responden (30,1%), kelas XI IPA sebanyak 26 responden (35,6%), dan kelas XI IPS sebanyak 25 responden (34,2%).

  2. Analisis Bivariat Tabel 8 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone Tahun 2011

  Pengetahuan Sikap Seksual Remaja Jumlah Positif Negatif n % n % n % Cukup 60 82,2 8 11,0 68 93,2

  Kurang 1 1,4 4 5,5 5 6,8 Jumlah 61 83,6 12 16,4 73 100 p = 0.02

  Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531

  4. Pembersihan data (cleaning) Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan – kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

  1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone Tahun 2011

  5. Analysis Setelah dilakukan tabulasi data dan

  cleaning, kemudian data diolah dengan

  menggunakan uji statistik yaitu analisis

  univariat dilakukan untuk variabel tunggal

  yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independent dan square ( ) dengan kemaknaan 0,05.

  Analisis data

  1. Analisis univariabel Analisis Univariat dilakukan pada tiap varibel dari hasil penelitian dengan mendiskripsikan setiap variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi pada tiap variabel.

  2. Analisis Bivariabel Analisis bivariat yaitu untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

  Jenis Kelamin

  18 8 11,0

  Frekuensi Persent

  (%) Laki – laki 30 41,1 Perempuan 43 68,9

  Jumlah 73 100 Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa responden terbayak adalah perempuan sebanyak

  43 responden (68,9%). Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone Tahun 2011

  Umur Frekuensi Persent

  (%)

  15 8 11,0

  16 26 35,6

  17 28 38,6

  19 3 4,1 Jumlah 73 100 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531

  160

  Dari hasil penelitian pada tabel 8, pada 73 responden dimana diperoleh data bahwa responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 68 responden (93,2%) dimana dari jumlah responden yang memiliki sikap seksual positif sebanyak 60 responden (82,2%) dan responden yang memiliki sikap seksual negatif sebanyak 8 responden (11,0%). Adapun responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (6,8%) dimana dari jumlah responden yang memiliki sikap seksual positif sebanyak 1 responden (1,4%) dan responden yang memiliki sikap seksual negatif sebanyak 4 responden (5,5%).

  Berdasarkan hasil uji Chi-squere

  p = 0,02 yang berarti lebih kecil dari nilai α

  (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan Dengan Sikap Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.

  Tabel 9 Hubungan Lingkungan Dengan Sikap Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone Tahun 2011

  Lingkungan Sikap Seksual Remaja Jumlah Positif Negatif n % n % n % Baik 60 82,2 9 12,3 69 94,5

  Kurang 1 1,4 3 4,1 4 5,5 Jumlah 61 83,6 12 16,4 73 100 p=0,013

  Dari hasil penelitian pada tabel 9, pada 73 responden dimana diperoleh data bahwa responden dengan lingkungan baik sebanyak 69 responden (94,5%) dimana dari jumlah responden yang memiliki sikap seksual positif sebanyak 60 responden (82,2%) dan responden yang memiliki sikap seksual negatif sebanyak 9 responden (12,3%). Adapun responden dengan lingkungan kurang sebanyak 4 responden (5,5%) dimana dari jumlah responden yang memiliki sikap seksual positif sebanyak 1 responden (1,4%) dan responden yang memiliki sikap seksual negatif sebanyak 3 responden (4,1%).

  Berdasarkan hasil uji Chi-squere dengan Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0,013 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara Lingkungan Dengan Sikap Seksual Remaja Di SMA Negeri 1 Cenrana Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone.

  PEMBAHASAN

  1. Analisa hubungan antara pengetahuan dengan sikap seksual remaja Dari hasil penelitian pada tabel 8 didapatkan bahwa pengetahuan yang cukup sebanyak 68 responden (93,2%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 5 responden (6,8%). Begitu juga sikap seksual remaja yang dimiliki oleh responden pada tabel 5.8 dimana responden yang memiliki sikap seksual remaja yang positif sebanyak 61 responden (83,6%) dan yang memiliki sikap seksual remaja yang negatif sebanyak 12 responden (16,4%). Dari hasil uji Chi-Square yang dilakukan dengan 0,02, yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap seksual remaja di SMA Negeri 1 Cenrana.

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang seksualitas. Remaja memiliki pengetahuan yang baik dikarenakan secara umum remaja kelas X dan XI sudah mendapatkan pendidikan seksual di dalam pembelajaran sekolah meskipun kurikulum pendidikan sekolah tidak berdiri sendiri, tapi diberikan melalui mata pelajaran tertentu (mata pelajaran biologi). Dimana dalam pendidikan seks ini meliputi proses pertumbuhan anak – anak menuju dewasa, proses perkembangan organ – organ seksualnya, dan proses reproduksi manusia. Selain itu remaja juga mendapatkan informasi seks remaja baik itu dari orang lain maupun melalui media cetak. Sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki dapat menambah atau mempengaruhi sikapnya.

  Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Endang dan Yuliady (2007) dengan judul “ Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas Di Beberapa SMU Di Makassar ”, menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan remaja tentang seks bebas, maka sikap dan perilaku remaja semakin baik dan sebaliknya. Selain itu dikatakan pula perlunya pendidikan seks diberikan secara dini untuk mencegah dampak negatifnya.

  Hubungan antara pengetahuan dan sikap seksual remaja menunjukkan arah kecenderungan siswa dengan pengetahuan yang baik / cukup ke arah yang positif (kecenderungan untuk menghindari seks remaja), sedangkan pada remaja dengan pengetahuan yang Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531 kurang akan mempunyai kecenderungan ke arah yang negatif (kecenderungan untuk mendekati seks remaja). Menurut (Sarlito,2010) sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang, sikap positif seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan yang baik dari orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa remaja yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang seksual remaja maka mereka akan cenderung mempunyai sikap positif.

  Sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannya cenderung mempunyai sikap negatif / sikap menerima adanya sekarang ini.

  2. Analisa hubungan antara lingkungan dengan sikap seksual remaja Berdasarkan dari hasil penelitian pada tabel 9 didapatkan bahwa lingkungan yang baik sebanyak 69 responden (94,5%) dan yang memiliki lingkungan yang kurang baik sebanyak 4 responden (5,5%). Begitu juga sikap seksual remaja yang dimiliki oleh responden pada tabel 5.9 dimana responden yang memiliki sikap seksual remaja yang positif sebanyak 61 responden (83,6%) dan yang memiliki sikap seksual remaja yang negatif sebanyak 12 responden (16,4%). Dari hasil uji Chi-Square yang dilakukan dengan menggunakan tabel 2x2 diperoleh hasil p = 0,013, yang berarti ada hubungan antara lingkungan dengan sikap seksual remaja di SMA Negeri 1 Cenrana.

  Pengaruh lingkungan merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan keluarga pada khususnya, dan lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Pengaruh lingkungan terutama lingkungan berkeluarga sangat penting dalam proses perkembangan seksualitas manusia. Sedangkan pengaruh sekolah diharapkan positif terhadap perkembangan remaja karena sekolah merupakan lembaga pendidikan. Di mana umumnya menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di sekolahnya. Ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya setiap hari dilewatkan remaja di sekolah. Jadi, tidak mengherankan kalau pengaruh sekolah terhadap remaja cukup besar. Sedangkan masyarakat sebagai lingkungan tersier yang merupakan lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan terutama teknologi komunikasi massa.

  Diketahui pula bahwa keluarga merupakan lingkungan primer setiap individu, sejak lahir sampai datang masanya ia meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan primer, hubungan antara manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum remaja mengenal lingkungan yang lebih luas, terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. Karena itu, sebelum mengenal lingkungan masyarakat yang lebih luas, pertama kali harus mengenal lingkungan keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.

  Masa remaja merupakan masa yang lama. Maka dari itu banyak remaja yang memanfaatkan masa remaja mereka dengan berbagai hal yang menarik dan menantang. Maka tak luput pula remaja terkena masalah yang berbahaya. Hal ini dikarenakan linkungan yang tidak mendukung. Dari hasil ini dapat dijelaskan pula bahwa lingkungan sangat mempengaruhi remaja dalam melakukan seks bebas, dimana lingkungan yang tidak sehat akan mendukung remaja untuk melakukan hal – hal negatif. Apabila lingkungannya sehat atau baik, remaja akan tidak melakukan hal negatif yang merugikan dirinya karena terdapat norma yang tidak tertulis di lingkungan tersebut baik berupa teguran maupun pengucilan dari masyarakat begitupula sebaliknya.

  Hal tersebut didukung oleh Teori Ronvergenst yang dikemukakan oleh William Stern, bahwa lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu dimana lingkungan mempengaruhi individu dimana individu itu berada (Wawan, 2010).

  Memang tidak dapat diingkari bahwa pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja sangat besar, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Pengaruh lingkungan pada diri remaja sangat berdampak dengan sikap seksual remaja yang cenderung ke arah positif atau ke arah negatif. Di satu pihak, remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan sedangkan di pihak lain ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri serta terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Hal ini sangat dikhawatirkan karena, bila tidak mendapatkan perhatian penuh dapat berdampak pada sikap remaja dalam menanggapi seks remaja sekarang

  2. Bagi Institusi Pendidikan ini yang mana jika lingkungannya baik akan Sebagai bahan pertimbangan bagi membawa pengaruh positif tentang sikap institusi pendidikan khususnya sekolah seksual remaja begitu pula sebaliknya. dalam menentukan program – program dan menyebarluaskan informasi tentang pengetahuan seks remaja terutama bagi

  KESIMPULAN

  remaja yang mempunyai pengetahuan

  1. Ada hubungan antara pengetahuan yang kurang dan lingkungan yang kurang dengan sikap seksual remaja. baik misalnya dengan membuat mading

  2. Ada hubungan antara lingkungan dengan tentang seks. Selain itu, bimbingan sikap seksual remaja. konseling (BK) di sekolah perlu diberi perhatian khusus guna menghindari

  SARAN

  dampak – dampak yang diakibatkan seks

  1. Siswa remaja tersebut.

  Diharapkan siswa mengupayakan

  3. Penelitian Selanjutnya peningkatan pengetahuan tentang Diharapkan dengan adanya hasil seksual remaja, dengan mencari informasi yang baik dan akurat serta peneliti berikutnya dalam meneliti dapat memilih tempat pergaulan yang hubungan yang lebih kompleks baik agar mempunyai sikap ke arah yang pengaruhnya terhadap sikap, selain positif / kecenderungan untuk pengetahuan dan lingkungan. menghindari seksual remaja sehingga dampak yang diakibatkan oleh seks remaja tidak terjadi.

  DAFTAR PUSTAKA Gunawan, arif. 2011. Remaja & Permasalahannya. Hanggar Kreator. Yogyakarta.

  

47% remaja Makassar nge_seks,

Modify. 2008.

  (online), (http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=26095 , diakses 07 April 2011) Nugraha, boyke dian. 2010. It’s all about sex A-Z tentang Sex. PT Bumi Aksara. Jakarta. Sarwano, Sarlito. 2010. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sriwati endang & Malik yuliady. 2007. Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas dan AIDS di

  Beberapa SMU di Makassar. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar : Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran – Universitas Hasanuddin Wawan A dan M Dewi. 2010. Teori & Pengukuran “Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Manusia”. Nuha Medika.

  Yogyakarta.

  Seksualitas Remaja, Wikipedia ensiklopedia bebas. 2011. (online), (http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Adolescent_s exuality , diakses

  15 Maret 2011 162

  Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 2 Tahun 2018 ● eISSN : 2302-2531