PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA OPERATOR PER

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA OPERATOR PERAKITAN PENERANGAN JALAN
UMUM (PJU) PADA BAGIAN PEMASANGAN EXTRUDE IE DENGAN METODE
RULA(RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT) DAN REBA (RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT)
(STUDII KASUS DI PT. X)
Ir. Rizki Wahyuniardi.,MT1) Dhia Malika Reyhanandar2)
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan
e-mail : dhia.malika@mail.unpas.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di PT. X yang bertujuan untuk mendapatkan Final Score
postur pekerja di bagian pemasangan Extrude IE dan memberikan rekomendasi perbaikan
postur operator pemasangan Extrude IE yang dilakukan secara manual. Penelitian
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1) Mendokumentasikan postur operator yang
dilakukan saat berkerja; 2) Memilih postur tersulit yang dilakukan operator; 3) Mengetahui
skor, level resiko dan level tindakan dengan metode RULA; 4) Mengetahui skor, level
resiko dan level tindakan dengan metode REBA 5) Memberikan solusi terhadap resiko
ergonomi pada pekerja. Hasil perhitugan RULA memiliki skor sebesar 7, dan Hasil
perhitungan REBA memiliki skor sebesar 10. Adapun Solusi yang bisa diberikan adalah
diberikan fasilitas kerja berupa meja kerja berputar. Hasil perhitungan RULA setelah
diperbaiki meja kerjannya skor sebesar 3 dan hasil perhitungan REBA setelah diperbaiki
meja kerjanya sebesar 5. Solusi selain perbaikan meja kerja yaitu memberikan peraturan
untuk operator berkerja dalam keadaan duduk dalam proses perakitan dan melakukan

istirahat jika sudah terasa letih atau pegal. Hasil rekomendasi ssitem tersebut sedikitnya
dapat meminimalisir cidera otot pada operator.
Kata kunci: postur, RULA, REBA, Final Score, Rekomendasi Sistem
1.
1.1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
suatu upaya unuk menekan atau mengurangi
resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan antara
keselamatan dan kesehatan kerja. Pemerintah
membuat berbagai Undang-Undang maupun
Peraturan Pemerintah dan sejenisnya yang terkait
dengan K3, seperti Undang-Undang No.1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, UndangUndang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003
tentang ketenaga kerjaan, Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 22 tahun 1933 tentang
penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Hal tersebut bertujuan untuk menjamin bahwa
seluruh entitas dalam sistem perindustrian tetap
terjaga kualitasnya agar industri terkait dapat
menjalankan kegiatannya secara efektif dan
efisien.
Aktivitas manual material handling (MMH)
yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian
bahkan kecelakaan pada karyawan. Akibat yang
ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak
benar
salah
satunya
adalah
keluhan
muskuloskeletal. Keluhan muskoloskeletal adalah
keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang

dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan
yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila
otot menerima beban statis secara berulang

dalam jangka waktu yang lama akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen dan tendon. (Kroemer and
Grandjean, 1997) dalam (Aah Nurliah, 2012).
Dari penelitian di Amerika Serikat
diperoleh data bawa pengusaha di industri
swasta (yang merepresentasikan 75% dari 135
juta pekerja) melaporkan sekitar 7 juta kasus
cidera muskuloskeletal yang berhubungan
dengan pekerjaan setiap tahun. Hal ini juga
memperkirakan bahwa ada 5 sampai dengan 6
juta kasus pekerjaan sakit punggung yang
berhubungan dengan setiap tahun di seluruh
penduduk AS bekerja, yang menyebabkan
hilangnya 100 juta hari kerja. Gangguan
muskuloskeletal ini juga menelan biaya yang
besar, yang jika digabungkan dengan biaya tidak
langsung
kepada
pengusaha

(hilang
produktivitas) dan individu yang terkena,
mencapai sepertiga dari biaya kompensasi
pekerja di AS (Delleman et al 2004) dalam (Aah
Nurliah,2012).
Masalah ergonomi akan lebih banyak terjadi
pada
kondisi
pekerjaan:
yang
sering

2

mengangkat, membawa, manarik dengan cara
manual, mengulangi gerakan yang sama di
seluruh hari kerja, bekerja di posisi janggal atau
statis, mengangkat barang berat atau canggung,
menggunakan
kekuatan

berlebihan
utuk
melakukan tugas, terkena getaran yang
berlebihan atau bekerja pada suhu ekstrim, dan
perkerjaan merakit dengan kecepatan merakit
yang tinggi (The Study of Work, US Department
of
Labor
Occupational
Safety
Health
Administration 3125, 2000 Revisi ) dalam (Aah
Nurliah, 2012).
PT. X merupakan perusahaan swasta
dibidang industri manufaktur yang bergerak
dalam bidang perakitan PJU (penerangan jalanan
umum). Produk yang dibuat yaitu lampu jalan,
lampu tenaga solar (Surya), lampu taman dan
LED Luminer. PT. X yang berlokasi di Bandung
Jawa Barat merupakan perusahaan dengan divisi

perakitan
dan
divisi
penelitian
dan
pengembangan. Pada PT. X terdapat operator
perakitan yang dilakukan secara manual salah
satu operatornya yaitu operator yang merakit
bagian Extrude IE lampu PJU. Pada bagian
perakitan Extrude IE lampu PJU ini
memungkinkan resiko pegal dan kelelahan
operator.
Pengaplikasian ilmu ergonomi dapat
dilakukan dalam kasus-kasus tersebut bisa
menggunakan metode RULA (Rapid Upper
Limb Assessment) yang menilai postur, gaya, dan
gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan
dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas,
dan metode REBA (Rapid Entire Body
Assessment) digunakan untuk menilai postur

leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan
kaki seorang pekerja (Tarwinder Singh, 2014).
Dalam pengaplikasian ergonomi ini dapat maka
resiko cedera dari pekerja data ditekan, biaya
kesehatan akibat postur yang salah dapat
dikurangi,
kenyamanan
pekerja
dapat
ditingkatkan, dan tentunya produktivitas dan
kinerja pekerja akan semakin meningkat.
1.2.

Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari kegiatan Kerja
Praktek mengenai Analisis Ergonomi dengan
Menggunakan Metode RULA dan REBA pada
Postur Pekerja di bagian Pemasangan Extrude IE
Lampu PT. X Bandung adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil Final Score pada

operator di bagian Pemasangan Extrude IE
Lampu PT. X dengan menggunakan
metode RULA dan REBA ?

2. Bagaimana rekomendasi sistem untuk
operator pemasangan Extrude IE Lampu
di PT. X.
1.3 Tujuan Pemecahan masalah
Tujuan dari kegiatan Kerja Praktek
mengenai
Analisis
Ergonomi
dengan
Menggunakan Metode RULA dan REBA pada
Postur Pekerja di bagian Pemasangaan Extrude
IE Lampu PT. X Bandung adalah sebagai berikut
:
1. Final Score postur pekerja di bagian
Pemasangan Extrude IE di PT. X dengan
menggunakan metode RULA dan REBA.

2. Memberikan rekomendasi perbaikan untuk
postur kerja operator pemasangan Extrude
IE Lampu di PT. X.
1.4 Kegunaan Pemecahan masalah
Kegunaan dari kegiatan Kerja Praktek
mengenai
Analisis
Ergonomi
dengan
Menggunakan Metode RULA dan REBA pada
Postur Pekerja di bagian Pemasangaan Extrude
IE Lampu PT. X Bandung adalah sebagai berikut
:
1. Mendapatkan hasil tingkat resiko postur
pekerja di bagian Pemasangan Extrude IE
Lampu di PT. X dengan menggunakan
metode RULA dan REBA.
2. Mendapatkan rekomendasi sistem terhadap
operator pemasangan Extrude IE Lampu di
PT. X.

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang Lingkup Pembahasan dari kegiatan
Kerja Praktek mengenai Analisis Ergonomi
dengan Menggunakan Metode RULA dan REBA
pada Postur Pekerja di bagian Pemasangaan
Extrude IE Lampu PT. X Bandung adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan dilakukan hanya pada
di divisi perakitan.
2. Penelitian hanya dilakukan pada proses
pemasangan Extrude IE lampu.
3. Penelitian tidak menghitung biaya untuk
perbaikan postur dan fasilitas
2.
2.1.

LANDASAN TEORI
Definisi Ergonomi

Kata ergonomi berasal dari bahasa

Yunani. Menurut bahasa, ergonomi berasal
dari kata ergon dan nomos. Ergon yang
berarti kerja dan nomos yang berarti hokum
atau aturan. Secara menyeluruh, ergonomi

berarti studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara
anatomi,
fisiologi,
psikologi,
engineering, manajemen, dan desain atau
perancangan.
2.2.

Postur Kerja
Postur adalah posisi relatif bagian tubuh
tertentu pada saat bekerja yang ditentukan oleh
ukuran tubuh, desain area kerja dan task
requirements serta ukuran perlatan/benda lainnya
yang digunakan saat bekerja (Pulat, 1992) dalam
(Mugi
Nursatya,
2008).
Postur
kerja
mencerminkan hubungan antara dimensi tubuh
pekerja dan dimensi alat pada tempat kerjanya
(Pheasant, 1986 dalam Mugi Nursatya, 2008).
Sedangkan Postur janggal adalah deviasi
(pergeseran) dari gerakan tubuh/anggota gerak
yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan
aktivitas dari postur/posisi normal secara
berulang-ulang dan dalam waktu yang relatif
lama. Gerakan postur janggal ini adalah salah
satu faktor untuk terjadinya gangguan, penyakit,
atau cidera pada sistem muskuloskeletal
(Humantech, 1995 dalam Mugi Nursatya, 2008).
Menurut (Weiner, 1992 dalam Mugi Nursatya,
2008), postur tubuh yang tidak seimbang dan
berlangsung lama dalam jangka waktu yang lama
akan mengakibatkan stres pada bagian tubuh
tertentu, yang disebut dengan postur stres akibat
dari postur tubuh yang jelek.
Gangguan muskuloskeletal atau biasa
yang disebut dengan MSDs adalah serangkaian
sakit pada otot, tendon dan saraf. Aktivitas
dengan tingkat pengulangan yang tinggi dapat
menyebabkan kelelahan pada otot, merusak
jaringan hingga kesakitan dan ketidak nyamanan.
Ini bisa terjadi walaupun tingkat gaya yang
dikeluarkan ringan dan postur kerja memuaskan
(Occupational Health and Safety Council of
Ontario, 2007 dalam Ita K, 2009).
2.3.

Jenis-jenis MSDS

Postur janggal merupakan faktor risiko
pada kejadian MSDs karena pada postur
janggal, otot, tulang, dan sendi bekerja
berlebihan memberikan tekanan atau gaya
untuk mempertahankan keseimbangan posisi
tubuh tertentu. Postur janggal akan
meningkatkan risiko kejadian MSDs bila
terjadi kombinasi dengan faktor risiko
ergonomi lain, seperti durasi, frekuensi,

intensitas, repetitif, dan adanya intervensi
stressor dari lingkungan. (Ita K, 2009).
2.4.

Faktor Risiko MSDS
Dalam suatu pekerjaan ada faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya suatu
cidera ataupun penyakit akibat kerja, yang biasa
disebut dengan musculoskeletal disorders,
repetitive strain injury, cumulative trauma
disorder
dan penyakit-penyakit
lainnya.
Amstrong et al.(1993) dalam (Ita K, 2009).
Menjabarkan beberapa faktor risiko
ergonomi, yaitu faktor fisik pekerjaan, faktor
organisasi kerja, dan faktor psikososial.
Sedangkan Bridger (2003) dalam (Ita K, 2009)
mengkategorikan kedalam empat kelompok
faktor-faktor risiko utama terhadap terjadinya
gangguamuskuloskeletal, yaitu beban, postur,
frekuensi, dan durasi pekerjaan (Bridger, 2003)
dalam (Ita K, 2009).
Keluhan Musculoskeletal
Aktivitas manual material handling (MMH)
ataupun postur kerja yang tidak tepat dapat
menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan pada
karyawan. Akibat yang ditimbulkan dari
aktivitas MMH ataupun postur yang tidak benar
salah satunya adalah keluhan musculoskeletal
(Ita K, 2009).
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan
pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan
oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat
ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerim beban statis secara berulang dalam
jangka waktu yang lama akan dapat
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada
sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan inilah yang
biasanya disebut sebagai musculoskeletal
disordes (MSDs) atau cidera pada sistem
muskuloskeletal (Grandjean, 1993) dalam (Ita K,
2009). Secara garis besar keluhan otot dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu
keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, tetapi keluhan
tersebut akan segera hilang apabila
pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu
keluhan
otot
yang
bersifat
menetapmeskipun pembebanan kerja telah
dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut (Tarwaka, 2004)
dalam (Ita K, 2009).

2.5.

4

2.6.

Tindakan
Pengendalian
Terhadap
Keluhan MSDS
Berdasarkan
rekomendasi
dari
Occupational Safety and Health Administration
(OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah
adanya sumber penyakit adalah melalui dua
cara, yaitu rekayasa teknik melalui desain stasiun
dan alat kerja dan rekayasa manajemen melalui
criteria dan organisasi kerja (Grandjean, 1993)
dalam (Ita K, 2009).

merupakan salah satu metode analisis postur
tubuh yang dapat digunakan secara cepat untuk
menilai posisi kerja. (Stanton, dkk, 2005).

dalam (Ita K, 2009).
3.

KERANGKA
PEMECAHAN
MASALAH
Adapun aliran dalam pemecahan masalah
laporan diperlihatkan pada Gambar 1
Mulai

2.7.

Manfaat Ergonomik
Manfaat dari ilmu ergonomik adalah
membuat pekerjaan menjadi aman bagi
pekerja/manusia dan meningkatkan efisiensi
kerja untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Keberhasilan aplikasi ilmu ergonomik dilihat
dari adanya perbaikan produktivitas, efisiensi,
keselamatan dan dapat diterimanya sistem desain
yang dihasilkan (mudah, nyaman, dan
sebagainya) (Pheasant, 2003) dalam (Aah
Nurliah, 2012).

Studi Lapangan

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Perumusan Masalah

Tujuan Pemecahan
Masalah

Pengumpulan Data :
A. Sejarah Perusahaan
B. Struktur Organisasi dan Job Description
C. Pengamatan, dan Wawancara
D. Dokmentasi Pekerja
E. Data Terkait yang Mendukung Penelitian

Pengolahan Data:
·
·
·
·

Mangamatti pekerjaan yang dianalisis dengan
mengambil gambar operator dalam posisi
kerjanya
Menghitung sudut antara posisi kerja dan
postur normal
Mengisi skoring untuk setiap posisi kerja pda
lembar penilaian RULA dan REBA
Menghitung skor RULA dan REBA

Analisa

2.8.

Metode Penilaian Postur Kerja
Penilaian postur kerja diperlukan ketika
didapati bahwa postur kerja pekerja memiliki
Risiko menimbulkan cedera muskuleskeletal
yang diketahui secara visual atau melalui
keluhan dari pekerja itu sendiri. dengan adanya
penilaian dan analisis perbaikan postur kerja,
diharapkan dapat diterapkan untuk mengurangi
atau
menghilangkan
Risiko
cedera
Musculoskeletal yang dialami pekerja (Ita K,
2009).
2.8.1. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
RULA adalah satu dari beberapa alat
penilaian observasi postur yang bergunan
dalam analisis pekerjaan. RULA penting
sebagai alat investigasi ergonomi awal. Saat
menilai pekerjaan yang terdapat manual
handling, gerakan seluruh tubuh atau resiko
tulang belakang dan kaki, maka dibutuhkan
tambahan alat penilaian seperti REBA (Mc
Atamney dan Corlett, 1993) dalam (Tati
A,2009).
2.8.2. Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Sue Hignett dan Dr. Lynn Mc Atamney
merupakan ergonom dari universitas di
Nottingham (University of Nottingham’s Institute
of Occuptaional Ergonomic) merupakan sosok
yang berhasil mengembangkan metode analisis
postur kerja dengan menggunakan metode
REBA. Rapid Entire Body Assessment

Kesimpulan

Selesai

Sumber : Pemecahan masalah, 2016
Gambar 1. Flowchart Pemecahan Masalah

4. HASIL DAN BAHASAN
4.1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan oleh penulis selama
melakukan penelitian di PT. X adalah beberapa
postur tubuh operator dalam melakukan
pekerjaanya. Dokumentasi diambil pada
beberapa postur, dapat dilahat pada Gambar 2

Sumber : PT. X, 2016
Gambar 2. Postur operator pemasangan
Extrude IE lampu PJU

4.2. Pemilihan postur kerja
Postur C ini dipilih karena memiliki kriteria
yaitu postur yang membutuhkan aktivitas otot
atau kekuatan yang besar, posisi ekstrim, tidak
stabil, janggal dan postur yang sering diulang.
Berikut ini adalah foto postur kerja yang
dianalisis dapat dilihat pada Gambar 3

Sumber : Pengumpulan data 2016
Gambar 3. Postur pekerja yang dianalisis

4.3. Pengolahan Data dengan metode RULA
Berikut merupakan pengolahan data dan
hasil pemecahan masalah menggunakan metode
RULA adalah sebagai berikut :
1. Pencarian skor Tabel A
a. Penilaian terhadap postur posisi lengan atas.
Postur lengan atas pada operator perakitat
lampu PJU didapatkan sudut sebesar 89,06o.
Postur tersebut terjadi karena lengan atas
melakukan perakitan pada bagian Extrude
IE
bagian belakang lampu dan
mendapatkan skor 3.
b. Penilaian terhadap postur posisi lengan
bawah.
Postur lengan bawah
pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan sudut
sebesar 153.56o . Postur tersebut terjadi
karena lengan bawah melakukan perakitan
pada bagian Extrude IE bagian belakang
lampu dan mendapatkan skor 2.
c. Penilaian
terhadap
postur
posisi
pergelangan tangan
Postur pergelangan tangan pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan sudut
sebesar 80,47o. Postur tersebut terjadi
karena pergelangan tangan
mengarah
kepada operator dan harus merakit pada
bagian Extrude IE belakang lampu dan
mendapatkan skor 3.
d. Penilaian
terhadap
postur
posisi
pergelangan tangan terpelintir
Postur pergelangan tangan pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan terpelintir
dijarak menengah dan mendapatkan skor 1.
2.

Skor Tabel A
Skor untuk tabel A menunjukan lengan
atas, lengan bawah , pergelangan tangan,
pergelangan tangan terpelintir yaitu skor sebesar
4, dapat dilihat pada Gambar 4

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 4. Skor Tabel A pada RULA

3. Pencarian skor baris ditabel C
a. Penilaian otot yang digunakan
Penilaian untuk otot yang digunakan yaitu
postur pekerja melakukan tindakan berulang
terjadi 4X per menit karena memasang baut
sebanyak 4 baut dalam 1 menit dan
mendapatkan skor : 1
b. Penilaian kekuatan atau beban
Penilaian kekuatan atau beban yang
digunakan oleh pekerja yaitu 1Kg , karena
berat screw driver kurang dari 1 kg dan
mendapatkan skor : 0.
4. Skor pada baris ditabel C
Menjumlahkan skor dari tabel A, skor otot
yang digunakan dan kekuatan atau beban yang
digunakan untuk skor pada baris ditabel C dan
mendapatkan skor : 5, dapat dilihat pada
Gambar 5

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 5. Skor baris Tabel C pada RULA

5. Pencarian skor Tabel B
a. Penilaian terhadap postur posisi leher
Postur pada leher operator perakitan lampu
PJU didapatkan sudut sebesar 66.23 o .
Postur tersebut terjadi karena leher
mengarah pada bagian belakang lampu
dalam proses pemasangan Extrude IE dan
mendapatkan skor 3.
b. Penilaian terhadap postur punggung
Postur pada punggug operator perakitan
lampu PJU didapatkan sudut sebesar 46.01 o
. Postur tersebut terjadi karena punggung
mendakati bagian belakang lampu agar

6

melihat dalam proses pemasangan Extrude
IE dan mendapatkan skor 3.
c. Penilaian terhadap postur kaki
Postur pada kaki operator perakitan lampu
PJU tidak seimbang dikarenakan salah satu
kaki tidak menapak pada lantai dan hanya
bertumpuan pada kaki lainnya dan
mendapatkan skor : 2.
6. Skor Tabel B
Skor untuk tabel B menunjukan postur
leher, Punggung, kaki dan didapatkan yaitu
sebesar 5, dapat dilihat pada Gambar 6

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 6. Skor Tabel B pada RULA

7. Pencarian skor kolom ditabel C
a. Penilaian otot yang digunakan
Penilaian untuk otot yang digunakan yaitu
postur pekerja melakukan tindakan berulang
terjadi 4X per menit karena memasang baut
sebanyak 4 baut dalam
1 menit dan
mendapatkan skor : 1
b. Penilaian kekuatan atau beban
Penilaian kekuatan atau beban yang
digunakan oleh pekerja yaitu 1Kg , karena
berat screw driver kurang dari 1 kg dan
mendapatkan skor : 0.
8. Skor pada baris ditabel C
Menjumlahkan skor dari tabel B, skor otot
yang digunakan dan kekuatan atau beban yang
digunakan untuk mendapatkan skor pada kolom
ditabel C dan mendapatkan skor : 6, dapat dilihat
pada Gambar 7

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 8. Skor akhir RULA

4.4. Pengolahan Data dengan metode REBA
1. Pencarian skor Tabel A
a. Penilaian terhadap postur posisi leher
Postur pada leher operator perakitan lampu
PJU didapatkan sudut sebesar 66.23 o .
Postur tersebut terjadi karena leher
mengarah pada bagian belakang lampu
dalam proses pemasangan Extrude IE dan
mendapatkan skor 3.
b. Penilaian terhadap postur punggung
Postur pada punggug operator perakitan
lampu PJU didapatkan sudut sebesar 46.01 o
. Postur tersebut terjadi karena punggung
mendakati bagian belakang lampu agar
melihat dalam proses pemasangan Extrude
IE dan mendapatkan skor 3.
c. Penilaian terhadap postur kaki
Postur pada kaki operator perakitan lampu
PJU tidak seimbang dikarenakan salah satu
kaki tidak menapak pada lantai dan hanya
bertumpuan pada kaki kemudian sudut kaki
membentuk 175,18 o dan mendapatkan skor
: 4.
2. Skor Tabel A
Skor untuk tabel menunjukan postur leher,
Punggung, kaki dan didapatkan yaitu skor
sebesar 7, dapat dilihat pada Gambar 9

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 9. Skor Tabel A pada REBA

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 7. Skor kolom Tabel C pada RULA

9.

Skor Akhir RULA
Skor akhir RULA didapat dari skor baris
ditabel C dan skor kolom ditabel C didapatkan
skor akhir rula sebesar 7 yang menyatakan
bahwa postur tubuh harus di investigasi lebih
lanjut dan perubahan postur dilakukan dengan
segera, dapat dilhat pada Gambar 8

3. Pencarian skor baris ditabel C
a. Penilaian kekuatan atau beban
Penilaian kekuatan atau beban yang
digunakan oleh pekerja yaitu 1Kg , karena
berat screw driver kurang dari 1 kg dan
mendapatkan skor : 0.
4.

Skor pada baris ditabel C
Menjumlahkan skor dari tabel A, dan
kekuatan atau beban yang digunakan untuk
mendapatkan skor pada kolom ditabel C dan
mendapatkan skor : 7, dapat dilihat pada
Gambar 10

skor pada kolom ditabel C dan mendapatkan
skor : 5 dapat dilihat pada Gambar 12

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 10. Skor baris Tabel C pada REBA

5. Pencarian skor Tabel B
a. Penilaian terhadap postur posisi lengan atas.
Postur lengan atas pada operator perakitat
lampu PJU didapatkan sudut sebesar 89,06o
. Postur tersebut terjadi karena lengan atas
melakukan perakitan pada bagian Extrude
IE
bagian belakang lampu dan
mendapatkan skor 3.
b. Penilaian terhadap postur posisi lengan
bawah.
Postur lengan bawah
pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan sudut
sebesar 153,56o . Postur tersebut terjadi
karena lengan bawah melakukan perakitan
pada bagian Extrude IE bagian belakang
lampu dan mendapatkan skor 2.
c. Penilaian
terhadap
postur
posisi
pergelangan tangan
Postur pergelangan tangan pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan sudut
sebesar 80,47 o . Postur tersebut terjadi
karena pergelangan tangan
mengarah
kepada operator dan harus merakit pada
bagian Extrude IE belakang lampu dan
mendapatkan skor 3.
6. Skor Tabel B
Skor untuk tabel B menunjukan lengan atas,
lengan bawah , pergelangan tangan, yaitu
mendapatkan skor 5, dapat dilihat pada Gambar
11

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 12. Skor kolom Tabel C pada REBA

9.

Skor Tabel C
Skor untuk tabel C didapatkan dari skor
baris ditabel C dan skor kolom ditabel C
didapatkan skor akhir tabel C sebesar 9, dapat
dilihat pada Gambar 13

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 13. Skor Tabel C pada REBA

10. Pencarian Skor Akhir REBA
a. Skor Aktivitas
aktivitas yang dilakukan operator yaitu
pengulangan gerakan dengan waktu singkat
dan dilakukan 4 kali permenit, pekerja
melakukan tindakan berulang terjadi 4X per
menit karena memasang baut sebanyak 4
baut dalam 1 menit dan mendapatkan skor :
1.
11. Skor Akhir REBA
Untuk mendapatkan nilai akhir REBA
tambahkan skor tabel C dengan skor aktivitas,
menjadikan skor akhir REBA sebesar 10 yang
menyatakan postur yang dilakukan berisiko
tinggi mendapatkan cidera, harus dilakukan
penyelidikan dan menerapkan perubahan, dapat
dilihat pada Gambar 14

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 11. Skor Tabel B pada REBA

7.
a.

Pencarian skor kolom ditabel C
Penilaian Skor pegangan
Penilaian untuk pegangan yaitu pekerja
menggunakan alat screwdriver yang alat
tersebut khusus dikerjakan menggunakan
tangan dan memiliki grip dan pegangan
yang dan mendapatkan skor : 0.
8. Skor pada baris ditabel C
Menjumlahkan skor dari tabel B, dan skor
pegangan yang digunakan untuk mendapatkan

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 14. Skor akhir REBA

4.5. Analisis Perbaikan Sistem
4.5.1. Meja Rancangan
Berikut ini adalah rancangan meja kerja
yang dibuat untuk perbaikan postur pada pekerja
yang dapat dilihat pada Gambar 15

8

Sumber :Pengolahan Data 2017
Gambar 15. Rancangan meja kerja tampak atas

Berikut ini adalah rancangan meja kerja
yang dibuat untuk perbaikan postur pada pekerja
yang dapat dilihat pada Gambar 4.16

Sumber :Pengolahan Data 2017
Gambar 4.16 Rancangan meja kerja tampak depan

Berikut ini adalah rancangan meja kerja
yang dibuat untuk perbaikan postur pada pekerja
yang dapat dilihat pada Gambar 4.17

Postur lengan atas pada operator perakitat
lampu PJU didapatkan sudut sebesar 89,96o.
Postur tersebut terjadi karena lengan atas
melakukan perakitan pada bagian Extrude
IE mendapatkan skor 3.
b. Penilaian terhadap postur posisi lengan
bawah.
Postur lengan bawah
pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan sudut
sebesar 150.57o . Postur tersebut terjadi
karena lengan bawah melakukan perakitan
pada bagian Extrude IE dan mendapatkan
skor 2.
c. Penilaian
terhadap
postur
posisi
pergelangan tangan
Postur pergelangan tangan pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan sudut
sebesar 0,00o. Postur tersebut terjadi karena
pergelangan tangan tidak harus merakit
bagian belakang Extrude IE karena benda
sudah dapat diputar dengan meja putar dan
mendapatkan skor 1.
d. Penilaian
terhadap
postur
posisi
pergelangan tangan terpelintir
Postur pergelangan tangan pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan terpelintir
dijarak menengah dan mendapatkan skor 1.
2. Skor Tabel A
Skor untuk tabel A menunjukan lengan
atas, lengan bawah , pergelangan tangan,
pergelangan tangan terpelintir yaitu skor sebesar
4, dapat dilihat pada Gambar 19

Sumber :Pengolahan Data 2017
Gambar 4.17 Rancangan meja kerja tampak samping

Berikut ini adalah rancangan meja kerja
yang dibuat untuk perbaikan postur pada pekerja
yang dapat dilihat pada Gambar 4.18

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 19. Skor Tabel A pada RULA

Sumber :Pengolahan Data 2017
Gambar 4.18 Rancangan meja kerja tampak isometri

4.5.2. Analisis Perbaikan Sistem dengan
Metode RULA
1. Pencarian skor Tabel A
a. Penilaian terhadap postur posisi lengan atas.

3. Pencarian skor baris ditabel C
a. Penilaian otot yang digunakan
Penilaian untuk otot yang digunakan yaitu
postur pekerja melakukan tindakan berulang
terjadi 4X per menit karena memasang baut
sebanyak 4 baut dalam 1 menit dan
mendapatkan skor : 1
b. Penilaian kekuatan atau beban
Penilaian kekuatan atau beban yang
digunakan oleh pekerja yaitu 1Kg , karena

berat screw driver kurang dari 1 kg dan
mendapatkan skor : 0.
4. Skor pada baris ditabel C
Menjumlahkan skor dari tabel A, skor otot
yang digunakan dan kekuatan atau beban yang
digunakan untuk skor pada baris ditabel C dan
mendapatkan skor : 4, dapat dilihat pada
Gambar 20

terjadi 4X per menit karena memasang baut
sebanyak 4 baut dalam 1 menit dan
mendapatkan skor : 1
b. Penilaian kekuatan atau beban
Penilaian kekuatan atau beban yang
digunakan oleh pekerja yaitu 1Kg , karena
berat screw driver kurang dari 1 kg dan
mendapatkan skor : 0.
8. Skor pada baris ditabel C
Menjumlahkan skor dari tabel B, skor otot
yang digunakan dan kekuatan atau beban yang
digunakan untuk mendapatkan skor pada kolom
ditabel C dan mendapatkan skor : 3, dapat dilihat
pada Gambar 22

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 20. Skor baris Tabel C pada RULA

5. Pencarian skor Tabel B
a. Penilaian terhadap postur posisi leher.
Postur pada leher operator perakitan lampu
PJU didapatkan sudut sebesar 18,30 o .
Postur tersebut terjadi karena leher sudah
tidak mengarah kebagian belakang lampu
karena benda bisa diputar dengan meja kerja
yang berputar dan mendapatkan skor 2.
b. Penilaian terhadap postur punggung.
Postur pada punggug operator perakitan
lampu PJU didapatkan sudut sebesar 13.00 o
. Postur tersebut terjadi karena punggung
sudah tidak mendakati bagian belakang
lampu dibantu dengan meja putar dan benda
Extrude IE dapat diputar dan mendapatkan
skor 2.
c. Penilaian terhadap postur kaki
Postur pada kaki operator perakitan lampu
bagian Extrude IE sudah seimbang dan
pekerja telah mengerjakannya perakitan
dengan duduk dan mendapatkan skor : 1.
6. Skor Tabel B
Skor untuk tabel B menunjukan postur
leher, Punggung, kaki dan didapatkan yaitu
sebesar 2, dapat dilihat pada Gambar 21

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 21. Skor Tabel B pada RULA

7. Pencarian skor kolom ditabel C
a. Penilaian otot yang digunakan
Penilaian untuk otot yang digunakan yaitu
postur pekerja melakukan tindakan berulang

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 22. Skor kolom Tabel C pada RULA

9. Skor Akhir RULA
Skor akhir RULA didapat dari skor baris
ditabel C dan skor kolom ditabel C didapatkan
skor akhir RULA sebesar 3 yang menyatakan
bahwa postur tubuh harus di investigasi lebih
lanjut dan perubahan postur jika mungkin
dibutuhkan, dapat dilihat pada Gambar 23

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 23. Skor akhir RULA

4.5.3. Analisis Perbaikan Sistem dengan
Metode REBA
1. Pencarian skor Tabel A
a. Penilaian terhadap postur posisi leher
Postur pada leher operator perakitan lampu
o
PJU didapatkan sudut sebesar 18,30 .
Postur tersebut terjadi karena leher
mengarah pada bagian belakang lampu
dalam proses pemasangan Extrude IE dan
mendapatkan skor 1.
b. Penilaian terhadap postur punggung
Postur pada punggug operator perakitan
lampu PJU didapatkan sudut sebesar 13.00
o
. Postur tersebut terjadi karena punggung
mendekati bagian belakang lampu agar

10

melihat dalam proses pemasangan Extrude
IE dan mendapatkan skor 2.
c. Penilaian terhadap postur kaki
Postur pada kaki operator perakitan lampu
PJU tidak seimbang dikarenakan salah satu
kaki tidak menapak pada lantai dan hanya
bertumpuan pada kaki kemudian sudut kaki
membentuk 128,08 o dan mendapatkan skor
: 3.
2. Skor Tabel A
Skor untuk tabel menunjukan postur leher,
Punggung, kaki dan didapatkan yaitu skor
sebesar 4, dapat dilihat pada Gambar 24

pada bagian Extrude IE bagian belakang
lampu dan mendapatkan skor 2.
c. Penilaian
terhadap
postur
posisi
pergelangan tangan
Postur pergelangan tangan pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan sudut
sebesar 0.00 o . Postur tersebut terjadi
karena pergelangan tangan
mengarah
kepada operator dan harus merakit pada
bagian Extrude IE belakang lampu dan
mendapatkan skor 1.
6. Skor Tabel B
Skor untuk tabel B menunjukan lengan atas,
lengan bawah , pergelangan tangan, yaitu
mendapatkan skor 4, dapat dilihat pada Gambar
26

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 24. Skor Tabel A pada REBA

3.
a.

Pencarian skor baris ditabel C
Penilaian kekuatan atau beban
Penilaian kekuatan atau beban yang
digunakan oleh pekerja yaitu 1Kg , karena
berat screw driver kurang dari 1 kg dan
mendapatkan skor : 0.
4. Skor pada baris ditabel C
Menjumlahkan skor dari tabel A, dan
kekuatan atau beban yang digunakan untuk
mendapatkan skor pada kolom ditabel C dan
mendapatkan skor : 4, dapat dilihat pada
Gambar 25

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 26 Skor Tabel B pada REBA

7. Pencarian skor kolom ditabel C
a. Penilaian Skor pegangan
Penilaian untuk pegangan yaitu pekerja
menggunakan alat screwdriver yang alat
tersebut khusus dikerjakan menggunakan
tangan dan memiliki grip dan pegangan
yang dan mendapatkan skor : 0
8. Skor pada baris ditabel C
Menjumlahkan skor dari tabel B, dan skor
pegangan yang digunakan untuk mendapatkan
skor pada kolom ditabel C dan mendapatkan
skor : 4 dapat dilihat pada Gambar 12

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 25. Skor baris Tabel C pada REBA

5.
a.

b.

Pencarian skor Tabel B
Penilaian terhadap postur posisi lengan atas.
Postur lengan atas pada operator perakitat
lampu PJU didapatkan sudut sebesar 89,06o
. Postur tersebut terjadi karena lengan atas
melakukan perakitan pada bagian Extrude
IE
bagian belakang lampu dan
mendapatkan skor 3.
Penilaian terhadap postur posisi lengan
bawah.
Postur lengan bawah
pada operator
perakitan lampu PJU didapatkan sudut
sebesar 150,57o . Postur tersebut terjadi
karena lengan bawah melakukan perakitan

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 12. Skor kolom Tabel C pada REBA

9.

Skor Tabel C
Skor untuk tabel C didapatkan dari skor
baris ditabel C dan skor kolom ditabel C
didapatkan skor akhir tabel C sebesar 4, dapat
dilihat pada Gambar 27

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 27. Skor Tabel C pada REBA

10. Pencarian Skor Akhir REBA
b. Skor Aktivitas
aktivitas yang dilakukan operator yaitu
pengulangan gerakan dengan waktu singkat
dan dilakukan 4 kali permenit, pekerja
melakukan tindakan berulang terjadi 4X per
menit karena memasang baut sebanyak 4
baut dalam 1 menit dan mendapatkan skor :
1
11. Skor Akhir REBA
Untuk mendapatkan nilai akhir REBA
tambahkan skor tabel C dengan skor aktivitas,
menjadikan skor akhir REBA sebesar 5 yang
menyatakan postur yang dilakukan berisiko
tinggi mendapatkan cidera, harus dilakukan
penyelidikan dan menerapkan perubahan, dapat
dilihat pada Gambar 28

Sumber : Pengolahan data 2016
Gambar 28. Skor akhir REBA

5. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan
analisa yang telah dibuat maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil akhri postur operator pada perakitan
lampu PJU dibagian perakitan Extrude IE
diPT. X dengan metoda RULA(Rapid
Upper Limb Assessment) yaitu skor : 7
yang menyatakan bahwa postur tubuh harus
di investigasi lebih lanjut dan perubahan
postur dilakukan dengan segera, dan hasil
akhri postur operator pada perakitan lampu
PJU dibagian perakitan Extrude IE diPT. X
dengan metoda REBA (Rapid Entire Body
Assessment)
yaitu skor : 10
yang
menyatakan bahwa postur tubuh yang
dilakukan berisiko tinggi mendapatkan
cidera, harus dilakukan penyelidikan dan
menerapkan perubahan.

Hasil akhri postur operator yang telah
berubah menggukanakan meja putar pada
perakitan lampu PJU dibagian perakitan
Extrude IE
diPT. X dengan metoda
RULA(Rapid Upper Limb Assessment)
yaitu skor : 3 yang menyatakan bahwa
postur tubuh harus di investigasi lebih lanjut
dan perubahan postur dilakukan dengan
segera, dan hasil akhri postur operator pada
perakitan lampu PJU dibagian perakitan
Extrude IE di PT. X dengan metoda REBA
(Rapid Entire Body Assessment) yaitu skor
: 5 yang menyatakan bahwa postur tubuh
yang
dilakukan
berisiko
menengah
mendapatkan cidera, harus dilakukan
penyelidikan dan segera menerapkan
perubahan.
Dapat dilihat skor akhir postur sebelum dan
sesudah perubahan pada Tabel 1
Tabel 1. Perbadingan Skor Akhir
SKOR AKHIR SKOR AKHIR
SEBELUM
SESUDAH
METODE
PERUBAHAN PERUBAHAN
RULA
7
3
REBA
10
5
Sumber : Pengolahan data 2017
Dapat dilihat skor akhir RULA dan REBA
sebelum dan sesudah perubahan postur
ketika ada alat atau meja kerja yang dapat
membantu perubahan postur kerja dan
mengurangi resiko cidera yang didapatkan
oleh operator.
2. Rekomendasi
sistem
untuk
operator
perakitan atau pemasangan Extrude IE lampu
di PT. X yaitu:
a. Menggunakan meja putar menjadikan
memudahkan operator dalam merakit
Extrude IE, dan pengurangan risiko
cidera semakin berkurang.
b. Mewajibkan
seluruh
operator
berkejadalam keaadaan duduk pada saat
melakukan proses perakitan lampu PJU.
c. Agar mengurangi risiko musculoskeletal
disorder, pekerja melakukan istirahat
ketika sudah terasa pegal dan melakukan
peregangan.
5.2. Saran
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
selama kerja praktek di PT. X, perusahaan
disarankan untuk bisa memberikan meja putar
sebagai alat bantu pekerja operator perakitan

12

Extrude IE agar pekerja bisa mengurangi tingkat
risiko cidera yang didapatkan, mewajibkan
selruruh operator bekerja dalam keadaan duduk
pada saat melakukan proses perakitan aga
mengurangi resiko musculoskeletal disorders.
Selalu melakukan peringatan untuk pekerja agar
istirahat atau melakukan peregangan jika sudah
terasa pegal-pegal.
DAFTAR PUSTAKA
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Aah
Nurliah,
Analisis
Risiko
Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada
Operator Forklift Di PT. Lili Tahun 2012,
Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Program Magister Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Universitas Indonesia,
Depok, Juli 2012
Ita Kurniawati, Tinjauan Faktor Risiko
Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap
Terjadinya Gangguan Musculoskeletal
Disorders Pada Pekerja Pabrik Proses
Finishing Di Departemen PPC PT. Southern
Cross Textile Indistry Ciracas Jakarta Timur
Tahun
2009,
Skripsi,
Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat,
Universitas
Indonesia, Depok, Juli 2009.
Mugi Nurstya, Risiko MSDS Pada Pekerja
Catering di PT. Pusaka Nusantara Jakarta
Tahun
2008,
Skripsi,
Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas
Kesehatan
Masyarakat,
Universitas
Indonesia, Depok, 2008.
Mutia Osni, Gambaran Faktor Risiko
Ergonomi dan Keluhan Subjektif Terhadap
Gangguan
Musculoskeletal
Disorders
(MSDS) Pada Penjahi Sektor Informal Di
kawasan Home Industry RW 06, Kelurahan
Cipadu,
Kecamatan
Larang,
Kota
Tanggerang Pata Tahun 2012, Skripsi,
Departemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok, 2012.
Tati
Ariani,
Gambaran
Risiko
Musculoskeletal Disorders (MSDS) Dalam
Pekerjaan Manual Handling Pada Buruh
Angkut Barang (Porter) Di Statuin Kereta
Jati Negara Pada Tahun 2009, Skipsi,
Departemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok, Juli 2009.
Jurnal : Tarwinder Singh, Ergonomi
Evaluation of Industrial Tasks In Indian

Electronics Industries, Internation Journal
of Science and Research (IJSR)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124