PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKTUAL MODEL BASED LEARNING DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN PKn PERAN AKTIF INDONESIA DI ASEAN BAGI SISWA KELAS VI SEMESTER II SDN 2 DOROAMPEL SUMBERGEMPOL TAHUN 2014/2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKTUAL MODEL BASED LEARNING
DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN PKn PERAN AKTIF INDONESIA
DI ASEAN BAGI SISWA KELAS VI SEMESTER II SDN 2 DOROAMPEL SUMBERGEMPOL
TAHUN 2014/2015
SUDARWATI, S.Pd.*)
NIP. 19630306 198303 2 010
*)
Guru SDN 2 Doroampel Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung
ABSTRAK
Dalam rangka memahami sesuatu dengan baik kita perlu mndengar, melihat,
mengajukan pertanyaan sesuatu tersebut dengan membahasnya dengan orang
lain. Bukan hanya itu, tapi perlu mengerjakannya yakni penggambaran sesuatu
dngan cara mreka sendiri, menunjukkan contohnya, mempraktekkan keterampilan
dan mengerjakan tugas mnuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka
dapatkan. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk: (1) Untuk mengetahui
pembelajaran kontekstual model problem Based Learning dapat meningkatkan
prestasi PKn pada siswa Kelas VI SD Negeri 2 Doroampel Kecamatan
Sumbergempol Kabupaten Tulungagung tahun pelajaran 2014/2015. (2) Untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model problem Based Learning
dalam meningkatkan motivasi, minat, perhatian dan partisipasi belajar PKn pada
siswa Kelas VI SD Negeri 2 Doroampel Kecamatan Sumbergempol Kabupaten

Tulungagung tahun pelajaran 2014/2015. Hipotesis penelitian ini adalah jika
metode pembelajaran kontekstual model problem Based Learning diterapkan
dalam proses pembelajaran maka hasil belajar PKn Kerja Sama Negara Asia
Tenggara siswa Kelas V SDN 2 Doroampel Kec. Sumbergempol Kab. Tulungagung
akan meningkat. Penelitian ini menggunakan tindakan sebaanyak 2 siklus. Setiap
siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan, pengamatan, refleksi
dan refisi. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN 2 Doroampel Kecamatan
Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Tahun 2014/2015. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara, angket dan tes. Dari hasil tersebut diperoleh nilai
ketuntasan tes awal 63,83 %, tes siklus I 78,72 %, dan tes Siklus II 93,62 %.
Terjadinya peningkatan nilai dari tes awal, Siklus I dan Siklus II karena penerapan
pendekatan kontekstual model based learning dalam pembelajaran. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan dengan model pembelajaran
based learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn peran aktif Indonesia di
ASEAN bagi siswa Kelas VI SDN 2 Doroampel Sumbergempol Tulungagung.

Kata Kunci: Peningkatan, Pemahaman, Kontekstual Model Based Learning
A. PENDAHULUAN


perumusan tujuan instruksional khusus,

Latar Belakang Masalah

sebab dalam kegiatan belajar mengajar

Metode

mengajar

yang

guru

bukan semata persoalan menceritakan.

gunakan dalam setiap kali pertemuan

Belajar bukanlah konsekuensi otomatis


bukanlah asal pakai, tetapi setelah me-

dari perenungan informasi ke dalam

lalui seleksi yang berkesesuaian dengan

benak siswa. Belajar memerlukan ke1

terlibatan mental dan kerja siswa sendiri.

cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”

Penjelasan dan pemeragaan semata tidak

yakni menggambarkan sesuatu dengan

akan membuahkan hasil kerja yang

cara


langgeng. Yang bisa membuahkan hasil

contohnya,

belajar yang langgeng hanyalah kegiatan

keterampilan dan mengerjakan tugas

belajar aktif.

yang menuntut pengetahuan yang telah

Tiap peserta didik khususnya siswa

mereka

sendiri,

mencoba


menunjukkan
mempraktekkan

atau harus mereka dapatkan.

Kelas VI SDN 2 Doroampel mempunyai

Dengan

menyadari

gejala-gejala

tingkat kematangan yang berbeda. Ke-

atau kenyatan tersebut di atas, maka

matangan sangat mempengaruhi daya

dalam penelitian ini penulis mengambil


tangkap siswa dalam menerima pelajaran

judul

khususnya PKn. Dalam memilih metode

Kontekstual Model Based Learning dapat

pembelajaran,

mem-

Meningkatkan Pemahaman PKn Peran

perhatikan mental, kecerdasan, situasi

Aktif Indonesia di ASEAN bagi Siswa Kelas

dan kondisi siswa. Oleh karena itu guru


VI

memilih

pendekatan

Sumbergempol Tahun 2014/2015”.

dengan

menggunakan

guru

harus

pembelajaran

kenyataannya


Semester

II

SDN

Pembelajaran

2

Doroampel

pendekatan

metode diskusi dan tanya jawab. Namun
pada

“Penerapan


dalam

Rumusan Masalah

proses

Bertitik tolak dari latar belakang di

pembelajaran di kelas khususnya di Kelas

atas maka penulis merumuskan per-

VI SDN 2 Doroampel, banyak siswa yang

masalahannya sebagai berikut:

prestasi hasil belajarnya menurun karena

1. Apakah


penerapan

pembelajaran
problem

Based

siswa merasa jenuh, kurang berminat

kontekstual

dalam kegiatan pembelajaran dan siswa

Learning dapat meningkatkan prestasi

merasa kurang diperhatikan oleh guru

dan motivasi belajar siswa terhadap

karena


materi pelajaran PKn pada siswa Kelas

guru

lebih

terfokus

pada

beberapa siswa yang aktif saja.

VI SD Negeri 2 Doroampel Kecamatan

Agar belajar menjadi aktif siswa
harus mengerjakan banyak tugas. Mereka
harus

menggunakan

otak,

model

mengkaji

Sumbergempol Tulungagung tahun
pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimanakah

pengaruh

pem-

dan

belajaran kontekstual model problem

menerapkan apa yang mereka pelajari.

Based Learning dalam meningkatkan

Belajar aktif harus gesit, menyenangkan,

motivasi,

bersemangat dan penuh gairah.

partisipasi belajar PKn pada siswa

gagasan,

Untuk

memecahkan

bisa

masalah

mempelajari

minat,

perhatian

dan

sesuatu

Kelas VI SD Negeri 2 Doroampel

yang baik, kita perlu mendengar, melihat,

Kecamatan Sumbergempol Kabupaten

mengajukan pertanyaan tentangnya dan

Tulungagung

membahasnya dengan orang lain. Bukan

2014/2015?

tahun

pelajaran

2

Tujuan Penelitian

model

Berdasarkan permasalahan seperti

pembelajaran

meningkatkan

yang

dapat

penguasaan

materi

tersebut di atas maka tujuan penelitian

kegiatan PKn kepada siswa. Dari pe-

ini adalah sebagai berikut

ngalaman tersebut diharapkan guru

1. Untuk

mengetahui

pembelajaran

mengembangkan

prestasi

Based

siswanya untuk menerapkan pada

Learning dapat meningkatkan prestasi

pokok bahasa lain. Selain itu juga

PKn pada siswa Kelas VI SD Negeri 2

dapat menularkan pengalaman yang

Doroampel

diperolehnya ini kepada guru yang

kontekstual

model

Kec.

Tulungagung

problem

dapat

Sumbergempol

tahun

pelajaran

2014/2015.
2. Untuk

lain.
2. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian

mengetahui

pembelajaran

pengaruh

kontekstual

ini

model

dapat

dipergunakan

masukan dalam perumusan kebijakan

problem Based Learning dalam me-

dalam

upaya

ningkatkan motivasi, minat, perhatian

didikan

di

dan partisipasi belajar PKn pada siswa

Kewarganegaraan.

Kelas VI SD Negeri 2 Doroampel Kec.

sebagai

3. Bagi

siswa,

meningkatkan
bidang

pen-

Pendidikan

penggunaan

metode

Sumbergempol Tulungagung tahun

kontekstual model based learning ini

pelajaran 2014/2015.

dapat lebih menyenangkan,

men-

dorong,

siswa

Hipotesis Penelitian

dan

membiasakan

untuk belajar mandiri, tidak ber-

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

gantung kepada guru, dan siswa

jika metode pembelajaran kontekstual

dapat mengembangkan daya nalar

model

problem

Based

Learning

dan kreativitas dalam belajar.

diterapkan dalam proses pembelajaran
maka hasil belajar PKn Peran Aktif

B.

Indonesia di ASEAN bagi siswa Kelas V

Sekitar Motivasi

SDN 2 Doroampel Kec. Sumbergempol

1. Pengertian Motivasi

Kab. Tulungagung akan meningkat

KAJIAN PUSTAKA

Motivasi adalah salah satu faktor
penting

Manfaat Penelitian

yang

dapat

mempengaruhi

proses belajar seseorang. Mc. Donald
diharapkan

dalam A.Tabrani Rusyan, mengatakan: “

dapat memberikan kontribusi pada pem-

Motivasion is an energy change whitin the

belajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

person caraterized by affective arousal

Kontribusi yang diberikan dalam hal ini

and

adalah sebagai berikut:

(Motivasi adalah perubahan energi dalam

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat

diri seseorang yang ditandai dengan

dipergunakan untuk mengembangkan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk

Dengan penelitian ini

anticipatory

goal

reactions.”

3

mencapai tujuan).

tidak dapat ditawar lagi bagi setiap

Menurut Winkel (Hardianto:1987) “
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya

individu untuk memberikan dorongan
dalam beraktifitas.

penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan

kegiatan

yang

yang penting maupun yang kurang

menimbulkan

kelangsungan

ke-

penting, yang berbahaya maupun yang

giatan belajar dan memberikan arah

tidak mengandung resiko, selalu ada

kegiatan belajar itu”. Motivasi adalah

motivasinya. Juga dalam soal belajar,

penggerak tingkah laku kearah suatu

motivasi itu sangat penting. Motivasi

tujuan dengan didasari adanya suatu

adalah syarat mutlak untuk belajar. Di

kebutuhan. Melihat beberapa pendapat

sekolah sering kali terdapat anak malas,

dari para pakar tersebut dapatlah ditarik

tidak menyenangkan, suka membolos,

kesimpulan

dan sebagainya. Dalam hal demikian

bahwa

belajar,

Jadi apa yang diperbuat manusia,

dari

pada

dasarnya

motivasi adalah dorongan dasar yang

berarti

menggerakkan seseorang dalam ber-

memberikan motivasi yang tepat untuk

tingkah laku untuk mewujudkan sesuatu

mendorong agar ia bekerja dengan

secara nyata dari apa yang telah menjadi

segenap tenaga dan pikirannya.

dorongan dalam kata batinnya yang
sangat

kuat

ataupun

guru

tidak

berhasil

Dalam hubungan ini perlu diingat,

lemah

bahwa nilai buruk pada mata pelajaran

sekalipun. Oleh karena itu perbuatan

tertentu belum tentu berarti anak itu

seseorang yang didasari atas motivasi

bodoh terhadap suatu pelajaran itu.

tertentu

Sering kali terjadi seseorang anak malas

mengandung

yang

bahwa

tema

sesuai

dengan dorongan yang timbul karena

terhadap

tingkah laku dan kegiatannya.

sangat giat dalam mata pelajaran yang

Sering dalam kegiatan belajar di

mata

pelajaran

itu,

tetapi

lain. Banyak bakat anak tidak ber-

kelas kita ditemukan suatu reaksi yang

kembang

berbeda terhadap berbagai tugas dan

motivasi yang tepat. Jika seseorang

materi pelajaran yang diberikan kepada

mendapat motivasi yang tepat, maka

siswa, ada yang tertarik dan menyenangi

lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga

topik pelajaran yang dikenalnya, ada juga

tercapai hasil-hasil yang semula tiada

yang menerima dengan perasaan pasrah

terduga.

dan terpaksa, tetapi juga ada yang ingin

2.

karena

tidak

diperolehnya

Motivasi Belajar

unggul dalam seluruh kegiatan yang

Kegiatan dapat terlaksana pertama-

bercorak intelektual maupun ketrampilan

tama harus ada dorongan untuk me-

yang menuntut daya abstrak atau daya

laksanakan kegiatan itu. Dengan kata lain

analisis yang tinggi dan ini merupakan

untuk dapat melakukan sesuatu harus

variasi hasil motivasi secara utuh.Motivasi

ada motivasi. Begitu juga keadaan dalam

hendaknya merupakan kebutuhan yang

proses belajar atau pendidikan. Peserta

4

didik harus mempunyai motivasi untuk

rupakan beban dari siswa sendiri akan

mengikuti kegiatan belajar atau pen-

menimbulkan minat yang lebih besar

didikan yang sedang berlangsung. Hanya

untuk melaksanakan tugas-tugas yang

apabila mempunyai motivasi yang kuat,

dipaksakan dari luar. Jadi motivasi

peserta

menunjukkan

instrinksik itu timbul tanpa adanya

minatnya, aktivitasnya dan partisipasinya

pengaruh dari diri siswa. Motivasi ini

dalam mengikuti kegiatan belajar atau

ada dalam diri anak sendiri yang

pendidikan yang dilaksanakan.

dapat

didik

akan

berguna

bagi

kegiatan

Ada dua motivasi yang harus dimiliki

belajarnya. Motivasi ini dapat timbul

peserta didik, yaitu motivasi internal dan

karena adanya suatu kebutuhan. Hal

motivasi

motivasi

ini dapat menjadi pendorong bagi

internal berarti bahwa peserta didik

anak untuk berbuat dan berusaha

menyadari bahwa kegiatan pendidikan

memenuhi kebutuhan itu. Misalnya

yang

anak

eksternal.

sedang

baginya

Adanya

diikutinya

karena

sejalan

bermanfaat
dengan

ke-

berkeinginan membuat data

yang dapat menimbulkan keinginan

butuhannya.

yang kuat untuk membuat tabel data

3.

Bagian-bagian Motivasi

sehingga dapat menjadi pendorong

Ada dua bagian, yaitu dalam (inter

bagi anak untuk lebih giat belajar.

component) dan luar (outer component).

Selain itu juga ada pengaruh tentang

Yang dalam ialah perubahan di dalam

kemajuannya

diri seseorang, keadaan mereka tidak

hasil prestasinya, anak akan tahu

puas, ketegangan psikologis. Yang luar

apakah ada kemajuan atau sebaliknya

adalah apa yang diinginkan seseorang,

akan mengalami kemunduran, se-

tujuan yang menjadi arah kelakuannya.

hingga hal ini akan menjadi pen-

Jadi yang dalam adalah kebutuhan-

dorong bagi anak untuk lebih giat

kebutuhan

belajar, contoh: Seorang siswa men-

yang

hendak

dipuaskan,

dengan

mengetahui

sedangkan yang luar adalah tujuan yang

dapat

hendak dicapai.

pelajarannya dengan nilai kurang baik,

4.

hal ini akan mendorong siswa untuk

Sifat Motivasi.

nilai

dari

salah

satu

Ada 2 (dua) sifat motivasi, yaitu:

belajar lebih giat lagi agar dapat

a. Intrinksik.

memperoleh nilai yang lebih tinggi,

Yaitu suatu motivasi yang berasal dari

selain itu juga adanya aspirasi untuk

dalam diri siswa atau individu lebih

mencapai cita-cita. Anak yang mem-

efektif dibandingkan dengan motivasi

punyai cita-cita akan menjadi tujuan

yang dilaksanakan dari luar, karena

hidupnya, sehingga dengan demikian

kepuasan individu sesuai dengan porsi

akan menjadi pendorong yang kuat

atau ukuran yang terdapat dalam diri

untuk kegiatan belajarnya.

siswa itu sendiri. Tugas yang me-

5

b. Ekstrinksik.

menurut

Sesuatu yang sifatnya dapat mem-

Sardiman,

dalam

Hardianto

(1987) menyebutkan hukuman adalah
reinforcement

besarkan hati sangatlah efektif, misalnya

sebagai

adalah suatu pujian. Pujian lebih bagus

Tetapi

dari pada hukuman, karena hukuman

bijaksana akan menjadi alat motivasi.

merupakan

Oleh

aktifitas

yang

bersifat

bila

diberikan

karena

itu

memahami

perbuatan.

untuk menerapkannya.

yang

datang

negatif.

secara

guru

menghakimi atau meng-hentikan suatu
Pujian

yang

prinsip-rinsip

tepat

seharusnya
yang

tepat

sebenarnya sangat dibutuhkan untuk
memotivasi belajar siswa. Misalnya saja

Project-Based

untuk

Berbasis Proyek/Tugas)

memperoleh

nilai

yang

lebih

Learning

(Pengajaran

tinggi, karena dorongan orang lain maka

Pengajaran Berbasis proyek/tugas

minat untuk mem-peroleh nilai yang

terstruktur membutuhkan suatu pen-

lebih tinggi ter-sebut sangat menentukan

dekatan pengajaran komprehensif di-

semangat dari diri siswa. Jadi motivasi ini

mana lingkungan belajar siswa didesain

disebabkan oleh faktor-faktor dari luar

agar siswa dapat melakukan penyelidikan

situasi belajar, seperti bentuk pujian,

terhadap msalah-masalah autentik ter-

pemberian tanda penghormatan dan

masuk pendalaman materi suatu topik

suatu hukuman pada siswa. Hal-hal yang

mata pelajaran dan melaksanakan tugas

mempengaruhi

motivasi

bernama lainnya. Pendekatan ini mem-

ganjaran.

perkenalkan siswa untuk secara mandiri

timbulnya

ekstrinsik

misalnya

Ganjaran

adalah

representative

adalah
alat

yang

pendidikan

me-nyenangkan,

dalam

mengkonstruksikannya

produk

nyata

(Buck

dalam

institute

for

bersifat positif dan juga merupakan alat

Education,

motivasi yang dapat menjadi pendorong

tugas/proyek

bagi anak untuk belajar lebih baik. Pada

lengkap,

dasarnya

ganjaran

kemudian diberikan bantuan secukupnya

menjadi

4

dapat

macam,

penghormatan,

dibedakan

yaitu

hadiah

dan

2001)

Siswa

yang

tetapi

diberikan

kompleks,

sulit,

realistis/autentik

dan

pujian,

agar mereka dapat menyelesaikan tugas

tanda

mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit

penghargaan. Pemberian penghormatan

komponen-komponen

merupakan

kompleks yang padu suatu diharapkan

suatu

hal

yang

sangat

suatu

tugas

penting bagi perkembangan pendidikan

agar

dan

meraih

mampuan untuk menyelesaikan tugas

kemajuan diri sendiri maupun diri orang

kompleks tersebut). Prinsip ini digunakan

lain.

untuk

per-tumbuhan
Jadi

penghormatan

untuk

pemberian
merupakan

tanda
alat

terwujud

menjadi

menunjang
kelas

suatu

pemberian
seperti

ke-

tugas

kompleks

di

proyek,

pendorong yang sangat baik untuk

simulasi,

penyelidikan

mencapai tujuan. Sedangkan hukuman

menulis untuk disajikan kepada forum

masyarakat,

6

mendengar
tugas-tugas

yang

sesungguhnya

autentik

lainnya.

dan

umumnya, keanekaragaman menambah

Istilah

daya tarik tugas pekerjaan kelas dan

situated learning (Prawat, 1992)

di-

pekerjaan rumah siswa kemungkinan

gunakan untuk menggambarkan pem-

besar tetap terlibat dan mengerjakan

belajaran yang terjadi di dalam ke-

pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih

hidupan nyata, tugas-tugas outentik/asli

bervariasi dan manarik dari pada tindak

yang sebenarnya.

menonton. Guru yang efektif mengubah

Tidak memandang apakah suatu

panjang dan cara tugas yang diberikan di

tugas harus dikerjakan sebagai pekerjaan

samping

kelas atau sebagai pekerjaan rumah,

strategi-strategi kognitif yang terlibat.

empat prinsip berikut ini membantu

Membaca dalam hati, laporan proyek-

siswa dalam perjalanan mereka menjadi

proyek

pembelajaran mandiri yang efektif.

multimedia

1.

Membuat tugas bermakna, jelas dan

macam

menantang

pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan

Salah satu tantangan yang paling

tidak terbatas dan tidak ada alasan bagi

sukar yang dihadapi guru pada saat

guru untuk membuat jenis tugas yang

mereka menggunakan pekerjaan kelas

sama dari hari ke hari.

atau pekerjaan rumah adalah menjaga

3.

hakikat

khusus

tugas

dan

belajar

bahan-bahan

menawarkan

cara

untuk

dan

berbagai

menyelesaikan

Menaruh perhatian pada tingkat

siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja

kesulitan

sendiri, sangat mudah bagi siswa untuk

Menetapkan tingkat kesulitan yang

kehilangan

minat

melakukan

cocok atas tugas-tugas yang diberikan

tindakan yang tidak relevan khususnya

kepada siswa merupakan suatu bahan

apabila tugas-tugas itu rutin.

baku

Kebanyakan

dan

guru

setuju

bahwa

penting

untuk

keterlibatan

berkelanjutan yang dibutuhkan untuk

pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah

penyesuaian

mandiri dapat dipertahankan ketertiban

Apabila siswa diharapkan untuk bekerja

siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa

secara

perlu mengetahui dengan tepat apa yang

harusnya memiliki tingkat kesulitan yang

harus mereka kerjakan, mengapa mereka

menjamin kemungkinan berhasil tinggi.

mengerjakan pekerjaan itu. Siswa-siswa

Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-

itu tetap berada dalam tugas selama

tugas seperti sebagai pekerjaan yang

pekerjaan

kelas

tidak menantang. Pada umumnya tugas

pekerjaan

rumah

dan

menyelesaika

apabila

mereka

tugas-tugas

mandiri,

tugas

tersebut.

tersebut

se-

yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan

menyikapi tugas-tugas tersebut secara

cukup

bermakna.

memandangnya sebagai sesuatu yang

2.

Menganekaragamkan tugas-tugas

menantang namun cukup mudah se-

Sama

hingga

dengan

kehidupan

pada

sehingga

kebanyakan

kebanyakan

siswa

siswa

akan

7

menemukan

pemecahannya

dan

karena berusaha mengungkapkan gejala

mengerjakannya tugas tersebut atas jerih

secara keseluruhan sesuai dengan kontek

payah sendiri.

melalui

4.

Monitoring Kemajuan siswa

alami. Dengan peneliti sebagai instrumen

Akhirnya merupakan hal penting

utama serta lebih menonjolkan proses

bagi guru untuk memonitoring tugas-

dan makna dari sudut pandang subyek

tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan

yang diteliti.

pengumpulan

data

berlatar

rumah. Monitoring hendaknya meliputi

Alasan menggunakan pendekatan

pengecekan untuk mengetahui apakah

kualitatif sebab penulis ingin meng-

siswa memahami tugas mereka dan

ungkapkan secara langsung dan lengkap

proses-proses

tentang masalah yang sedang diteliti.

Monitoring
ngecekan

kognitif

ini

juga

pekerjaan

yang

terlibat.

termasuk
siswa

dan

pe-

Dengan penjelasan melalui kata-kata

pe-

akan

mudah

dipahami

dari

pada

ngembalian tugas dengan umpan balik.

penjelasan dengan angka-angka yang

Pada saat beberapa siswa diberikan

terjadi pada penelitian kuantitatif.

pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja

Pengungkapan

permasalahan

dengan siswa lain dianjurkan agar guru

dengan kata-kata akan menjadikan pe-

menyediakan waktu 5 atau 10 menit

mahaman

untuk berkeliling diantara siswa yang

terhadap suatu masalah. Dalam masalah

bekerja

untuk

penggunaan metode mengulang ucapan

mereka

memahami

memastikan
tugas

apakah
tersebut

yang

kata-kata

sulit

lebih

dalam

menyeluruh

pembelajaran

sebelum menangani siswa-siswa lain.

misalnya akan dapat dijelaskan secara

Apabila siswa bekerja dalam kelompok-

rinci untuk beberapa hal misalnya :

kelompok, maka guru hendaknya berada

1. Peneliti bertindak sebagai instrumen

dalam

kelompok-kelompok

secara

bergantian

diantara

siswa

dan

yang

tersebut
berkeliling

bekerja

secara

mandiri. Meskipun mengoreksi tugas

utama,

peneliti

bertindak

sebagai

pengumpul data, penganalisis data
dan terlibat langsung dalam proses
penelitian.

menghabiskan waktu, hendaknya guru

2. Data yang diperoleh akan dipaparkan

mengoreksi pekerjaan yang dibua siswa

sesuai apa yang terjadi di lapangan.

dan

Penulis tidak perlu mengemas data

mengembalikan

kepada

mereka

dengan umpan balik.

secara rumit, data kasar yang dialami
lebih mudah untuk dianalisis secara

C.

METODOLOGI PENELITIAN

kualitatif.

Pendekatan Penelitian

3. Hasil penelitian bersifat diskriptif, data

Dalam penelitian tindakan kelas ini
pendekatan

yang

digunakan

ialah

pendekatan kualitatif. Dikatakan kualitatif

yang

dikumpulkan

bukan

berupa

angka-angka tetapi berupa kata-kata
yang

menguraikan

data

secara

8

lengkap.

belajar mengajar.

4. Lebih mementingkan proses dari pada

c.

hasil, dalam penelitian ini yang di-

Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja ini yang dipergunakan

utamakan ialah bagaimana agar guru

siswa

dapat

ngumpulan data hasil eksperimen.

menyampaikan

pelajaran

dengan mudah dan siswa menerima
pelajaran

dengan

jelas

d.

sehingga

untuk

membantu

proses

pe-

Lembar Observasi Kegiatan Belajar
Mengajar

prestasi belajarnya meningkat. Jika hal

a) Lembar observasi aktivitas guru

ini telah dilaksanakan maka penelitian

untuk mengamati aktivitas guru

dapat dinyatakan berhasil.

dalam pembelajaran.

5. Batas permasalahan ditentukan dalam

b) Lembar observasi aktivitas siswa

fokus penelitian, permasalahan tidak

untuk mengamati aktivitas siswa

terlalu luas, dan dapat dibahas dalam

pem-belajaran.

waktu yang relatif singkat misalnya

c) Persentase

cukup dalam dua siklus penelitian

observasi

aktivitas

guru dan siswa adalah:

saja.
6. Analisis data bersifat induktif, yakni
dari kesimpulan yang bersifat khusus
digeneralisasikan

pada

kesimpulan

yang bersifat umum.
Instrumen Penelitian
Instrumen

yang

digunakan

dalam

e.

Angket ini digunakan untuk me-

penelitian ini terdiri dari:
a.

ngetahui apakah siswa-siswa tersebut

Silabus
Yaitu

seperangkat

pengaturan
belajaran

Angket

tentang
pengelolaan

rencana

dan

kegiatan

pem-

kelas,

serta

menyenangi model pembelajaran yang
ditawarkan penulis.

penilaian hasil belajar.
b.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Yaitu merupakan perangkat pem-

belajaran

yang

digunakan

sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masingmasing RPP berisi kompetensi dasar,
indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran

khusus,

dan

kegiatan

f.

Tes Formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan

pembelajaran

yang

akan

dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan

9

pemahaman konsep Bahasa Indonesia.

2.

Data Hasil Observasi Aktivitas Guru

Tes formatif ini diberikan setiap akhir

Dalam Pembelajaran

putaran.

Berdasarkan analisa data, diperoleh
aktivitas

Penyiapan Partisipan

siswa

pembelajaran

Untuk menyamakan persepsi perihal

dalam

dalam

model

setiap

proses

based

siklus

learning

mengalami

penelitian, RPP, soal-soal tes, pemberian

peningkatan. Hal ini berdampak positif

skor atau nilai dan tentang persiapan

terhadap prestasi belajar siswa yaitu

kategorisasi

bersama

dapat ditunjukkan dengan meningkatnya

partisipan melakukan diskusi. Partisipan

nilai rata-rata siswa pada setiap siklus

dalam penelitian ini yaitu :

yang terus mengalami peningkatan. Hasil

1) Guru kelas yang mengajar kelas yang

observasi aktivitas guru siklus I 70,83%

maka

peneliti

diteliti

dan siklus II 87,50%. Pada akhirnya

2) Guru sukarelawan sebagai pengamat
dan penilai dalam penelitian

aktivitas

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran
siswa

dalam

proses

pem-

belajaran dengan model based learning

pembelajaran

yang paling dominan adalah bekerja

model based learning memiliki dampak

dengan menggunakan alat atau media,

positif

mendengarkan

dalam

penelitian

aktivitas
ini

menunjukkan

hasil

pembelajaran

Berdasarkan analisa data, diperoleh

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui

dalam

tergolong sangat baik.
3.

1.

guru

bahwa

meningkatkan

prestasi

atau

memperhatikan

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

penjelasan

semakin mantapnya pemahaman siswa

siswa/antara siswa dengan guru. Hasil

terhadap materi yang disampaikan guru

observasi aktivitas siswa tes akhir adalah

(ketuntasan belajar meningkat dari tes

96,25% jadi dapat dikatakan bahwa

awal, siklus I dan siklus II ) yaitu masing-

aktivitas

masing 59,46%, 75,68%, dan 91,89%.

sangat baik.

Pada Siklus II ketuntasan belajar siswa

4.

secara klasikal telah tercapai, terlihat

I 1,28, dan siklus II 1,80, hal ini

seperti grafik di bawah ini.

menunjukkan dari tes awal hingga tes

guru,

siswa

dan

dapat

diskusi

antar

dikategorikan

Data hasil angket respon siswa siklus

akhir mengalami peningkatan respon
siswa.

Pada

akhirnya

respon

siswa

terhadap kegiatan pembelajaran adalah
sangat positif.

10

PENUTUP

Saran

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang

Data hasil kegiatan pembelajaran

diperoleh dari uraian sebelumnya agar

yang telah dilakukan selama awal, siklus I,

proses belajar mengajar PKn lebih efektif

siklus II dan seluruh pembahasan serta

dan lebih memberikan hasil yang optimal

analisis

bagi siswa, maka disampaikan saran

yang

telah

dilakukan

dapat

disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran

dengan

sebagai berikut :
menerapkan

1.

Diharapkan

untuk

melaksanakan

pendekatan pembelajaran kontekstual

pembelajaran dengan menerapkan

model

guru

pendekatan strategi pembelajaran

memiliki dapat meningkatkan prestasi

kontekstual model based learning,

belajar siswa yang ditandai dengan

untuk

peningkatan ketuntasan belajar siswa

pembelajaran

dalam setiap siklus, yaitu tes awal

ningkatkan

59,46%, Siklus I 75,68% , Siklus II

kegiatan PKn kepada siswa. Dari

91,89%. Data tersebut menunjukkan

pengalaman

bahwa

guru

based learning oleh

secara

klasikal

siswa

di-

nyatakan tuntas dalam pembelajaran.

mengembangkan
yang

model

dapat

penguasaan
tersebut

dapat

memateri

diharapkan

mengembangkan

prestasi siswanya untuk menerapkan

2. Data hasil observasi aktivitas guru

pada pokok bahasa lain. Selain itu

dalam pembelajaran yaitu siklus I

juga dapat menularkan pengalaman

70,83%, dan siklus II 87,50%. Pada

yang diperolehnya ini kepada guru

siklus II aktivitas guru dalam pem-

yang lain.

belajaran tergolong sangat baik.

2.

3. Hasil observasi aktivitas siswa mulai
awal

hingga

siklus

II

Dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa, guru hendaknya lebih

mengalami

sering

melatih

siswa

dengan

peningkatan yaitu 72,50%, 96,25%. Hal

kegiatan penemuan, walau dalam

ini pada akhirnya guru tergolong

taraf yang sederhana, dimana siswa

sangat

menerapkan

nantinya dapat menemukan pen-

pendekatan pembelajaran kontekstual

getahuan baru, memperoleh konsep

model based learning

dan ketrampilan, sehingga siswa

baik

dalam

B. Nilai rata-rata siswa secara klasikal

berhasil atau mampu memecahkan

dari tes awal 64,32, tes siklus I 74,46,
dan

tes

siklus

menunjukkan
hasil

dari

II

80,54. Hal

adanya
nilai

ini

peningkatan

rata-rata

masalah-masalah yang dihadapi.
3.

Diharapkan

siswa

ningkatkan

prestasi

dapat

me-

belajar

dan

kelas.

melatih sikap sosial untuk saling

Sedangkan hasil nilai rata-rata tes

peduli terhadap keberhasilan siswa

awal, siklus I, dan siklus II adalah

lain dalam mencapai tujuan belajar.

73,11.

Penggunaan

metode

kontekstual

11

model based learning ini dapat lebih
menyenangkan,

mendorong,

dan

membiasakan siswa untuk belajar
mandiri, tidak bergantung kepada
guru,

dan

ngembangkan

siswa

dapat

me-

nalar

dan

daya

kreativitas dalam belajar.
F.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2001. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta. Rineksa
Margono, 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta
Nur, Moh, 2001. Pemotivasian Siswa
Untuk Belajar. Surabaya University
press. Universitas Negeri Surabaya.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching
And Learning/CTL) dan penerapan
Dalam KBK: Universitas Negeri
Malang (UM Press).
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta
Bina Aksara PAU-PPAL, Universitas
Terbuka.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan
Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAL, Universitas Terbuka.
Sudikin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya : Insan
Cendikia.
Surakhmad, winarto, 1990. Metode
Pengajaran Nasional. Bandung :
Jemmars.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi
Guru
Profesional.
Bandung.
Remaja Rosdakarya.

12