EVALUASI SISTEM PENATAUSAHAAN PENERIMAAN KEUANGAN DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH (BPKAD) KOTA KENDARI

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

“EVALUASI SISTEM PENATAUSAHAAN PENERIMAAN KEUANGAN
DAERAH PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH
(BPKAD) KOTA KENDARI”
Oleh
Intihanah1, Sulvariani Tamburaka2,Dwi Novita Sari3
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo
Kendari Sulawesi Tenggara
ABSTRACT
The research aims to determine the financial administration system reception
area on Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kendari has been applied in
accordance with Regulation No. 21 Year 2011. Data collection techniques used in this
study is documentation and interviews . This research uses descriptive analysis
method
The results of this study showed that administration of financial reception area
has been equipped with a document SKP / SKR, Certificate of Proof of Payment, Credit
Note STS and in accordance with Regulation 21 of 2011. Where, treasurer shall
administer the reception had to use a letter of deposit (STS) has been authorized by
the Bank and by STS, treasurer reception reports administratively reception.

Keyword : Local Finance Revenue, Administration,Evaluation
I. Pendahuluan
Tuntutan dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era saat ini, tidak
terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Oleh karena
itu pemerintah daerah diwajibkan menyusun laporan pertanggung jawaban sendiri
menggunakan sistem akuntansi, hal ini diatur oleh pemerintah pusat yang bersifat
mengikat bagi seluruh pemerintah daerah baik dalam bentuk Undang-undang atau
peraturan pemerintah. Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah adalah dengan cara penyampaian laporan pertanggung jawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan dapat diandalkan
(reliable) serta disusun dengan mengikuti Standar Akuntasi Pemerintah (SAP) yang
telah diterima secara umum.
Hal tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Adapun cakupan pengelolaan keuangan
daerah terbagi dalam 5 (lima) kelompok, yaitu : Penyusunan rancangan APBD,
Dokumen pelaksanaan APBD, Pelaksanaan penatausahaan penerimaan dan
pengeluaran, Akuntansi Keuangan daerah, dan Pelaporan pelaksanaan APBD.
Satuan kerja perangkat daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah
daerah yang melaksanakan fungsi pemerintah dan pelayanan publik, baik secara

langsung maupun tidak. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut,
SKPD diberikan alokasi dana (anggaran). Kepala SKPD disebut juga Pengguna
Anggaran (PA) selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
(PKPKD), kepala daerah (gubernur, bupati, walikota), dimana pada akhirnya akan
meminta kepala SKPD yang bersangkutan membuat pertanggung jawaban atas
kewenangan yang dilaksanakannya.
Penatausahaan dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu penatausahaan
penerimaan kas dan penatausahaan pengeluaran kas. Penatausahaan penerimaan

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

adalah uang yang masuk ke kas daerah atau merupakan serangkaian proses kegiatan
menerima, menyimpan, menyetor, membayar, menyerahkan dan mempertanggung
jawabkan penerimaan uang yang berada pada pengelolaan SKPD. Sedangkan
penatausahaan pengeluaran adalah semua arus uang yang keluar dari kas daerah
atau merupakan serangkaian proses kegiatan menerima, menyimpan, menyetor,
membayar, menyerahkan dan mempertanggung jawabkan pengeluaran uang yang
berada pada pengelolaan SKPD.
Hasil pra penelitian yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa terkait

penatausahaan di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Kendari belum
terlaksana dengan baik, karena penerimaan SKPD berupa uang atau cek belum
disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1 hari kerja. Hal ini disebabkan
oleh kelalaian bendahara yang kurang memperhatikan pekerjaannya, kurangnya
pengawasan dari pimpinan dan kondisi geografis. Sehingga penatausahaan
khususnya penyusunan sistem kerja yang dilakukan oleh BPKAD Kota Kendari
seringkali tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Terkait pokok permasalahan yang telah dijelaskan maka masalah yang akan
diteliti yaitu apakah sistem penatausahan penerimaan keuangan daerah pada BPKAD
Kota Kendari telah diterapkan sesuai dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011?
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui sistem penatausahan penerimaan
keuangan daerah pada BPKAD Kota Kendari telah diterapkan sesuai dengan
Permendagri No. 21 Tahun 2011.
II. Kajian Teori
1. Penatausahaan Keuangan Daerah
Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut PP (Peraturan Pemerintah) No.
58 Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Uraian tentang penatausahaan keuangan
daerah mencakup hal-hal sebagai berikut: Asas umum penatausahaan keuangan

daerah, Pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah, Penatausahaan penerimaan
dan Penatausahaan pengeluaran.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk kepentingan
pelaksanaan APBD dan/ atau penatausahaan keuangan daerah, kepala daerah perlu
menetapkan pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran. Untuk itu bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan
penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang
menjadi tanggung jawabnya dan harus melaporkannya kepada pengguna anggaran
atau kuasa pengguna anggaran melalui PPKD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
Pada prinsipnya kegiatan tata usaha keuangan daerah dapat dibagi atas 2
(dua) jenis, yaitu :
a. Tata Usaha Umum adalah menyangkut kegiatan surat menyurat, mengagenda,
mengekspedisi, menyimpan surat-surat penting atau mengarsipkan kegiatan
dokumentasi lainnya.
b. Tata Usaha Keuangan adalah tata buku yang merupakan rangkaian kegiatan yang
dilakukan secara sistematis di bidang keuangan berdasarkan prinsip-prinsip,
standar-standar tertentu serta prosedur-prosedur tertentu, sehingga dapat
memberikan informasi aktual di bidang keuangan.


Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 40

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

2. Asas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah
Asas-asas umum Penatausahaan Keuangan Daerah menurut kedua peraturan
perundang-undangan tersebut di atas menyebutkan bahwa :
a. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/
pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/
barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
b. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan
dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung
jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
tersebut
c. Semua penerimaan dana pemerintahan daerah harus dianggarkan dalam APBD
dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum

Daerah
d. Untuk setiap pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan Surat
Keputusan Otorisasi (SKO) oleh Kepala Daerah atau surat keputusan lain yang
berlaku sebagai surat keputusan otorisasi
e. Kepala Daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD dan pejabat lainnya dilarang
melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari
yang telah ditetapkan.
3. Keuangan Daerah
Keuangan daerah menurut Mamesah dan Halim (2007: 23) menyatakan bahwa
keuangan daerah dapat diartikan sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai
dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang
dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki oleh Negara atau daerah
yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Rahardjo (2011:61) merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
4.

Tujuan Keuangan Daerah

Menurut pendapat Abdul Halim (2002:22) tujuan keuangan daerah adalah
menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat, sehingga dapat
menyajikan laporan keuangan yang handal dan dapat dipertanggungjawabkan serta
digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan keuangan masa lalu dalam
rangka pengambilan keputusan dan pencatatan di masa yang akan datang. Laporan
keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah akan digunakan oleh
berbagai pihak yang terlibat serta berkepentingan dengan pemerintah daerah, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang disebut sebagai laporan keuangan
pemerintah daerah.
5.

Laporan Keuangan Daerah
Laporan keuangan pemerintah daerah sebagai bentuk pertanggung jawaban
pelaksanaan APBD harus disusun/ dihasilkan dari sebuah sistem akuntansi
pemerintah daerah yang handal, yang bisa dikerjakan secara manual ataupun
menggunakan aplikasi komputer. Adapun ciri-ciri kualitas laporan keuangan yang baik
yaitu relevan, handal (reliable), lengkap (complete), komprehensif serta dapat
diperbandingkan (comparable) dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang telah diterima secara umum.


Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 41

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental
Accounting Standard Board (GASB, 2008 dalam Budi Mulyana, 2006:13) adalah untuk
membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik
dan untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai
keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya. Oleh sebab
itu mereka menyandarkan pada laporan keuangan sebagai sumber informasi penting.
Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003, pada Pasal 31 dinyatakan bahwa
laporan keuangan yang harus disajikan oleh Kepala Daerah setidak-tidaknya meliputi :
Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang dilampiri dengan Laporan Keuangan daerah.
5. Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Permendagri No. 21
Tahun 2011
Sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan bagian dari pengelolaan

keuangan daerah secara keseluruhan. Berdasarkan undang-undang No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dengan ini
memberikan kewenangan yang cukup besar bagi pemerintah daerah untuk mengelola
sumber daya yang dimilikinya.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan
masyarakat.
Berdasarkan peraturan pemerintah no. 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan
pengawasan keuangan daerah.
Selanjutnya menurut permendagri no. 21 tahun 2011 pengelolaan keuangan
daerah tak lagi bertumpu atau mengandalkan bagian keuangan sekretariat daerah
(setda) kabupaten/ kota saja, tapi dalam permendagri itu juga disebutkan setiap
Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) kini waib menyusun dan melaporkan posisi
keuangannya yang kemudian dikoordinasikan dengan bagian keuangan.
Demi mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu laporan keuangan yang handal
dan dapat dipercaya agar dapat menggambarkan sumber daya keuangan daerah

berikut dengan analisis prestasi pengelolaan sumber daya keuangan daerah itu
sendiri. Oleh karena itulah sistem akuntansi menjadi suatu tuntutan sekaligus
kebutuhan bagi setiap Pemerintah Daerah.
6. Sistem Penerimaan Keuangan Daerah
Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah
daerah dikelola dalam APBD. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/
atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/ atau
penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.Penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal
apabila penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-sumber
penerimaan kepada daerah.
Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara lain
berupa kepastian tersediannya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan
pemerintah yang ditunjuk, bank lain, lembaga keuangan/ kantor pos. bendaharabendahara
yang
menerima
keuangan
daerah
itu
akan
memberikan

pertanggungjawaban sesuai tingkat masing-masing
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah antara lain diperoleh dari beberapa
transaksi berikut : Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan lain-lain

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 42

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

pendapatan asli daerah antara lain yang meliputi penjualan asset daerah yang
dipisahkan, penerimaan bunga deposito, peneriman jasa giro, denda keterlambatan
pelaksanan kegiatan.
Sistem penerimaan keuangan daerah menggunakan 3 formulir, yaitu : Surat
ketetapan pajak/ retribusi daerah (SKP/ SKR – Daerah), Surat tanda bukti pembayaran
dan Surat tanda setoran (STS). Adapun fungsi-fungsi yang terlibat dalam prosedur
sistem penerimaan keuangan daerah adalah : Wajib Pajak/ Wajib Retribusi, Bendahara
Penerimaan, Pengguna Anggaran dan Bank.
Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran yang menjadi tanggung jawabnya. Tata cara
pelaksanaan penerimaan daerah yang dikelola oleh bendahara penerimaan diatur
dalam Permendagri No. 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Secara administratif, bendahara penerimaan bertanggung jawab pada kepala
SKPD atas pengelolaan uang yang menjadi tugasnya. Namun secara fungsional
bendahara penerimaan SKPD bertanggung jawab pada PPKD.
7. Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan olehJusliana pada tahun 2013 dengan
judul evaluasi sistem penatausahaan keuangan daerah pada badan pengendalian
dampak lingkungan daerah kabupaten konawe utara.Hasil dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa sistem penatausahaan keuangan daerah pada badan
pengendalian dampak lingkungan daerah Kabupaten Konawe Utara telah dilengkapi
dengan dokumen SKP/ SKR dan STS belum sesuai dengan permendagri No. 59
Tahun 2007.
Ahmad Syarifuddin (2010), melakukan penelitian dengan judul sistem
penatausahaan keuangan daerah, pencatatan dan pelaporan akuntansipada satuan
kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) Kota Baubau. Penelitian ini menunjukkan
bahwa pemerintah Kota Baubau sudah menerapkan sistem akuntansi pemerintahan
sesuai dengan permendagri No.13 Tahun 2006 yang dimulai untuk Tahun Anggaran
2007.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama
membahas mengenai penatausahaan keuangan daerah. Sedangkan perbedaannya
dengan penelitian sebelumnya yaitu pada metode penelitian yang digunakan. Pada
penelitian sebelumnya menggunakan analisis komparatif, sedangkan dalam penelitian
ini peneliti menggunakan analisis deskriptif
8. Kerangka Pikir
Penelitian ini akan mengevaluasi sistem penatausahaan penerimaan keuangan
daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian untuk
mengevaluasi masalah di atas. Kerangka pemikiran digambarkan dalam bentuk bagan
berikut ini:
Skema 1
Kerangka Pikir

Permendagri No 13 Tahun 2006

Penatausahaan Keuangan Daerah

Permendagri No 21 Tahun 2011

Penatausahaan Penerimaan

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 43

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

III. Metode Penelitian
Objek penelitian ini adalah Sistem Penatausahaan Penerimaan Keuangan
Daerah Pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari
yang berlokasi di Jalan Drs. H. Abdullah Silondae No. 8 Kendari. Jenis data yang
digunakan yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi dari
pihak BPKAD kota kendari mengenai struktur organisasi, uraian tugas dan lain
sebagainya. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang berupa angkaangka. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan, sedangkan data
sekunder bersumber dari berbagai bahan referensi maupun laporan penelitian yang
mempunyai relevansi dengan penelitian.
Teknik pengumpulan data meliputi wawancara dan dokumentasi. Untuk
memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan kepada pejabat dan staf
penatausahaan keuangan BPKAD kota kendari. Selanjutnya dokumentasi digunakan
untuk memperoleh data-data tentang gambaran umum lokasi penelitian.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif yang berguna untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2004:169),
dalam hal ini tentang penatausahaan keuangan daerah khususnya yang terkait dengan
penerimaan.
Adapun definisi operasional variabel yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah merupakan proses pemanfaatan sumber
daya yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu, yang mencakup seluruh kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah dalam upaya penyelenggaraan pemerintah serta
pelayanan terhadap masyarakat.
2. Penatausahaan Keuangan Daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut Peraturan Pemerintah No. 58
Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri No 21 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
3. Penatausahaan adalah penyusunan sistem kerja secara struktural atau kegiatan
pemetaan keuangan maupun organisasi yang dilakukan oleh Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari
4. Akuntansi Keuangan Daerah adalah proses identifikasi pengukuran pencatatan
dan pelaporan ekonomi (keuangan) dari suatu daerah yang dijadikan sebagai
informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang
memerlukan.
5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hal dan kewajiban
daerah tersebut, dalam rangka Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah.
6. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan perundang-undangan.
IV.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian
Sistem penatausahaan penerimaan keuangan daerah pada BPKAD kota
kendari yaitu sebagai berikut :

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 44

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Uraian
1.Pengguna
Anggaran
menyerahkan
SKP/SKR kepada
Bendahara
Penerimaan dan
Wajib
Pajak/Retribusi.
2.WajibPajak/Retribu
si membayarkan
sejumlah uang
yang tertera dalam
SKP Daerah/ SKR
kepada Bendahara
Penerimaan.

WP/ WR

4.
Bendahara
menyerahkan
Tanda Bukti
Pembayaran
kepada Wajib
Pajak/ Retribusi
dan
menyerahkanuang
yang diterimanya
tadi beserta STS
kepada Bank.

Pengguna
Anggaran

Bank

2
SKP/SKR

SKP/SKR

Uang

3.Bendahara
Penerimaan
mencocokkan
jumlah uang yang
diterimanya
dengan dokumen
SKP Daerah/ SKR
yang diterimanya
dari Pengguna
Anggaran
4. Setelah
diverifikasi,
Bendahara
Penerimaan akan
menerbitkan STS
dan Surat Tanda
BuktiPembayaran/
Bukti Lain yang
Sah.

Bendahara
Penerimaan

SKP/SKR

n
N

Uang

Verifikasi

STBP

STS

Uang
STBP

STS
Uang

STS

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Nota
Kredi
t
STS

Page 45

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

5.
Bank
membuat Nota
Kredit dan
mengotorisasi
STS. Bank
kemudian
menyerahkan
kembali STS
kepada Bendahara
Penerimaan. Nota
Kredit disampaikan
kepada BUD
Sumber : Data diolah
Penatausahaan keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 21 Tahun 2011 terdiri dari 3 (tiga) bagian,
yaitu Penatausahaan Penerimaan Keuangan Daerah, Dokumen pelaksana anggaran
(DPA) dan Penatausahaan Pengeluaran Keuangan Daerah. Dari hasil wawancara
saya pada salah satu pegawai penatausahaan bahwa pada dasarnya prosedur
penatausahaan dan pelaporan keuangan daerah, telah sesuai dengan Permendagri
No. 21 Tahun 2011 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah.
Dokumen/ bukti yang digunakan dalam prosedur penatausahaan penerimaan
keuangan daerah pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota
Kendari, antara lain :Surat Ketetapan Pajak (SKP)/ Surat Ketetapan Retribusi
(SKR),Surat Tanda Bukti Pembayaran, Surat Tanda Setoran (STS), Nota Kredit
Fungsi-fungsi yang terlibat dalam prosedur sistem penerimaan keuangan
daerah adalah :
1. WP/ Retribusi
a. WP/WR menerima SKP/ SKR dari pengguna anggaran.
b. WP/WR kemudian melakukan pembayaran pajak/ retribusi daerah sesuai
dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP)/ Surat Ketetapan Retribusi (SKR)
langsung ke bendahara penerimaan.
c. WP/WR menerima Surat Tanda Bukti Pembayaran dari bendahara penerimaan.
2.
Bendahara Penerimaan
a. Bendahara penerimaan menerima SKP/SKR dari pengguna anggaran.
b. Bendahara penerimaan menerima uang dari WP/WR kemudian memverifikasi
kesesuaian jumlah uang yang disetor oleh wajib pajak dengan SKP/SKR
c. Apabila sesuai bendahara penerimaan membuat Surat Tanda Bukti
Pembayaran dan menyerahkan kepada WP/WR.
d. Bendahara penerimaan menyetorkan semua uang yang diterima beserta Surat
Tanda Setoran (STS) yang dibuat rangkap 2 (dua) sebagai bukti telah
melakukan penyetoran uang ke Rekening Kas Umum Daerah di Bank.
e. Bendahara penerimaan menerima STS yang telah diotorisasi oleh Bank.
3.

Pengguna Anggaran
a. Pengguna Anggaran menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan
Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD).
b. Dokumen tersebut dibuat rangkap 2 (dua). Lampiran 1 disampaikan kepada
wajib pajak/ wajib retribusi,sedangkan lampiran 2 disampaikan kepada
Bendahara Penerimaan.

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 46

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

4

Bank
a. Bank menerima STS dari bendahara penerimaan, lalu bank mencocokkan STS
dengan uang yang disetorkan. Apabila cocok maka bank akan membuat Nota
Kredit.
b. STS yang telah diotorisasi oleh bank akan diserahkan kembali kepada
Bendahara Penerimaan.

2. Pembahasan
Proses penatausahaan penerimaan keuangan daerah pada Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota Kendari, meliputi : penerimaan kas yang
disetor ke rekening kas umum daerah pada setiap hari kerja ke bank pemerintah yang
ditunjuk dalam hal ini adalah Bank Sultra. Setoran tersebut dianggap sah setelah
pemegang kas daerah telah menerima nota kredit.
Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah tersebut
dilakukan oleh pihak ketiga dengan cara disetor langsung ke rekening Pemerintah
Daerah Kota Kendari dalam hal ini Bank Sultra. Setelah proses penyetoran dari WP/
WR tersebut, bendahara penerimaan menyelenggarakan penatausahaan terhadap
seluruh penerimaan dan penyetoran berdasarkan Surat Tanda Setoran (STS) dari
Bank Sultra. Berdasarkan STS ini, bendahara penerimaan membuat laporan
penerimaan secara administratif.
Sistem penatausahaan penerimaan keuangan daerah yang diterapkan pada
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) tersebut telah sesuai dengan
Permendagri No. 21 Tahun 2011. Namun sistem penatausahaan pada Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) belum sesuai prosedur yaitu
bendahara pembantu melakukan penagihan ke WP/ WR sesuai SKP/ SKR dan hasil
tagihan tersebut langsung disetor ke Bank Sultra.
Pada prosedur pengelolaan keuangan daerah seharusnya bendahara
pembantu menyetorkan hasil penagihan tersebut kepada bendahara penerimaan
terlebih dahulu sebelum langsung menyetor ke Bank. Dari setoran tersebut, Bank
Sultra menerbitkan STS dan STS tersebut disampaikan kepada bendahara
penerimaan.
Hal ini dilakukan karena sesuai dengan peraturan, bahwa penerimaan SKPD
berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lambat 1
(satu) hari kerja, kekurangan yang lain yaitu kurangnya arsip, sehingga dapat menjadi
kelemahan apabila suatu saat dibutuhkannya arsip dalam proses pemeriksaan atau
audit.Adapun keterlambatan dalam proses penyetoran dari WP/ WR, hal ini
disebabkan oleh kelalaian bendahara yang kurang memperhatikan pekerjaannya,
kurangnya pengawasan dari pimpinan, dan kondisi geografis.
V.
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sistem
penatausahaan penerimaan keuangan daerah telah dilengkapi dengan dokumen
SKP/SKR, Surat Tanda Bukti Pembayaran, STS dan Nota Kredit telah sesuai dengan
Permendagri No. 21 Tahun 2011. Dimana bendahara penerimaan telah melakukan
penatausahaan menggunakan surat tanda setoran (STS) yang telah diotorisasi oleh
pihak Bank dan berdasarkan STS tersebut bendahara penerimaan membuat laporan
penerimaan secara administratif.
Saran perbaikan yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
atau masukan bagi pihak BPKAD Kota Kendari dan peneliti selanjutnya berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan yang terdiri dari:
1. Sebaiknya bendahara penerimaan yang melakukan penagihan ke WP/WR dan
menerbitkan STS, hasil tagihan tersebut langsung disetor ke Bank Pemerintah
(Bank Sultra) tepat waktu paling lambat 1 hari kerja
Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 47

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

2. Perlunya tambahan arsip (STS), sebab hal ini akan membantu dalam
penatausahaan keuangan dan juga membantu apabaila sewaktu-waktu dibutuhkan
dalam rangka pemeriksaan/ audit
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas lokasi penelitian dibeberapa
tempat dan menambah variabel penelitian yang akan diteliti sehingga dapat
membandingkan dengan hasil pengujian sebelumnya
Daftar Pustaka
Abdul Halim. 2002. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:
Salemba Empat
Ahmad Syarifuddin. 2010. Evaluasi Sistem Penatausahaan Keuangan Daerah
Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Pada Satuan Kerja Pengelola Keuanga
Daerah (SKPKD) Kota Baubau.
Jusliana. 2013. Evaluasi Sistem Penatausahaan Keuangan Daerah Pada Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Pada Kabupaten Konawe Utara.
Kunarjo. 2006, Kerangka Konseptual AKuntansi Pemerintahan. Jakarta.
Mamaesah. 2005. STandar Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Mardiasmo. 2002. Elaborasi Reformasi Akuntansi Sektor Publik : Telaah Kritis
Terhadap Upaya Aktualisasi Kebutuhan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah. Yogyakarta. JAAI.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04 tahun 2008. Pedoman Pelaksanaan
Review Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011. Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Jakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 tahun 2005. Tentang Standar Akuntansi
Pemerintah. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000,
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Jakarta.

Tentang

Pengelolaan

dan

Rahardjo, 2011. Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan Akuntansi Pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
Soemarso S.R. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar.nJakarta: Salemba Empat
Suhanda, 2007, Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta: Sinar Grafika.
Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Jakarta.
----------------- No. 33 tahun 2004 tentang Peimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah, Jakarta.
----------------- No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Jakarta.
Usman, 2008, Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta.
Widjaja, 2002, Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 48

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25