ACE 3 012 Utami Dewi Arman.pdf
ACE 3-012 Perumusan Standar Operasional Prosedur (Sop) Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan
Utami Dewi Arman 1 , Bayu Budi Irawan 1
1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Dharma Andalas
Intisari
Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peranan yang sangat penting dalam memperlancar roda perekonomian serta juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, untuk itu perlu terus menerus dikedepankan dan dikendalikan agar terciptanya optimalisasi pelayanan terhadap kebutuhan dibidang lalu lintas dan angkutan jalan. Sehubungan dengan lajunya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten maka semakin meningkat pula kepadatan jalan. Untuk menjaga kelas jalan sesuai peruntukannya dan kondisi permukaan jalan maka Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Wilayah Provinsi Banten berkewajiban untuk melakukan pengendalian muatan angkutan di Jalan Provinsi. Dalam hal ini, diperlukan suatu Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan dalam rangka terciptanya kelancaran, ketertiban dan keamanan bagi pengguna jalan tersebut.
Tahapan kegiatan penyusunan SOP ini meliputi tinjauan peraturan dan perundang-undangan yang terkait pengendalian muatan kendaraan bermotor di jalan, identifikasi kegiatan dan personil yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pengendalian muatan barang kendaraan bermotor di jalan, identifikasi tata cara pemeriksaan kendaraan
bermotor,
cara pemuatan dan
pengangkutan barang serta cara pengukuran berat muatan dan penyusunan draft Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengendalian Muatan Lebih Kendaraan Bermotor untuk Jalan Provinsi di Wilayah Provinsi Banten.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan panduan dasar pelaksanaan kegiatan di Seksi Pembinaan dan Pengendalian Lalu
Lintas Jalan dalam menyelenggarakan operasi pengendalian muatan pada angkutan barang ataupun angkutan penumpang pada Jalan Provinsi di wilayah Provinsi Banten.
Kata kunci: Pengendalian, Kelebihan, Muatan, Angkutan
LATAR BELAKANG
Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peranan yang sangat penting dalam memperlancar roda perekonomian serta juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, untuk itu perlu terus menerus dikedepankan dan dikendalikan agar terciptanya optimalisasi pelayanan terhadap kebutuhan dibidang lalu lintas dan angkutan jalan.
Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian. Salah satu kegiatan pengawasan dan pengendalian dalam penyelenggaraan lalu lintas adalah pengawasan muatan angkutan barang. Menurut UU No.22 tahun 2009 dalam hal tentang pengawasan muatan barang bahwa
“Pengemudi dan atau perusahaan angkutan umum barang wajib mematuhi ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan dan kelas jalan yang dilalui “.
Sehubungan dengan lajunya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten maka semakin meningkat pula kepadatan jalan. Jalan nasional di wilayah Provinsi Banten merupakan jalan kelas II yaitu jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar 2,5 meter, ukuran panjang yang tidak melebihi 12 meter dan tinggi yang tidak melebihi 4,2 meter serta muatan sumbu terberat 8 ton, sedangkan jalan provinsi di wilayah Provinsi Banten merupakan jalan kelas III yaitu jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar 2,1 m, ukuran panjang yang tidak melebihi 9 meter dan tinggi yang tidak melebihi 3,5 meter serta muatan sumbu terberat 8 ton.
Dalam rangka menjaga kelas jalan sesuai peruntukannya dan kondisi permukaan jalan, maka Dinas Perhubungan,Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) Provinsi Banten berkewajiban untuk melaksanakan pengendalian muatan lebih sehingga terciptanya kelancaran, ketertiban dan keamanan bagi masyarakat pengguna jalan tersebut.
Lebih lanjut akan disampaikan mengenai tinjauan regulasi terkait dan penyelenggaraan lalu lintas serta angkutan jalan. Pengendalian muatan pada kendaraan angkutan merupakan salah satu dari sub kegiatan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. Kegiatan penelitian ini merumuskan usulan standar operasional prosedur pengendalian muatan lebih pada kendaraan bermotor pada Jalan Provinsi di wilayah Provinsi Banten.
TINJAUAN REGULASI TERKAIT PENYELENGGARAAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Berdasarkan UU No.22 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan. Berikut dijelaskan masing-masing tugas pokok dan fungsi instansi dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Tugas Pokok dan Fungsi Penyelenggara Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Sumber: UU No.22 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan)
N0 Instansi Tugas Pokok dan Fungsi
1 Pemerintah Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan.
2 Kementerian
a. Penetapan rencana umum lalu lintas dan negara yang
angkutan jalan
bertanggung
b. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas jawab di
c. Persyaratan teknis dan laik jalan bidang sarana
d. Perizinan angkutan umum dan prasarana
e. Pengembangan sistem informasi dan lalu lintas dan
komunikasi di bidang sarana dan angkutan jalan.
prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.
f. Pembinaan sumber daya manusia penyelenggara sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan
g. Penyidikan
terhadap pelanggaran perizinan angkutan umum, persyaratan teknis dan kelaikan jalan kendaraan bermotor yang memerlukan keahlian atau pun peralatan khusus yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
3 Kementerian
a. Penyusunan rencana dan program negara yang
pelaksanaan pengembangan teknologi bertanggung
kendaraan bermotor.
jawab dibidang
b. Pengembangan teknologi perlengkapan industri LLAJ
kendaraan bermotor yang menjamin ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
4 Kementerian
a. Penyusunan rencana dan program negara yang
pelaksanaan pengembangan teknologi bertanggung
kendaraan bermotor
jawab di
b. Pengembangan teknologi perlengkapan bidang
kendaraan bermotor yang menjamin pengembangan
keamanan dan keselamatan LLAJ. teknologi LLAJ
c. Pengembangan teknologi perlengkapan jalan yang menjamin ketertiban dan kelancaran LLAJ.
5 Kepolisian
a. Pengujian dan penerbitan Surat Izin Negara
Mengemudi (SIM) kendaraan bermotor. Republik
b. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi Indonesia
kendaraan bermotor.
c. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan dan penyajian data lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ).
d. Pengelolaan pusat pengendalian sistem infomasi dan komunikasi LLAJ.
e. Pengaturan, penjagaan pengawalan dan
patroli lalu lintas.
TINJAUAN REGULASI TERKAIT PENGENDALIAN MUATAN LEBIH KENDARAAN BERMOTOR
Pengaturan pengawasan atau pengendalian muatan kendaraan secara terhirarki sudah disampaikan dalam regulasi terbaru yang berkaitan dengan lalu lintas dan angkutan sesuai Undang-Undang No.22 tahun 2009 hingga regulasi turunannnya. Berikut hirarki regulasi pengendalian muatan kendaraan angkutan dijelaskan pada gambar 1 di bawah ini.
- Menyebutkan bahwa pengemudi/perusahaan angkutan barang wajib
mematuhi tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan dan kelas jalan.
- Pengawasan muatan barang yang dilakukan dengan alat penimbang. Jenis alat penimbang yakni alat penimbang yang dipasang secara tetap dan alat penimbang yang bisa dipindahkan.Penetapan
lokasi,pengoperasian, perawatan dan penutupan alat penimbangan
PP No.80 tahun 2012 tentang Tata Cara
PP No.74 tahun 2014 tentang Angkutan PP No.55 tahun 2012 tentang Kendaraan
PemeriksaanKendaraan Bermotor di Jalan
Jalan
- Jenis dan fungsi kendaraan bermotor - Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan - Pemeriksaan fisik kendaraan bermotor meliputi - Pengawasan muatan angkutan barang dengan
dan Penindakan Pelanggaran LLAJ
persyaratan teknis dan persyaratan laik jalan.
alat penimbangan yang dipasang secara tetap
bermotor
- Pemeriksaan daya angkut dan cara pengangkutan
- Pengawasan muatan angkutan barang dengan
barang.
alat penimbangan yang dapat di pindahkan
- Pemeriksaan izin penyelenggaraan angkutan
(portable).
- Tata cara penindakan pelanggaran lalu lintas dan
angkutan jalan.
Permen No.134 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan
- Unit kerja dibawah Kementerian Perhubungan yang
melaksanakan tugas pengawasan muatan barang
adalah Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB).
Penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor oleh UPPKB dengan alat penimbangan yang dipasang secara
tetap dan
yang
dapat dipindahkan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 161
Keputusan Diektur Jenderal Perhubungan Darat SK.165/H.206/DRJD/99 Tentang Petunjuk
Keputusan Dirrektur Jenderal Perhubungan
Pelaksanaan Penyelenggaraan Penimbangan
Darat SK .727./AJ.307/DRDJ/2004 tentang
Kendaraan Bermotordi Jalan dengan Alat
Pedoman Teknis Pengangkutan Barang Umum
Penimbangan yang Dapat Dipindah-Pindahkan
- Tata cara pengangkutan barang umum - Peralatan pengaman muatan
- Penyelenggaraan
- Persyaratan untuk mengamankan muatan
penimbangan yang dapat dipindahkan (portable).
- Jenis-jenis muatan
- Persyaratan teknis alat penimbangan.
- Pengangkutan dengan cara bertingkat
- Pelaporan hasil pencatatan pelaksanaan penimbangan
- Izin usaha angkutan - Kewajiban Pengangkut
- Pengawasan dan Pengendalian
- Sanksi Administratif
Gambar 1 Skema Hirarki Regulasi Pengendalian Muatan Kendaran Bermotor
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas 162
Tinjauan Menurut Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri dari atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan serta pengelolaannya. Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan sedangkan angkutan adalah perpindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.
Angkutan terdiri dari angkutan barang dan penumpang/orang. Pemerintah Daerah Provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan /atau barang antar kota dalam provinsi. Pelayanan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek. Kriteria pelayanan angkutan penumpang/orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek adalah:
a. Memiliki rute tetap dan teratur
b. Terjadwal, berawal, breakhir dan menaikkan atau menurunkan penumpang di terminal untuk angkutan antar kota dan lintas batas negara.
c. Menaikkan dan menurunkan penumpang pada tempat yang ditentukan untuk angkutan perkotaan dan pedesaan.
Jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana umum jaringan trayek. Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait. Jaringan trayek perkotaan disusun berdasarkan kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan yang melampaui batas wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan ditetapkan oleh Gubernur. Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal untuk memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di kawasan perkotaan. Angkutan massal harus didukung dengan;
a. Mobil bus yang berkapasitas angkut massal
b. Lajur khusus b. Lajur khusus
d. Angkutan penumpang Pengangkutan barang umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;
prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan, tersedianya pusat distribusi logistik dan atau tempat untuk memuat dan membongkar barang dan menggunakan mobil barang. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor umum wajib dilengkapi dengan dokumen yang meliputi; surat perjanjian pengangkutan dan surat muatan barang.
Jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel (Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan serta daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan bermotor yang terdiri atas;
1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.
2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton.
3. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat
8 (delapan) ton.
4. Jalan khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) 4. Jalan khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
Dalam hal pengawasan muatan barang, menurut UU No.22 tahun 2009, menyatakan bahwa;
1. Pengemudi atau Perusahaan Angkutan Umum barang wajib mematuhi ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan, dan kelas jalan.
2. Untuk mengawasi pemenuhan terhadap ketentuan dilakukan pengawasan muatan angkutan barang.
3. Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat penimbangan.
4. Alat penimbangan terdiri atas ;
A. Alat penimbangan yang dipasang secara tetap sebagaimana dimaksud dipasang pada lokasi tertentu.
a) Penetapan lokasi, pengoperasian, dan penutupan alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada Jalan dan dilakukan oleh Pemerintah.
b) Pengoperasian dan perawatan alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilakukan oleh unit pelaksana penimbangan yang ditunjuk oleh Pemerintah.
c) Petugas alat penimbangan yang dipasang secara tetap wajib mendata jenis barang yang diangkut, berat angkutan, dan asal tujuan.
B. Alat penimbangan yang dapat dipindahkan digunakan dalam pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan penyidikan tindak pidana pelanggaran muatan.
5. Pengoperasian alat penimbangan untuk pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dilakukan oleh petugas pemeriksa Kendaraan Bermotor.
6. Pengoperasian alat penimbangan dilakukan bersama dengan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
TINJAUAN MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO.55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN
Peraturan Pemerintah No 55 tahun 2012 tentang Kendaraan ini menjelaskan mengenai jenis dan fungsi kendaraan bermotor serta persyaratan teknis dan laik jalan untuk kendaraan bermotor.
Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut; Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut;
- Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping, atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
- Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
- Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang meliputi mobil bak muatan terbuka, mobil bak muatan tertutup, mobil tangki dan mobil penarik.
- Kendaraan khusus adalah kendaraan yang dirancang bangun untuk fungsi tertentu.
Sedangkan, kendaraan bermotor yang dikelompokkan berdasarkan fungsi adalah sebagai berikut;
- Kendaraan Bermotor Perseorangan - Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan yang
digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
b. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.No.55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan bahwa kendaraan bermotor selain sepeda motor harus memiliki persyaratan sebagai berikut;
1. Panjang kendaraan - Tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter untuk kendaran bermotor tanpa kereta gandengan atau Kereta Tempelan selain Mobil Bus
- Tidak melebihi 13.500 (tiga belas ribu lima ratus) milimeter untuk mobil bus tunggal. - Tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter untuk kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan kereta gandengan atau kereta tempelan.
2. Lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter.
3. Tinggi tidak melebihi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar Kendaraan
4. Sudut pergi kendaraan paling sedikit 8° (delapan derajat) diukur dari atas permukaan bidang atau jalan yang datar.
5. Jarak bebas antara bagian permanen paling bawah kendaraan bermotor terhadap permukaan bidang jalan tidak bersentuhan dengan permukaan bidang jalan.
6. Panjang bagian kendaraan yang menjulur ke belakang dari sumbu paling belakang maksimum 62,50% (enam puluh dua koma lima nol persen) dari jarak sumbunya, sedangkan yang menjulur ke depan dari sumbu paling depan maksimum 47,50% (empat puluh tujuh koma lima nol persen) dari jarak sumbunya.
7. Memiliki tinggi keseluruhan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, wajib dilengkapi dengan tanda berupa tulisan yang mudah dilihat oleh pengemudi di dalam ruang pengemudi.
Mobil barang adalah jenis mobil bus yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut jumlah berat yang diperbolehkan adalah berat maksimum kendaraan beserta muatannya atau disingkat (JBB). Jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan yakni berat maksimum rangkaian kendaraan beserta muatannya atau yang disingkat JBKB, panjang, lebar, dan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi Mobil Bus Berdasarkan Persyaratan JBB, JBKB, Panjang, Lebar dan Tinggi (Sumber: Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan).
Jenis JBB (Kg)
JBKB
Panjang
Lebar Tinggi
(kg)
(mm)
(mm) (mm)
< 2100 < 1,7 x Kecil
Mobil Bus 3500 -
5000 lebar Mobil Bus
< 2100 < 1,7 x Sedang
8000 lebar Mobil Bus
2500 - < 1,7 x Besar
4200 lebar Mobil Bus 16.000 –
2500 - < 1,7 x Maxi
4200 lebar Mobil Bus
2500 - < 1,7 x Gandeng
4200 lebar Mobil Bus
2500 - < 1,7 x Tempel
4200 lebar Mobil Bus 21.000 –
Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang meliputi mobil bak muatan terbuka, Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya untuk mengangkut barang meliputi mobil bak muatan terbuka,
a. Panjang, lebar, dan tinggi ukuran bak muatan harus sesuai dengan spesifikasi teknis kendaraan bermotor dan daya angkut.
b. Jarak antara dinding terluar bagian belakang kabin dengan bak muatan bagian depan paling sedikit 150 milimeter untuk kendaraan sumbu belakang tunggal dan 200 milimeter untuk kendaraan bermotor dengan sumbu belakang ganda atau lebih.
c. Dinding terluar bak muatan bagian belakang tidak melebihi ujung landasan bagian belakang kecuali untuk dump truck.
d. Lebar maksimum bak muatan terbuka tidak melebihi: -
50 milimeter dari ban terluar pada sumbu kedua atau sumbu belakang kendaraan untuk kendaraan bermotor sumbu ganda.
- Lebar kabin ditambah 50 milimeter pada sisi kiri dan 50 milimeter pada sisi kanan untuk kendaraan bermotor sumbu tunggal.
e. Dalam hal tinggi bak muatan terbuka pada mobil barang lebih rendah dari jendela kabin belakang, dan jendela kabin belakang mobil barang harus dipasang teralis.
f. Bak muatan tertutupharus memenuhi persyaratan tinggi bak muatan tertutup diukur dari permukaan tanah paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebih dari 1,7 (satu koma tujuh) kali lebar kendaraan bermotor.
Ukuran bak muatan mobil barang disesuaikan dengan konfigurasi sumbu, JBB, JBI, dan spesifikasi tipe landasan kendaraan bermotor. JBB adalah berat maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangannya. JBI adalah adalah berat maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui. JBKB adalah berat maksimum rangkaian kendaraan bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangannya. JBKI adalah berat maksimum rangkaian kendaraan bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui. JBB dan JBKB dihitung berdasarkan kekuatan konstruksi, daya motor, kapasitas pengereman, kemampuan ban, kekuatan sumbu dan ketinggian tanjakan jalan. JBI dan JBKI dihitung berdasarkan berat kosong kendaraan, JBB dan/atau JBKB, dimensi kendaraan dan bak muatan, titik berat muatan dan pengemudi, kelas jalan dan jumlah tempat duduk yang tersedia bagi mobil bus. Ketentuan mengenai mobil barang juga dijelaskan pada pasal 89, 90,
91 dan pasal 92 Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2012 tentang Kendaraan adalah sebagai berikut;
1. Mobil barang dengan atau tanpa kereta gandengan atau kereta tempelan yang memiliki JBB atau JBKB lebih dari 12.000 (dua belas ribu) kilogram harus dilengkapi dengan tanda yang berupa tulisan yang menunjukan kendaraan bermotor berat.
2. Mobil barang, kereta gandengan atau kereta tempelan yang tinggi ujung landasannya dan atau bagian belakang dan/atau bagian samping badannya berjarak lebih dari 700 (tujuh ratus) milimeter yang diukur dari permukaan jalan, dan/atau sumbu paling belakang berjarak lebih dari 1.000 (seribu) milimeter diukur dari sisi terluar bagian belakang wajib dilengkapi dengan perisai kolong.
3. Mobil barang dapat dipasang peralatan hidrolis, pneumatis atau mekanis yang dapat menaikkan atau menurunkan roda dari tanah yang disesuaikan dengan beban muatan dan juga mobil barang dapat dipasang alat pengontrol kendaraan.
Kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
Tabel 3 Persyaratan Teknis dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor (Sumber: Peraturan No.55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan)
Keterangan
Item
Persyara Meliputi susunan, Susunan sebagaimana dimaksud tan
perlengkapan, ukuran, terdiri atas rangka landasan, Teknis
karoseri, rancangan
penggerak, sistem teknis kendaraan
motor
pembuangan, sistem penerus sesuai dengan
daya, sistem roda-roda, sistem peruntukannya,
suspensi, sistem alat kemudi, pemuatan,
sistem rem, sistem lampu dan alat penggunaan,
pemantul cahaya dan komponen penggandengan
pendukung.
kendaraan bermotor Perlengkapan terdiri atas sabuk dan penempelan
ban cadangan, kendaraan bermotor.
keselamatan,
segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi kendaraan
bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki
rumah-rumah dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan. Ukuran kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan:
a) Panjang tidak melebihi
mm, 13.500 milimeter dan 18.000 milimeter
untuk Kendaraan Bermotor.
b) Lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter.
c) Tinggi tidak melebihi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebih dari 1,7 (satu koma tujuh)
kali lebar Kendaraan.
d) Sudut pergi Kendaraan paling sedikit 8° (delapan derajat) diukur dari atas permukaan bidang atau jalan yang datar.
e) Jarak bebas antara bagian permanen paling bawah Kendaraan
Bermotor terhadap
permukaan
bidang
jalan tidak bersentuhan
dengan permukaan bidang jalan.
f) Panjang bagian kendaraan
yang
menjulur ke belakang
dari sumbu
paling
belakang belakang
sumbunya, sedangkan yang menjulur ke depan dari sumbu paling depan maksimum 47,50%
dari jarak sumbunya.
Karoseri meliputi kaca, pintu, engsel, tempat duduk dan tempat pemasangan
tanda nomor kendaraan bermotor. Karoseri harus memenuhi persyaratan: a. dirancang kuat untuk menahan semua jenis beban sewaktu kendaraan bermotor dioperasikan
b. diikat kukuh pada rangka landasan dan c. pada bagian dalam kendaraan bermotor tidak terdapat bagian yang runcing yang
dapat
membahayakan
keselamatan. Rancangan teknis
kendaraan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas kendaraan bermotor untuk mengangkut orang atau kendaraan
bermotor untuk mengangkut barang Pemuatan meliputi cara untuk memuat orang dan/atau barang (lebih lanjut akan dijelaskan pada sub bab berikut). Penggunaan
a) Sepeda motor hanya dapat digunakan untuk pengemudi dan 1 (satu) penumpang.
b) Mobil
penumpang hanya digunakan untuk mengangkut paling banyak 7 (tujuh) penumpang selain pengemudi.
c) Mobil bus hanya digunakan untuk mengangkut lebih dari 7
(tujuh) penumpang selain pengemudi.
d) Mobil barang digunakan untuk mengangkut barang.
e) Kendaraan khusus digunakan
untuk
keperluan tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, alat berat dan kendaraan khusus untuk penyandang cacat.
Penggandengan kendaraan bermotormerupakan
cara menggandengkan
kendaraan
dengan kereta gandengan atau bus gandeng. Penggandengan dilakukan dengan menggunakan alat perangkai. Penempelan
bermotor
kendaraan bermotordilakukan dengan cara:
a. menggunakan alat perangkai; b. menggunakan roda kelima yang dilengkapi dengan alat pengunci;
atau c. dilengkapi kaki-kaki
penopang.
Persyara Persyaratan laik jalan Emisi
buangdiukur tan Laik ditentukan
gas
berdasarkan kandungan polutan Jalan
dikeluarkan kendaraan minimal
berdasarkan
kinerja yang
kendaraan bermotor. Kandungan polutan bermotor yang paling tidak melebihi ambang batas. sedikit meliputi:
Kebisingan
suaradiukur
a) Emisi gas buang berdasarkan energi suara dalam
b) Kebisingan suara satuan desibel dB. Energi suara
c) Efisiensi sistem tidak melebihi ambang batas. rem utama
Efisiensi
sistem remharus
d) Efisiensi sistem
hasil pengukuran rem parkir
memenuhi
dengan
perlambatan paling
e) Kincup roda depan sedikit 5 (lima) meter per detik f)
Suara klakson
kuadrat.
g) Daya pancar dan Kincup roda depandengan batas arah sinar lampu
toleransi lebih kurang 5 (lima) utama
milimeter per meter (mm/m).
h) Radius putar Suara klaksonpaling rendah 83
i) Akurasi alat (delapan puluh tiga) desibel atau penunjuk
dB (A) dan paling tinggi 118 kecepatan
(seratus delapan belas) desibel j) Kesesuaian kinerja atau dB (A). roda dan kondisi
Daya pancar dan arah sinar lampu ban
utama meliputi:
k) Kesesuaian daya
a. Daya pancar lampu utama lebih mesin penggerak
dari atau sama dengan 12.000 terhadap berat
candela.
kendaraan.
b. Arah sinar lampu utama tidak lebih dai nol derajat tiga puluh empat menit ke kanan dan satu derajat nol sembilan menit ke kiri dengan pemasangan lampu dalam posisi yang
tidak melebihi 1,3% dari selisih antara ketinggian arah sinar lampu pada saat tanpa muatan dan pada saat bermuatan.
Radius putar untuk kendaraan bermotor tanpa kereta gandengan atau kereta tempelan maksimum 12.000 milimeter. Radius putar kendaraan bermotor
dengan kereta gandengan atau kereta tempelan maksimum
18.000 (delapan belas ribu) milimeter. Akurasi alat penunjuk kecepatan diukur
menggunakan alat
pengukur
kecepatan pada
kecepatan
tertentu yang memberikan hasil pengukuran yang sama antara alat uji dengan alat penunjuk kecepatan. Dalam hal hasil pengukuran tidak sama dengan alat penunjuk kecepatan dapat diberikan batas toleransi. Kesesuaian
kinerja rodadan kondisi banuntuk kedalaman alur ban tidak boleh kurang dari 1 (satu) millimeter.
Kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan selain mobil penarik dan sepeda motor harus memiliki perbandingan antara daya dan berat total kendaraan berikut muatannya paling sedikit 4,50 (empat koma lima nol) kilowatt setiap 1.000 (seribu) kilogram dari JBB. Kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat kendaraan untuk mobil penarik harus memiliki perbandingan antara daya dan berat total Kendaraan berikut muatannya paling sedikit 5,50 (lima koma lima nol) kilowatt setiap 1.000 (seribu) kilogram dari JBKB.
4. Tinjauan Menurut Peraturan Pemerintah No.80 tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Peraturan Pemerintah No.80 tahun 2012 menjelaskan mengenai tata cara pemeriksaan kendaraan bermotor, meliputi lingkup kegiatan, petugas pemeriksa, persyaratan pemeriksaan, cara pemeriksaan, dan tata cara penindakan pelanggaran lalin dan angkutan jalan.
Berdasarkan PP No.80 tahun 2012, pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dan penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan bertujuan untuk terpenuhinya persyaratan teknis dan laik jalan, terpenuhinya kelengkapan dokumen registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta dokumen perizinan dan kelengkapan dan terdukungnya pengungkapan perkara tindak pidana dan terciptanya kepatuhan dan budaya keamanan dan keselamatan berlalu lintas. Ruang lingkup pemeriksaan kendaraan bermotor antara lain sebagai berikut;
a) Pemeriksaan Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor.
b) Pemeriksaan Tanda Bukti Lulus Uji bagi kendaraan wajib uji, meliputi kepemilikan, kesesuaian tanda bukti lulus uji dengan identitas kendaraan bermotor, masa berlaku dan keaslian.
c) Pemeriksaan fisik kendaraan bermotor meliputi persyaratan teknis dan laik jalan
d) Pemeriksaan daya angkut atau cara pengangkutan barang berdasarkan jumlah berat yang diizinkan (JBI) atau jumlah berat kombinasi yang diizinkan (JBKB) pada setiap kendaran bermotor dan kereta gandeng atau kereta tempelan.
e) Pemeriksaan dokumen perizinan penyelenggaraan angkutan meliputi pemeriksaan dokumen perizinan penyelenggaraan angkutan barang khusus dan alat berat.
Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dilakukan oleh Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dapat dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan atau insidental sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksaan berkala dengan pertimbangan adanya peningkatan angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di jalan, angka kejahatan yang menyangkut kendaraan bermotor, jumlah kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan, ketidaktaatan pemilik atau pengusaha angkutan untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor pada waktunya, pelanggaran perizinan angkutan umum dan pelanggaran kelebihan muatan angkutan barang.
Penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan didasarkan atas hasil temuan dalam proses pemeriksaan kendaraan bermotor dijalan, laporan atau rekaman peralatan elektronik. Penindakan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan berdasarkan tata cara pemeriksaan cepat, yakni pemeriksaan terhadap tindak pidana ringan dan tata cara pemeriksaan perkara terhadap tindak pidana Undang-Undang LLAJ tertentu yang dilaksanakan dengan menerbitkan Surat Tilang. Penerbitan surat tilang dilakukan dengan pengisian dan penandatangan blanko tilang. Blanko tilang paling sedikit berisi mengenai;
a. Identitas pelanggar dan kendaraan bermotor yang digunakan.
b. Ketentuan dan pasal yang dilanggar
c. Hari, tanggal, jam dan tempat terjadinya pelanggaran
d. Barang bukti yang disita
e. Jumlah uang titipan denda ke bank
f. Tempat atau alamat dan atau nomor telepon pelanggar f. Tempat atau alamat dan atau nomor telepon pelanggar
h. Penandatangan oleh pelanggar dan Petugas pemeriksa
i. Berita acara singkat penyerahan Surat Tilang kepada pengadilan. j. Hari, tanggal, jam dan tempat untuk menghadiri sidang pengadilan
serta k. Catatan petugas penindak.
Surat Tilang dan alat bukti disampaikan kepada Pengadilan Negeri tempat terjadinya pelanggaran dalam waktu paling lama 14 hari sejak terjadinya pelanggaran. Pembayaran uang denda tilang dilakukan setelah adanya putusan pengadilan melalui bank yang ditunjuk oleh Pemerintah dan bukti pembayaran dilampirkan dalam Surat Tilang.
TINJAUAN MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN
Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan orang atau barang yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaaraan angkutan umum untuk jasa angkutan orang atau barang dengan kendaraan bermotor umum. Kewajiban pemerintah menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang antar kota antar provinsi dan lintas batas negara adalah sebagai berikut;
a. Penetapan Rencana Umum Jaringan Trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum untuk angkutan orang dalam trayek.
b. Penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung angkutan umum.
c. Pelaksanaan penyelenggaraan perizinan angkutan umum.
d. Penyediaan kendaraan bermotor umum.
e. Penetapan dan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal angkutan orang/penumpang.
f. Penciptaan persaingan yang sehat pada industri jasa angkutan umum
g. Pengembangan sumber daya manusia di bidang angkutan umum
Setiap pengemudi
angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum wajib mematuhi ketentuan mengenai;
dan
perusahaan perusahaan
b. Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor. Pengawasan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dilakukan
di terminal, tempat wisata, ruas jalan, dan tempat keberangkatan. Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan perizinan angkutan umum meliputi :
a. Dokumen perizinan
b. Dokumen angkutan orang yang terdiri atas; tiket penumpang umum untuk angkutan dalam trayek, tanda pengenal bagasi, atau manifes.
c. bukti pelunasan iuran wajib asuransi yang menjadi tanggung jawa perusahaan
d. jenis pelayanan dan tarif sesuai dengan izin yang diberikan
e. tanda identitas Perusahaan Angkutan Umum
f. tanda identitas awak kendaraan angkutan umum Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan
kendaraan bermotor meliputi; tanda bukti lulus uji berkala kendaraan bermotor, fisik kendaraan bermotor dan standar pelayanan minimal.
Peraturan Pemerintah No.74 tahun 2014 tentang Angkutan Jalan menjelaskan tentang tata cara pemuatan barang, pengawasan muatan barang dengan alat penimbang secara tetap (jembatan timbang) dan alat penimbangan yang dapat dipindahkan (portable). Berikut pelaksanaan yang dilakukan dalam pengawasan muatan angkutan barang adalah sebagai berikut;
a. Pengemudi atau pengusahaan angkutan umum barang wajib memenuhi ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi kendaraan dan kelas jalan yang dilalui.
b. Tata cara pemuatan dilaksanakan dengan memperhaikan penempatan muatan pada ruang muatan, distribusi beban, tata cara pengikatan muatan, dan tata cara pemberian label atau tanda
c. Daya angkut ditetapkan berdasarkan jumlah berat yang diizinkan dan atau jumlah berat kombinasi yang diizinkan.
d. Dimensi kendaraan merupakan dimensi utama kendaraan bermotor meliputi panjang, lebar, tinggi, julur depan dan julur belakang kendaraan bermotor.
e. Kelas jalan yang dilalui ditentukan berdasarkan rambu kelas jalan
f. Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat pengawasan dan pengamanan jalan. Alat pengawasan dan pengamanan jalan terdiri atas alat penimbangan yang dipasang secara tetap dan alat penimbangan yang dapat dipindahkan.
Berikut implementasi pengawasan muatan angkutan barang dengan menggunakan alat penimbangan yang dipasang secara tetap diuraikan pada BAB VII Bagian Kedua yaitu dari pasal 63 sampai dengan pasal 74 Peraturan Pemerintah No.74 tahun 2014 tentang Angkutan Jalan adalah sebagai berikut ;
a. Pengawasan muatan angkutan barang dengan alat penimbangan yang dipasang secara tetap digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap semua mobil barang. Pengawasan dikecualikan untuk angkutan peti kemas, mobil tangki bahan bakar minyak atau gas, angkutan barang berbahaya dan alat berat.
b. Pengawasan muatan angkutan barang dengan alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilakukan pada lokasi tertentu di ruas jalan nasional dan jalan strategis nasional. Lokasi ditentukan dengan mempertimbangkan rencana tata ruang, pusat bangkitan perjalanan, jaringan jalan dan rencana pengembangan, volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) angkutan barang, keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas, kondisi topografi, efektifitas dan efisiensi pengawasan muatan dan ketersediaan lahan.
c. Pembangunan dan pengadaan fasilitas serta peralatan penimbangan yang dipasang secara tetap dilakukan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dimana harus memenuhi persyaratan rancang bangun, buku keja rancang bangun, dan spesifikasi alat penimbangan.
d. Alat penimbangan yang dipasang secara tetap dioperasikan apabila telah menenuhi syarat lokasi telah ditetapkan, pembangunan sesuai dengan rancang bangun, fasilitas dan peralatan penimbangan kendaraan bermotor telah terpasang dan memenuhi spesifikasi teknis serta unit pelaksana telah ditetapkan.
e. Pengoperasian dan Perawatan alat penimbangan secara tetap dilakukan oleh Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor Pemerintah Provinsi yang telah mendapatkan penetapan dari Menteri, untuk kepentingan tertentu Menteri dapat menunjuk Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor.
f. Pemerintah membangun sistem informasi penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB). UPPKB bertugas ;
- Memeriksa tata cara pemuatan barang - Mengukur dimensi kendaraan angkutan barang - Melakukan penimbangan tekanan seluruh sumbu dan atau setiap
sumbu kendaraan angkutan barang - Melakukan pemeriksaan dokumen angkutan barang - Melakukan pencatatan kelebihan muatan pada setiap kendaraan
yang diperiksa - Melakukan pendataan jenis barang yang diangkut, berat angkutan,
dan asal tujuan. - Mengelola data hasil pelaksanaan kegiatan yang terintegrasi dalam
sistem informasi.
g. Apabila ditemukan pelanggaran, maka petugas Unit Pelaksana Penimbangan melaporkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Laporan yang dimaksud adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara pemeriksaan pelanggaran yang melarang pengemudi meneruskan perjalanan apabila pelanggaran berat muatan melebihi 5% (lima persen) dari daya angkut kendaraan yang ditetapkan dalam buku uji, kemudian pengemudi wajib menurunkan kelebihan muatan pada tempat yang ditentukan oleh petugas Unit Pelaksana Penimbangan. Resiko kehilangan atau kerusakan barang yang diturunkan akibat kelebihan muatan menjadi tanggung jawab pengemudi atau pengusaha angkutan umum barang yang bersangkutan dan selanjutnya pengemudi dapat meneruskan perjalanan.
h. Penggunaan fasilitas kegiatan bongkar muat barang dan tempat penyimpanan barang dikenakan biaya, dimana tata cara dan besarnya biaya diatur oleh Peraturan Daerah Provinsi.
i. Perawatan alat Penimbangan yang dipasang secara tetap menjadi tanggung jawab Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor.
j. Penilaian kinerja UPPKB dilakukan oleh Menteri yang dilakukan terhadap beberapa aspek yakni manajemen operasi, sumber daya manusia, peralatan dan fasilitas, penegakan hukum, keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan efektifitas pengawasan. Hasil dari j. Penilaian kinerja UPPKB dilakukan oleh Menteri yang dilakukan terhadap beberapa aspek yakni manajemen operasi, sumber daya manusia, peralatan dan fasilitas, penegakan hukum, keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan efektifitas pengawasan. Hasil dari
k. Penetapan lokasi alat penimbangan dan pengoperasian Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor yang dipasang secara tetap ditetapkan dalam Keputusan Menteri.
Berikut implementasi pengawasan muatan angkutan barang dengan menggunakan alat penimbangan yang dapat dipindahkan diuraikan pada BAB VII Bagian Ketiga yaitu dari pasal 75 sampai dengan pasal 77 Peraturan Pemerintah No.74 tahun 2014 tentang Angkutan Jalan adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan muatan Angkutan barang dengan alat penimbangan yang dapat dipindahkan dilakukan bersama oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Alat penimbangan harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pengawasan muatan angkutan barang dengan alat penimbangan yang dapat dipindahkan dilakukan apabila ;
a. Terdapat indikasi peningkatan pelanggaran muatan angkutan barang
b. Kecenderungan kerusakan jalan yang diakibatkan oleh
kelebihan muatan angkutan barang; dan/atau
c. Belum ada alat penimbangan yang dipasang secara tetap padaruas jalan tertentu.
4. Alat penimbangan yang dapat dipindahkan wajib dilakukan peneraan secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
TINJAUAN MENURUT PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NO.134 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN
Peraturan Menteri Perhubungan No.134 Tentang Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan menjelaskan tentang Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB), fungsi dan tipe, pengoperasian UPPKB yang dipasang secara tetap dan yang dapat dipindahkan (portable), pembinaan, pengawasan dan penilaian kinerja, serta lebih lanjut akan dijelaskan berikut ini. Unit Pelaksana Penimbangan
Kendaraan Bermotor (UPPKB) adalah unit kerja di bawah Kementerian Perhubungan melaksanakan tugas pengawasan muatan barang dengan menggunakan alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada setiap lokasi tertentu. UPPKB memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan, penindakan, dan pencatatan meliputi:
a. Tata cara pemuatan barang.
b. Dimensi kendaraan angkutan barang,
c. Penimbangan tekanan seluruh sumbu dan atau setiap sumbu kendaraan angkutan barang.
d. Persyaratan teknis dan laik jalan.
e. Dokumen angkutan barang
f. Kelebihan muatan pada setiap kendaraan yang diperiksa
g. Jenis dan tipe kendaraan sesuai dengan kelas jalan yang dilalui.
h. Jenis barang yang diangkut, berat angkutan dan asal tujuan. Jenis kendaraan yang diawasi adalah semua mobil barang dikecualikan
untuk kendaraan angkutan peti kemas, mobil tangki bahan bakar minyak atau bahan bakar gas. Kendaraan angkutan barang harus memperhatikan berat kendaraan beserta muatannya sesuai dengan jumlah berat yang diizinkan (JBI) yang ditetapkan terhadap kelas jalan yang dapat dilalui dan melampirkan hasil penimbangan diawal pemberangkatan. Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan pengawasan pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan terhadap kendaraan, petugas dapat memerintahkan masuk ke UPPKB. Keadaan tertentu yang dimaksud adalah banyaknya indikasi data pelanggaraan penggunaan kontainer, adanya indikasi pelanggaran terhadap pengoperasian kendaraan dan dokumen dan adanya laporan masyarakat. Kriteria mengenai kendaraan yang dikecualikan dan prosedur penetapan keadaan tertentu diatur lebih lanjut di Peraturan Direktur Jenderal.
Penetapan lokasi dan penutupan alat penimbangan secara tetap dilakukan oleh Menteri Perhubungan. Penetapan lokasi UPPKB dan alat penimbangan yang dipasang secara tetap harus memperhatikan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Jaringan Lalu Lintas Angkutan Barang. UPPKB dengan alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilakukan pada lokasi tertentu di ruas jalan nasional dan jalan strategis nasional. Penentuan lokasi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; rencana tata ruang, pusat bangkitan perjalanan, jaringan jalan dan rencana pembangunan, volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) angkutan barang, keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas, kondisi topografi, fektifitas Penetapan lokasi dan penutupan alat penimbangan secara tetap dilakukan oleh Menteri Perhubungan. Penetapan lokasi UPPKB dan alat penimbangan yang dipasang secara tetap harus memperhatikan Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Jaringan Lalu Lintas Angkutan Barang. UPPKB dengan alat penimbangan yang dipasang secara tetap dilakukan pada lokasi tertentu di ruas jalan nasional dan jalan strategis nasional. Penentuan lokasi mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; rencana tata ruang, pusat bangkitan perjalanan, jaringan jalan dan rencana pembangunan, volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) angkutan barang, keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas, kondisi topografi, fektifitas
a. Fasilitas sebelum penimbangan meliputi jalan akses keluar masuk kendaraan dan jalan sirkulasi di dalam wilayah operasi UPPKB
b. Bangunan kantor petugas
c. Landasan penimbangan
d. Fasilitas sistem informasi penimbangan kendaraan bermotor meliputi alat pemindai data identifikasi kendaraan, alat pemindai dimensi kendaraan, rekaman otomatis penimbangan, alat pemindai palang pintu dan program aplikasi yang secara otomatis mengirim data kendaran berikut sanksinya ke pusat data.
e. Fasilitas pasca penimbangan merupakan tempat pemeriksaan dan penindakan pelanggaran dan tempat parkir kendaraan.
f. Fasilitas pendukung kegiatan operasional merupakan bangunan untuk penyimpanan catu daya cadangan, instalasi listrik, papan / tampilan nama UPPKB, pagar, dan ruang terbuka hijau.
g. Fasilitas penunjang meliputi tempat ibadah, toilet umum, kantin, mess petugas dan tempat istirahat pengemudi.
h. Lapangan penumpukan atau gudang penyimpanan sesuai kebutuhan.
Kegiatan yang dilakukan oleh UPPKB meliputi pembangunan dan pengadaan, pengoperasian, sistem informasi, perawatan, pengawasan dan pengendalian dan penilaian kinerja. Penyelenggaraan UPPKB dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Pembiayaan pembangunan, pengadaan, pengoperasian, sistem informasi, perawatan, pengawasan dan pengendalian dan penilaian UPPKB dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
Penimbangan kendaraan bermotor dikelompokkan menjadi 2 (dua) tipe yakni;
a. Tipe I yaitu untuk ruas jalan yang jumlah kendaraan barang per arah per hari lebih kecil dari 2000 dan dilengkapi dengan 1 (satu) platform penimbangan.
b. Tipe II yaitu untuk ruas jalan yang jumlah kendaraan barang per hari sama dengan dari 2000 atau lebih dan dilengkapi dengan 2 (dua) platform penimbangan.