PEMAJASAN DALAM KUMPULAN CERPEN BULAN BI

PEMAJASAN DALAM KUMPULAN CERPEN BULAN BIRU
KARYA RIA RISTIANA DEWI
ABSTRAK
Wira Catur Gagah Prakasa, Andi Mursidi, Haries Pribady
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang
Jln. STKIP Kel. Naram – Kotak Pos No. 25 Singkawang – 79100, Kalimantan Barat
Telp/Fax (0562)3339874 - Seluler 089660062388
www.stkipsingkawang.ac.id – Email: info@stkipsingkawang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui majas-majas yang terkandung dalam kumpulan
cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi dengan menggunakan pendekatan stilistika. Penelitian
ini berbentuk deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan data yang berupa kutipan kalimat yang
mengandung majas dalam kumpulan cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi yang menuntut
peran penting peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah:
(1) Majas perbandingan dalam kumpulan cerpen Bulan Biru yang digunakan adalah majas
perumpamaan, metafora, personifikas, dan sindiran. (2) Majas pengontrasan yang digunakan adalah
hiperbola, litotes, ironi, dan oksimoron. (3) Majas pertautan yang digunakan adalah metonimia,
sinekdoke, alusi, eufemisme, dan gradasi. (4) Majas perulangan yang digunakan adalah aliterasi,
antanaklasis, dan repetisi. (5) Penelitian ini dapat diimplementasikan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah pada jenjang SMA kelas XI. Hal tersebut sesuai dengan kurikulum 2013 pada
KD 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi

kompleks, dan ulasan/ review film/ drama baik lisan maupun tulisan.
Kata Kunci: sastra, kumpulan cerpen, stilistika

PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan sarana yang digunakan oleh pengarang untuk
mengungkapkan kisah yang disaksikan, direnungkan, dan dirasakan manusia sehari-hari
melalui bahasa lisan maupun tulis. Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu karya sastra tulis
dan karya sastra lisan. Karya sastra tulis berupa sastra yang diproduksi dan disimpan dalam
naskah-naskah yang tertulis (Teeuw, 2013:33). Sedangkan karya sastra lisan adalah karya
sastra yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut secara turun temurun.
Prosa merupakan genre dari karya sastra berupa karangan fiksi atau bersifat rekaan
mencakup cerpen, novelet, novel, dan lain-lain. Tokoh, peristiwa, jalan cerita, dan tempat
dalam karangan tersebut bersifat rekaan dan tidak dapat dibuktikan. Artinya apa yang
dianggap benar dalam karangan fiksi tidak harus sesuai dengan kebenaran dalam dunia
nyata. Namun, hal tersebut bukan berarti karangan fiksi tersebut bertentangan dengan
kebenaran dalam dunia nyata (Rachmawati, 2013:1).
Cerpen merupakan cerita pendek yang memiliki 1000 hingga 1500 kata dan dapat
selesai dibaca hanya dengan sekali duduk (Rachmawati, 2013:3). Cerpen biasanya
memusatkan pada satu kejadian atau konflik saja. Peristiwa yang disajikan tidak secara
rinci dan detail sehingga menjadikan cerpen bersifat padat, dan langsung memusatkan pada

tujuan cerpen tersebut. Peristiwa yang disajikan tidak secara rinci dan detail dengan jumlah
tokoh yang terbatas dan waktu yang dikisahkan lebih singkat. Cerpen-cerpen yang dibuat
oleh seorang penulis yang dibukukan menjadi kumpulan cerpen akan memudahkan para
pembaca atau penggemarnya untuk menikmati karya-karya dari penulis yang memiliki ciri
khas tersendiri baik itu dari segi bahasa, alur, serta penyampaian cerita yang unik.

1

Bulan Biru adalah kumpulan cerpen yang berisikan kisah-kisah tentang permasalahan
sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Cara pengemasan cerita yang
unik serta gaya kepenulisan Ria Ristiana Dewi dalam memadukan majas-majas
menjadikan kisah-kisah dalam Bulan Biru cukup menarik untuk dibaca serta dianalisis.
Berdasarkan hal tersebut peneliti berkeyakinan bahwa kumpulan cerpen Bulan Biru karya
Ria Ristiana Dewi baik untuk diteliti. Hal lain yang mendasari peneliti memilih kumpulan
cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi adalah untuk membuka citra masyarakat
terhadap penulis-penulis muda yang memiliki gaya kepenulisan yang cukup menarik dan
berbeda namun eksistensi mereka selalu tertutup oleh nama besar dari penulis-penulis yang
sudah terkenal. Sehingga nantinya diharapkan penulis-penulis muda tersebut tidak kalah
saing dengan penulis-penulis yang sudah terkenal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan stilistika yaitu analisis yang dimaksudkan

untuk menerangkan hubungan bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya (Leech & Short
dalam Nurgiyantoro, 2013:373). Selaras dengan hal tersebut Purba (2009:3) menjelaskan
bahwa stilistika adalah ilmu interdisipliner linguistik dengan sastra yang mempelajari
tentang pemakaian bahasa dalam karya sastra, gaya bahasa yang digunakan dalam wacana
sastra, serta mengkaji wacana sastra dengan orientasi linguistik. Berdasar hal di atas
peneliti berusaha menganalisis pemajasan yang terdapat dalam kumpulan cerpen karya Ria
Ristiana Dewi ini dengan menggunakan pendekatan stilistika dengan judul penelitian
“Pemajasan Dalam Kumpulan Cerpen Bulan Biru Karya Ria Ristiana Dewi”.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif, yaitu metode yang memungkinkan peneliti untuk memilih satu objek penelitian
untuk dikaji secara mendalam dari objek penelitian tersebut (Irawan, 2000:61). Data
deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan berupa katakata, frasa, klausa, kalimat, atau paragraf dan bukan berupa angka-angka. Dengan
demikian penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data dari naskah wawancara, catatan
lapangan, dokumen, dll. (Moleong, 2013:11). Dengan demikian, penelitian ini akan
menyajikan laporan peneliti yang berisi kutipan-kutipan data untuk mendeskripsikan
bagaimana penggunaan majas-majas dengan menggunakan pendekatan stilistika pada
kumpulan cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi.
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2013:157) sumber data dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

berupa dokumen dan lain-lain. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah
kumpulan cerpen berjudul Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi yang diterbitkan oleh
Penerbit Tiga Maha Subang 2013, dengan jumlah halaman sebanyak 220 lembar. Serta
buku-buku dan jurnal-jurnal untuk memperkuat argumentasi peneliti dalam
mendeskripsikan data hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah dari kumpulan
cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi.
Manusia atau peneliti menjadi sosok instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai alat pengumpul data, perencana,
analis, penafsir data, hingga pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong,
2013:168). Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti berkedudukan sebagai instrumen
kunci yang mengumpulkan data-data yang nantinya akan dianalis, tafsir, hingga membuat
ke dalam bentuk hasil penelitian.
Kartu pencatat data sebagai instrumen atau alat bantu dalam mengumpulkan datadata yang diperoleh dari data primer. Catatan itu berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok

2

isi pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram, diagram, dan lainlain, Moleong (2013:208). Kartu pencatat data berisi catatan-catatan berupa kutipankutipan yang diperoleh dari hasil membaca secara intensif dan menelaah bentuk pemajasan
yang digunakan oleh Ria Ristiana Dewi dalam kumpulan cerpen Bulan Biru.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah terpusat pada penggunaan bentuk

majas dalam kumpulan cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi dengan menggunakan
pendekatan stilistika. Sehingga dalam penyajiannya adalah berupa kutipan dan deskripsi
mengenai bentuk majas yang digunakan yang terbagi menjadi empat kategori majas yaitu:
1) majas perbandingan, 2) majas pengontrasan, 3) majas pertautan, dan 4) majas
perulangan.
Majas Perbandingan
Majas perbandingan yaitu membandingkan sesuatu dengan sesuatu melalui ciri-ciri
kesamaan antara keduanya, misalnya yang berupa ciri fisik, sifat, sikap, keadaan, suasana,
tingkah laku, dan sebagainya. Bentuk perbandingan tersebut terbagi menjadi beberapa
bagian lagi yaitu majas perumpamaan, metafora, personifikasi, alegori, antitesis, dan
sindiran.
(1) Berhati-hati ia meletakkan Aming. Dari gerakannya, memang Soleha terlihat begitu
terlatih. Seakan ia adalah pemain paling handal dalam mencapai rahmat Tuhan.
(A.5)
(2) Soleha terlihat ligat [sic?] walau air keringat terus bergiat di sekujur tubuhnya
seakan hembusan hujan tak mampu lagi membendung tekadnya. (A.6)
(3) Sejenak kemudian, ia sudah sumringah. Seakan baru mendapatkan emas terjatuh
dari langit (C.29)
Data di atas dikategorikan sebagai majas perumpamaan karena pada kalimatkalimatnya terdapat dua hal yang berbeda yang dibandingkan secara langsung sehingga
seolah-olah atau seumpama kedua hal tersebut memiliki kesamaan atau kemiripan. Pada

data (1) perbuatan yang dilakukan oleh Soleha terhadap Aming diumpamakan langsung
dengan pemain handal dalam mencapai rahmat Tuhan. Pada data (2) tekad serta kegigihan
yang dilakukan oleh Soleha diumpamakan langsung oleh hembusan hujan yang tak mampu
membendung kebulatan tekadnya. Kemudian pada data (3) Boru Jago sumringah atau
tersenyum diumpamakan langsung dengan mendapatkan emas terjatuh dari langit. kalimat
tersebut menjelaskan Boru Jago yang tersenyum lebar setelah mendapatkan ide yang
cemerlang. Sebagaimana orang-orang akan tersenyum bahagia apabila mendapatkan
sesuatu yang berhaga secara tidak terduga.
Selanjutnya majas metafora, personifikasi, dan sindiran
(4) “Hujan adalah anugrah. Hujan adalah rahmat dari Tuhan.” Katanya seraya
melayang pandang ke luar rumah dari jendela. (B.9)
(5)

Lautan membelai-belai pesisir. Ombak menerjangkan karang di pinggiran
bebatuan, riuh dari burung-burung elang menerkam cakrawala/ Laguna
mengangkat tangan lebar-lebar sambil meneriakkan keluh dari raga. (B.19)
(6) “Kerja! Kau pikir perusahaan itu mainan? Jangan aku dengar kita bangkrut hanya
karena kebodohanmu” (D.39)
Pada data (4) di atas, hujan dibandingkan langsung dengan anugerah dari Tuhan.
Kemudian ia melanjutkan kembali bahwa Hujan dibandingkan langsung dengan sebuah

rahmat dari Tuhan. Pada data (5) di atas, gelombang laut di pantai disamakan seperti

3

tingkah laku manusia yang membelai-belai pesisir atau pantai. Kemudian dalam kalimat
selanjutnya ombak menerjangkan karang. Kata menerjangkan merupakan bentuk kata
kerja yang memiliki arti sedang melakukan terjangan atau sedang melakukan tendangan,
sehingga ombak dalam kalimat tersebut memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Pada data (6) di
atas, tokoh dalam cerita membandingkan sebuah pekerjaan dengan mainan dengan maksud
untuk menjelaskan bahwa pekerjaan yang dimaksud harus ditangani dengan serius dan
sebaik mungkin.
Majas Pengontrasan
Majas pengontrasan atau sering dikenal dengan majas pertentangan adalah bentuk
majas yang merujuk pada makna yang berkebalikan dari makna yang disebutkan secara
harfiah. Artinya makna yang disebutkan oleh penutur berkebalikan atau kontras dari makna
yang sesungguhnya.
Berikut majas hiperbola, litotes, ironi, dan oksimoron,
(7)
Tawa Opu Joy membuat hati Boru Jago berkeping-keping. Pecah. (C.31)
(8)

Walaupun hanya dia, suami, dan seorang anaknya, rumah sederhana dengan
dinding batu bata dan papan itu memberi bait-bait ketegaran. (A.5)
(9)
Mau gratisan saja bayar dahulu, mana ada harga kertas yang gratis.(R.165)
(10) Penghuni danau bergembira, tapi rakyat mulai gelisah. (B.17)
Pada data (7) di atas, hati Boru Jago pecah berkeping-keping melukiskan sakit hati
yang teramat sangat yang dirasakan oleh Boru Jago. Sehingga hati Boru Jago
dihiperbolakan dengan barang pecah belah. Pada data (8) rumah dengan dinding batu bata
dan papan atau disebut dengan rumah semi-permanen namun disebutkan dengan rumah
sederhana. Pada data (9) hal yang gratis sudah tentu tidak dipungut biaya namun
kenyataannya untuk mendapatkan hal yang gratis harus melakukan pembayaran terlebih
dahulu. Hal tersebut adalah sebuah ironi walaupun secara tersirat. Pada data (10) di atas,
terdapat dua hal yang saling bertolak belakang tentang suatu perasaan gembira atau senang
yang dirasakan. Kemudian pada kalimat selanjutnya menjelaskan tentang rasa yang tidak
tenang di hati atau gelisah.
Majas Pertautan
Majas pertautan adalah majas yang di dalamnya terdapat unsur pertautan, pertalian,
penggantian, atau hubungan yang dekat antara makna yang sebenarnya dimaksudkan dari
apa yang secara konkret dikatakan oleh seorang pembicara.
Berikut adalah majas metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, dan gradasi

(11) “Kau cantik” kata Robi, cowok berkuda ninja berwajah culun yang berpacaran
dengannya sejak setahun yang lalu. (P.147)
(12) Jadi, Boru Jagolah otak dari kepala-kepala itu. otaknya sungguh merayap dalam
semak kian memacu jagat yang ditinggal penghuninya. (C.25)
(13)

Aku mengerti bahwa Bintang tidak akan berpaling meninggalkan sahabatnya
seperti yang dilakukan malin kundang terhadap ibunya. (O.142)
(14) Ayahmu telah lama meninggal dan tidak menyisakan sedikit untuk kita bahkan
ibumu meneguk akhir hayat saat melahirkanmu. (F.56)
(15) Kerumunan jangkrik mulai melantangkan suara, suara motor lalu lalang pula
semakin semarak, sesekali kilau dari arah badan motor menyentak benakku.
(L.116)
Pada data (11) di atas, menjelaskan tentang tokoh Robi yang disebutkan
menunggangi ninja. Secara harfiah ninja adalah suatu klan di Jepang namun maksud dari
pengarang di atas bukan merujuk pada hal tersebut. Ninja yang dimaksud oleh pengarang

4

dalam cerita tersebut adalah kendaraan bermotor jenis sport dengan merek kawasaki ninja

yang sebagian besar masyarakat menyebutnya dengan ninja. Pada data (12) di atas,
dijelaskan bahwa Boru Jago adalah otak dari kepala-kepala itu. Maksud dari otak adalah
pemimpin atau orang yang menentukan rancangan strategi. Sedangkan kepala-kepala yang
dimaksud adalah merujuk pada orang-orang secara utuh yang menjadi pengikutnya.
Pada data (13) di atas, Ria Ristiana Dewi ingin menggambarkan tindakan antara
tokoh Aku dan Bintang jika berpaling dan meninggalkan persahabatan mereka dengan
kisah Malin Kundang yang meninggalkan ibunya sebagai acuan. Sehingga pembaca akan
dengan mudah memahami maksud dari pengarang dalam cerita tersebut dengan
penggambaran dari kisah Malin Kundang. Pada data (14) Ria Ristiana Dewi menggunakan
kosakata meneguk akhir hayat untuk menggantikan makna meninggal yang semakin
menambah nilai estetis kalimat tersebut. Pada data (15) di atas, pada kalimat pertama
suara yang dimaksud adalah suara dari kerumunan jangkrik, kemudian pada kalimat
selanjutnya makna suara yang dimaksud adalah suara dari motor, dan kemudian motor
yang dimaksud adalah motor yang sedang lalu lalang. Kalimat-kalimat tersebut menjadi
suatu kesatuan kalimat majemuk yang saling sambung menyambung.
Majas Perulangan
Majas perulangan adalah majas yang memiliki kata atau bunyi yang sama dengan
maksud menekankan sebuah makna yang ingin disampaikan. Majas ini juga dapat
menciptakan sebuah tensi dalam cerita juga dapat meningkatkan nilai estetis dari sebuah
cerita.

Berikut penggunaan majas aliterasi, antanaklasis, dan repetisi,
(16) Angin berkisah tentara bisu, menyimpulkan melodi biru bahwa peperangan di
matamu dan ku hanyalah pilu. (B.15)
(17) Bagaimana jika mereka melancarkan tembakan beruntun dan merah menggenang
di sepanjang lautan Merah. (I.91)
(18)

Aku berlari, berlari, dan terus berlari menuju keluar rumah. (L.117)
Pada data (16) pemilihan kata-kata oleh Ria Ristiana Dewi dalam pengulangan dari
bunyi konsonan su pada kata bisu, ru pada kata biru, mu pada kata matamu, ku pada kata
ku, dan lu pada kata pilu menciptakan sebuah kesedapan bunyi dalam penyebutannya. Pada
data (17) di atas, terdapat dua penggunaan kata merah pada kalimat tesebut namun makna
kata yang disampaikan oleh pengarang jelas berbeda. Pada kata merah yang menggenang
maksudnya adalah darah yang mengalir, kemudian pada kata lautan Merah adalah merujuk
pada tempat yaitu laut Merah yang terdapat di Timur Tengah. Kemudian pada data (18)
kepanikan yang dirasakan oleh tokoh Aku saat keluar rumah digambarkan dengan
pengulangan kata berlari yang bermakna ia berlari sekencang-kencangnya tanpa
memperdulikan sesuatu.
Implementasi Hasil Penelitian
Berdasarkan tuntutan kurikulum tahun 2013 untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia khususnya materi tentang menganalisis cerpen merupakan satu di antara jenisjenis prosa yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar pembelajaran di sekolah.
Pengimplementasian kumpulan cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi dapat
diaplikasikan pada tingkat SMA kelas XI semester gasal dengan kompetensi dasar 3.1.
yaitu memahami struktur dan kaidah teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi
kompleks, dan ulasan/review film/drama baik melalui lisan maupun tulisan.
SIMPULAN DAN SARAN
5

Berdasarkan hasil analisis dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemakaian
gaya bahasa figuratif atau majas dalam kumpulan cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana
Dewi adalah (1) Majas perbandingan ditemukan sebanyak 98 majas yang terbagi menjadi
penggunaan majas perumpamaan sebanyak 43 data, metafora sebanyak 13 data,
personifikasi sebanyak 35 data, dan sindiran sebanyak 7 data; (2) Majas pengontrasan
ditemukan sebanyak 41 data yang terbagi dalam penggunaan hiperbola sebanyak 19 data,
litotes sebanyak 2 data, ironi sebanyak 7 data, dan oksimoron sebanyak 3 data; (3) Majas
pertautan terdapat sebanyak 15 data yang terbagi dalam penggunaan metonimia sebanyak 2
data, sinekdoke sebanyak 4 data, alusi sebanyak 1 data, eufemisme sebanyak 7 data, dan
gradasi sebanyak 1 data; (4) Majas perulangan terdapat sebanyak 12 data yang terbagi
dalam penggunaan aliterasi sebanyak 4 data, antanaklasis sebanyak 2 data, dan repetisi
sebanyak 6 data; (5) Penelitian ini dapat diimplementasikan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah pada jenjang SMA kelas XI.
Penelitian ini dapat membantu pembaca dalam memahami isi yang terkandung dalam
kumpulan cerpen Bulan Biru karya Ria Ristiana Dewi. Bagi lembaga pendidikan
khususnya untuk pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah lebih ditekankan
karena penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan apresiasi sastra
dengan memberikan wawasan serta pemahaman kepada siswa di sekolah mengenai bentukbentuk majas serta penggunaan majas dalam teks sastra. Bagi dunia pendidikan disarankan
untuk menaruh perhatian lebih terhadap penelitian-penelitian mengenai apresiasi sastra dan
melakukan pengkajian ulang agar ilmu tentang sastra terus berkembang dan melahirkan
ilmu-ilmu yang baru yang berguna bagi masyarakat serta mahasiswa jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang mendedikasikan hidupnya dalam dunia bahasa dan kata. Dalam
penerapan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, peneliti menyarankan kepada guru
untuk menciptakan dan menggunakan metode serta media yang menarik sesuai dengan
materi yang akan diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, Prasetya. 2000. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIA-LAN
Press.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Purba, Antilan. 2009. Stilistika Sastra Indonesia: Kaji Bahasa Karya Sastra. Medan: USU
Press.
Rachmawati, Fajar. 2013. Identifikasi Unsur Intrinsik Karya Sastra. Yogyakarta: PT Citra
Aji Parama.
Teeuw, A. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya.

6