VARIABEL DALAM PEMBELAJARAN PAI MAKALAH KU

VARIABEL DALAM PEMBELAJARAN PAI
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Strategi Pendidikan dan Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu
: Drs. H. Rohmat, M.Pd., Ph.D.

Disusun oleh:
KUDUNG ISNAINI 2052113023
RUMYATI 2052113024

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
TAHUN 2013

VARIABEL DALAM PEMBELAJARAN PAI
I. PENDAHULUAN
Pendidikan

dalam


Islam

merupakan

sebuah

rangkaian

proses

pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental
maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai
seorang hamba (‘abd) dihadapan Khaliq-nya dan sebagai “pemelihara”
(khalifah) pada semesta. Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah
mempersiapkan seseorang (anak didik) agar ia dapat hidup dengan sempurna,
bahagia, cinta kepada tanah airnya, kuat jasmaninya, sempurna akhlaknya,
sistematik

pemikirannya,


halus

perasaannya,

cakap

dalam

karyanya,

bekerjasama dengan orang lain, indah ungkapannya dalam tulisan dan lisannya,
dan tangannya melakukan pekerjaannya dengan terampil.1
Sedangkan untuk tujuan akhir dari pendidikan dalam Islam adalah
sebagai proses pembentukan diri peserta didik (manusia) agar sesuai dengan
fitrah keberadaannya sehingga menjadi anak yang rahmatan lil ‘alamin. Hal ini
meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia
pendidikan - terutama peserta didik - untuk mengembangkan diri dan potensi
yang dimilikinya secara maksimal.
Keberhasilan dari sebuah tujuan akhir dalam pendidikan tidak akan

berhasil dengan begitu saja, akan tetapi keberhasilan tersebut diperoleh melalui
beberapa cara atau metode. Itu yang membuktikan bahwa proses pendidikan
berjalan dengan baik, yang tidak bisa lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dari sebuah tujuan tersebut. Islam telah banyak
menunjukkan dan membimbing kita bagaimana melakukan pendidikan sesuai
dengan ajaran syariat Islam. Banyak variabel - dalam bahasa sehari-hari
diartikan sebagai faktor-faktor - yang bisa di ambil dalam kaitannya dengan
pembelajaran yang telah dicontohkan oleh Islam. Baik itu yang berasal dari
dalam kitab suci al-Qur’an maupun al-Hadis Rasul. Sebagai contoh hadis yang
1

Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat; Esay-esay Pemikiran
Pemberdayaan dari Aspek Manejerial, Kecerdasan dan Kepribadian, (Medan: Perdana
Publishing, 2012), hlm. 250

1

menyatakan bahwa ‘setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), sehingga
orang tuanyalah (lingkungannya) yang menjadikan anak tersebut menjadi
Yahudi atau Nasrani’, dari contoh hadis tersebut dapat diketahui paling

sedikitnya ada dua faktor yang mempengaruhi anak tersebut, yakni faktor
hereditas (pembawaan) dimana anak lahir dalam keadaan fitrah, dan faktor
lingkungan. Dari sinilah makalah ini akan dibahas, dengan menggunakan judul
variabel dalam pembelajaran PAI sebagai bahan diskusi. Untuk lebih mendalami
isi dari materi makalah ini akan dilanjutkan pada bab pembahasan.
II. PEMBAHASAN
Variabel dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ada atau exist
dan keberadaannya memiliki lebih dari satu label atau lebih dari satu nilai.
Sedangkan lawan dari variabel adalah konstan. Dimana variabel itu memiliki
lebih dari satu label atau nilai, sedangkan konstan hanya memiliki satu nilai.2
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,
atau obyek, yang mempunyai ‘variasi’ antara satu orang dengan orang lain atau
satu obyek dengan obyek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari
bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Sebagai contoh tinggi, berat badan,
sikap, motivasi, kepemimpinan, dan disiplin kerja yang merupakan atributatribut dari setiap orang.3 Dapat juga dikatakan istilah variabel dengan semua
keadaan, faktor, kondisi, perlakuan, atau tindakan yang dapat mempengaruhi
hasil eksperimen.
Ada banyak inovasi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk
mendorong terciptanya pembelajaran yang berkualitas yang berangkat dari
pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Diantaranya adalah apa

yang disebut PAKEMATIK (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang
merupakan pengembangan strategi pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif

2
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I:
Ilmu Pendidikan Teoretis, (Bandung: PT IMTIMA, 2007), hlm. 341
3
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007),
hlm. 38

2

Kreatif Efektif dan Menyenangkan) yang telah lebih dulu dikenal di dunia
pendidikan di Indonesia.4
1. Variabel Pembelajaran
Reigeluth, pada mulanya, memperkenalkan empat variabel yang
menjadi titik perhatian ilmuwan pembelajaran, yaitu:
a. Kondisi pembelajaran, mencakup antara lain: karakteristik siswa,
karakteristik lingkungan pembelajaran dan tujuan instruktional

b. Bidang studi, mencakup antara lain: karakterisik isi/ tugas
c. Strategi pembelajaran, mencakup antara lain: strategi penyajian isi
bidang

studi,

penstrukturan

si bidang

studi,

dan

pengelolaan

pembelajaran
d. Hasil pembelajaran, mencakup semua efek yang dihasilkan dari
pembelajaran, apakah itu dari siswa, lembaga termasuk juga pada
masyarakat.

Selanjutnya

Reigeluth

dan

Merril

memodifikasi

variabel-variabel

pembelajaran yang semula 4 empat variabel menjadi tiga variabel, yaitu:
a. Kondisi Pembelajaran
adalah mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh
perencana pembelajaran, dan harus diterima apa adanya. Yang termasuk
dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik bidang
studi, dan karakteristik siswa.
b. Metode Pembelajaran
Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar)
ataupun peserta didik (metode belajar).5 Yang termasuk dalam variabel
ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian
pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
c. Hasil Pembelajaran
4
Winastwan Gora & Sunarto, Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK,
(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, ) hlm. 3
5
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm.
127

3

adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai
dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda,
atau mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode
tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi
pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
Hasil pembelajaran bisa berupa hasil nyata (actual outcomes) dan

hasil yang diinginkan (desired outcomes). Actual outcomes adalah hasil
yang nyata dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi
tertentu. Adapun desired outcomes, yakni tujuan yang ingin dicapai,
yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam
melakukan pilihan metode yang sebaiknya digunakan.
Contoh :
Di sekolah A, guru memiliki peluang untuk menggunakan berbagai
metode pembelajaran, sedangkan di sekolah B, hanya satu metode yang
mungkin digunakan. Dalam contoh ini, variabel yang termasuk di
metode sekolah A merupakan kondisi di sekolah B.
2. Variabel Metode PAI
Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar di kelas adalah
kemampuan guru dalam mengelola kelas. Mengelola berasal dari kata
“kelola” yang berarti menyelenggarakan atau mengorganisir. Mengelola
kelas berarti mengorganisir kelas dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dalam
menggunakan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan materi
pelajaran

yang


akan

disampaikan.

Kolaborasi

beberapa

metode

pembelajaran harus direncanakan dengan baik.6 Sehingga hasil yang
diharapkan bisa terwujud sesuai dengan yang direncanakan. Guru harus
memiliki strategi, sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknikteknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.7

6

Mulyana A.Z., Rahasia menjadi guru hebat, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 13
Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan, (Jogjakarta: DIVA Press 2011), hlm. 25

7

4

Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik
mempunyai dua kompetensi utama, yaitu :
a. Kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi
pelajaran.
b. Kompetensi metodologi pembelajaran
Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga
menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu
pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika
metode dalam pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar
menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi yang dapat
memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang
diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus
mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karena itu dalam merespon perkembangan tersebut, tentu
tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal dari guru dan media teks
belaka.
Perlu ada cara baru dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan
atau materi ajar dalam pembelajaran baik dalam sistem yang mandiri
maupun dalam sistem yang terstruktur. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber
belajar oleh pihak guru maupun ahli pendidikan yang dapat dimanfaatkan
dalam proses pembelajaran. Karena metode pendidikan yang tidak tepat
guna, menjadi penghalang kelancaran proses belajar mengajar sehingga
banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Metode mengajar merupakan
salah satu komponen proses pendidikan yang didukung oleh alat dan sebagai
suatu kebulatan dalam sistem pembelajaran.8
Spesifikasi berbeda setiap materi pembelajaran, sehingga metode
yang digunakan pun berbeda antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi
dalam bukunya “Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam” bahwa metode yang
dipergunakan dalam mengajar anak-anak berlainan dengan apa yang dipakai
8

Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983)

5

untuk mengajar orang-orang yang lebih besar. Dalam hal ini sebagaimana
yang dikutip M. Athiyah Al-Abrasyi, Al-Ghazali menyarankan dipakainya
metode ini, karena antara anak kecil dan yang besar terdapat perbedaan
tanggapan.9
Muhammad Athiyah berpesan, hendaklah dalam mendidik anak
jangan berbicara dengan bahasa yang tidak ia mengerti, dan kepada orang
besar jangan pula dilawan bicara dengan bahasa anak-anak.10 Berbicaralah
kepada orang sesuai dengan tingkat intelektualitasnya masing-masing.
Karena pemikiran anak-anak berbeda dengan pemikiran orang besar, dan hal
ini harus dijadikan titik perhatian dalam memberikan pelajaran.11
3. Faktor Penyebab Penggunaan Metode Pengajaran
Keberhasilan peserta didik dalam belajar, tidak terlepas dari
kepintaran gurunya dalam mengajar. Guru yang cerdas dan hebat akan
memiliki banyak metode dalam mengajar. Sebaliknya, guru yang biasa-biasa
saja dia akan memiliki metode mengajar yang biasa-biasa saja. Metode
pembelajaran tidak hanya wawancara, demonstrasi, inkuiri, diskusi, tanya
jawab,eksperimen, tutorial, atau observasi, tetapi juga metode yang dapat
diciptakan sendiri. Prinsipnya, metode tersebut memudahkan peserta didik
untuk memahami materi pelajaran.12
Ada beberapa faktor penyebab beragamnya metode pengajaran:
1. Tujuan berbeda setiap mata pelajaran
2. Perbedaan karakteristik pebelajar
3. Perbedaan kondisi dan situasi
4. Perbedaan kemampuan
5. Adanya alat pembelajaran

9

Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa, H.
Bustami A.Ghani, Djohar Bahry, judul asli, Attarbiyah al Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), hlm. 13-14
10
Ibid., hlm. 12
11
Ibid., hlm. 189
12
, Rahasia menjadi..., hlm. 12-13

6

4. Isyarat Ayat Al-Qur’an tentang Metode
Ada beberapa metode dalam pembelajaran seperti yang telah di
contohkan Allah swt baik dalam cara penyampaian informasi sebagaimana
waktu memberikan informasi atau kabar kepada para Malaikat maupun
dalam cara memberikan wahyu kepada Rasulullah saw. Sehingga
terbentuknya sebuah metode ini digali dan memiliki sandaran yang jelas.
Metode-metode itu diantaranya:
a. Peristiwa penciptaan manusia

       
       
        
     
Artinya:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya13 Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain,14 dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (Q.S. An-Nisa’: 1)

       

     
 
     
      
        
    
Artinya:
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
13

Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang
menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s.
diciptakan.
14
Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya
kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya
atau meminta kepadamu dengan nama Allah

7

(rahim). 14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami
jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik. 15. Kemudian, sesudah itu,
Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. (Q.S. AlMu’min: 12-15)
b. Allah memberi informasi atau berita kepada Malaikat. (metode ceramah/
informasi, tanya jawab dan dialog)

       
        
       
     
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."(Q.S. Al-Baqarah: 30)
Ayat tersebut adalah firman Allah tentang penciptaan manusia
sebagai khalifah di muka bumi. Jika dilakukan kajian dengan
pendekatan: pemahaman, analisis, sintesis, terapan dan kontekstual maka
ayat itu memuat isyarat bahwa Tuhan menyampaikan berita kepada
Malaikat merupakan pemberian informasi. Pemberian informasi ini
dalam kajian strategi pembelajaran dikategorikan penyampaian dengan
metode pemberian informasi atau metode ceramah. Tuhan memberi
informasi dalam pernyataan yang bersifat perspektif yang kompleks
sehingga merupakan pendekatan dengan metode ceramah kepada
8

Malaikat sebagai penerima pesan. Respon yang disampaikan oleh
Malaikat membuka peluang terjadinya pertanyaan dari Malaikat kepada
Tuhan. Interaksi antara Tuhan dengan Malaikat terjadi yang memberi
kesan melakukan tanya jawab merupakan metode tanya jawab, sehingga
tercipta dialog Tuhan dengan Malaikat, yang memuat isyarat fenomena
metode dialog.15
Mengenai metode dialog, sebagaimana yang dikutip oleh Muljamil
Qomar, Muhammad Anwar mengatakan “banyak ayat dalam al-Qur’an
memulai dengan kata-kata yas’aluunaka (mereka bertanya)”. Ada
sebanyak 15 kali kata ini dipergunakan dalam al-Qur’an. Kata tersebut
disambung dengan obyek pertanyaan, kemudian diikuti kata qul
(katakanlah) baru materi jawaban kecuali pada surat Al-Nazi’at [79]:
42.16
Untuk penelusuran metode berikutnya sebagaimana waktu
turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw di Gua Hira dimana
Rasulullah saw menirukan Jibril membaca al-Qur’an dan terjadi tanya
jawab antara Malaikat Jibril dengan Rasulullah saw.

        
 
   
 
       
Artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,17
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Bahwasannya ayat satu dan tiga memuat perintah kepada
Muhammad saw. Hal ini dapat dipahami pemberian perintah dari Allah swt
15

Rohmat, Terapan Teori Teknologi Pembelajaran dalam Pelajaran Agama Islam,
(Yogyakarta: Gebang Media Aksara, 2013), hlm. 2-3
16
Muljamil Qomar, Epistemologi pendidikan Islam: dari metode rasional hingga metode
kritik, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 328, baca juga dalam Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam;
Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta, 2009), hlm. 112-117
17
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

9

melalui Malaikat Jibril bisa dikategorikan fenomena metode pemberian
perintah, yang dekade ini diungkapkan dengan fenomena metode perintah
atau metode penegasan. Sedangkan ketiga ayat lain, yaitu ayat dua, empat
dan lima merupakan ungkapan dari metode ceramah.18

      
      
        
Artinya:
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang
telah Kami berkahi sekelilingnya19[847] agar Kami perlihatkan
kepadanya

sebagian

dari

tanda-tanda

(kebesaran)

kami.

Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
(Q.S. Al-Isra’: 1)
Ayat diatas menjelaskan bahwa, pada peristiwa peringatan Isro’
Mi’roj yaitu perjalanan Rasulullah saw yang kemudian mendapat perintah
sholat lima waktu dalam sehari semalam. Hal ini menjelaskan tentang salah
satu metode yang bisa kita ambil, dimana Allah swt telah memperjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha
untuk melihat-lihat sebagian dari tanda-tanda keagungan dan kebesaran
Allah20 merupakan suatu fenomena yang dapat dikategorikan dalam
fenomena metode karya wisata, perintah/penugasan. Metode karya wisata
adalah metode yang mengembangkan pengalaman dan aktivitas lapangan.21
Selain metode diatas, dalam diri Rasulullah juga tercermin suri
tauladan yang baik, dimana salah satu tugas Rasulullah saw adalah untuk
memberikan pelajaran dan teladan yang baik, dalam hal ini yang kemudian
diungkapkan metode tauladan.

18

Rohmat, Terapan Teori..., hlm. 4
Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah
dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
20
Syaikh ‘Abdurrahman Ya’qub, Pesona Akhlak Rasulullah saw, (Mizan Pustaka), hlm.
101
21
Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2009), hlm. 310
19

10

Sebenarnya masih banyak metode-metode seperti yang telah
diajarkan oleh Allah swt kepada makhluk-Nya yang terdapat dalam kitab
suci al-Qur’an, diantaranya adalah:
-

Metode Kisah

-

Bimbingan dan penyuluhan

-

Berangsur-angsur

-

Tauladan

-

Diskusi

-

Bekerja kelompok

Selain metode-metode diatas, seperti metode yang terdapat pada ayat-ayat
diatas dapat dilihat dari macam metode pengajaran, diantaranya:
-

Ceramah, Tanya jawab, Perintah/penugasan/resitasi, Karya wisata,
Pengulangan, Demonstrasi, Sosiodrama, Team teaching, Unit/proyek,
Forum, Mengajar berprogram, Sistem modul, Insersi, Pair group,
Simulasi, Seminar, Eksperimen, Deduktif, Induksi, Asosiasi.

5. Pengertian Variabel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dinamakan variabel
yaitu dapat berubah-ubah, berbeda-beda, bermacam-macam atau sesuatu yg
dapat berubah; faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan.22
Variabel dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ada atau exist dan
keberadaannya memiliki lebih dari satu label atau lebih dari satu nilai.
Lawan dari variabel yaitu konstan.23
Sugiyono menyatakan bahwa variabel didalam penelitian merupakan
suatu attribut dari sekelompok obyek yang diteliti yang mempunyai variasi
antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut, misalnya tinggi
badan dan berat badan yang merupakan attribut dari seseorang yang dalam
hal ini adalah obyek penelitiannya. Selanjutnya, berat badan dan tinggi
badan ini akan bervariasi bila terjadi pada sekelompok orang, apalagi
diambil secara acak. Jadi jika sekelompok orang tadi tinggi dan berat
badannya sama, maka semua itu bukan variabel.
22
23

http://kbbi.web.id/
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan..., hlm. 341

11

Variabel mempunyai bermacam-macam bentuk menurut hubungan
antara satu variabel dengan variabel yang lain, yaitu:
1. Variabel

independen,

yaitu

variabel

yang

menjadi

sebab

terjadinya/terpengaruhnya variabel dependen.
2. Variabel dependen, yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel independen.
3. Variabel moderator, yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
4. Variabel intervening, seperti variabel moderator, tetapi nilainya tidak
dapat diukur, seperti kecewa, gembira, sakit hati.
5. Variabel kontrol, yaitu variabel yang dikendalikan peneliti.24
Pesantren pada zaman moderen ini menurut Mastuhu, harus memusatkan
pada tiga variabel mendasar; materi, pandangan dunia, dan metodologi.25
III. PENUTUPAN
Mengajar bagi seorang guru merupakan aktivitas utama yang harus
dijalani. Akan tetapi keberhasilan dalam proses pembelajaran tidaklah mudah
untuk dilakukan. Karena bagi seorang guru, selain materi yang harus dikuasai
juga membutuhkan cara lain yang bisa membantu berhasilnya suatu proses
pembelajaran atau yang biasa disebut sebagai metode dalam pembelajaran.
Allah swt sebagai guru besarnya dari setiap makhluk, telah banyak
memberikan contoh bagaimana seorang anak didik dapat dengan mudah
memahami penjelasan dari sang guru. Bagaimana seorang guru memberikan
informasi atau kabar kepada anak didiknya, bagaimana seorang guru
menceritakan suatu kejadian, bagaimana seorang guru memberikan jawaban atas
pertanyaan dari anak didiknya dan sebagainya, semuanya telah dicontohkan oleh
Sang Maha Guru yaitu Allah swt. dengan berbagai metode yang sesuai dengan
24

Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia,cet. 7, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2005), hlm. 106, baca juga pada Nursalam, Konsep & Penerapan Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2, (Jakarta:
Salemba Medika, 2008), hlm. 97-98
25
Mujamil Qomar, Pesantren; dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 76

12

kondisinya masing-masing, yang kesemuanya itu demi pemahaman dan
kejelasan anak didiknya.
Tidak monoton dan mengajak anak didik untuk selalu aktif dalam
pembelajaran adalah salah satu sikap yang harus dikembangkan oleh guru agar
anak didik tidak merasa bosan dalam belajar. Sehingga akan terus memotivasi
anak didik untuk selalu giat dalam belajar dan mencapai sebuah tujuan yang
ingin dicapai dari sebuah proses pembelajaran. Menjadi anak yang kuat
jasmaninya dan memiliki akhlak mulia (insan kamil).

13

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa,
H. Bustami A.Ghani, Djohar Bahry, judul asli, Attarbiyah al Islamiyah,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1993)
Asmani, Jamal Ma’mur, 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan, (Jogjakarta: DIVA Press 2011)
Gora, Winastwan & Sunarto, Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis
TIK, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, )
http://kbbi.web.id/
Mulyana A.Z., Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta: Grasindo, 2010)
Nursalam, Konsep & Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan; Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2, (Jakarta:
Salemba Medika, 2008)
Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2009)
Qomar, Mujamil, Pesantren; dari Transformasi
Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2007)

Metodologi

Menuju

_______________, Epistemologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional
Hingga Metode Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2007)
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005)
Rohmat, Terapan Teori Teknologi Pembelajaran dalam Pelajaran Agama Islam,
(Yogyakarta: Gebang Media Aksara, 2013)
Roqib, Moh., Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2009)
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2007)
Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat; Esay-esay Pemikiran
Pemberdayaan dari Aspek Manejerial, Kecerdasan dan Kepribadian,
(Medan: Perdana Publishing, 2012)
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis, (Bandung: PT IMTIMA, 2007)

14

Umar, Husein, Riset Sumber Daya Manusia, cet. 7, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005)
Ya’qub, Syaikh ‘Abdurrahman, Pesona Akhlak Rasulullah Saw, (Mizan Pustaka)
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,
1983)

15