LABEL VISUAL PERINGATAN PADA BUNGKUS ROK

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara.
Besarnya populasi ini menjadi potensi sekaligus tantangan bagi Indonesia, di satu sisi
Indonesia memiliki aset sumber daya manusia yang besar, namun di sisi lain tidaklah
mudah mencapai Indonesia sehat dan sejahtera. Terutama apabila melihat salah satu
permasalahan di dunia kesehatan Indonesia, rokok, yang sampai saat ini masih
menjadi momok. Merokok yang didefinisikan sebagai kegiatan menghisap tembakau
telah menjadi tradisi sebagian masyarakat dari generasi ke generasi di Indonesia.
Menduduki posisi penghisap rokok terbanyak ketiga di dunia, dengan jumlah perokok
mencapai 62 juta dari 1,1 miliar perokok di dunia atau sebesar 32,2 persen penduduk,
Indonesia perlu mengakui bahwa permasalahan rokok merupakan masalah yang
serius dan perlu ditanggulangi bersama.1,2 Hal ini berdasarkan kepada buruknya
pengaruh rokok pada kesehatan dan kesejahteraan baik pada perokok sebagai
individu secara khusus maupun negara Indonesia secara umum.
Merokok terbukti dapat mengurangi angka harapan hidup sebesar 13,2 hingga 14,5
tahun dan menjadi penyebab utama kematian satu dari dua perokok dengan menjadi

faktor risiko besar enam dari delapan penyebab kematian utama di dunia, juga
menyebabkan gangguan dan penyakit kejiwaan seperti depresi maupun serangan
ansietas.3,4,5 Disamping menyebabkan gangguan kesehatan, merokok juga dapat
menyebabkan penurunan derajat kesejahteraan. Sebanyak 27,3 persen perokok
berasal dari status ekonomi kurang, dan mereka mengeluarkan biaya terbesar kedua
(12,43%) setelah konsumsi beras (18,30%), sekitar limabelas kali lebih besar
daripada membeli lauk pauk, enam kali lebih besar dari pendidikan dan kesehatan

2

yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas gizi dan kelayakan
hidupnya.6 Selain kerugian ekonomi individu membeli rokok, total pengeluaran
pemerintah untuk menanggulangi akibat tembakau berupa biaya kesehatan,
pengobatan dan kematian mencapai 126,4 triliun rupiah.7 Seluruh kerugian yang
dialami baik oleh individu maupun bagi negara tentunya akan berkurang apabila
jumlah perokok di Indonesia dapat dikurangi.
Berbagai kebijakan telah ditentukan oleh pemerintah untuk menangani masalah
merokok, namun keputusan seseorang untuk berhenti merokok dan menggantinya
dengan kebiasaan yang lebih baik tentunya kembali kepada individu yang
bersangkutan. Kesadaran akan bahaya merokok dan segala potensi buruk yang dapat

ditimbulkan dengan merokok menjadi poin yang sangat penting. Pemerintah telah
berupaya untuk menyampaikan bahaya merokok dengan mewajibkan produsen rokok
menuliskan bahaya merokok di bungkus rokok dan pengiklanan.8 Namun,
berdasarkan hasil studi Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI)
pada tahun 1907, walau lebih dari 90 persen masyarakat pernah membaca label
peringatan itu, 42,5 persen responden tidak percaya, 25 persen tidak termotivasi
berhenti merokok, 25 persen tidak perduli, dan 19 persen tidak mengerti.9
Melihat permasalahan tersebut, maka perlunya menelaah cara lain seperti
pemasangan label visual peringatan pada bungkus rokok yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya merokok sehingga pada akhirnya
kita bersama-sama dapat menuju Indonesia sehat dan sejahtera. Melalui karya tulis
ilmiah ini, diharapkan dapat diketahui potensi, keefektifan dan kemungkinan di
implementasinya label visual peringatan pada bungkus rokok di Indonesia.

3

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:



Bagaimana

label

visual

peringatan

pada

bungkus

rokok

dapat

diimplementasikan di Indonesia?



Bagaimana potensi label visual peringatan pada bungkus rokok untuk
mengurangi angka perokok?

1.3 Uraian Singkat Gagasan
Label visual peringatan pada bungkus rokok merupakan kebijakan yang telah
dilakukan oleh pemerintahan di berbagai negara di dunia. Label visual peringatan
berupa gambar/foto jelas masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok dan
melekat pada setiap sampul bungkus rokok.
1.4 Tujuan
1.4.1

Tujuan Umum

Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan
penghentian kebiasaan merokok bagi perokok.
1.4.2

Tujuan Khusus

- Ditingkatkannya pengetahuan mengenai epidemiologi dan perilaku merokok.

- Ditingkatkannya pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengarui
keberhasilan menghentikan kebiasaan merokok.
- Diidentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi metode visual dalam
edukasi kesehatan.
- Diidentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi label visual
peringatan rokok di Indonesia.

4

1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1

Bagi Masyarakat

Melalui karya tulis ini, wawasan masyarakat dan kewaspadaan bahaya merokok
lebih meningkat dan menghentikan merokok sekarang juga.
1.5.2

Bagi Lembaga Kesehatan


Karya tulis ini dapat digunakan sebagai masukan yang berarti dalam merancang
program kesehatan dengan memasukan peringatan rokok secara visual sebagai
upaya menekan jumlah perokok di Indonesia.
1.5.3

Bagi Bidang Ilmiah

Karya tulis ini dapat menjadi masukan metode edukasi kesehatan yang efektif
untuk perubahan perilaku masyarakat.
1.5.4

Bagi Penelitian

Karya tulis ini dapat menjadi bahan awal peneltian yang dikembangkan untuk
upaya edukasi kesehatan penghentian merokok.

5

BAB II
TELAAH PUSTAKA


2.1 Rokok
2.1.1

Pengertian Rokok

Rokok adalah gulungan tembakau berbalut kertas atau bahan tipis lainnya
dengan ukuran 70 hingga 119 milimeter, diameter sekitar 10 milimeter
bergantung jenis dan tipe rokok. Merokok merupakan kegiatan membakar rokok
di ujung yang satu dengan menghisap asapnya dari ujung yang lain.10 Terdapat
bagian asap yang langsung dihisap, hasil hembusan kembali, dan bakaran di
ujung luar rokok.11 Saat ini, selain rokok buatan rumah tangga, rokok
diproduksi secara pabrikan dengan bentuk kemasan yang mudah dibawa dan
sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan rokok ini telah disertai dengan pesan
kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang
ditimbulkan akibat merokok.10
Penggunaan rokok sendiri telah bergeser jauh dibandingkan tujuan awalnya.
Rokok pertama kali digunakan oleh bangsa Maya, Aztek dan Indian di Amerika
untuk ritual pemujaan dewa ataupun roh. Sedangkan di Indonesia, pada
mulanya rokok dibuat dalam usaha pencarian obat asma. Namun saat ini,

merokok

dijadikan

kesenangan,

kebiasaan,

tanda

persahabatan

dan

persaudaraan, hingga simbol kejantanan pria.12,13
2.1.2

Epidemiologi

Menurut kajian global oleh WHO, didapati jumlah perokok di seluruh dunia

setidaknya berjumlah 1,1 milyar individu dan 80 persen diantaranya berada di
negara berkembang salah satunya Indonesia. Indonesia sendiri merupakan

6

negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah cina dan India.1
Berdasarkan Riskesdas tahun 1907, persentase penduduk umur 10 tahun ke atas
22,7% merokok setiap hari, 5,5% merokok kadang-kadang yang mencapai
jumlah 62 juta jiwa. Jika dilihat pada laki-laki, hampir separuh penduduk lakilaki merokok setiap hari (45,8%) dengan rata-rata 12 batang rokok yang dihisap
setiap harinya.2
Hal yang cukup mengkhawatirkan adalah karena 52,6% perokok berusia 15-23
tahun, yang adalah usia remaja hingga produktif. Usia produktif dengan rokok
memang menjadi hal yang saling mempengaruhi. Di satu sisi, usia produktif ini
adalah usia yang paling banyak terpapar dengan perokok. 2
2.1.3

Dampak Rokok

Rokok memberi dampak yang meluas dari kehidupan seseorang, mulai dari
berdampak pada kesehatan hingga pada penurunan kesejahteraan, yang lebih

lanjut akan turut mempengaruhi perkembangan dan kemajuan sebuah negara.
Setiap batang rokok yang dibakar akan menyebarkan lebih dari empat ribu
bahan kimia karsinogenik, iritatif dan toksin yang membahayakan tubuh dan
menimbulkan gangguan yang serius. Efek buruk rokok itu tidak terbatas hanya
terjadi pada perokok itu sendiri (perokok aktif), namun juga kepada orang yang
berada di sekitarnya (perokok pasif). Baik perokok aktif maupun pasif, asap
rokok yang dihirupnya akan menyebabkan kerusakan jaringan di sepanjang
saluran yang dilaluinya, di mulut dapat menyebabkan periodontitis, pada
struktur di bawahnya menimbulkan faringitis, laringitis, bronkitis, hingga di
paru dapat menginduksi kanker paru, penyakit paru obstruktid, dan emfisema.
Sistem pencernaan pun akan turut terpengaruh, menyebabkan esofagitis,
dispepsia, ulkus lambung hingga pankreatitis. Lebih dalam dari sekedar saluran
yang dilaluinya, kandungan rokok dapat masuk ke sirkulasi, menyebabkan
penyempitan arteri, gangguan dinding arteri dan menyebabkan penyakit jantung

7

koroner dan stroke.11 Tidak hanya itu, merokok dapat menyebabkan gangguan
dan penyakit kejiwaan seperti depresi maupun serangan ansietas.3
Disamping


menyebabkan

gangguan

kesehatan,

merokok

juga

dapat

menyebabkan penurunan derajat kesejahteraan. Menurut data Survey Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS), 27,3% perokok berasal sari status ekonomi
kurang, dan pada rumah tangga miskin ini, konsumsi untuk rokoknya
menduduki rangking kedua (12,43%) setelah konsumsi beras (18,30%). Orang
miskin di Indonesia mengeluarkan uangnya limabelas kali lebih besar untuk
membeli rokok daripada membeli lauk pauk, serta enam kali lebih besar dari
pendidikan dan kesehatan.6 Selain pengeluaran yang dibutuhkan untuk membeli
rokok, total pengeluaran untuk menanggulangi akibat tembakau berupa biaya
kesehatan, pengobatan dan kematian mencapai 126,4 triliun rupiah.7
2.1.4

Kebijakan Rokok di Indonesia dan Efektivitasnya

Pemerintah telah mengambil langkah dalam penanganan rokok yang tertuang
pada peraturan pemerintah nomor 18 Tahun 1903 tentang pengamanan rokok
bagi kesehatan. Pada peraturan tersebut, produsen diharuskan mencantumkan
informasi kadar nikotin dan tar pada sisi kecil, kode produksi, dan tulisan
peringatan kesehatan pada label sekurang-kurangnya 15% di bagian kemasan
yang mudah dilihat. Peringatan kesehatan ini harus dituliskan dalam bentuk
tulisan berbunyi “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”. Penulisan peringatan kesehatan
ini harus pada tempat dilihat dan dibaca, dengan sisi lebar tiap kemasan rokok,
warna kontras dengan dasar tulisan, dengan ukuran minimal tiga milimeter.8
Berbagai penelitian mengenai efektivitas kebijakan penulisan peringatan rokok
ini. Studi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
(PPK UI) yang dibantu oleh Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan The
Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA) menunjukkan bahwa

8

meski lebih dari 90 persen masyarakat pernah membaca peringatan kesehatan
pada bungkus rokok, tapi 42,5 persen dari mereka tidak percaya karena tidak
melihat bukti, sebanyak 25 persen tidak termotivasi berhentu merokok, 25
persen tidak perduli karena terlanjur ketagihan, dan 19 persen mengatakan
tulisan tidak menjelaskan.9
2.2 Perilaku Merokok
2.2.1

Bentuk Perilaku Merokok

Menurut Silvan Tomkins dalam al Bachri (1891), berdasarkan Managemen of
Affect Theory, terdapat empat perilaku merokok. Perokok yang dipengaruhi
perasaan positif, perasaan negatif, perokok adiktif, dan perokok rutinitas.
Perokok yang dipengaruhi perasaan positif akan merasakan panambahan rasa
yang positif, berupa pleasure relaxation, adalah perilaku merokok untuk
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
makan atau minum kopi; Stimulation to pick them up, adalah perilaku merokok
yang dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan; Pleasure of handling
the cigarette, adalah kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok.
Perilaku merokok kedua karena perasaan negatif. Perokok mengaku perasaan
negatif seperti marah, cemas, dan gelisah dapat dihilangkan dengan rokok
sehingga mereka hanya merokok untuk terhindar dari perasaan yang lebih tidak
enak. Bentuk perilaku yang ketiga adalah perilaku merokok yang adiktif. Hal ini
terjadi akibat perangsangan psikologis. Mereka yang sudah kecanduan,
cenderung akan menambah dosis rokok yang digunakansetiap saat setelah efek
dari merokok yang diisapnya berkurang. Hal tersebut berkaitan dengan
mekanisme toleransi tubuh terhadap zat adiktif yang terdapat pada rokok.
Bentuk perilaku terakhir yang merupakan model paling banyak di Indonesia,
adalah merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Orang pada tipe ini menjadikan

9

kegiatan merokok merupakan hal yang menjadi kebiasaan mereka. Dapat
dikatakan pada tipe ini, merokok menjadi kebiasaan rutin.14
2.2.2

Tahapan Perilaku Merokok

Pada awalnya, seorang calon perokok akan mengalami tahap preparatory. Pada
tahap ini, seseorang mendapat gambaran mengenai merokok dengan cara
mendengar, melihat dan hasil bacaan yang menimbulkan minat merokok.
Kemudian akan tiba saat initiation, saat pertama kali seseorang mecoba
merokok. Pada saat ini, seseorang akan memutuskan untuk menjadi seorang
perokok atau tidak. Jika memutuskan untuk menjadi prokok, maka lamakelamaan, jumlah batangan rokok yang dikonsumsi meningkat, saat sudah
menyentuh angka empat batang dengan kecenderungan untuk merokok, maka
memasuki tahapan becoming a smoker dan maintenance jika merokok telah
menjadi bagian self-regulating saat merokok dilakukan untuk memperoleh efek
fisiologis yang menyenangkan. 15
Setelah memasuki tahapan akhir self-regulating, maka perokok akan cenderung
mengalami banyak kesulitan untuk berhenti. Maka dari itu, sebenarnya periode
intervensi memotong jalur ini adalah pada saat sebelum becoming a smoker,
terutama pada tahapan preparatory dan initiation. Hal ini berdasar ide bahwa
sebelum menjadi perokok rutin, maka perokok belum memiliki ketergantungan
dan lebih mudah untuk tidak mengonsumsi rokok.21
2.2.3

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Perilaku merokok dan pengambilan keputusan seseorang untuk merokok
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Dari berbagai macam faktor tersebut,
terdapat tiga faktor yang memberi pengaruh utama kebiasaan merokok, yaitu:

10

2.2.3.1 Pengaruh Keluarga (khususnya orang tua)
Anak-anak

yang

memiliki

anggota

keluarga

inti

merokok

memiliki

kecenderungan untuk mengikuti jejak yang sama dengan keluarganya tersebut.
Hal ini didasari oleh empat mekanisme utama, yaitu mekanisme imitasi,
penanaman nilai, pengaruh psikologis serta minimnya edukasi. Orang tua dan
saudara dekat dikaitkan sebagai model imitasi utama kehidupan seorang
individu, termasuk kebiasaan merokok yang dimilikinya. Merokok dinilai
sebagai sebuah kebiasaan normal yang wajar dilakukan oleh semua orang,
bahkan terdapat anggapan bahwa seorang anak dikatakan dewasa jika telah
merokok.15 Penelitian oleh Sumiyati, dkk pada tahun 1907 menemukan bahwa
anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal
dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.17,18
2.2.3.2 Pengaruh teman
Pergaulan pun memberikan peranan sangat besar dalam kebiasaan merokok.
Bila semakin banyak remaja yang merokok maka makin besar kemungkinan
teman-temannya adalah perokok dan demikian sebaliknya. Ditemukan bahwa
87% remaja perokok memiliki sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat
perokok.14 Hal ini terjadi terutama pada usia remaja ke atas, saat seorang anak
mulai memisahkan diri dari orang tua dan bergabung pada kelompok sebaya.
Kebutuhan untuk diterima seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar
dapat diterima, dan terbebas dari sebutan merendahkan seperti “pengecut” atau
“banci”.17,18
2.2.3.3 Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit fisik maupun jiwa, dan membebaskan diri dari kebosanan.14
Selain itu, faktor kepribadian dapat dijadikan prediktor perilaku merokok dan

11

kemungkinan berhenti

merokok (sumiyati

1907) dalam penelitiannya

memperoleh hasil bahwa faktor kepribadian individu berpengaruhi 22,98%
perilaku merokok.18
2.2.3.4 Pengaruh iklan
Iklan Juga menjadi faktor utama penyebab perilaku merokok remaja, 17,18%
perokok terpengaruh iklan, dengan melihat iklan di media masa dan elektronik
yang menampilkan gambaran merokok adalah kebanggan, menunjukkan
kecerdasarn, kejantanan, kemewahan, membuat remaja terpicu untuk mengikuti
perilaku iklan tersebut14,18 Kemasan dan pelabelan

acap kali

tidak

mencantumkan informasi maupun memberi tanda-tanda lain yang keliru dan
menyesatkan yang memberikan kesan yang salah tentang karakteristik, efek
kesehatan, bahaya dan emisi termasuk tiap perkataan, uraian, cap, gambar atau
tanda yang secara langsung atau tidak langsung menciptakan kesan yang salah
bahwa produk tembakau tertentu kurang berbahaya dibanding produk tembakau
lainnya termasuk pernyataan “low tar”, “light”, “ultra light”, “mild”.18
2.3 Penghentian Kebiasaan Merokok
2.3.1

Penyebab Menghentikan Kebiasaan Merokok

Pada kebanyakan kasus, seseorang berhenti merokok apabila diperintahkan oleh
dokter yang merawatnya untuk berhenti, disamping alasan lain seperti pengaruh
keluarga, teman, diri sendiri saat melihat diri dalam cermin dengan
rokok,menyadari bahaya,dan menyadari jumlah pengeluaran yang digunakan
untuk merokok.16
Perokok juga akan mulai berfikir untuk berhenti merokok setelah mengetahui
bahaya, dan didorong rasa takut akan penyakit yang akan dideritanya secara
jelas, dan terutama pada kematian.19 Misalnya, seseorang berhenti merokok
karena masih ingin melihat anak cucu mereka tumbuh menjadi dewasa.16

12

2.3.2

Penyebab Tidak Menghentikan Kebiasaan Merokok

Perokok yang tidak menghentikan kebiasaan merokoknya terutama karena
mereka tidak benar-benar memahami bahaya yang ditimbulkan rokok dan
merasa bahwa rokok dapat memberi efek yang dibutuhkannya dalam kehidupan
sehari-hari,seperti menghilangkan stress saat bekerja keras dan meningkatkan
konsentrasi. Bahkan terkadang merokok bukan karena perokok menikmati
merokok, namun karena merokok yang telah dijadikan bagian dari gaya hidup
sehari-hari.17
Kurangnya edukasi yang efektif mengenai bahaya dan kerentanan seseorang
terhadap gangguan kesehatan yang serius, serta desas-desus bahwa berhenti
merokok dapat meningkatkan berat badan menyebabkan kurangnya motivasi
dan keinginan menunda-nunda keinginan merokok.16,17
2.3.3

Metode Penghentian Kebiasaan Merokok

Untuk meyakinkan seseorang akan keputusannya untuk berhenti merokok,
maka

terdapat

hal

penting

yang

perlu

disampaikan

termasuk

mengkomunikasikan keparahan konsekuensi akibat rokok (mis.merokok dapat
menyebabkan penyakit hingga kematian), kerentanan dirinya (mis.hal ini dapat
terjadi pada anda), respon yang bermanfaat (mis.berhenti dapat menghilangkan
bahaya ini), dan keberhasilan (mis.kamu dapat melakukannya).19
Setelah memutuskan untuk berhenti merokok, akan menjadi tantangan besar
apakah seseorang akan berhasil atau tidak. Kemungkinan berhasil ditunjang
dengan pengetahuan dan kesadaran akan keparahan konsekuensi dan kerentanan
yang dimilikinya, didasari oleh rasa takut dan penolakan terhadap kondisi
merokoknya sekarang.16,19 Sedangkan kemungkinan tidak berhasil dihubungkan
dengan penurunan motivasi. Tingginya pengaruh efek motivasi individu sendiri
menunjukkan bahwa seorang perokok membutuhkan asistensi dan penyemangat

13

untuk menjaga motivasi dan keputusannya tersebut.17 Konsultasi dengan
konsultan berhenti merokok (metode asistensi), mekanisme kontrol, pertemuan
rutin untuk meningkatkan motivasi dan kepatuhan menghentikan rokok juga
diperlukan tiap minggu.16
Perlu diingat, metode yang dilakukan pada perokok dalam usahanya berhenti
terkadang terbentur dengan gejala kecanduan. Maka dari itu dapat dilakukan
terapi penggantian nikotin, permen karet nikotin, pill Chantix (yang bekerja
menghambat reseptor nikotin, sehingga mengurangi perasaan nikmat saat
mendapat nikotin).16
2.3.4

Penyebab Kembali Merokok Setelah Berhenti

Prinsip yang mendasar pada seorang perokok adalah kecanduan nikotin dan
pernah merasakan efek yang diberikan oleh rokok. Kemudian, perokok yang
memutuskan untuk berhenti juga terpengaruh oleh media promosi anti-rokok
yang kurang menunjukkan metode berhenti merokok, serta menunjukkan bahwa
berhenti merokok adalah hal yang sangat mudah dan sederhana. Namun, tidak
selamanya terjadi seperti itu.16,19
Penjelasan paling jelas dan sering terjadi pada kegagalan ini adalah pengaruh
kecanduan nikotin yang dialaminya.16 Seseorang yang kecanduan nikotin,
apabila berhenti merokok akan merasa sakit, sulit berkonsentrasi, tidak dapat
beristirahat yang lebih sering terjadi pada wanita. Gangguan lain yang akan
dialami oleh penghenti merokok ini adalah kebiasaan dan lingkungan, terutama
apabila orang-orang disekitarnya memiliki kebiasaan merokok.19 Keadaan ini
memberikan sinyal kepada tubuh berdasarkan penalaman sebelumnya bahwa
ketidaknyamanan yang dirasakannya saat ini dapat menghilang dengan
merokok.

Keadaan

ini

menyebabkan

perokok

kemudian

menyesali

perbuatannya untuk berhenti merokok dan pada akhirnya akan kembali

14

merokok.19 Hal ini diakibatkan kurangnya perencanaan, sharing pengalaman
dan pengawasan dalam masa terapi.16,19
2.4 Metode Visual Edukasi Kesehatan
2.4.1

Definisi Metode Visual Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan memiliki arti penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui praktik pembelajaran atau instruksi dengan tujuan mengingat
fakta atau kondisi nyata, dengan memberi dorongan pada pengarahan diri, dan
secata aktif memberikan informasi atau ide baru dalam bidang kesehatan.
Sedangkan visual berarti semua alat peraga yang digunakan dalam proses
belajar yang bisa dinikmati lewat panca-indera mata.20,21 Media visual
memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat
memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat juga
memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula
menumbuhkan minat dan memberi hubungan emosional dengan yang melihat 21
Sedangkan label visual peringatan rokok yang diterapkan di berbagai negara
menurut WHO Framework Conventional on Tobacco Control (FCTC) memiliki
beberapa ketentuan, yang mengacu pada cantuman peringatan kesehatan
mengenai rokok di tiap unit kemasan yang menguraikan pengaruh buruk
konsumsi tembakau dan dapat memasukkan pesan-pesan lain yang disetujui
oleh lembaga pemerintah yang berwenang, yang dapat diganti secara periodik,
besar jelas dan terlihat dari luar, dengan luas setidaknya 30% dengan luas ideal
50% atau lebih sebagai area utama dengan bentuk gambar.22
2.4.2

Jenis-jenis Media Visual Edukasi Kesehatan

Media visual dapar digolongkan menjadi media yang tidak diproyeksikan, dan
media proyeksi. Media yang tidak diproyeksikan mencakup media realita
(benda nyata), model (benda tiruan representasi benda sesungguhnya), dan

15

media grafis meliputi gambar/foto, sketsa, diagram /skema, bagan/chart.
Sedangkan media proyeksi dapat berupa pemutaran informasi dengan
menggunakan alat bantu proyektor elektronik, yang dapat banyak ditemukan
pada penyuluhan-penyuluhan langsung ke masyarakat. Media yang paling
umum digunakan adalah media gambar/foto, bentuk media ini dapat ditemukan
pada flyer, pamflet maupun segala bentuk media cetak lainnya. Media grafis
berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan
mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya
dilakukan melalui penjelasan verbal.21
2.4.3

Efek Psikologis Penayangan Media Visual Edukasi Kesehatan

Dalam pembelajaran, terdapat empat mekanisme dan fungsi penting media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, afektif, kognitif, dan
fungsi kompensatoris. Fungsi atensi merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian untuk berkonsentrasi terhadap pesan yang ingin
disampaikan, berkaitan dengan makna visual yang ditampulkan atau teks materi
pelajaran. Fungsi afektif, media visual dapat menggugah emosi dan sikap akan
sebuah materi tertentu. Fungsi kognitif, terlihat dari penelitian yang
mendapatkan bahwa lambang visual atau gambar dapat memperlancar
pencapaian untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar, dan fungsi terakhir adalah fungsi kompensatoris,
terutama bagi seseorang mengalami kesulitan dalam membaca dalam
mengorganisasikan informasi dalam teks, dan mempermudahnya mengingat
kembali.21
Dalam pembelajaran secara umum maupun edukasi kesehatan secara khusus,
seseorang akan cenderung menggunakan kelima indera yang dimiliki, termasuk
penglihatan.

Dalam

penggunaannya

untuk

mendapatkan

keberhasilan

pembelajarang tertinggi, usahakan metode visual itu sesederhana mungkin,

16

dengan menggunakan gambaran realistis untuk menekankan informasi sasaran,
dengan terorganisasi, berulang, berkonsep, kejelasan danaketepatan, dapat
dengan mudah terlihat dan terbaca. Penggunaan objek visual yang dimaksudkan
untuk mengkomunikasikan gagasan khusus akan efektif apabila jumlah objek
dalam visual akan ditafsirkan dengan benar dijaga terbatas, dan semua objek
dan ditafsirkan secara realistik. Unsur dalam pesan harus menonjol dan dengan
mudah dibedakan dengan unsur latar belakang, serta penggunaan warna
realistik.21
2.4.4

Efektivitas Metode Visual Edukasi Kesehatan

Penggunaan gambar risiko penyakit merupakan komponen penting dalam
komunikasi risiko dalam edukasi kesehatan, seperti terlihat pada gambar 1,
peletakkan gambar mengintegrasikan antara komponen komunikasi kesehatan
dengan informasi yang diperlukan konsumen. Penemuan ini memperkuat
perlunya peletakan gambar ilustrasi mengenai risiko penyakit.23 Keefektifan
penggunaan gambar ini pun tidak terbatas pada masyarakat dengan pengetahuan
biasa, namun juga mencakup expert audience.23

Gambar 1. Gambar risiko penyakit dalam konteksnya23

17

2.4.5

Efektivitas Pemasangan Label Visual Peringatan Pada Bungkus
Rokok

Perokok yang dipaparkan dengan pesan-pesan anti-rokok dapat mengurangi
menghalangi kemungkinan seseorang untuk mulai merokok. Pemasangan label
visual peringatan

pada bungkus rokok memiliki beberapa keuntungan

berdasarkan efektivitasnya. Di Selandia Baru, angka perokok yang mendapat
informasi dari bungkus rokok sejumlah 78%, terutama setelah diberlakukan
kewajiban mencantumkan nomor telpon layanan berhenti merokok seperti pada
lampiran. Kebijakan tersebut meningkatkan motivasi perokok menggunakan
layanan quitline tersebut.
Berbagai penelitian mengenai efektivitas penggunaan label visual peringatan
pada bungkus rokok pun telah dilakukan pada berbagai negara dengan
kebijakan yang berbeda-beda. Pada penelitian komparatif di

negara yang

mereapkan peringatan kesehatan berbentuk gambar seperti Australia, Kanada,
dan Inggris dan negara yang menerapkan peringatan bentuk tulisan seperti
Amerika Serikat (AS); disimpulkan bahwa peringatan kesehatan berbentuk
gambar yang lebih besar dan jelas memberikan efektivitas yang lebih tinggi. Di
Kanada, 84% perokok melihat peringatan di bungkus rokok sebagai sumber
informasi, hampir dua kali lebih banyak dibandingkan jumlahnya di AS (47%).
24

Perokok tersebut bahkan mengusulkan gambar spesifik, informatif dan

menakutkan.
Penelitian lain menunjukkan efektivitas peringatan kesehatan menggunakan
gambar. Di Brazil, 54% responden menyatakan pandangannya berubah
mengenai konsekuensi kesehatan akibat merokok, 67% diantaranya memiliki
keinginan berhenti merokok. Lebih dari 50% perokok di Kanada (58%) dan
Singapura (57%) memikirkan bahaya konsumsi tembakau dan dampak
kesehatan, dan 47% di Singapura dan 62% di Thailand langsung mengurangi

18

jumlah konsumsi rokoknya. Penerapan peringatan visual kesehatan juga
mendorong keinginan perokok untuk berhenti merokok di Kanada, Singapura,
dan Thailand masing-masing sebesar 44%, 24% dan 92%.2 Penelitian yang
dilakukan pada pelajar di Pakistan untuk menentukan media dan jenis gambar
anti-rokok yang paling efektif menunjukkan bahwa peringatan rokok dengan
gambar atau multimedia yang menunjukkan kerusakan secara kosmetik dan
fungsional seperti kanker rongga mulut, pasien kanker dengan pita suara
implant, dan pasien dengan ventilator memiliki keefektifan tertinggi
dibandingkan dengan peringatan dengan kalimat tertulis, maupun peringatan
mengenai ketergantungan, mengganggu orang lain dan penghitungan biaya
keluar.25
2.4.6

Implementasi Label Visual Peringatan Rokok di Indonesia

Di Indonesia sendiri, penelitian yang dilakukan PPK UI tahun 1907
menunjukkan bahwa lebih dari 90% responden pernah membaca tulisan
peringatan kesehatan di bungkus rokok, walaupun tulisan cukup kecil.9
Survei yang dilakukan PPK UI, YJI dan SEATCA menunjukkan bahwa
sebagian besar perokok (76%) menginginkan pesan kesehatan dalam bentuk
gambar dan tulisan, dimana 80 persen diantaranya mengusulkan luas gambar 50
persen dari sisi lebar kemasan rokok.9

19

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Metodologi Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah metode studi kepustakaan. Sumber-sumber
kepustakaan yang dipergunakan adalah jurnal kedokteran, buku teks, dan informasi
dari internet. Metode pemilihan sumber menggunakan kaidah penulisan karya tulis
ilmiah.
3.2 Sistematika Penulisan
Karya tulis ini terdiri dari 5 bab, berisi bab pendahuluan, bab telaah pustaka, bab
metode penulisan, bab analisis-sintesis dan bab penutup. Pada bab I akan dibahas
pendahuluan karya tulis ini, mulai dari latar belakang, perumusan masalah, uraian
singkat gagasan, tujuan penulisan, baik secara umum maupun khusus, serta manfaat
penulisan bagi berbagai kalangan dan institusi. Bab II akan lebih membahas teori dan
pengetahuan yang ada tentang masalah yang dibahas, meliputi pembahasan rokok itu
sendiri, kebijakan, dan potensi implementasi kebijakan label peringatan rokok visual.
Bab III metode penulisan berisi pemaparan metode penulisan yang digunakan dalam
karya tulis ini untuk menginformasikan pembaca mengenai metode pembuatan karya
tulis yang penulis gunakan. Selanjutnya, pembahasan mengenai hubungan aspekaspek dalam karya ini hingga dapat menghasilkan sebuah paradigma baru akan
dipaparkan secara jelas pada bab IV. Bab terakhir, yakni bab V akan menuliskan
kesimpulan dan saran yang diberikan penulis berdasarkan topik yang dibahas, yaitu
penggunaan label peringatan rokok visual sebagai upaya mutakhir dalam penekanan
angka perokok Indonesia, diikuti daftar pustaka yang mendasari penulisan ini.

20

3.3 Kerangka Konsep
Adapun alur berpikir sehingga tercetus ide karya tulis ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Alur Berpikir

21

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Masalah Utama Rokok di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya
Dalam populasi masyarakat Indonesia, terdapat 22,7% penduduk berusia diatas 10
tahun yang merokok setiap hari, dengan rata-rata jumlah konsumsi 12-16 batang atau
sekitar satu bungkus perharinya.2 Hal ini dapat menimbulkan masalah besar dengan
mengganggu kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Baik perokok aktif maupun
perokok pasif sangat berpotensi untuk menderita penyakit penyakit mematikan,
misalnya kanker dan penyakit jantung, selain juga menyebabkan penyakit lain yang
membutuhkan biaya besar.3,11 Namun, kesadaran akan bahaya rokok ini kurang
diilhami oleh perokok, karena saat ini merokok telah menjadi kebiasaan yang sulit
dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, baik dengan alasan menginginkan
sensasi positif seperti pleasure relaxation, stimulation to pick them up, dan pleasure
of handling cigarette; menghindari kecemasan, stress, dan kemarahan yang
dirasakannya; merokok dengan alasan sudah kecanduan, hingga yang merokok hanya
karena kebiasaan dan itulah hal yang dilakukan oleh setiap orang.14
Tingginya paparan terhadap perokok lain maupun produsen rokok di Indonesia secara
psikologis akan mempengaruhi pola pikir dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Pengaruh keluarga inti yang merokok, teman sebaya yang menuntut seseorang untuk
merokok, kepribadian yang ingin tahu dan ingin melepasakan diri dari rasa sakit,
serta pengaruh pemasangan iklan rokok dengan kesan kejantanan, persahabatan yang
sampai saat ini masih bebas menyebabkan seseorang merasa bahwa merokok adalah
suatu hal yang wajar, normal, dan tidak berbahaya.14,15,17,18 Perokok ini belum secara
intelektual benar-benar memahami bahaya yang akan dihadapinya, walaupun mereka
dapat membacakan bunyi label tulisan peringatan yang dituliskan pada tiap bungkus

22

rokok yang beredar. Penelitian yang dilakukan PPK UI, YJI dan SEATCA pada tahun
1907 menemukan bahwa 20 persen responden mengaku tulisan peringatan saat ini
tidak menjelaskan.9 Selain kekurang tahuan yang ada, perokok acap kali merasa
bahwa dirinya tidak rentan akan gangguan kesehatan tersebut dan meyakinkan diri
bahwa kemungkinan besar bukan dirinyalah yang mengalami risiko merokok.
Kurangnya pengetahuan dan pemahaman mengenai bahaya yang ditimbulkan rokok
dan merasaan bahwa rokok memberikan efek positif pada dirinya menyebabkan
seseorang tidak memutuskan untuk berhenti merokok. Edukasi yang diberikan saat
ini kurang secara efektif menunjukkan bahaya, kerentanan tiap individu mengalami
gangguan kesehatan yang serius.17
4.2 Potensi Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok Kurangi Perokok
Berdasarkan prinsip pembelajaran secara umum, maka prinsip pengulangan, dan
kejelasan informasi mengambil peranan penting. Jika seseorang mengonsumsi rerata
12-16 batang per hari dengan selalu mengambil tiap batang dari bungkusnya, maka
perokok tersebut akan terpapar sebanyak setidaknya 4.438 kali pada pesan anti rokok
yang diletakkan di bungkus rokok.2 Walaupun perokok tidak memperhatikan secara
seksama tiap kali mengambil, ternyata hal ini cukup untuk memasukkan gambar atau
peringatan ke dalam alam interlektual dan bawah sadarnya. Kenyataannya, 78%
perokok di selandia baru mengaku memperoleh informasi, dan 45% yang termasuk di
dalamnya mengaku mengalami peningkatan motivasi untuk berhenti merokok.24
Pada berbagai penelitian yang ditujukkan untuk membandingkan antara negaranegara dengan regulasi rokok menggunakan label visual dan label tulisan; didapatkan
bahwa peringatan kesehatan berbentuk gambar yang lebih besar, secara jelas
memberikan efektivitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan gambar yang lebih
kecil maupun peringatan berupa tulisan.Tingginya efektivitas penggunaan label visual
ini tidak hanya terjadi pada perokok berat, namun juga pada tahapan lainnya dalam
perilaku merokok. Media edukasi bahaya rokok dengan metode ini memiliki dapat

23

secara efektif meningkatkan pengetahuan penerima informasi secara lebih mendasar
sesuai dengan kenyataan, dengan adanya peningkatan pada tahap keterlibatan emosi
dan perasaan, peningkatan rasa takut hingga peniningkatan keinginan berhenti
merokok dan motivasi saat menjalankannya.
Hal ini berdasarkan pada prinsip psikologis manusia, yang lebih terpicu dengan
kalimat-kalimat megatif karena emosional akan cukup bermain dan pada akhirnya
akan berpengaruh besar pada pengambilan keputusan untuk berhenti atau tidak jadi
melanjutkan merokok ke tahap yang lebih sering. Pada pengambilan keputusan,
semakin besar keuntungan yang didapat maupun semakin besar gangguan yang dapat
dicegah maka akan semakin besar kemungkinan keputusan tersebut diambil. Kedua,
persepsi mengenai seseorang akan kehilangan atau mendapat sesuatu dari kondisi
yang ada dapat dipengaruhi oleh bahasa, maupun manipulasi lain yang digunakan
yang disebut juga efek reference point shift. Manupulasi ini dapat dilakukan dengan
berkomunikasi dengan orang tersebut, misalnya melalui bahasa untuk membentuk
bingkai pemikiran. Misalnya, prosedur medis dirasa lebih menyeramkan jika
dikatakan bahwa risiko kegagalan 10% dibandingkan risiko keberhasilan 90%.26
Selain dapat berpengaruh pada perokok rutin seperti telah dijelaskan sebelumnya,
label visual peringatan pada bungkus rokok ini pun sekaligus dapat sebagai media
pencegahan primer pada seseorang yang masih di dalam tahap-tahap awal merokok.
Individu tersebut dapat memiliki proteksi diri akan kecanduan dan jumlah merokok
pada awalnya hingga diharapkan kemudian tidak mencapai tahapan becoming a
smoker.
4.3 Mekanisme Kerja Pemasangan Label Visual Peringatan pada Bungkus
Rokok dapat Mengurangi jumlah perokok
Pembelajaran dan pengalaman akan disimpan dalam alam bawah sadar dan
dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.23 Bagian ini bekerja berdasarkan

24

mekanisme imprint, dimana pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai yang dipelajari
sejak masa awal kehidupan, disimpan sampai seseorang tersebut meninggal.
Terkadang individu tersebut tidak menyadari bahwa alam bawah sadarnya kemudian
sangat mempengaruhi kepribadiannya. Hal ini termasuk kepercayaan, ide, dan nilai
yang ada di dalam komunitas yang jika kepercayaan, ide dan nilai akan bahaya
merokok tidak adekuat akan menjadi penyebab seseorang memulai merokok dan
tidak menyadari bahwa dirinya perlahan telah menjadi seorang perokok rutin dan
akan mengalami kesulitan untuk berhenti.17 Prinsip yang sama dapat terjadi dalam
proses berhenti merokok. Penggunaan metode visual, gambar-gambar dan grafik yang
dicetak akan mempengaruhi fungsi atensi, afektif, kognitif, dan kompensatoris.21
Keempat aspek ini pun akan dapat masuk ke alam bawah sadar perokok, diproses
secara baik, dan kemudian akan diproyeksikan sebagai kenyataan dan kemudian akan
memberi rasa takut dan akhirmya memicu seseorang untuk berhenti merokok
4.4 Perencanaan Implementasi Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok
di Indonesia
4.4.1

Perencanaan Implementasi

Berdasar kepada aspek pembelajaran, aspek psikologis dan faktor yang
berhubungan dengan keputusan berhenti merokok, serta penelitian yang
dilakukan di Pakistan dan anjuran WHO FCTC, maka penayangan label visual
peringatan pada bungkus rokok harus menggunakan setidaknya 30% dari luas
paling lebar dari bungkus rokok dengan luas ideal 50% atau lebih dan dijadikan
fokus perhatian yang harus diganti secara periodik berdasarkan keputusan
kepemerintahan yang berwenang saat tersebut, dengan himbauan tidak
membuat gambar, tulisan, ataupun logo yang lebih menonjol.22,25 Jenis gambargambar terbaik yang dapat dipasang adalah berupa kerusakan secara kosmetik
dan fungsional seperti kanker rongga mulut, pasien dengan kanker pita suara
hingga harus menggunakan pita suara buatan, pasien dengan ventilator, maupun

25

gangguan kosmetik yang menyeramkan lainnya.24,25 Namun perlu juga
dituliskan informasi singkat mengenai gambar tersebut, serta pencantuman
nomor telpon konseling berhenti merokok seperti yang dilakukan di Selandia
Baru, secara bermakna dapat meningkatkan jumlah perokok yang berkonseling
dan berhasil keluar dari jeratan rokok.24
Sebaiknya dikomunikasikan juga hal dasar yang dapat meyakinkan keputusan
seseorang untuk berhenti merokok seperti konsekuensi rokok, kerentanan
ditinya, respon yang bermanfaat dan kemungkinan keberhasilan. Kanada,
Singapura, dan Thailand masing-masing sebesar 44%, 24% dan 92%.27
Penelitian yang dilakukan pada pelajar di Pakistan untuk menentukan media
dan jenis gambar anti-rokok yang paling efektif menunjukkan bahwa peringatan
rokok dengan gambar atau multimedia yang menunjukkan kerusakan secara
kosmetik dan fungsional seperti kanker rongga mulut, pasien kanker dengan
pita suara implant, dan pasien dengan ventilator memiliki keefektifan tertinggi
dibandingkan dengan peringatan dengan kalimat tertulis, maupun peringatan
mengenai ketergantungan, mengganggu orang lain dan penghitungan biaya
keluar.25
3.3.1

Pandangan Masyarakat

Melihat kenyataan bahwa masyarakat kurang teredukasi oleh pelabelan
menggunakan tulisan, maka dari itu dilakukan penelitian oleh PPK UI. Pada
penelitian tersebut, disampaikan bahwa masyarakat perokok Indonesia sendiri
memberikan respons yang cukup positif terhadap pemasangan label visual
peringatan pada bungkus rokok. Dari penelitian tersebut, 76% dari responsen
menginginkan pesan kesehatan diubah menjadi bentuk gambar dan tulisan.9

26

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian latar belakang dan pembahasan di atas, secara garis besar dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Merokok dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan dan kesejahteraan bangsa
karena dapat menyebabkan berbagai penyakit serta menyebabkan kerugian secara
materi.
2. Permasalahan saat ini adalah kebijakan mengenai rokok untuk memberikan
edukasi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat masih kurang
berhasil.
3. Penggunaan label visual peringatan pada bungkus rokok memiliki potensi dan
keefektifan yang cukup tinggi dalam memberi edukasi efektif dan mungkin
diimplementasikan di Indonesia.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Mengembangkan metode visual peringatan rokok sebagai wacana baru
peningkatan pengetahuan masyarakat
Barunya wacana ini dikemukakan masih membutuhkan berbagai dukungan dan
pengolahan berbagai modifikasi yang diperlukan. Cara-cara yang dapat dilakukan
antara lain mempelajari keadaan, membuat standardisasi metode visual yang
dimaksud, melakukan percobaan kepada beberapa wilayah di Indonesia dan
implementasi langsungnya.

27

2. Mengimplementasikan metode visual peringatan rokok di Indonesia
Metode visual peringatan rokok ini baru dapat berjalan efektif apabila telah
diimplementasikan secara meluas oleh seluruh produsen rokok di Indonesia. Hal
itu disebabkan saat ini bentuk peringatan rokok masih dalam bentuk tulisan. Perlu
dilakukan usaha untuk implementasi metode ini, karena hanya dapat ditempuh
melalui jalur kebijakan negara.

28

BAB I Pendahuluan .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Uraian Singkat Gagasan .................................................................................... 3
1.4 Tujuan ............................................................................................................... 3
1.4.1
Tujuan Umum ......................................................................................... 3
1.4.2
Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
1.5 Manfaat Penulisan ............................................................................................. 4
1.5.1
Bagi Masyarakat...................................................................................... 4
1.5.2
Bagi Lembaga Kesehatan ........................................................................ 4
1.5.3
Bagi Bidang Ilmiah ................................................................................. 4
1.5.4
Bagi Penelitian ........................................................................................ 4
BAB II Telaah Pustaka ............................................................................................... 5
2.1 Rokok ................................................................................................................ 5
2.1.1
Pengertian Rokok .................................................................................... 5
2.1.2
Epidemiologi ........................................................................................... 5
2.1.3
Dampak Rokok ....................................................................................... 6
2.1.4
Kebijakan Rokok di Indonesia dan Efektivitasnya ................................. 7
2.2 Perilaku Merokok .............................................................................................. 8
2.2.1
Bentuk Perilaku Merokok ....................................................................... 8
2.2.2
Tahapan Perilaku Merokok ..................................................................... 9
2.2.3
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok ...................................... 9
2.2.3.1 Pengaruh Keluarga (khususnya orang tua) ........................................ 10
2.2.3.2 Pengaruh teman ................................................................................. 10
2.2.3.3 Faktor kepribadian ............................................................................. 10
2.2.3.4 Pengaruh iklan ................................................................................... 11
2.3 Penghentian Kebiasaan Merokok .................................................................... 11
2.3.1
Penyebab Menghentikan Kebiasaan Merokok ...................................... 11
2.3.2
Penyebab Tidak Menghentikan Kebiasaan Merokok ........................... 12
2.3.3
Metode Penghentian Kebiasaan Merokok ............................................ 12
2.3.4
Penyebab Kembali Merokok Setelah Berhenti ..................................... 13
2.4 Metode Visual Edukasi Kesehatan.................................................................. 14
2.4.1
Definisi Metode Visual Edukasi Kesehatan .......................................... 14
2.4.2
Jenis-jenis Media Visual Edukasi Kesehatan ........................................ 14
2.4.3
Efek Psikologis Penayangan Media Visual Edukasi Kesehatan ........... 15
2.4.4
Efektivitas Metode Visual Edukasi Kesehatan ..................................... 16

29

2.4.5

Efektivitas Pemasangan Label Visual Peringatan Pada Bungkus
Rokok .................................................................................................... 17
2.4.6
Implementasi Label Visual Peringatan Rokok di Indonesia ................. 18
BAB III Metode Penulisan ....................................................................................... 19
3.1 Metodologi Penulisan ..................................................................................... 19
3.2 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 19
3.3 Kerangka Konsep ............................................................................................ 20
BAB IV Analisis dan Sintesis ................................................................................... 21
4.1 Masalah Utama Rokok di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya ............ 21
4.2 Potensi Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok Kurangi Perokok ..... 22
4.3 Mekanisme Kerja Pemasangan Label Visual Peringatan pada Bungkus
Rokok dapat Mengurangi jumlah perokok ...................................................... 23
4.4 Perencanaan Implementasi Label Visual Peringatan pada Bungkus Rokok di
Indonesia ......................................................................................................... 24
4.4.1
Perencanaan Implementasi .................................................................... 24
3.3.1
Pandangan Masyarakat.......................................................................... 25
BAB V Simpulan dan Saran .................................................................................... 26
5.1 Simpulan ......................................................................................................... 26
5.2 Saran ................................................................................................................ 26

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124