NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN KELUHAN NYERI

NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH
PADA PENGGGUNAAN KURSI KERJA ERGONOMIS
DAN NON ERGONOMIS PEMBATIK DI PABRIK
BATIK PLENTONG YOGYAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
Universitas Respati Yogyakarta

Disusun Oleh :
LIZA NILA ANDIKA
NIM : 08110210

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
2012

PERBEDAAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

PADA PENGGUNAAN KURSI KERJA ERGONOMIS
DAN NON ERGONOMIS PEMBATIK DI PABRIK
BATIK PLENTONG YOGYAKARTA
Liza Nila Andika¹, Ariyanto Nugroho², Bambang Suwerda³
INTISARI
Latar Belakang: Posisi statis dalam bekerja kadang-kadang tidak dapat terhindarkan. Bila
keadaan statis tersebut bersifat kontinu maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan antara
lain nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah yang timbul dapat mengakibatkan kehilangan
jam kerja sehingga mengganggu produktivitas kerja. Duduk yang lama menyebabkan beban yang
berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal. Kursi yang ergonomis digunakan
sebagai salah satu upaya untuk mengurangi terjadinya nyeri punggung bawah.
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan keluhan nyeri punggung bawah pada pembatik yang
bekerja menggunakan kursi ergonomis dan non ergonomis
Metode Penelitian: Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif analitik
dengan menggunakan rancangan penelitian potong lintang (crossectional) untuk mengetahui
perbedaan antara dua variabel yang dilakukan pada saat bersamaan (point time approact).
Hasil: Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh tenaga Fisioterapis didapatkan hasil bahwa terdapat
17 responden yang mengalami nyeri (85%) dan 3 responden yang tidak mengalami nyeri (15%).
Dari 17 responden yang mengalami nyeri punggung bawah, sebanyak 5 responden sudah
menggunakan kursi kerja ergonomis dan 12 responden yang menggunakan kursi kerja non

ergonomis. Pengukuran kursi kerja yang digunakan responden dan pengukuran antropometri,
kursi kerja yang ergonomis yang digunakan responden adalah kursi kerja nomor I, II, III, VII,
VIII, IX dan XI dengan ukuran tinggi: 89 cm, tinggi alas duduk 50 cm, lebar 37 cm, panjang 44
cm dan tinggi sandaran punggung 33 cm.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan antara keluhan nyeri punggung bawah pada penggunaan
kursi kerja ergonomis dan non ergonomis yang dapat dilihat dari hasil uji fisher exact test pada
nilai sig 2-sided > alfa (0,270 > 0,05).

Kata Kunci: Nyeri Punggung Bawah, Kursi Kerja
¹ Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta
² Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta
³ Program Studi Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

DIFFERENCE IN COMPLAINTS FOR LOW BACK PAIN IN
THE USE OF ERGONOMIC AND NON ERGONOMIC WORK
CHAIR IN BATIK WORKERS AT PLENTONG BATIK
FACTORY YOGYAKARTA
Liza Nila Andika1, Ariyanto Nugroho2, Bambang Suwerda3
ABSTRACT


Background: Static position during the work is sometimes unavoidable. If the condition continues,
it can cause health problems such as low back pain. Low back pain may disrupt productivity.
Sitting for a long time will cause excessive burden and tissue damage of lumbal vertebra.
Ergonomic chair is used as an effort to minimize the incidence of low back pain.
Objective: To identify the difference in complaints for low back pain in batik workers using
ergonomic and non ergonomic work chair.
Method: The study was analytic descriptive with cross sectional design to identify the difference
between two variables undertaken with a point time approach.
Results: The result of examination made by physiotherapist showed that 17 respondents (85%)
encountered pain and 3 respondents (15%) did not encounter pain. Out of 17 respondents that had
low back pain, 5 had used ergonomic work chair and 12 did not use ergonomic work chair. The
result of measurement on work chair used by the respondents and anthropometric measurement
showed that ergonomic work chairs used by the respondents were work chairs no. I, II, III, VII,
VIII, IX, and XI with height 89 cm, height of cushion 50 cm, width 37 cm, length 44 cm and height
of backrest 33 cm.
Conclusion: There was no difference in complaints for low back pain in the use of ergonomic and
non ergonomic work chairs as indicated from the result of Fisher exact test in score of sig 2-sided
> alpha (0.270 > 0.05).

Keywords: low back pain, work chair, ergonomic aspects, batik factory

1. Public Health Student, Respati University Yogyakarta
2. Public Health Study Program, Respati University Yogyakarta
3. Environmental Health Study Program, Health Polytechnic Yogyakarta

PENDAHULUAN
Penerapan faktor ergonomi sangat penting dilakukan, terutama pada sektor industri maupun
jasa, yaitu dalam pengaturan sikap, tata cara dan perencanaan alat kerja yang tepat. Masalah yang
diakibatkan oleh faktor yang tidak ergonomi mempunyai dampak buruk terhadap pekerja yang
akan menyebabkan gangguan baik secara fisik maupun secara psikologis. Gangguan ini biasanya
berhubungan dengan pekerjaan dimana terjadi ketidaksesuaian antara keadaan tubuh dengan
kapasitas fisik tubuh seseorang (1).
Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan
kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat pekerja visual (visual display
unitstation). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain
untuk perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan
instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko
kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat (2).
Terkait dengan penyakit akibat kerja atau hubungan kerja yang termasuk dalam lingkup
locomotor disorders, antara lain adalah nyeri punggung bawah. Penyakit tersebut merupakan salah

satu jenis penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius di lingkungan perusahaan dan tenaga
kerja, mengingat besarnya kompensasi biaya dan waktu kerja yang hilang akibat timbulnya
penyakit tersebut (3).
Low back pain (nyeri punggung bawah) merupakan fenomena yang seringkali dijumpai
pada setiap pekerjaan. Posisi statis dalam bekerja kadang-kadang tidak dapat terhindarkan. Bila
keadaan statis tersebut bersifat kontinu maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan antara lain
nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah yang timbul dapat mengakibatkan kehilangan jam
kerja sehingga mengganggu produktivitas kerja. Duduk yang lama menyebabkan beban yang
berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal. Prevalensi nyeri punggung bawah karena
posisi duduk besarnya 39,7%, di mana 12,6% sering menimbulkan keluhan, 1,2% kadang-kadang
menimbulkan keluhan dan 25,9% jarang menimbulkan keluhan (4).
Nyeri pungung bawah sering dijumpai dalam praktek sehari-hari terutama di negara-negara
industri termasuk Indonesia. Diperkirakan 70-85% dari seluruh penduduk di negara maju pernah
mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45% dengan
point prevalence rata-rata 30%, sekitar 80-90% pasien nyeri punggung bawah menyatakan bahwa
mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya. Di Amerika Serikat keluhan
nyeri punggung bawah ini menempati urutan kedua, keluhan tersering setelah nyeri kepala. Data
kasus menunjukkan bahwa pasien usia lebih dari 40 tahun yang datang dengan keluhan nyeri

punggung bawah jumlahnya cukup banyak dan lebih dari 80% penduduknya pernah mengeluhkan

nyeri punggung bawah.
Saat ini, 90 % kasus nyeri punggung bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik
melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Menurut data, dalam satu bulan rata-rata 23
% pekerja tidak bekerja dengan benar dan absen kerja selama 8 hari dikarenakan sakit pinggang.
Berdasarkan hasil survei tentang akibat sakit leher dan pinggang, produktivitas kerja dapat
menurun sehingga hanya tinggal 60 % (5).
Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar “common sense” (dianggap
suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika sekiranya suatu keuntungan yang besar
bisa didapat hanya sekedar penerapan suatu prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan
kasus dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, akan
tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Karakteristik fungsional
dari manusia seperti kemampuan penginderaan, waktu respon/tanggapan, daya ingat, posisi
optimum tangan dan kaki untuk efisiensi kerja otot merupakan suatu hal yang belum sepenuhnya
dipahami oleh masyarakat awam. Agar didapat suatu perancangan pekerjaan maupun produk yang
optimum daripada tergantung dan harus dengan “trial and error” maka pendekatan ilmiah harus
segera diadakan (2).
Pada observasi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2011 di pabrik batik
Plentong diketahui jumlah pembatik adalah 20 orang, 10 laki-laki dan 10 perempuan. Jumlah kursi
ergonomis 7 dan non ergonomis 13. Tingkat pendidikan para pembatik mayoritas tamatan sekolah
dasar. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di pabrik batik Plentong belum maksimal

karena masih ditemukan kursi kerja pembatik yang belum sesuai dengan antropometri para
pembatik, tata letak peralatan yang belum sesuai, posisi kerja yang monotoni. Semua pembatik
yang bekerja baik dengan posisi berdiri, duduk di kursi yang ergonomis dan non ergonomis
semuanya mengeluh sering merasa pegal, nyeri di daerah bahu, pinggang dan leher. Bahkan
pembatik mengatakan bahwa keluhan nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas seharihari. Penyebab keluhan ini belum diketahui secara pasti. Suma’mur (1994) menyatakan bahwa
penerapan ergonomi pada perusahaan kecil dan sektor informal belum mendapat perhatian yang
layak. Interaksi antara sarana dan prasarana dengan tenaga kerja tidak sepenuhnya diperhatikan,
sebagai contoh adalah terjadinya gangguan sistem gerak (6).
Berdasarkan observasi bahwa penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di Pabrik Batik
Plentong, peneliti ingin meneliti tentang perbedaan keluhan nyeri punggung bawah pada
penggunaan kursi kerja ergonomis dan non ergonomis pembatik di Pabrik Batik Plentong
Yogyakarta.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, data
yang diambil adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan hasil
pemeriksaan dari tenaga Fisioterapis Terakreditasi dan kuesioner. Penelitian dilaksanakan tanggal
6 juni 2012. Teknik sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel penelitian ini
yaitu responden yang bekerja di bagian pembatikan yaitu sebanyak 20 pembatik. Teknik analisa
data dari hasil penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Fisher Exact Test. Jalannya penelitian

dimulai yaitu yang pertama persiapan penelitian yaitu meliputi pengumpulan bahan pustaka,
pengajuan judul, setelah disetujui kemudian studi pendahuluan dilanjutkan penyusunan proposal
penelitian dan konsultasi dosen pembimbing, kemudian mengadakan seminar proposal. Tahap
kedua yaitu tahap pelaksanaan meliputi pengurusan izin penelitian, pengadaan alat pengumpulan
data, pemeriksaan oleh tenaga ahli, pengukuran antropometri oleh tenaga dari Balai Hiperkes,
pengumpulan data editing, coding dan scoring pada hasil penelitian. Tahap ketiga yang merupakan
tahap akhir penelitian menyimpulkan hasil penelitian, bimbingan dengan pembimbing I dan
pembimbing II, mengadakan seminar hasil Skripsi, menyerahkan laporan penelitian dan publikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
1. Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden penelitian ini diamati berdasarkan umur, jenis kelamin, lama kerja,
masa kerja dan pengukuran antropometri.Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pada Pembatik di Pabrik Batik
Plentong Yogyakarta
Karakteristik
Umur
≤ 31 tahun
> 31 tahun
Jenis Kelamin

Perempuan
Laki-laki
Lama kerja
≤ 8 jam
˃ 8 jam
Masa Kerja
0 – 10 tahun
11 - 20 tahun
21 - 30 tahun
31 – 40 tahun
41 – 50 tahun
Jumlah
Sumber: Data Primer 2012

Frekuensi

Persentase (%)

3
17


15
85

10
10

50,0
50,0

18
2

90,0
10,0

5
3
3
6

3
20

25
15
15
30
15
100,0

Karakteristik responden berdasarkan umur responden diketahui umur responden terbanyak
pada umur > 31 tahun dan termasuk golongan dewasa tua terdapat 14 orang (70,0%) dan
paling sedikit umur ≤ 31 tahun dan tergolong dewasa muda sebanyak 2 orang (10,0%).
Berdasarkan lama kerja diketahui lama kerja sebagian besar responden adalah ≤ 8 jam
sebanyak 18 orang (90,0%). Dilihat dari jenis kelamin responden bahwa jenis kelamin
responden laki-laki dan perempuan berjumlah 10 orang (50,0%). Berdasarkan masa kerja
responden sebagian besar berada pada interval 31-40 tahun (30,0%).

2. Hasil Pengukuran Kursi Kerja Pembatik
Tabel 4.2. Pengukuran Kursi Kerja Responden
N
o

Ket

Kursi
I

Kursi
II

Kursi
III

Kursi
VII

Kursi
VIII

1

Tinggi

89 cm

90 cm

90 cm

90 cm

89 cm

90 cm

89 cm

2

Panjang

44 cm

45 cm

45 cm

44 cm

46 cm

46 cm

45 cm

3

Lebar

37 cm

37 cm

37 cm

37 cm

39 cm

36 cm

4

Tsp

33 cm

33 cm

33 cm

33 cm

34 cm

34 cm

33 cm

5
Tad
50 cm
Sumber : Data Primer 2012

47 cm

46 cm

46 cm

47 cm

47 cm

49 cm

39 cm

Kursi
IX

Kursi
XI

Ket : Tsp (Tinggi sandaran punggung)
Tad (Tinggi alas duduk)
Berdasarkan hasil penelitian pada pengukuran kursi kerja, 7 diantaranya sudah memenuhi
syarat atau sudah ergonomis dilihat dari tinggi alas duduk dari kursi kerja dengan tinggi lutut
duduk pekerja, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran tinggi kursi kerja I adalah
dengan tinggi 89 cm, lebar 37 cm, panjang 44 cm, tinggi sandaran punggung 33 cm dan tinggi
alas duduk 50 cm. Pada kursi kerja II dengan tinggi 90 cm, panjang 44 cm, lebar 37 cm, tinggi
sandaran punggung 33 cm dan tinggi alas duduk 47 cm. Pada kursi kerja III dengan tinggi 90
cm, panjang 45 cm, lebar 37 cm, tinggi sandaran punggung 33 cm dan tinggi alas duduk 46
cm. Pada kursi kerja VII dengan tinggi 90 cm, panjang 44 cm, lebar 37 cm, tinggi sandaran
punggung 33 cm dan tinggi alas duduk 46 cm. Pada kursi kerja VIII dengan tinggi 89 cm,
panjang 46 cm, lebar 39 cm, tinggi sandaran punggung 34 cm dan tinggi alas duduk 47 cm.
Pada kursi kerja IX dengan tinggi 90 cm, panjang 46 cm, lebar 39 cm, tinggi sandaran
punggung 34 cm dan tinggi alas duduk 47 cm. Pada kursi kerja XI dengan tinggi 89 cm,
panjang 45 cm, lebar 36 cm, tinggi sandaran punggung 33 cm dan tinggi alas duduk 49 cm.

3. Pemeriksaan Nyeri Punggung Bawah
Pemeriksaan nyeri punggung bawah dilakukan oleh tenaga Fisioterapis.
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Menurut Keluhan Nyeri Punggung Bawah Responden

No
1
2

Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Mengalami Nyeri
Tidak Mengalami Nyeri
Total

F
17
3
20

%
85
15
100

Sumber: Data Primer 2012
Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami nyeri sebanyak 17
orang (85%).

4. Perbedaan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penggunaan Kursi
Kerja Ergonomis dan Non Ergonomis.
Tabel 4.4 Analisis Perbedaan Tingkat Keluhan Nyeri Punggung Bawah Dengan Pengggunan
Kursi Ergonomis dan Non Ergonomis
Kursi kerja

Keluhan Punggung
Bawah
Mengalami Nyeri
n
%
5
29,4
12
70,6

Ergonomis
Non
Ergonomis
Total
17
Sumber: Data Primer 2012

100

Sig (2-sided)

Tidak Mengalami Nyeri
n
%
2
66,7
1
33,3
3

0,270

100

Dari tabel 4.4 di atas dapat dapat dilihat bahwa pada hasil pengujian statistik nilai Sig (2sided) 0,270 > 0,05, berarti tidak ada perbedaan antara keluhan nyeri punggung bawah dengan
penggunaan kursi kerja ergonomis dan non ergonomis, dengan demikian bahwa responden
mengalami nyeri punggung bawah pada penggunan kursi kerja ergonomis dan non ergonomis.

PEMBAHASAN
1. Karakteristik Penelitian
Jumlah tenaga kerja yang menjadi responden pada penelitian ini adalah 20 orang
pembatik. Responden yang paling banyak berada pada usia > 40 tahun terdapat 14 orang
(70,0%), dan paling sedikit berada pada usia < 25 tahun terdapat 2 orang (10,0%).
Menurut Tarwaka dkk (2004), umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas
fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun (7). Pada umur >
40 tahun kekuatan otot, kemampuan sensoris-motoris akan menurun. Menurut Sudoyo
dkk (2006) nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan usia.

Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka pada usia dekade ke dua dan insiden
tinggi dijumpai pada dekade ke lima (8). Responden yang bekerja ≤ 8 jam perhari terdapat
18 orang (90,0%). Menurut Suma’mur (1996), lamanya seseorang bekerja sehari secara
baik pada umumnya 6 – 8 jam, memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan
biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya
kelelahan, penyakit akibat kerja dan kecelakaan (`9).

2. Pengukuran Kursi Kerja Pembatik
Hasil pengukuran kursi kerja dan antropometri responden tinggi badan, tinggi
duduk, tinggi siku duduk, tinggi pinggul duduk, tinggi lutut duduk, panjang tungkai atas
dan panjang tungkai bawah dengan rata-rata dan standar deviasi maka kursi kerja yang
sesuai atau kursi yang ergonomis dari adalah 7 kursi. Nurmianto (2008), perancangan
tempat kerja merupakan suatu aplikasi data antropometri, tetapi masih memerlukan
dimensi fungsional secara statis (2).

3. Pemeriksaan Nyeri Punggung Bawah
Pemeriksaan nyeri punggung bawah responden oleh tenaga fisioterapis
terakreditasi. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui perbedaan keluhan nyeri
punggung bawah pada pembatik yang menggunakan kursi ergonomis dan non ergonomis.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dari 20 responden
yang diperiksa 17 orang diantaranya mengalami nyeri dan 3 orang tidak mengalami nyeri.
Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pembatik. Responden yang
mengalami nyeri punggung 5 orang sudah menggunakan kursi kerja ergonomis.
Sedangkan 12 responden lainnya masih menggunakan kursi kerja non egonomis.

4. Perbedaan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Penggunaan Kursi Kerja
Ergonomis dan Non Ergonomis
Berdasarkan hasil penelitian bahwa hasil pengujian statistik dengan Fisher Exact
Test, taraf signifikansi α 5 % (0,05), jika Sig < 0,05 hasil penelitian menunjukkan nilai
Sig (2-sided) 0,270 > 0,05, dengan demikian dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikansi antara keluhan nyeri dengan penggunaan kursi kerja ergonomis dan non
ergonomis. Hal ini sejalan dengan penelitian Mete (2010), tentang perbedaan tingkat
kelelahan dengan penggunaan stasiun kerja ergonomis dan non ergonomis pada karyawan
bagian produksi ironing di PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta

(11)

, hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan perbedaan yang signifikan antara
tingkat kelelahan dengan penggunaan stasiun kerja ergonomis dan non ergonomis dengan
nilai sig 2- tailed 0,242.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedan antara tingkat nyeri
punggung bawah dengan penggunaan kursi krja eronomis dan non ergonomis, hal ini
dapat dipengaruhi karena masa kerja responden sebagian besar ≥ 10 tahun, dimana
penggunaan kursi kerja yang ergonomis ≤ 1 tahun. Hal ini terlihat bahwa dari 7
responden yang menggunakan kursi kerja ergonomis 5 diantaranya mengalami nyeri.
Responden yang sudah menggunakan kursi kerja ergonomis sebagian belum menerapkan
sikap bekerja duduk yang baik. Maka perbedaan keluhan nyeri punggung bawah antara
pembatik yang menggunakan kursi kerja ergonomis dan non ergonomis menjadi tidak
signifikan.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tidak terdapat perbedaan yang dapat dilihat dari hasil uji Fisher Exact test dengan melihat
nilai Sig (2-sided) 0,270 > 0,05, dengan demikian dinyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikansi antara keluhan nyeri dengan penggunaan kursi kerja ergonomis
dan non ergonomis.

B. Saran
1.

Bagi Institusi Pendidikan UNRIYO
Menjadi bahan pertimbangan membuat kebijakan dalam hal meningkatkan kesehatan
pekerja

melalui

kerjasama

dengan

perusahaan-perusahaan

untuk

memberikan

pengetahuan tentang pentingnya meningkatkan kesehatan pekerja melalui penyuluhan
bagi pekerja.
2.

Bagi Pabrik Batik Plentong Yogyakarta
a.

Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang nyeri punggung bawah dengan
melakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan yang punya kompetensi di bidangnya
untuk mengadakan penyuluhan tentang penyakit akibat kerja.

b.

Pabrik juga diharapkan menyediakan kursi kerja ergonomis yang lebih banyak lagi,
sehingga pekerja lebih nyaman dan diharapkan meningkatkan produktivitas pekerja.

3.

Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang nyeri punggung bawah, sebagai dasar
untuk memberikan kontribusi nyata pengabdian kepada masyarakat yaitu dalam
meningkatkan pengetahuan pekerja tentang nyeri sehingga penyakit akibat kerja bisa
diminimalisir.

4.

Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya keluhan nyeri punggung bawah seperti umur, lama kerja, masa kerja, riwayat
penyakit, status gizi, jenis kelamin dan kelainan musculoskeletal sehingga akan
melengkapi hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
(1) Santoso, A. (2009). Analisis Penerapan Aspek Ergonomis Pada Perancangan Kursi
Di Laboratorium Dasar Elektronika Berbasis Teknologi Informasi. “Jurnal Ilmiah
Program Studi Teknik Telekomunikasi Dan Navigasi Udara”. Tangerang : Sekolah
Tinggi Penerbangan Indonesia.
(2) Nurmianto, E. (2008). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: Guna
Widia
(3) Nilamsari, N. (2004). Pengaruh Posisi Duduk Terhadap Kejadian Nyeri Punggung
Bawah Pada Pengemudi Rosalia Indah Travel-Solo. “Tesis Program Studi Hiperkes/
Ilmu Kesehatan Kerja Jurusan Ilmu-ilmu Kesehatan”. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada
(4) Samara. Dkk. (2005). Sikap Membungkuk Dan Memutar Selama Bekerja Sebagai
Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah. “Jurnal Juli-September Departemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja PT. Unilever”. Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti.
(5) Pratiwi, dkk. (2009). Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Penjual Jamu Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan
Vol.4/No.1/Januari 2009. Semarang: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro.
(6) Suma’mur. (1994). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: Sagung Seto
(7) Tarwaka. dkk., (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta : Uniba Press
(9) Sudoyo, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(10) Suma’mur. (1996). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV Haji
Masagung
(12) Mete, K. L. (2010). Perbedaan Tingkat Kelelahan dengan Penggunaan Stasiun
Kerja Ergonomis dan Non Ergonomis Pada Karyawan Bagian Produksi Ironing Di
PT. Mataram Tunggal Garment Yogyakarta. “Skripsi Prodi S-1 Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan”. Yogyakarta: Universitas Respati Yogyakarta