KIPRAH SULTAN TENGAH DI KERAJAAN SAMBAS
KIPRAH SULTAN TENGAH DI KERAJAAN SAMBAS
KALIMANTAN BARAT
Oleh. M.Natsir1
Abstrak
Peranan Sultan Tengah di kerajaan Sambas membawa pengaruh begitu besar, Dinasty yang
berakar dari keturunan Sultan Hasan Brunei Darussalam membuat kejayaan di kerajaan Sambas.
Kedatangan Sultan Tengah ke Sukadana mendapat simpatik dari Giri Mustika Raja Sukadana,
sehingga beliau di kawinkan dengan adiknya Ratu Surya Kusuma. Mereka adalah anak dari
pasangan penembahan Giri Kusuma (Pangeran Sorgi Matan Sukadana)dan Ratu Mas Zaitan
(Ratu Mas Zaitan, Ratu Sukadana Landak). Dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman
Peradaban pertama yang membawa cemerlang adalah Sultan Sulaiman yang bergelar Syafiuddin,
mengawini anak Ratu Sepudak Mas Ayu Bungsu, Perkawinan itu melahirkan Raden Bima di
Kota Lama. Raden Sulaiman Menuju Kota Bangun, kemudian Kota Bandir dan menuju Lubuk
Madung yang dikenal dengan Muara Ulakan, Di tempat inilah Raden Sulaiman dinobatkan
menjadi Sultan Pertama di kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I
Kehadiran Sultan Sulaiman di Sambas, menarik perhatian masyarakat, sehingga Islam
berkembang di kalangan masyarakat Sambas.Anak Raden Sulaiman Raden Bima dititahkan
berangkat ke Negeri Brunai untuk menemui kaum keluarga. Sekembalinya dari Brunai, Raden
Bima dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tadjuddin. Wafatnya Sultan
Muhammad Tadjuddin, pemerintahan dilanjutkan Puteranya Raden Meliau dengan gelar Sultan
Umar Akamuddin I, permaisurinya Utin Kemala seorang putri Dipa dari bangsawan kerajaan
Landak. Sultan Abubakar Kamaluddin. Kemudian diganti oleh Abubakar Tadjuddin I. Berganti
pula dengan Raden Pasu yang lebih terkenal dengan nama Pangeran Anom. Setelah naik tahta
beliau bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I. Puteranya Raden Ishak (Pangeran Ratu
Nata Kesuma)baru berumur 6 tahun. Karena itu roda pemerintahan diwakilikan kepada Sultan
Usman Kamaluddin.Tanggal 11 Juli 1831, Sultan Usman Kamaluddin wafat, tahta kerajaan
dilimpahkan kepada Sultan Umar Akamuddin III. Mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan
Abu Bakar Tadjuddin II. Sultan Muhammad Syafeiuddin II. Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin
II. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim. Tsafiuddin. Raden Muhammad Taufiq. Pangeran Ratu
Winata Kusuma. Raden Muhammad Farhan.Keberadaan Keraton di bangun Raden Bima. Masjid
Jami 1885 M , Keraton diperbaharui Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin yang
memerintah Sambas pada tahun 1931-1944 M
1
M.Natsir. Peneliti Sejarah Budaya Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak disampaikan dalam acara Seminar
” Jendela borneo” Pusat Sejarah Brunei, Tgl.13-14 Mei 2013
1
I. Masa Awal Kerajaan Sambas
Sejarah tentang asal usul kerajaan Sambas tidak bisa terlepas dari Kerajaan di Brunei
Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan persaudaraan yang sangat erat.Pada
jaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam, bertahtalah seorang Raja yang bergelar Sri Paduka
Sultan Muhammad (1362-1402 M). Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak
cucunya secara turun temurun.Sampailah pada keturunannya yang bernama Sultan Hasan (15821598 M) mempunyai anak yaitu Pangeran Abdul Djalil Akbar (1598-1659 M ). Pangeran Tengah
dan Pangeran Muhammad Ali. Pangeran Tengah diangkat sebagai Sultan di negeri Sarawak
bergelar Sultan Ibrahim Ali Omar Shah pada 1599 M. Raja Tengah inilah yang telah datang ke
Kerajaan Sukadana. Karena prilaku dan tata kramanya sesuai dengan keadaan sekitarnya, beliau
disegani bahkan Raja Sukadana Giri Mustika (Muhammad Syafiuddin) rela mengawinkan
dengan saudara perempuannya bernama Ratu Suria Kusuma.Mereka adalah anak dari pasangan
penembahan Giri Kusuma (Pangeran Sorgi Matan Sukadana)dan Ratu Mas Zaitan (Ratu Mas
Zaitan, Ratu Sukadana Landak). Dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman. Saat itu di
Sambas memerintah seorang ratu keturunan Majapahit (Hinduisme) bernama Ratu Sepudak
dengan pusat pemerintahannya di Kota Lama kecamatan Telok keramat skt 36 Km dari Kota
Sambas. Baginda Ratu Sepudak dikaruniai dua orang putri. Yang sulung dikawinkan dengan
kemenakan Ratu Sepudak bernama Raden Prabu Kencana dan ditetapkan menjadi
penggantinya.Ketika Ratu Sepudak memerintah, tibalah Raja Tengah beserta rombongannya di
Sambas. Kemudian banyak rakyat menjadi pengikutnya dan memeluk agama Islam. Tak berapa
lama, Ratu Sepudak wafat. Menantunya Raden Prabu Kencana naik tahta dan memerintah
dengan gelar Ratu Anom Kesuma Yuda. Pada peristiwa bersamaan putri kedua Ratu Sepudak
yang bernama Mas Ayu Bungsu kawin dengan Raden Sulaiman (Putera sulung Raja Tengah.
Perkawinan ini dikaruniai seorang putera bernama Raden Bima di lahirkan di Kota Lama, Ahad
1 zulqaidah 1055 H. Pemerintahan Ratu Anom Kesuma Yuda, diangkatlah pembantu-pembantu
Administrasi kerajaan. Adik kandungnya bernama Pangeran Mangkurat ditunjuk sebagai Wazir
Utama. Bertugas khusus mengurus perbendaharaan raja, terkadang juga mewakili raja. Raden
Sulaiman ditunjuk menjadi Wazir kedua yang khusus mengurus dalam dan luar negeri dan
dibantu menteri-menteri dan petinggi lainnya.
Rakyat lebih menghargai Raden Sulaiman daripada Pangeran Mangkurat, hingga
menimbulkan rasa iri dihati Pangeran Mangkurat. suatu ketika tangan kanan Raden Sulaiman
2
bernama Kyai Satia Bakti dibunuh pengikut Pangeran Mangkurat. setelah dilaporkan kepada
raja, ternyata tak ada tindakan positif, suasana makin keruh. Raden Sulaiaman mengambil
kebijaksanaan meninggalkan pusat kerajaan, menuju daerah baru dan mendirikan sebuah kota
dengan nama Kota Bangun. Jumlah pengikutnyapun makin banyak. Hal ini telah mengajak
Petinggi Nagur, Bantilan dan Segerunding mengusulkan untuk berunding dengan Ratu Anom
Kesuma Yuda. Hasil mufakat keduanya meninggalkan kota lama. Raden Sulaiman menuju kota
Bandir dan Ratu Anom Kesuma Yuda berangkat menuju sungai Selakau. Kemudian agak ke hulu
dan mendirikan kota dengan ibukota pemerintahannya diberi nama Kota Balai Pinang.
Meninggalnya Ratu Anom Kesuma Yuda dan Pangeran Mangkurat, putera Ratu Anom
yang bernama Raden Bekut diangkat menjadi raja dengan gelar Panembahan Kota Balai. Beliau
beristrikan Mas Ayu Krontiko, puteri Pangeran Mangkurat. Raden Mas Dungun putera raden
Bekut adalah Panembahan terakhir Kota Balai. Kerajaan ini berakhir karena utusan Raden
Sulaiman menjemput mereka kembali ke Sambas. Kurang lebih 3 tahun kemudian berdiam di
Kota Bandir, atas hasil mufakat, berpindahlah mereka dan mendirikan pusat pemerintahannya di
Lubuk Madung, pada persimpangan tiga sungai : sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan Sungai
Teberau. Kota ini juga disebut orang " Muara Ulakan". Kemudian keraton kerajaan dibangun dan
hingga kini masih berdiri megah.Di tempat inilah raden sulaiman dinobatkan menjadi Sultan
Pertama di kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I. Saudarasaudaranya, Raden Badaruddin digelar pangeran Bendahara Sri Maharaja dan Raden Abdul
Wahab di gelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma. Raden Bima (anak Raden Sulaiman) ke
Sukadana dan kawin dengan puteri raja Tanjungpura bernama Puteri Indra Kesuma (adik bungsu
Sultan Zainuddin) dan dikaruniai seorang putera diberinama Raden Meliau, nama yang terambil
dari nama sungai di Sukadana. Setahun kemudian mereka pamit ke hadapan Sultan Zainuddin
untuk pulang ke Sambas, oleh Raden Sulaiman Raden Bima dititahkan berangkat ke Negeri
Brunai untuk menemui kaum keluarga. Sekembalinya dari Brunai, Raden Bima dinobatkan
menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tadjuddin. Bersamaan dengan itu, Raden
Akhmad putera Raden Abdu Wahab dilantik menjadi Pangeran Bendahara Sri Maharaja.
Wafatnya Sultan Muhammad Tadjuddin, pemerintahan dilanjutkan Puteranya Raden Meliau
dengan gelar Sultan Umar Akamuddin I.Berkat bantuan permaisurinya bernama Utin Kemala
bergelar Ratu Adil, pemerintahan berjalan lancar dan adil. Inilah sebabnya dalam sejarah Sambas
3
terkenal dengan sebutan Marhum Adil, Utin Kemala adalah puteri dari pangeran Dipa (seorang
bangsawan kerajaan Landak) dengan Raden Ratna Dewi (puteri Sultan Muhammad Syafeiuddin
I).Wafatnya Sultan Umar Akamuddin I, Puteranya Raden Bungsu naik tahta dengan gelar Sultan
Abubakar Kamaluddin. Kemudian diganti oleh Abubakar Tadjuddin I. Berganti pula dengan
Raden Pasu yang lebih terkenal dengan nama Pangeran Anom. Setelah naik tahta beliau bergelar
Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I. Sebagai wakilnya diangkatlah Sultan Usman Kamaluddin
dan Sultan Umar Akamuddin III. Pangeran Anom dicatat sebagai tokoh yang sukar dicari
tandingannya, penumpas perampok lanun. Setelah memerintah kira-kira 13 tahun (1828), Sultan
Muhammad Ali Syafeiuddin I wafat. Puteranya Raden Ishak (Pangeran Ratu Nata Kesuma)baru
berumur 6 tahun. Karena itu roda pemerintahan diwakilikan kepada Sultan Usman
Kamaluddin.Tanggal 11 Juli 1831, Sultan Usman Kamaluddin wafat, tahta kerajaan dilimpahkan
kepada Sultan Umar Akamuddin III. Tanggal 5 Desember 1845 Sultan Umar Akamuddin III
wafat, maka diangkatlah Putera Mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan Abu Bakar Tadjuddin
II. Tanggal 17 Januari 1848 putera sulung beliau yang bernama Syafeiuddin ditetapkan sebagai
putera Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Tahun 1855 Sultan Abubakar Tadjuddin II
diasingkan ke Jawa oleh pemerintah Belanda (Kembali ke Sambas tahun 1879).
Maka sebagai wakil ditunjuklah Raden Toko' (Pangeran Ratu Mangkunegara) dengan
gelar Sultan Umar Kamaluddin. Pada tahun itu juga atas perintah Belanda, Pangeran Adipati
diberangkatkan ke Jawa untuk study.Tahun 1861 Pangeran Adipati pulang ke Sambas dan
diangkat menjadi Sultan Muda. Baru pada tanggal 6 Agustus 1866 beliau diangkat menjadi
Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin II. Beliau mempunyai dua orang istri. Dari
istri pertama (Ratu Anom Kesumaningrat) dikaruniai tujuh orang anak. Dari istri kedua (Encik
Nauyah Mas Nyemas) dikaruniai juga tujuh orang anak salah seorang puteranya bernama Raden
Muhammad Ariadinigrat. Sebelum manjabat sebagai raja, Putera Mahkota Pangeran Adipati
Ahmad wafat mendahului ayahnya. Sebagai penggantinya ditunjuklah anaknya yaitu Raden
Muhammad Mulia Ibrahim bergelar Pangeran Ratu Nata Wijaya. Pada saat Raden Ahmad wafat,
Sultan Muhammad Syafeiuddin II telah berkuasa selama 56 tahun. Beliau merasa sudah lanjut
usia, maka dinobatkan Raden Muhammad Aryadiningrat sebagai wakil sultan dengan gelar
Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin II pada 4 Desember 1922 M.Setelah memerintah kira-kira 4
tahun, beliau wafat. Roda pemerintahan diserahkan kepada Sultan Muhammad Mulia Ibrahim.
Tsafiuddin pada 2 Mei 1931.Pada masa pemerintahan raja inilah, bangsa Jepang datang ke
4
Sambas. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim adalah salah seorang yang menjadi korban keganasan
Jepang. Wafatnya Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin pada 1943, Putra mahkota
masih berusia 12 tahun oleh rezim fasis militer Jepang diangkatlah Raden Muhammad Taufik
sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Ratu.Pangeran Ratu Muhammad Taufiq beristeri
Uray Latifah putri Pangeran Laksamana Hasnan Pandji Kusuma dikaruniai dua orang anak.
Raden Dewi Kencana dan Raden Winata Kusuma. Pangeran Ratu Muhammad Taufiq wafat 3
Juni 1984. Pangeran Ratu Raden Winata Kusuma dinobatkan menjadi putra Mahkota dengan
gelar Pangeran Ratu pada Sabtu 15 Juli 2000. Wafat di Jakarta Jumat 1 Pebruari 2008. Putra
sulung Pangeran Ratu, Raden Muhammad Farhan dikukuhkan dalam usia 13 tahun. Sebagai
penerus kesultanan Sambas Alwazikhubillah.
II.Keraton Sambas Masa Kini
Kesultanan Sambas, menurut sejarawan, mulai berdiri sejak pemerintahan Sultan
Muhammad Shafiuddin I (1631-1668).Namun bangunan keraton yang berdiri menghadap Muara
Ulakan (persimpangan tiga sungai, yakni Sungai Sambas Kecil, Sungai Teberau dan Sungai
Subah) didirikan mulai Sultan ke-2, Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima) yang berkuasa
tahun 1668-1708.Sedang bangunan keraton yang ada kini berdiri merupakan pembangunan
kembali pada zaman Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin yang memerintah Sambas
pada tahun 1931-1944.Seperti halnya keraton etnis Melayu lainnya, warna kuning emas sangat
mendominasi warna bangunan istana, yang tegak dengan bahan kayu belian (kayu besi). Warisan
budaya ini terawat cukup baik, dan masih bisa bercerita tentang kejayaan daerah Sambas di
jamannya.Bagi wisatawan yang berkunjung ke keraton, tidak dipungut bayaran. Wisatawan
sebelum memasuki keraton utama yang menghadap ke barat itu akan memasuki gerbang segi
delapan dengan hamparan halaman depan yang luasnya hampir sama dengan lapangan sepak
bola.Di tengahnya terdapat tiang bendera yang bentuknya menyerupai tiang pancang bendera di
kapal besar. Di sekitar tiang terdapat tiga meriam canon yang siap menjaga tiang bendera, konon
didapatkan dari pasukan Inggris.Di sisi lapangan sebelah Utara terdapat masjid jamik keraton
yang bangunannya juga kokoh dari kayu belian.
5
Gambar Masjid Jami Kesultanan Sambas
Masjid agung bagi keraton Sambas itu asal mulanya kecil seperti mushola, namun pada
tahun 1885 mulai dikembangkan menjadi masjid jamik (masjid agung).Warna masjid juga
didominasi kuning emas dengan beberapa bagian diselingi warna hijau. Namun untuk tempat
berwudhu sudah berubah dari aslinya, karena bentuknya merupakan bentuk bangunan
baru."Shalat di sini sejuk dengan sirkulasi udara yang cukup sejuk," salah satu pengunjung
keraton.Masjid paling ramai saat shalat Jumat dan di bulan Ramadhan, pengunjung keraton dan
Informasi keturunan Sultan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin yang memerintah
Sambas pada tahun 1931-1944.
6
Bangunan Keraton Sambas
Bangunan Utama
Setelah melihat masjid, pengunjung bisa menuju bangunan utama keraton, yang
sebelumnya ada gerbang. Pada jaman dahulu, setiap gerbang dijaga penjaga. Namun kini tidak
ada lagi. Sementara yang ada di samping kanan-kiri gerbang hanyalah sebuah meriam
lele.Memasuki bangunan utama, pengunjung akan melihat pernak-pernik peninggalaan keraton
yang masih terawat cukup baik dan kondisi keraton yang bersih.Di ruang utama tampak empat
buah kaca cermin besar berukuran sekitar 2x1 meter persegi, dengan bingkai yang berornamen
khas Eropa. Sepasang kaca cermin hadiah dari kerajaan Belanda, dan sepasang kaca cermin
lainnya hadiah dari Kerajaan Perancis.Kemudian tampak foto-foto sultan-sultan yang pernah
berkuasa di Sambas dan kerabat keraton. Selain itu ada foto makam ayah Sultan Sambas
Pertama, yakni Sultan Tengah bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan Brunei ke-9) yang berlokasi
di Sarawak.Sultan Tengah sendiri sebetulnya penguasa di Sarawak, yang merupakan adik Sultan
Abdul Jalilul Akbar (Sultan Brunei ke-10). Salah satu foto yang menarik adalah foto yang dibuat
1 Agustus 1937. Di foto tersebut tampak Sultan Mulia Ibrahim yang berpakaian jas dan berdasi,
serta memakai tutup kepala peci hitam beserta rombangan berjalan beriringan akan
bersilaturahmi ke orang kaya Lela Mahkota di Kampung Tumok, Sambas.Dalam rombongan
terdapat wanita-wanita, sebagian dengan berkebaya biasa tanpa penutup wajah, sedang sebagian
7
wanita berkebaya dengan wajahnya tertutup sarung dan hanya sebatas mata saja yang terlihat.
"Wanita yang berkebaya biasa itu sudah bersuami, sedang wanita yang memakai tutup kepala
sarung dan hanya mata saja yang terlihat, itu berarti masih gadis," .Jadi, pria Sambas dahulu
kalau meminang gadis, sulit melihat wajahnya. "Mungkin untung-untungan juga dapat cantik
atau tidak," guraunya.Sedangkan Sultan Sambas memakai jas dan berdasi, karena beliau pernah
balajar di sekolah modern di Belanda juga, katanya.Sementara itu di dalam kamar sultan masih
tampak rapi, tempat tidur Sultan terakhir, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian
kebesaran Sultan, payung ubur-ubur, dan tombak canggah.Selain itu di dalam kamar diletakkan
dua tempayan keramik setinggi lebih satu meter asal negeri Tiongkok. Dua tempayan ini
sekarang disimpan dalam lemari kaca, sehingga pengunjung masih bisa melihat tapi tak bisa
menyentuhnya. Di perkirakan keramik ini dari abad ke-18.Kemudian di bagian tengah keraton
terdapat beragam pedang dan pakaian untuk prajurit-prajurit keraton. Kini digunakan saat tradisi
keraton saja.Bangunan utama keraton diapit dua bangunan yang lebih kecil ukurannya, yang
sebelah kiri merupakan dapur keraton, sedang yang sebelah kanannya untuk tempat
penyimpanan pusaka dan tempat penampungan prajurit dahulunya.
Meriam Kecil Tujuh Buah
8
Pusaka yang masih dirawat berupa tujuh meriam kecil yang beraneka ragam dengan
ukuran bervariasi sekitar 30-50 cm. "Diceritakan meriam pusaka ini merupakan hasil pertapaan
para Sultan di sini," Meriam-meriam pusaka yang disimpan dalam lemari kaca itu memiliki
nama masing-masing, yakni Raden Mas, Raden Putri, Raden Sambir, Raden Pajang, Ratu Kilat,
Pangeran Pajajaran dan Panglima Guntur.Selain meriam, juga ada tombak-tombak dan tempat
alas duduk bekas Sultan. Semuanya terawat dengan ditaburi bunga dan tepung tawar dalam
ruang sekitar 5x4 meter persegi. "Tidak setiap orang diperkenankan berkunjung ke sini,".Di
belakang bangunan keraton ada kolam, yang dahulunya merupakan kolam untuk mandi dan
berenang anak-anak kerabat keraton. Hanya sayangnya kolam kurang terawat. "Namun di sini
masih ada yang minta berkah dengan air kolam ini," .Penguasa Keraton Sambas terakhir adalah
Pangeran Ratu Winata Kusuma yang wafat tahun 2008. Sedang saat ini segala hal terkait keraton
diurus oleh pengurus keraton, pewarisnya Muhammad Tarhan yang masih duduk di tingkat SMA
sampai dewasa dan bisa menjadi kepala rumah tangga istana Kesultanan Sambas.Berwisata ke
keraton sambas memang bisa cukup menyingkap lembaran lama kejayaan Sambas. (Zainal
Abidin,Kompas 31 Juli 2012)
Daftar Pustaka
Musni Umberan, dkk. 1997. Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Kalimantan Barat. Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak
Syafaruddin Usman MHD,2011. Sambas Merajut Kisah Menenun Sejarah
Zaenal Abidin. 2012, Keraton Kesultanan Sambas. Kompas
Muhammad Natsir, 2013. Wawancara Ratu Endang.
9
M.Natsir,lahir 28 Pebruari 1964 di Pontianak,Sei Jawi Dalam Kalimantan Barat.
Beragama Islam.Riwayat pendidikan dari sekolah Agama Madrasah dan SD Bawari 1977,
Sekolah Tehnik Negeri Transisi1980, STM Negeri 2 1984. Melanjutkan Universitas
Tanjungpura Pontianak Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2002. Tahun 2004 mengikuti Program
Magister (S2) pada universitas yang sama pada program Studi Sosiologi selesai tahun 2006
Riwayat pekerjaan diawali sebagai loper koran di Pontianak pada harian Koran Berita Yudha
Jakarta 1980, tamat sekolah masuk Perusahaan Negara PTP VII Gn.Meliau Kalbar 1984-1986,
PT. Duta Pertiwi Nusantara Kalbar 1986-1994. Tahun 1992 di terima sebagai Pegawai Negeri
Sipil Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.Menjadi dosen Jurusan
Pariwisata Isipol UNTAN sejak tahun 2002. Dosen STKIP-PGRI Pontianak. Penulis Budaya.
Koran APPost., harian Berkat., Borneo Tribun,Jurnal Sejarah Jakarta. Organisasi LAMS
(lembaga Adat Melayu Serantau)
Seminar – Simposium.Work Shop Antar Kepala Balai Kajian Sejarah
SeIndonesia Malaysia 1996.Seminar Pengembangan SDM Rektorat UNTAN 2004.Antar
Universitas Borneo 2 Malaysia-Indonesia 2005.Raker Balitbangda TK.I Kalbar.Work Shop
Kepercayaan SeIndonesia Bogor /Jkt 2005/2006, Budaya Melayu STAIN 2005 Pendidikan IKIP
Ptk 2006. Kearifan Budaya Lokal Bogor 2006. Nilai-Nilai Budaya Diklat Ptk 2007.Arung
Sejarah 2 Ketapang Kalbar 2007. Sejarah Borneo Brunai Negara Brunai 2007. Sejarah Islam
UITM Samarahan Sarawak Malaysia 2008. Sejarah Borneo STAIN 2010. Duta Indonesia pada
Puslitbangbud Kementerian Kebudayaan Pariwisata Jakarta ke Brunai Darussalam 2010
10
Karya – Karya.Penelitian Naskah Translitersi Arab Melayu Kitab Kesehatan. Naskah
Translitersi Arab Melayu Silsilah Bugis.Barzanji Pontianak.Hadrah Pontianak. Tokoh Sejarah
Kaltim.Tokoh Sejarah Ketapang. Suku Dayak Manjau Ketapang. Suku Bakumpai Kalteng –
Kalsel. Penelitian Sosial Budaya Melayu Pontianak. Aktualisasi Budaya Batang Lupar
Putusibau.Tesis Identitas Melayu Pontianak. Adat Istiadat Melayu Kayung Ketapang.Upacara
Tradisi Melayu Kab.Pontianak.Menstro Budaya Kalbar. Tumpang Negeri Landak Kalbar
2006.Kearifan Lokal Masyarakat Pontianak2006.Upacara Tradisi Kab Pontianak 2006. Pristiwa
Mandor Kalbar 2007. Prospek Ikan Salai Putusibau Kalbat 2008.Multikultural Kementerian
Kebudayaan Pariwisata Jakarta 2008. Inventarisasi Budaya Sejarah Kalbar 2008.Amplang
Ketapang 2009.Arsitektur Keraton Matan Ketapang 2010.Pangka Gasing Kalbar 2011, Potensi
Objek Wisata Makam Sultan Suriansyah Kalsel 2011
Prestasi..
1. Penghargaan Presiden Republik Indonesia Megawati
2. Juara 1 Work Shop Kepercayaan se Indonesia diJakarta Th 2008
3. Penghargaan Pencipta lagu Arung Sejarah oleh Geograpi Sejarah Jakarta 2009
4. Beasiswa Menteri Peranan Wanita Republik Indonesia DR.Mutia
Hatta 2006
5. Pemeran Film Islam di Tanah Khatulistiwa (Produksi TV One)
Jakarta 2010
11
KALIMANTAN BARAT
Oleh. M.Natsir1
Abstrak
Peranan Sultan Tengah di kerajaan Sambas membawa pengaruh begitu besar, Dinasty yang
berakar dari keturunan Sultan Hasan Brunei Darussalam membuat kejayaan di kerajaan Sambas.
Kedatangan Sultan Tengah ke Sukadana mendapat simpatik dari Giri Mustika Raja Sukadana,
sehingga beliau di kawinkan dengan adiknya Ratu Surya Kusuma. Mereka adalah anak dari
pasangan penembahan Giri Kusuma (Pangeran Sorgi Matan Sukadana)dan Ratu Mas Zaitan
(Ratu Mas Zaitan, Ratu Sukadana Landak). Dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman
Peradaban pertama yang membawa cemerlang adalah Sultan Sulaiman yang bergelar Syafiuddin,
mengawini anak Ratu Sepudak Mas Ayu Bungsu, Perkawinan itu melahirkan Raden Bima di
Kota Lama. Raden Sulaiman Menuju Kota Bangun, kemudian Kota Bandir dan menuju Lubuk
Madung yang dikenal dengan Muara Ulakan, Di tempat inilah Raden Sulaiman dinobatkan
menjadi Sultan Pertama di kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I
Kehadiran Sultan Sulaiman di Sambas, menarik perhatian masyarakat, sehingga Islam
berkembang di kalangan masyarakat Sambas.Anak Raden Sulaiman Raden Bima dititahkan
berangkat ke Negeri Brunai untuk menemui kaum keluarga. Sekembalinya dari Brunai, Raden
Bima dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tadjuddin. Wafatnya Sultan
Muhammad Tadjuddin, pemerintahan dilanjutkan Puteranya Raden Meliau dengan gelar Sultan
Umar Akamuddin I, permaisurinya Utin Kemala seorang putri Dipa dari bangsawan kerajaan
Landak. Sultan Abubakar Kamaluddin. Kemudian diganti oleh Abubakar Tadjuddin I. Berganti
pula dengan Raden Pasu yang lebih terkenal dengan nama Pangeran Anom. Setelah naik tahta
beliau bergelar Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I. Puteranya Raden Ishak (Pangeran Ratu
Nata Kesuma)baru berumur 6 tahun. Karena itu roda pemerintahan diwakilikan kepada Sultan
Usman Kamaluddin.Tanggal 11 Juli 1831, Sultan Usman Kamaluddin wafat, tahta kerajaan
dilimpahkan kepada Sultan Umar Akamuddin III. Mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan
Abu Bakar Tadjuddin II. Sultan Muhammad Syafeiuddin II. Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin
II. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim. Tsafiuddin. Raden Muhammad Taufiq. Pangeran Ratu
Winata Kusuma. Raden Muhammad Farhan.Keberadaan Keraton di bangun Raden Bima. Masjid
Jami 1885 M , Keraton diperbaharui Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin yang
memerintah Sambas pada tahun 1931-1944 M
1
M.Natsir. Peneliti Sejarah Budaya Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak disampaikan dalam acara Seminar
” Jendela borneo” Pusat Sejarah Brunei, Tgl.13-14 Mei 2013
1
I. Masa Awal Kerajaan Sambas
Sejarah tentang asal usul kerajaan Sambas tidak bisa terlepas dari Kerajaan di Brunei
Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan persaudaraan yang sangat erat.Pada
jaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam, bertahtalah seorang Raja yang bergelar Sri Paduka
Sultan Muhammad (1362-1402 M). Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak
cucunya secara turun temurun.Sampailah pada keturunannya yang bernama Sultan Hasan (15821598 M) mempunyai anak yaitu Pangeran Abdul Djalil Akbar (1598-1659 M ). Pangeran Tengah
dan Pangeran Muhammad Ali. Pangeran Tengah diangkat sebagai Sultan di negeri Sarawak
bergelar Sultan Ibrahim Ali Omar Shah pada 1599 M. Raja Tengah inilah yang telah datang ke
Kerajaan Sukadana. Karena prilaku dan tata kramanya sesuai dengan keadaan sekitarnya, beliau
disegani bahkan Raja Sukadana Giri Mustika (Muhammad Syafiuddin) rela mengawinkan
dengan saudara perempuannya bernama Ratu Suria Kusuma.Mereka adalah anak dari pasangan
penembahan Giri Kusuma (Pangeran Sorgi Matan Sukadana)dan Ratu Mas Zaitan (Ratu Mas
Zaitan, Ratu Sukadana Landak). Dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman. Saat itu di
Sambas memerintah seorang ratu keturunan Majapahit (Hinduisme) bernama Ratu Sepudak
dengan pusat pemerintahannya di Kota Lama kecamatan Telok keramat skt 36 Km dari Kota
Sambas. Baginda Ratu Sepudak dikaruniai dua orang putri. Yang sulung dikawinkan dengan
kemenakan Ratu Sepudak bernama Raden Prabu Kencana dan ditetapkan menjadi
penggantinya.Ketika Ratu Sepudak memerintah, tibalah Raja Tengah beserta rombongannya di
Sambas. Kemudian banyak rakyat menjadi pengikutnya dan memeluk agama Islam. Tak berapa
lama, Ratu Sepudak wafat. Menantunya Raden Prabu Kencana naik tahta dan memerintah
dengan gelar Ratu Anom Kesuma Yuda. Pada peristiwa bersamaan putri kedua Ratu Sepudak
yang bernama Mas Ayu Bungsu kawin dengan Raden Sulaiman (Putera sulung Raja Tengah.
Perkawinan ini dikaruniai seorang putera bernama Raden Bima di lahirkan di Kota Lama, Ahad
1 zulqaidah 1055 H. Pemerintahan Ratu Anom Kesuma Yuda, diangkatlah pembantu-pembantu
Administrasi kerajaan. Adik kandungnya bernama Pangeran Mangkurat ditunjuk sebagai Wazir
Utama. Bertugas khusus mengurus perbendaharaan raja, terkadang juga mewakili raja. Raden
Sulaiman ditunjuk menjadi Wazir kedua yang khusus mengurus dalam dan luar negeri dan
dibantu menteri-menteri dan petinggi lainnya.
Rakyat lebih menghargai Raden Sulaiman daripada Pangeran Mangkurat, hingga
menimbulkan rasa iri dihati Pangeran Mangkurat. suatu ketika tangan kanan Raden Sulaiman
2
bernama Kyai Satia Bakti dibunuh pengikut Pangeran Mangkurat. setelah dilaporkan kepada
raja, ternyata tak ada tindakan positif, suasana makin keruh. Raden Sulaiaman mengambil
kebijaksanaan meninggalkan pusat kerajaan, menuju daerah baru dan mendirikan sebuah kota
dengan nama Kota Bangun. Jumlah pengikutnyapun makin banyak. Hal ini telah mengajak
Petinggi Nagur, Bantilan dan Segerunding mengusulkan untuk berunding dengan Ratu Anom
Kesuma Yuda. Hasil mufakat keduanya meninggalkan kota lama. Raden Sulaiman menuju kota
Bandir dan Ratu Anom Kesuma Yuda berangkat menuju sungai Selakau. Kemudian agak ke hulu
dan mendirikan kota dengan ibukota pemerintahannya diberi nama Kota Balai Pinang.
Meninggalnya Ratu Anom Kesuma Yuda dan Pangeran Mangkurat, putera Ratu Anom
yang bernama Raden Bekut diangkat menjadi raja dengan gelar Panembahan Kota Balai. Beliau
beristrikan Mas Ayu Krontiko, puteri Pangeran Mangkurat. Raden Mas Dungun putera raden
Bekut adalah Panembahan terakhir Kota Balai. Kerajaan ini berakhir karena utusan Raden
Sulaiman menjemput mereka kembali ke Sambas. Kurang lebih 3 tahun kemudian berdiam di
Kota Bandir, atas hasil mufakat, berpindahlah mereka dan mendirikan pusat pemerintahannya di
Lubuk Madung, pada persimpangan tiga sungai : sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan Sungai
Teberau. Kota ini juga disebut orang " Muara Ulakan". Kemudian keraton kerajaan dibangun dan
hingga kini masih berdiri megah.Di tempat inilah raden sulaiman dinobatkan menjadi Sultan
Pertama di kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin I. Saudarasaudaranya, Raden Badaruddin digelar pangeran Bendahara Sri Maharaja dan Raden Abdul
Wahab di gelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma. Raden Bima (anak Raden Sulaiman) ke
Sukadana dan kawin dengan puteri raja Tanjungpura bernama Puteri Indra Kesuma (adik bungsu
Sultan Zainuddin) dan dikaruniai seorang putera diberinama Raden Meliau, nama yang terambil
dari nama sungai di Sukadana. Setahun kemudian mereka pamit ke hadapan Sultan Zainuddin
untuk pulang ke Sambas, oleh Raden Sulaiman Raden Bima dititahkan berangkat ke Negeri
Brunai untuk menemui kaum keluarga. Sekembalinya dari Brunai, Raden Bima dinobatkan
menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tadjuddin. Bersamaan dengan itu, Raden
Akhmad putera Raden Abdu Wahab dilantik menjadi Pangeran Bendahara Sri Maharaja.
Wafatnya Sultan Muhammad Tadjuddin, pemerintahan dilanjutkan Puteranya Raden Meliau
dengan gelar Sultan Umar Akamuddin I.Berkat bantuan permaisurinya bernama Utin Kemala
bergelar Ratu Adil, pemerintahan berjalan lancar dan adil. Inilah sebabnya dalam sejarah Sambas
3
terkenal dengan sebutan Marhum Adil, Utin Kemala adalah puteri dari pangeran Dipa (seorang
bangsawan kerajaan Landak) dengan Raden Ratna Dewi (puteri Sultan Muhammad Syafeiuddin
I).Wafatnya Sultan Umar Akamuddin I, Puteranya Raden Bungsu naik tahta dengan gelar Sultan
Abubakar Kamaluddin. Kemudian diganti oleh Abubakar Tadjuddin I. Berganti pula dengan
Raden Pasu yang lebih terkenal dengan nama Pangeran Anom. Setelah naik tahta beliau bergelar
Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin I. Sebagai wakilnya diangkatlah Sultan Usman Kamaluddin
dan Sultan Umar Akamuddin III. Pangeran Anom dicatat sebagai tokoh yang sukar dicari
tandingannya, penumpas perampok lanun. Setelah memerintah kira-kira 13 tahun (1828), Sultan
Muhammad Ali Syafeiuddin I wafat. Puteranya Raden Ishak (Pangeran Ratu Nata Kesuma)baru
berumur 6 tahun. Karena itu roda pemerintahan diwakilikan kepada Sultan Usman
Kamaluddin.Tanggal 11 Juli 1831, Sultan Usman Kamaluddin wafat, tahta kerajaan dilimpahkan
kepada Sultan Umar Akamuddin III. Tanggal 5 Desember 1845 Sultan Umar Akamuddin III
wafat, maka diangkatlah Putera Mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan Abu Bakar Tadjuddin
II. Tanggal 17 Januari 1848 putera sulung beliau yang bernama Syafeiuddin ditetapkan sebagai
putera Mahkota dengan gelar Pangeran Adipati. Tahun 1855 Sultan Abubakar Tadjuddin II
diasingkan ke Jawa oleh pemerintah Belanda (Kembali ke Sambas tahun 1879).
Maka sebagai wakil ditunjuklah Raden Toko' (Pangeran Ratu Mangkunegara) dengan
gelar Sultan Umar Kamaluddin. Pada tahun itu juga atas perintah Belanda, Pangeran Adipati
diberangkatkan ke Jawa untuk study.Tahun 1861 Pangeran Adipati pulang ke Sambas dan
diangkat menjadi Sultan Muda. Baru pada tanggal 6 Agustus 1866 beliau diangkat menjadi
Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Syafeiuddin II. Beliau mempunyai dua orang istri. Dari
istri pertama (Ratu Anom Kesumaningrat) dikaruniai tujuh orang anak. Dari istri kedua (Encik
Nauyah Mas Nyemas) dikaruniai juga tujuh orang anak salah seorang puteranya bernama Raden
Muhammad Ariadinigrat. Sebelum manjabat sebagai raja, Putera Mahkota Pangeran Adipati
Ahmad wafat mendahului ayahnya. Sebagai penggantinya ditunjuklah anaknya yaitu Raden
Muhammad Mulia Ibrahim bergelar Pangeran Ratu Nata Wijaya. Pada saat Raden Ahmad wafat,
Sultan Muhammad Syafeiuddin II telah berkuasa selama 56 tahun. Beliau merasa sudah lanjut
usia, maka dinobatkan Raden Muhammad Aryadiningrat sebagai wakil sultan dengan gelar
Sultan Muhammad Ali Syafeiuddin II pada 4 Desember 1922 M.Setelah memerintah kira-kira 4
tahun, beliau wafat. Roda pemerintahan diserahkan kepada Sultan Muhammad Mulia Ibrahim.
Tsafiuddin pada 2 Mei 1931.Pada masa pemerintahan raja inilah, bangsa Jepang datang ke
4
Sambas. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim adalah salah seorang yang menjadi korban keganasan
Jepang. Wafatnya Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin pada 1943, Putra mahkota
masih berusia 12 tahun oleh rezim fasis militer Jepang diangkatlah Raden Muhammad Taufik
sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Ratu.Pangeran Ratu Muhammad Taufiq beristeri
Uray Latifah putri Pangeran Laksamana Hasnan Pandji Kusuma dikaruniai dua orang anak.
Raden Dewi Kencana dan Raden Winata Kusuma. Pangeran Ratu Muhammad Taufiq wafat 3
Juni 1984. Pangeran Ratu Raden Winata Kusuma dinobatkan menjadi putra Mahkota dengan
gelar Pangeran Ratu pada Sabtu 15 Juli 2000. Wafat di Jakarta Jumat 1 Pebruari 2008. Putra
sulung Pangeran Ratu, Raden Muhammad Farhan dikukuhkan dalam usia 13 tahun. Sebagai
penerus kesultanan Sambas Alwazikhubillah.
II.Keraton Sambas Masa Kini
Kesultanan Sambas, menurut sejarawan, mulai berdiri sejak pemerintahan Sultan
Muhammad Shafiuddin I (1631-1668).Namun bangunan keraton yang berdiri menghadap Muara
Ulakan (persimpangan tiga sungai, yakni Sungai Sambas Kecil, Sungai Teberau dan Sungai
Subah) didirikan mulai Sultan ke-2, Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima) yang berkuasa
tahun 1668-1708.Sedang bangunan keraton yang ada kini berdiri merupakan pembangunan
kembali pada zaman Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin yang memerintah Sambas
pada tahun 1931-1944.Seperti halnya keraton etnis Melayu lainnya, warna kuning emas sangat
mendominasi warna bangunan istana, yang tegak dengan bahan kayu belian (kayu besi). Warisan
budaya ini terawat cukup baik, dan masih bisa bercerita tentang kejayaan daerah Sambas di
jamannya.Bagi wisatawan yang berkunjung ke keraton, tidak dipungut bayaran. Wisatawan
sebelum memasuki keraton utama yang menghadap ke barat itu akan memasuki gerbang segi
delapan dengan hamparan halaman depan yang luasnya hampir sama dengan lapangan sepak
bola.Di tengahnya terdapat tiang bendera yang bentuknya menyerupai tiang pancang bendera di
kapal besar. Di sekitar tiang terdapat tiga meriam canon yang siap menjaga tiang bendera, konon
didapatkan dari pasukan Inggris.Di sisi lapangan sebelah Utara terdapat masjid jamik keraton
yang bangunannya juga kokoh dari kayu belian.
5
Gambar Masjid Jami Kesultanan Sambas
Masjid agung bagi keraton Sambas itu asal mulanya kecil seperti mushola, namun pada
tahun 1885 mulai dikembangkan menjadi masjid jamik (masjid agung).Warna masjid juga
didominasi kuning emas dengan beberapa bagian diselingi warna hijau. Namun untuk tempat
berwudhu sudah berubah dari aslinya, karena bentuknya merupakan bentuk bangunan
baru."Shalat di sini sejuk dengan sirkulasi udara yang cukup sejuk," salah satu pengunjung
keraton.Masjid paling ramai saat shalat Jumat dan di bulan Ramadhan, pengunjung keraton dan
Informasi keturunan Sultan Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Shafiuddin yang memerintah
Sambas pada tahun 1931-1944.
6
Bangunan Keraton Sambas
Bangunan Utama
Setelah melihat masjid, pengunjung bisa menuju bangunan utama keraton, yang
sebelumnya ada gerbang. Pada jaman dahulu, setiap gerbang dijaga penjaga. Namun kini tidak
ada lagi. Sementara yang ada di samping kanan-kiri gerbang hanyalah sebuah meriam
lele.Memasuki bangunan utama, pengunjung akan melihat pernak-pernik peninggalaan keraton
yang masih terawat cukup baik dan kondisi keraton yang bersih.Di ruang utama tampak empat
buah kaca cermin besar berukuran sekitar 2x1 meter persegi, dengan bingkai yang berornamen
khas Eropa. Sepasang kaca cermin hadiah dari kerajaan Belanda, dan sepasang kaca cermin
lainnya hadiah dari Kerajaan Perancis.Kemudian tampak foto-foto sultan-sultan yang pernah
berkuasa di Sambas dan kerabat keraton. Selain itu ada foto makam ayah Sultan Sambas
Pertama, yakni Sultan Tengah bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan Brunei ke-9) yang berlokasi
di Sarawak.Sultan Tengah sendiri sebetulnya penguasa di Sarawak, yang merupakan adik Sultan
Abdul Jalilul Akbar (Sultan Brunei ke-10). Salah satu foto yang menarik adalah foto yang dibuat
1 Agustus 1937. Di foto tersebut tampak Sultan Mulia Ibrahim yang berpakaian jas dan berdasi,
serta memakai tutup kepala peci hitam beserta rombangan berjalan beriringan akan
bersilaturahmi ke orang kaya Lela Mahkota di Kampung Tumok, Sambas.Dalam rombongan
terdapat wanita-wanita, sebagian dengan berkebaya biasa tanpa penutup wajah, sedang sebagian
7
wanita berkebaya dengan wajahnya tertutup sarung dan hanya sebatas mata saja yang terlihat.
"Wanita yang berkebaya biasa itu sudah bersuami, sedang wanita yang memakai tutup kepala
sarung dan hanya mata saja yang terlihat, itu berarti masih gadis," .Jadi, pria Sambas dahulu
kalau meminang gadis, sulit melihat wajahnya. "Mungkin untung-untungan juga dapat cantik
atau tidak," guraunya.Sedangkan Sultan Sambas memakai jas dan berdasi, karena beliau pernah
balajar di sekolah modern di Belanda juga, katanya.Sementara itu di dalam kamar sultan masih
tampak rapi, tempat tidur Sultan terakhir, kaca hias, seperangkat alat untuk makan sirih, pakaian
kebesaran Sultan, payung ubur-ubur, dan tombak canggah.Selain itu di dalam kamar diletakkan
dua tempayan keramik setinggi lebih satu meter asal negeri Tiongkok. Dua tempayan ini
sekarang disimpan dalam lemari kaca, sehingga pengunjung masih bisa melihat tapi tak bisa
menyentuhnya. Di perkirakan keramik ini dari abad ke-18.Kemudian di bagian tengah keraton
terdapat beragam pedang dan pakaian untuk prajurit-prajurit keraton. Kini digunakan saat tradisi
keraton saja.Bangunan utama keraton diapit dua bangunan yang lebih kecil ukurannya, yang
sebelah kiri merupakan dapur keraton, sedang yang sebelah kanannya untuk tempat
penyimpanan pusaka dan tempat penampungan prajurit dahulunya.
Meriam Kecil Tujuh Buah
8
Pusaka yang masih dirawat berupa tujuh meriam kecil yang beraneka ragam dengan
ukuran bervariasi sekitar 30-50 cm. "Diceritakan meriam pusaka ini merupakan hasil pertapaan
para Sultan di sini," Meriam-meriam pusaka yang disimpan dalam lemari kaca itu memiliki
nama masing-masing, yakni Raden Mas, Raden Putri, Raden Sambir, Raden Pajang, Ratu Kilat,
Pangeran Pajajaran dan Panglima Guntur.Selain meriam, juga ada tombak-tombak dan tempat
alas duduk bekas Sultan. Semuanya terawat dengan ditaburi bunga dan tepung tawar dalam
ruang sekitar 5x4 meter persegi. "Tidak setiap orang diperkenankan berkunjung ke sini,".Di
belakang bangunan keraton ada kolam, yang dahulunya merupakan kolam untuk mandi dan
berenang anak-anak kerabat keraton. Hanya sayangnya kolam kurang terawat. "Namun di sini
masih ada yang minta berkah dengan air kolam ini," .Penguasa Keraton Sambas terakhir adalah
Pangeran Ratu Winata Kusuma yang wafat tahun 2008. Sedang saat ini segala hal terkait keraton
diurus oleh pengurus keraton, pewarisnya Muhammad Tarhan yang masih duduk di tingkat SMA
sampai dewasa dan bisa menjadi kepala rumah tangga istana Kesultanan Sambas.Berwisata ke
keraton sambas memang bisa cukup menyingkap lembaran lama kejayaan Sambas. (Zainal
Abidin,Kompas 31 Juli 2012)
Daftar Pustaka
Musni Umberan, dkk. 1997. Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Kalimantan Barat. Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak
Syafaruddin Usman MHD,2011. Sambas Merajut Kisah Menenun Sejarah
Zaenal Abidin. 2012, Keraton Kesultanan Sambas. Kompas
Muhammad Natsir, 2013. Wawancara Ratu Endang.
9
M.Natsir,lahir 28 Pebruari 1964 di Pontianak,Sei Jawi Dalam Kalimantan Barat.
Beragama Islam.Riwayat pendidikan dari sekolah Agama Madrasah dan SD Bawari 1977,
Sekolah Tehnik Negeri Transisi1980, STM Negeri 2 1984. Melanjutkan Universitas
Tanjungpura Pontianak Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2002. Tahun 2004 mengikuti Program
Magister (S2) pada universitas yang sama pada program Studi Sosiologi selesai tahun 2006
Riwayat pekerjaan diawali sebagai loper koran di Pontianak pada harian Koran Berita Yudha
Jakarta 1980, tamat sekolah masuk Perusahaan Negara PTP VII Gn.Meliau Kalbar 1984-1986,
PT. Duta Pertiwi Nusantara Kalbar 1986-1994. Tahun 1992 di terima sebagai Pegawai Negeri
Sipil Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.Menjadi dosen Jurusan
Pariwisata Isipol UNTAN sejak tahun 2002. Dosen STKIP-PGRI Pontianak. Penulis Budaya.
Koran APPost., harian Berkat., Borneo Tribun,Jurnal Sejarah Jakarta. Organisasi LAMS
(lembaga Adat Melayu Serantau)
Seminar – Simposium.Work Shop Antar Kepala Balai Kajian Sejarah
SeIndonesia Malaysia 1996.Seminar Pengembangan SDM Rektorat UNTAN 2004.Antar
Universitas Borneo 2 Malaysia-Indonesia 2005.Raker Balitbangda TK.I Kalbar.Work Shop
Kepercayaan SeIndonesia Bogor /Jkt 2005/2006, Budaya Melayu STAIN 2005 Pendidikan IKIP
Ptk 2006. Kearifan Budaya Lokal Bogor 2006. Nilai-Nilai Budaya Diklat Ptk 2007.Arung
Sejarah 2 Ketapang Kalbar 2007. Sejarah Borneo Brunai Negara Brunai 2007. Sejarah Islam
UITM Samarahan Sarawak Malaysia 2008. Sejarah Borneo STAIN 2010. Duta Indonesia pada
Puslitbangbud Kementerian Kebudayaan Pariwisata Jakarta ke Brunai Darussalam 2010
10
Karya – Karya.Penelitian Naskah Translitersi Arab Melayu Kitab Kesehatan. Naskah
Translitersi Arab Melayu Silsilah Bugis.Barzanji Pontianak.Hadrah Pontianak. Tokoh Sejarah
Kaltim.Tokoh Sejarah Ketapang. Suku Dayak Manjau Ketapang. Suku Bakumpai Kalteng –
Kalsel. Penelitian Sosial Budaya Melayu Pontianak. Aktualisasi Budaya Batang Lupar
Putusibau.Tesis Identitas Melayu Pontianak. Adat Istiadat Melayu Kayung Ketapang.Upacara
Tradisi Melayu Kab.Pontianak.Menstro Budaya Kalbar. Tumpang Negeri Landak Kalbar
2006.Kearifan Lokal Masyarakat Pontianak2006.Upacara Tradisi Kab Pontianak 2006. Pristiwa
Mandor Kalbar 2007. Prospek Ikan Salai Putusibau Kalbat 2008.Multikultural Kementerian
Kebudayaan Pariwisata Jakarta 2008. Inventarisasi Budaya Sejarah Kalbar 2008.Amplang
Ketapang 2009.Arsitektur Keraton Matan Ketapang 2010.Pangka Gasing Kalbar 2011, Potensi
Objek Wisata Makam Sultan Suriansyah Kalsel 2011
Prestasi..
1. Penghargaan Presiden Republik Indonesia Megawati
2. Juara 1 Work Shop Kepercayaan se Indonesia diJakarta Th 2008
3. Penghargaan Pencipta lagu Arung Sejarah oleh Geograpi Sejarah Jakarta 2009
4. Beasiswa Menteri Peranan Wanita Republik Indonesia DR.Mutia
Hatta 2006
5. Pemeran Film Islam di Tanah Khatulistiwa (Produksi TV One)
Jakarta 2010
11