PERBEDAAN KUALIFIKASI PEMIMPIN FORMAL DA

PERBEDAAN KUALIFIKASI
PEMIMPIN FORMAL DAN SOSIAL
A.PENDAHULUAN
Sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling
melindungi telah muncul bersama-sama dengan lahirnya
peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata
kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok
manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya
menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam
sekitarnya.
Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi
kerjasama antar manusia dan mulai memunculkan unsur-unsur
kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari
kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan
pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara
bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari
keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai,
mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang
seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak
ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.
Munculnya pemimpin ini ada yang terpilih secara alamiah

maupun melalui proses dan standar tertentu yang telah
dibakukan oleh komunitasnya. Pemimpin yang lahir secara
alamiah tanpa melalui proses pemilihan secara organisatoris
biasanya bersifat informal dan tidak memiliki batasan wilayah
kerja maupun wilayah kekuasaan serta tanggungjawab yang
jelas. Jenis pemimpin seperti ini memiliki karakteristik dimana
kepemimpinannya tidak bisa dilihat dengan jelas tapi
pengaruhnya secara psikologis terasa sangan kuat dalam

1

menentukan keberlangsungan kehidupan bermasyarakat.
Contoh pemimpin jenis ini adalah para ulama, tokoh
masyarakat, kepala suku dan ketua adat.
Kebalikan dari pemimpin ini adalah pemimpin formal,
yaitu pemimpin yang keberadaannya karena dipilih melalui
mekanisme organisasi yang formal. Pemimpin formal atau
disebut juga pemimpin fungsional (funcional leader) pada
umumnya memiliki legitimasi yang lebih jelas dengan batasbatas kewenangan tertentu.
Beragamnya jenis komunitas masyarakat melahirkan

karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan tipe dan
karakteristik masyarakat akan membentuk tipe kepemimpinan
yang berbeda pula. Maka ada tipe pemimpin institusional yang
diangkat karena pengaruhnya di masyarakat, tipe pemimpin
dominan yang diangkat karena keunggulan dan
keistimewaannya, serta tipe pemimpin persuasive yang
diangkat karena kemampuannya dalam membujuk dan
meyakinkan orang lain.
Dalam setiap kelompok manusia selalu dibutuhkan
pemimpin dan kepemimpinan, sebab di satu pihak ada yang
punya keterbatasan kemampuan untuk memimpin dan ada
yang punya kelebihan untuk memimpin
Keberhasilan organisasi maupun komunitas masyarakat
dalam mewujudkan cita-cita luhurnya sangat dipengaruhi oleh
kemampuan pemimpinnya dalam mengatur dan
mengendalikan kepemimpinannya.
B.KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Islam agama yang sempurna ajarannya. Islam mengatur
semua aspek kehidupan umat manusia dari hal yang global
sampai yang terperinci. Satu diantaranya adalah tentang

2

kepemimpinan. Islam tidak membenarkan adanya komunitas
tanpa adanya pemimpin.
1. Pengetian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin”. Dari
kata dasar ini lahir beberapa istilah antara lain : pemimpin
(orang yang memimpin), kepemimpinan (gaya atau sifat
pemimpin), pimpinan (kelompok pemimpin), terpimpin
(orang yang dipimpin) dan keterpimpinan (sifat orang yang
dipimpin). Dari beberapa istilah tersebut, kepemimpinan
memiliki banyak pengertian, antara lain : orang atau
kelompok yang memimpin, seluruh usaha memimpin,
kemahiran seseorang untuk memimpin, atau wibawa sang
pemimpin.
Untuk mendefinisikan kepemimpinan (leadership)
kebanyakan para ahli mendefinisikan menurut pandangan
pibadi mereka, sehingga ada banyak pengertian
kepemimpinan. Sutarto (2006:25) menyebutkan setidaknya
ada 40 definisi kepemimpinan dari para pakar yang pada

prinsipnya bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.1
Menurut Muhammad Ali Aziz kepemimpinan adalah
pelaksanaan otoritas seseorang dengan pola yang konsisten
untuk mempengaruhi orang lain untuk memecahkan suatu
persoalan bersama atau mencapai tujuan tertentu.2
Pengertian ini mengandung 4 (empat) unsur, yaitu :
1 Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi (Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press), hlm.25
2 Muhammad Ali Aziz. Kepemimpinan Islam di Indonesia. Yogyakarta :
Harokat Media. Hlm.3
3

a. Adanya orang yang memimpin, mempengaruhi dan
memberikan bimbingan
b. Adanya orang yang dipengaruhi atau pengikut
c. Adanya kegiatan tertentu untuk menggerakan pengikut

d. Adanya tujuan yang hendak dicapai.
2. Klasifikasi Pemimpin
Ada macam-macam cara atau patokan untuk
mengklasifikasikan pemimpin-pemimpin, antara lain:
a. Menurut legalitas organisasinya, pemimpin dibedakan
menjadi :
1. Pemimpin formal
2. Pemimpin informal
b. Menurut bidang garapannya dapat dibedakan menjadi:
1. Pemimpin bidang ekonomi;
2. Pemimpin bidang agama;
3. Pemimpin bidang politik;
4. Pemimpin bidang pendidikan;
5. Pemimpin bidang adat.
c. Ditinjau dari sudut scope jangkauannya dapat disebut
adanya:
1. Pemimpin lokal;
2. Pemimpin regional;
3. Pemimpin nasional;
4. Pemimpin internasional.

d. Menurut scope kepemimpinan dapat dibedakan:
1. Pemimpin monomorfik yaitu pemimpin dalam satu
bidang saja
2. Pemimpin polimorfik yaitu pemimpin yang bergerak
dalam berbagai bidang.
e. Menurut sifat pribadi pemimpin itu dapat dibedakan:

4

1. Pemimpin paternalistik
2. Pemimpin otokratik
3. Pemimpin demokratik
4. Pemimpin kharismatik
3. Kepemimpinan Dalam Islam
Dalam literatur Islam, kepemimpinan dikemukakan
dalam beberapa istilah, antara lain : imamah, imaroh,
ri’ayah, khilafah, tawliya’, riasah, dan mamlakah.
Pemimpinnya disebut imam, amir, ra’i, khalifah, waliy, rais
dan malik.
Kepemimpinan merupakan unsur strategis dalam

perkembangan peradabanmanusia. Islam sendiri
menganjurkan setiap kelompok untuk memiliki pemimpin
yang harus ditaati dalam koridor kebenaran. Firman Allah
dalam Al-Qur’an :
    
     
      
    
     


Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.(QS.An-Nisa :59)3
Dalam ayat ini sasaran perintahnya adalah umat Islam,

bukan keseluruhan umat manusia, sehingga pemimpin yang
diperintahkan untuk ditaati harus seorang muslim. Dalam
3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.(Semarang: Karya
Toha Putra),hlm.69
5

ayat di atas terdapat kata at}i>’u> allah wa at}i>’u> alrasu>l (taatilah Allah dan Rosul-Nya), dan tidak ada katakata itu untuk pemimpin (uliy al-amri). Hal ini menunjukan
bahwa kepatuhan mutlak hanya untuk Allah dan Rosul-Nya
semata. Sedangkan kepatuhan kepada pemimpin bersifat
kondisional. Artinya jika keputusan pemimpin sesuai dengan
perintah Allah dan Rosul-Nya, maka ia wajib dipatuhi.
Sebaliknya jika berlawanan dengan petunjuk Allah dan
Rosul-Nya maka ia tidak wajib ditaati.4
Istilah uliy al-amri berasal dari kata uliy yang artinya
orang yang punya dan al-amr bentuk jamaknya al-umur
artinya perkara atau urusan. Sehingga uliy al-amri artinya
pemimpin yang bertanggung jawab atas segala urusan
umat. uliy al-amri juga bisa diartikan pemimpin yang
memiliki perintah, otoritas dan kekuasaan yang bisa
diginakan untuk mempengaruhi orang lain, karena sesorang

mudah dipengaruhi oleh orang lain yang memiliki kelebihan
dari dirinya. Kelebihan tersebut dapat berupa ilmu
pengetahuan, fisik, kekuatan, kekuasaan, atau lainnya.
Untuk itu uliy al-amri ahli tafsir diartikan dengan ulama
sebagai representasi pemimpin non formal atau penguasa
yang merupakan pemimpin formal.
C.PEMIMPIN FORMAL
1. Pengertian Pemimpin Formal
Pemimpin formal adalah pemimpin yang dipilih melalui
mekanisme organisasi yang formal. Keberadaan pemimpin
formal biasanya diangkat secara resmi dalam jabatan
kepemimpinan, diatur dalam organisasi yang memiliki
aturan dasar, tergambar dalam suatu bagan struktur
4 Ibid,op.cit. hlm.4
6

organisasi. Pemimpin formal memiliki legitimasi yang jelas
dan berstatus resmi dengan batas-batas kewenangan
tertentu. Dengan kata lain pemimpin formal adalah orang
yang menjadi pemimpin karena legalitasnya. Misalnya,

karena ia terpilih secara sah melalui pemilu atau kongres
atau muktamar atau kegiatan pemilihan lain. Yang
bersangkutan telah memenuhi semua peraturan yang ada.
Pemimpin formal sering dikenal dengan sebutan kepala.
Pemimpin formal pada umunya berada pada lembaga
formal juga, dan keputusan pengangkatannya sebagai
pemimpin berdasarkan surat keputusan yang formal.
Seorang pemimpin formal bisa saja hanyalah seorang kepala
yang memiliki wewenang sah berdasarkan ketentuan formal
untuk mengelola anggotanya atau dalam organisasi
memiliki wewenang untuk membawahi dan memberi
perintah pada bawahannya.
Seorang pemimpin formal dinilai oleh masyarakat atau
anggotanya berdasarkan hasil-hasil yang dicapainya,
sehingga pengakuan kepemimpinannya disamping
ditentukan oleh jiwa kepemimpinannya juga oleh prestasi
atau hasil kerja yang mampu memenuhi kebutuhan
anggotanya.
Diantara jabatan yang masuk kategori pemimpin formal
adalah direktur perusahaan, pejabat pemerintah, ketua

organisasi profesi, ketua organisasi sosial keagamaan dan
kepala sekolah.
2. Ciri-ciri Pemimpin Formal
a. berstatus sebagai pemimpin formal yang ditunjuk oleh
yang berwenang.

7

b. Memperoleh dukungan dari organisasi formal dan
mempunyai atasan.
c. Harus memenuhi persyaratan formal
d. Mendapat kenaikan pangkat
e. Dapat dimutasikan
f.

Memperoleh imbalan akan balas jasa materiel imateriel.

g. Bila melakukan kesalahan dapat dikenai sanksi atau
hukuman.
h. Selama menjadi pemimpin berhak mengatur sepenuhnya
organisasi yang dipimpinnya.
3. Kualifikasi Pemimpin Formal
Untuk menduduki jabatan formal seorang pemimpin
harus memiliki kualifikasi tertentu yang sesuai dengan jenis
kepemimpinannya. Setiap instansi/lembaga atau organisasi, metetapkan
kualifikasi pemimpin yang dikehendaki oleh lembaga atau organisasi
tersebut.
Sebagai contoh, kepemimpinan militer Angkatan Darat
AS misalnya, menetapkan kualifikasi pemimpin militer
sebagai berikut : yakin, berani, berintegritas, pengambil
keputusan, adil, tabah, taktis, berinisiatif, tenang, dewasa,
berkembang, berkemauan keras, assertiveness, candor,
punya rasa humor tinggi, berkompeten, berkomitmen,
kreatif, disiplin tinggi, rendah hati, fleksibel, berbelas
kasihan atau berempati.5
Dalam dunia pewayangan dikenal adanya istilah Hasta
Brata (Delapan Sifat Pemimpin), yaitu seperti:
a. tanah (pemurah dan penuh belas kasihan),
b. air (sederhana dan mau turun ke bawah),
c. angin (mampu merembes ke mana-mana),
5 http://www.petrusfs.1.am/kualifikasi kepemimpinan.download 17
Oktober 2012

8

d. laut (lapang dada, mau menerima pendapat orang lain),
e. bulan (menambah ilmu pengetahuan sehingga mampu
memberikan penerangan),
f. matahari (memberi dorongan kekuatan dan pertolongan),
g. bintang (menjadi penuntun dan panutan)
h. api (memegang prinsip keadilan)
Kepemimpinan hasta brata ini bersesuaian dengan
kerja-kerja seorang pemimpin formal dalam berinteraksi
dengan masyarakatnya.
Selanjutnya dari nilai-nilai kebudayaan luhur bangsa
indonesia, dikembangkan pula kualifikasi kepemimpinan
yang khas Indonesia, yang dikenal dengan "Sebelas Asas
Kepemimpinan Pancasila".
1. Taqwa - beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan taat
kepada-Nya
2. Hing Ngarso Sung Tulodo - mampu menjadi teladan
3. Hing Madyo Mangun Karso - membangun semangat dan
ketabahan
4. Tut Wuri Handayani - mempengaruhi dan memberikan
dorongan dari belakang
5. Waspodo Purbowaseso - selalu waspada mengawasi
serta sanggup dan berani memberi koreksi
6. Ambeg Paramarta - dapat menetapkan skala prioritas
7. Prasojo - sederhana
8. Satya - mempunyai sikap loyal

9

9. Gemi Nastiti - hemat - "sak butuhe, sak perlune, sak
cukupe, sak mestine, sak benere, sak kepenake"
10. Beloko - terus terang
11. Legawa - siap untuk proses regenerasi6
Secara umum, kualifikasi pemimpin formal dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan manajerial. Hal ini terkait pemimpin
sebagai seorang manajer yang dituntut untuk
menjalankan fungsi manajemen yakni planning,
organizing, actuating dan controling dalam organisasi
yang dipimpinnya
2. Banyak mengetahui tentang pekerjaan khusus dan
memiliki kemahiran teknis. Pemimpin formal akan
dihadapkan pada kerja-kerja teknis yang membutuhkan
keterampilan khusus dalam pengerjaannya.
3. Kemampuan berkomunikasi. Dalam menjalankan
kewajibannya, Pemimpin formal dituntut untuk bisa
berkomunikasi dengan atasannya yang memberi mandat
dan juga bawahannya selaku pelaksana kegiatan
organisasi. Untuk itu seorang pemimpin formal harus bisa
berkomunikasi dengan baik.
4. Penampilan baik. Pemimpin formal berbeda dengan
pemimpin sosial dalam hal penampilan. Hal ini berkaitan
dengan pekerjaan pemimpin formal yang lebih banyak
berhubungan dengan lembaga formal yang lain, misalnya
harus memimpin atau menghadiri rapat-rapat resmi,
menyambut tamu dari instansi lain dan sebagainya.
6 Petrus F. Setiadarma dalam http// www.petrusfs.1.am /kualifikasikepemimpinan.html

10

5. Berani mengambil keputusan. Organisasi formal tidak bisa
lepas dari kerja-kerja dalam rangka pemenuhan target
dan tujuan bersama. Perjalanan sebuah lembaga formal
dalam pencapaian visi misinya meniscayakan
persentuhan dengan dilema yang harus dipecahkan. Di
sinilah kemampuan mengambil keputusan sangat
diperlukan oleh seorang pemimpin
6. Senang bekerjasama. Pemimpin formal bekerja dituntut
untuk bekerja secara tim. Ia tidak mungkin mengerjakan
seluruh pekerjaan organisasi sendirian. Maka dari itu
seorang pemimpin formal harus bisa bekerja sama
dengan seluruh anggota tim. Hal ini akan terlaksana
dengan baik jika pemimpin tersebut senang bekerja sama.
Semua kualifikasi tersebut di atas merupakan kualifikasi
ideal seorang pemimpin formal. Bila kualifikasi ini bisa
terpenuhi dalam diri seorang pemimpin maka ia akan
menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
4. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Formal
Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak
bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan. Siapapun yang diangkat
menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui prosedur
serta persyaratan-persyaratan tertentu seperti ; latar
belakang pendidikan, pengalaman kerja, usia, kompetensi
dan integritas. Oleh sebab itu kepala sekolah adalah
pemimpin formal sebab pengangkatannya melalui proses
dan prosedur yang didasarkan pada peraturan yang berlaku.
Berdasarkan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, untuk bisa diangkat
sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib

11

memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku
nasional. Standar kepala sekolah/madrasah terdiri dari
Standar Kualifikasi dan Standar Kompetensi.
Standar kualifikasi bagi kepala sekolah terdiri atas
kualifikasi umum dan kualifikasi khusus. Adapun kualifikasi
umum kepala sekolah/madrasah antara lain :
a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma
empat (D-IV) kependidikan atau non kependidikan pada
perguruan tinggi yang terakreditasi;
b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia
setinggitingginya 56 tahun;
c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun menurut jenjang sekolah masing-masing,
kecuali di Taman Kanakkanak /Raudhatul Athfal (TK/RA)
memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun di TK/RA; dan
d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai
negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan
kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau
lembaga yang berwenang.7
Kualifikasi khusus yang harus dimiliki seorang kepala
sekolah/madrasah antara lain :
a. Berstatus sebagi pendidik pada satuan pendidikan
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru TK/SD/SMP/SMA
sederajat
c. Memiliki sertifikat kepala satuan pendidikan.
D.

PEMIMPIN SOSIAL

1. Pengertian Pemimpin Sosial
7 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

12

Pemimpin sosial yang merupakan bagian dari pemimpin
non formal adalah pemimpin yang lahir secara alamiah di
masyarakat tanpa melalui proses pemilihan secara
organisatoris karena memiliki kemampuan atau kelebihan yg
menonjol yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan.
Pemimpin sosial tidak memiliki batasan wilayah kerja
maupun wilayah kekuasaan. Jenis pemimpin seperti ini
memiliki karakteristik dimana kepemimpinannya tidak bisa
dilihat dengan jelas tapi pengaruhnya secara psikologis
terasa sangan kuat dalam menentukan keberlangsungan
kehidupan bermasyarakat. Contoh pemimpin jenis ini adalah
para ulama, tokoh masyarakat, kepala suku dan ketua adat.
Dengan kekuatan pribadinya, pemimpin sosial mampu
mempengaruhi tindakan suatu kelompok masyarakat baik
dalam arti positif maupun negatif. Dalam Islam, pemimpin
sosial muncul dalam sosok ulama, ustadz, kyai atau tokoh
masyarakat.
Keberadaan pemimpin sosial di masyarakat turut
memainkan peran dalam perkembangan sosial budaya
masyarakat dan turut mewarnai sejarah. Bahkan
berdasarkan literatur sejarah, kebanyakan perubahan yang
terjadi di masyarakat (revolusi) digerakan oleh social leader.
Sebagai contoh ; runtuhnya Majapahit kemudian berdirinya
Kerajaan Demak tidak lepas dari peran Walisongo yang kala
itu merupakan guru dan panutan masyarakat. Gerakan
reformasi di Iran untuk menggulingkan kekuasaan Syah di
Iran adalah dimotori oleh pemimpin rohani pada saat itu
yakni Ayatulloh Khomaeni. Di Indonesia, peristiwa sejarah 10
November 1945 yakni perang besar antara rakyat Indonesia
dengan sekutu Belanda terjadi setelah munculnya resolusi

13

jihad yang diserukan oleh Hasyim Asy’ari, seorang ulama
besar yang menjadi panutan masyarakat pada saat itu.
Peranan pemimpin sosial terkadang melampaui
keberadaan pemimpin formal. Sehingga tidak dapat
dipungkiri banyak pemimpin formal yang acap kali
membutuhkan bantuan atau meminta restu pemimpin sosial
dalam menjalankan perananya. Secara basis, pada
umumnya pemimpin sosial memiliki massa yang kuat dan
mengakar dengan tingkat fanatisme yang tinggi. Hal inilah
yang membuat pemimpin sosial memiliki peranan yang
amat besar dalam membentuk peradaban masyarakat.
2. Kualifikasi Pemimpin Sosial
Pemimpin sosial mampu tampil menjadi idola dan
pilihan masyarakat karena beberapa kualifikasi, diantaranya
adalah :
a. Memiliki kelebihan yang menonjol yang tidak dimiliki
orang kebanyakan
b. Memiliki kekuatan pribadi (kharisma) yang mampu
memikat hati orang lain
c. Kemampuan menyelesaikan berbagai persoalan melalui
ide dan tindakan
d. Keberanian melakukan terobosan-terobosan di luar
kebiasaan dalam rangka menyelesaiakan masalahmasalah besar.
e. Memiliki kemuliaan akhlak
f. Mau mengorbankan diri untuk kepentingan orang lain
Dalam budaya Jawa dikenal beberapa istilah penting
berkaitan dengan kualifikasi kepemimpinan.
a. Ngandel (percaya pada diri sendiri)
b. Kendel (berani dan tabah)

14

c. Bandel (berdaya tahan besar, ulet dan tahan uji)
d. Kandel (dapat mengatasi segala kesulitan, dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan tidak terkalahkan)
Seorang pemimpin juga haruslah seorang yang tetep
(konsisten), mantep (konsekuen), dan antep (berbobot,
bermutu, dan digdaya). Ki Hadjar Dewantara menggunakan
istilah singkat "neng, ning, nung, nang" yang berarti
meneng (tentram dan damai), bening (jernih dan murni),
hanung (memiliki kemampuan), dan menang (mampu
berdiri tetap).
Kualfikasi versi filosofi jawa ini dalam prakteknya lebih
dekat kepada kualifikasi pemimpin sosial yang menjadi
panutan masyarakat.
E. PERBEDAAN KUALIFIKASI PEMIMPIN FORMAL DAN
PEMIMPIN SOSIAL
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa ada persamaan
dan perbedaan kualifikasi pemimpin formal dan pemimpin
sosial. Secara mendasar, antara pemimpin formal dan
pemimpin sosial memiliki kualifikasi yang sama, yaitu :
1. Kemampuan mempengaruhi orang lain untuk bertindak;
2. Mempunyai cita-cita yang hendak diwujudkan;
3. Mempunyai kelebihan/kemampuan melebihi dari yang lain;
4. Mendapat kepercayaan dari orang lain.
Adapun perbedaan kualifikasi pemimpin formal dengan
pemimpin sosial antara lain :
1. Pemimpin formal harus memiliki kemampuan manajerial
untuk menjalankan tugasnya sedang pemimpin sosial tidak
begitu dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial. Hal
ini dikarenakan perbedaan wilayah kerja dan wewenang
masing-masing yang jelas berbeda. Pemimpin formal
15

dituntut un menyelesaikan pencapaian target
organisasi/lembaga yang mengangkatnya sehingga harus
merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengontrol
kerja-kerja organisasi sedang pemimpin sosial tidak ada
tuntutan untuk memenuhi target-taret tertentu karena ia
tidak diangkat oleh institusi tertentu.
2. Pemimpin formal disyaratkan memiliki kualifikasi
pendidikan formal sampai batas tertentu, misalnya : untuk
bisa menjadi kepala sekolah minimal berpendidikan S1,
untuk menjadi pimpinan parpol minimal berijasah SMA dan
seterusnya. Berbeda dengan pemimpin sosial yang tidak
ada syarat akademik. Karena pemimpin sosial diangkat
secara alamiah oleh masyarakat karena kepercayaan
masyarakat terhadapnya.
3. Pemimpin formal harus menguasai pengetahuan khusus
ataupun keterampilan teknis sesuai bidang yang
dipimpinnya, sebagai contoh : serang kepala dinas
pertanian dia harus memiliki pengetahuan tentang
pertanian, kepala sekolah harus memiliki keterampilan
membuat perangkat pembelajaran dan seterusnya.
Sedangkan pemimpin sosial dia tidak ada tuntutan untuk
menguasai pengetahuan khusus. Jika ia memiliki itu bukan
sebagai persyaratan sebelum menjadi pemimpin sosial.
4. Pemimpin formal dituntut untuk berpenampilan baik,
misalnya harus berdasi, berseragam, dan memakai atribut
tertentu. Hal ini sangat berlawanan dengan pemimpin
sosial yang tidak mengutamakan penampilan.
5. Tidak semua Pemimpin formal memiliki kewibawaan yang
membuat segan anak buahnya karena pemimpin formal
diangkat berdasarkan kriteria organisasi/lembaga bukan

16

karena wibawanya di hadapan anggota. Hal inilah yang
menyebabkan banyak pemimpin formal yang diturunkan
paksa oleh anggotanya bahkan dengan kekerasan. Hal
serupa sangat jarang terjadi pada pemimpin sosial, karena
keberadaan pemimpin sosial adalah muncul dari suara
masyarakat yang menghendaki tampilnya sosok pemimpin
yang menjadi panutan mereka. Orang yang menjadi
pemimpin sosial biasanya memiliki wibawa dan kharisma
atau daya tarik yang tinggi di hadapan pengikutnya.
Secara terperinci perbedaan tersebut dapat dilihat dalam
tabel berikut :
No
1

Kriteria

Pemimpin
formal
Harus memiliki
(mampu
menjalankan
fungsi
manajemen)
Disyaratkan

Kemampuan
manajerial

2
3
4

Berpendidikan
formal
Pengetahuan
khusus/Keterampila
n teknis
Penampilan baik

Dituntut untuk
memiliki
Dituntut untuk
berpenampilan
baik
Harus bisa
bekerja sam
dengan tim

5

Senang bekerja
sama

7

Kharisma

8

Konsistensi

Tidak semua
memiliki
Kondisional

9

Mengutamakan

Situasional

17

Pemimpin
Sosial
Menjalankan
dalam batas
tertentu
Tidak
disyaratkan
Tidak harus
memiliki
Tidak
mengutamakan
penampilan
Menjalankan
fungsi
kepemimpinan
sendiri
Memiliki
kharisma tinggi
Kebanyakan
konsisten
dengan prinsipprinsip yang
diperjuangkan
Memperjuangk

kepentingan umum
10

Berakhlak mulia

Normatif

an kepentingan
umum
Substantif

F. KONSEP KEPEMIMPINAN ULUL ALBAB
Bila melihat teori kepemimpinan yang berkembang di
dunia pendidikan pada khususnya, maka yang dijumpai
kebanyakan adalah teori kepemimpinan barat yang cenderung
sekuler. Padahal Islam telah memberikan pedoman paling ideal
dalam membangun konsepsi kepemimpinan melalui al-Qur'an.
Urgensi kepemimpinan Islam yang membedakan dengan
kepemimpinan sekuler adalah pada bangunan moral yang
melandasi seluruh kerja organisasi. Oleh karena itu, pemimpin
dalam pandangan Islam tidak boleh lepas dari empat kekuatan
spiritual berupa iman, islam, taqwa dan ihsan. Prinsip ini
kemudian tercover dalam konsep kepemimpinan ulul albab.
Istilah ulul albab sendiri banyak disebut dalam al-Qur'an
sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat : 269
      
      
    
Artinya : Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang
Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah) (QS. al-Baqarah : 269).8

Kata albab adalah bentuk jamak dari lubb yang secara
bahasa berarti saripati sesuatu. Dengan demikian Ulul Albab
adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak
diselubung oleh kulit, yakni kabut ide yang dapat melahirkan

8 Departemen Agama RI.tt. Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahnya. Semarang: PT Karya
Toha Putra. Hal. 35

18

kekacauan dalam berpikir.9 Ulul Albab digambarkan sebagai
sosok intelektual yang mempunyai kedalaman spiritual,
pengetahuan yang luas, dan mempunyai kemauan kuat untuk
melakukan perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik
lewat tindakan maupun keteladanan. Dengan karakter
tersebut, Ulul Albab disebut-sebut sebagai sosok pemimpin
ideal yang akan mampu mengemban amanah sebagai
khalifatullah fil ardh.
Konsep Ulul Albab telah dikembangkan dan menjadi
model kepemimpinan di UIN Malang. Menurut Imam
Suprayogo, konsep dasar Ulul Albab terdiri dari tiga prinsip
yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya berupa
zikir, pikir dan amal saleh. Zikir merupakan komunikasi yang
mendalam seorang hamba dengan dengan Khaliqnya. Pikir
adalah upaya menggunakan akal budi untuk
memeprtimbangkan dan memutuskan sesuatu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sedangkan amal saleh
adalah aktifitas perbuatan seseorang yang dilakukan secara
tepat dan pas. Ketiga prinsip tersebut menjadi prinsip dasar
yang dibangun untuk pengembangan model kepemimpinan
Ulul Albab.10
Bangunan konsep Ulul Albab Leadership Model dibangun
atas empat kekuatan yaitu :
1. Kedalaman spiritual (spiritual deepness) sebagai sumber
dorongan atau motivasi dalam beramal
2. Keagungan akhlak (ethical conduct) sebagai landasan
dalam komunikasi
3. Keluasan ilmu (science broadness) sebagai buah dari upaya
memahami konsep-konsep ajaran Islam
9 Jamal Lulail Yunus. Leadership Model; Konsep Dasar, Dimensi Kinerja,
dan Gaya Kepemimpinan. (Malang : UIN Malang Press) hlm.67
10 Ibid. Hlm.vi
19

4. Kematangan profesional (professional maturity) sebagai
hasil yang diharapkan dari pemahaman dan penguasaan
ketrampilan manajerial.
G.

KESIMPULAN

1. Dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terbentuk
melalui dua jalan, yaitu: kepemimpinan formal (formal
leadership) yang melahirkan pemimpin formal dan
kepemimpinan informal (informal leadership) yang
melahirkan pemimpin informal.
2. Pemimpin formal adalah pemimpin yang dipilih melalui
mekanisme organisasi yang formal. Pemimpin formal
memiliki legitimasi yang jelas dan berstatus resmi dengan
batas-batas kewenangan tertentu.
3. Pemimpin sosial adalah pemimpin yang lahir secara
alamiah di masyarakat tanpa melalui proses pemilihan
secara organisatoris. Pemimpin sosial tidak memiliki
batasan wilayah kerja maupun wilayah kekuasaan.
4. Pemimpin formal dan pemimpin sosial memiliki kualifikasi
yang berbeda. Perbedaan kualifikasi ini terjadi karena
perbedaan wilayah kerja, wewnang dan tanggungjawab
yang juga berbeda.
5. Perbedaan mendasar dalam kualifikasi pemimpin formal
dan pemimpin sosial antar lain : kemampuan manajerial,
kualifikasi pendidikan, keterampilan teknis, penampilan dan
kharisma.
6. Konsep kepemimpinan Ulul Albab adalah kontruksi
kepemimpinan Islam yang mendasarkan pada trilogi prinsip
yang saling berkaitan yakni dzikir, pikir adn amal.
7. Model kepemimpinan Ulul Albab dapat menjadi model
kepemimpinan alternatif di tengah semaraknya model-

20

model kepemimpinan yang kebanyakan berasal dari teori
barat.

DAFTAR PUSTAKA

Ainur Rohim Faqih dan Iip Wijayanto. 2001. Kepemimpinan Islam.
Yogyakarta : UII Press.
Andrew J. Dubrin. 2005. The Complete Ideal’s Leadership. Terj. Tri
Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Prenada.
Jamal Lulail Yunus. 2009. Leadership Model; Konsep Dasar,
Dimensi Kinerja, dan Gaya Kepemimpinan. Malang : UIN
Malang Press.
James M. Kauzes dan Barry Z.Posner. 2004. The Leadership
Chalengge. terj. Revyani Sjahrial. Jakarta: Erlangga.
Muhammad Ali Aziz. 2009. Kepemimpinan Islam di Indonesia.
Yogyakarta : Harokat Media
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Sutarto. 2006. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. 2011. Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi. Jakarta : Rajawali Pers.

21

Wahyosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta :
Rajawali Pers.
http//www.petrusfs.1.am/kualifikasi-kepemimpinan.html/
download tanggal 17 Oktober 2012

22