PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NAS

SKRIPSI
PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NASKAH TEATER
“LIT” KARYA VIDDY AD DAERY
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya
Malang

Oleh :
M. Syahyudi Aziz
NIM. 0811220111

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NASKAH TEATER
“LIT” KARYA VIDDY AD DAERY

SKRIPSI

Disusun oleh:
M. Syahyudi Aziz
0811220111

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing:

Pembimbing Utama

Dyan Rahmiati, S.Sos.,M.Si
NIP.197703072008122001

Pembimbing Pendamping

Dewanto Putra Fajar,S.Sos., M.Si.
NIK. 85081811110414

HALAMAN PENGESAHAN
PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NASKAH TEATER

“LIT” KARYA VIDDY AD DAERY
SKRIPSI
Disusun oleh:
M. Syahyudi Aziz
0811220111
Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana
Pada tanggal 13 Juni 2013
Tim Penguji:
Pembimbing Utama

Dyan Rahmiati, S.Sos.,M.Si
NIP.197703072008122001

Anggota Penguji 1

Rachmat Kriyantono, Ph.D
NIP.19730329 200604 1 001

Pembimbing Pendamping


Dewanto Putra Fajar,S.Sos., M.Si.
NIK. 85081811110414

Anggota Penguji 2

Yuyun Agus Riani, S,Pd., M.Sc
NIP. 75811120024
Malang, 23 Juli 2013

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof.Dr.Ir.H.Darsono Wisadirana, MS
NIP. 19561227 198312 1 001

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi


dengan

judul:

PENGGAMBARAN

SISTEM

PENDIDIKAN

DALAMNASKAH TEATER “LIT” KARYA VIDDY AD DAERY. Skripsi ini
mengenai penggambaran sistem pendidikan yang dilakukan oleh pengarang
naskah teater yaitu, Viddy AD Daery dalam naskah yang berjudul “LIT”. Skripsi
ini merupakan karya ilmiah yang disusun dalam upaya menyelesaikan pendidikan
sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Brawijaya.
Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1.


Allah SWT yang selalu melimpahkan kenikmatan dan kesehatan sehingga
penulis bisa diizinkan untuk melewati proses ini.

2.

Ibu, tercinta yang tidak pernah berhenti membantu doa dan semangat.

3.

Almarhum Bapak, Nita Dian Rosyidah sekeluarga dan Nanda Mayshita
Ulfah yang selalu menjadi insiprasi dan sumber semangat penulis
menyelesaikan skripsi ini.

4.

Clara Ayu Yanuari, yang selalu memberi dukungan, motivasi dan doa
dalam setiap waktu dan setiap saat.

5.


Dyan Rahmiati S. Sos, M.Si dan Dewanto Putra Fajar S.Sos , M.Si yang
telah membimbing penulis dalam upaya menyelesaikan penelitian ini
dengan baik

6.

Bapak Rachmat Kriyantono, Ph.D dan Yuyun Agus Riani S.Pd. M.Sc
yang telah menguji, memberikan masukan serta saran dalam ujian skripsi.

7.

Sahabat-sahabat tercinta yang selalu berjuang bersama.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya
peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihakyang

budiman. Akhir kata peneliti mengucapkan permohonan maaf jika ada kesalahan
kata atau kekeliruan penelitian dan penulisan. Semoga dengan terselesaikannya
skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Malang, Juli 2013
Penulis,

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Personal information
Name

: M. Syahyudi Aziz

NIM

: 0811220111

Place, Date of birth


: Ngawi, 29 Maret 1988

Sex

: Male

Religion

: Islam

Address

: Purworejo 12/02 Geger Madiun 63171

Major

: Ilmu Komunikasi

Concentration


: Public Relation

Mobile

: 0857 3637 6539

E-mail

: syahyudiaziz@rocketmail.com

Educational Background
1.
2.
3.
4.
5.

S1 Jurusan Ilmu Komunikasi Massa Universitas Brawijaya
SMA Negeri 1 Geger, Madiun

SMP Negeri 1 Geger, Madiun
SDN Pagotan 1 Geger, Madiun
TK Theobroma, Ngawi

Organization and experience
1. Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa FISIP UB 2011-2012
2. Anggota organisasi Gendhis FISIP UB

ABSTRAKSI
Penelitian ini membahas bentuk komunikasi melalui media teks, yakni
naskah teater. Naskah teater adalah salah unsur penting dalam setiap pementasan
teater. Naskah teater ditulis oleh penulis naskah berdasarkan apa yang dilihat, apa
yang dialami, dan apa yang dibaca atau diceritakan kepadanya oleh orang lain.
Naskah LIT karya Viddy AD Daery merupakan salah satu naskah yang berisi
tentang kritik terhadap pemerintah. Namun, meski naskah tersebut berisi kritik,
tetapi naskah tersebut berhasil memenangkan lomba penulisan naskah teater
remaja yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur Tahun 2004.
Penelitian ini menggunakan analisis naratif, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Analisis naratif adalah kemampuan untuk memahami
identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita yang ia

dengar maupun diucapkan dalam keseharian. Tujuan dari analisis naratif ini
adalah mengasilkan gambaran yang utuh dan bermakna tentang manusia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam naskah LIT, pengarang
menggambarkan : Sulitnya kaum miskin mendapatkan pendidikan, Kesewenangwenangan yang dilakukan oleh Pejabat Lembaga Pendidikan, dan, Pemerintah
belum berhasil menerapkan sistem pendidikan sesuai dengan pasal 31 UUD 1945.
Viddy AD Daery menggunakan unsur satir dalam menyampaikan kritik terhadap
pemerintah dalam naskah LIT. Selain itu Viddy AD Daery juga menggunakan
strategi retorika untuk mempersuasi pembaca dalam menggambarkan sistem
pendidikan.

Kata kunci : Analisis Naratif, Naskah teater, retorika

ABSTRACT
This research telling about communication by text media, that’s theater
script. Theater script is an important substance in a theater show. Theater script
being written by what he see, what his experienced, and what he read or telling to
other people. LIT script written by Viddy AD Daery is one of script that critical to
goverment. However, that script contains critical, but that script successfully
winning young writing competion presented by Education Departement East Java
2004.
This reaserch used narrative analysis, with qualitative approachment.
Narative analysis is capability to understand identity and viewpoint someone refer
to story that he was listen or he was say in daily life. The goals from this narrative
analysis is produce intact representation and purpose about human.
The result of this research in LIT script, writer describe about: How
difficult poor people get education, arbitrariness did by Education Government
Official, and Government not yet to apply education system appropriate with
paragraph 31th UUD 1945. Viddy AD Daery used satire substance to show critic
to government in LIT script. Moreover , Viddy AD Daery used rethoric strategy
for persuade the reader in describe about education system.

Keywords: Narative analysis, Theater script, Rethoric.

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................
ABSTRAK.............................................................................................
ABSTRAC .............................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................
1.1 Latar belakang...................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................
1.4.1 Manfaat Praktis .......................................................................
1.4.2 Manfaat Akademis ..................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
2.1 Naskah teater ....................................................................................
2.1.1Naskah teater Sebagai Media Komunikasi ...............................
2.2 Paradigma Naratif ............................................................................
2.3 Retorika ...........................................................................................
2.4 Sistem Pendidikan di Indonesia ........................................................
2.5 Satir .................................................................................................
2.5.1 Satir Pada Teater .....................................................................
2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................
2.7 Kerangka Pemimkiran ......................................................................
2.8 Alur Pemikiran .................................................................................
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................
3.2 Fokus Penelitian ...............................................................................
3.3 Subjek dan Objek Penelitian .............................................................
3.4 Unit Analisis Data ............................................................................
3.5 Sumber dan Jenis Data .....................................................................
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................................
3.8 Keabsahan Data ................................................................................
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN........................................................
4.1 Sistem Pendidikan di Indonesia .........................................................
4.2 Naskah Sebagai Media Penyampai Pesan .........................................
4.3 Analisis Naratif Pada Batasan Teks ..................................................
4.3.1 Analisis Naratif Pada Memahami Plot AlurCerita Pada Naskah

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
1
1
6
7
7
7
7
8
8
13
14
18
20
21
22
23
23
24
25
25
26
26
26
27
27
28
30
31
31
35
36
46

4.3.2 Analisis Naratif Narator Pada Naskah LIT .............................
4.3.3 Analisis Naratif Tokoh Pada Naskah LIT ................................
4.3.4 Analisis Naratif Sudut pandang PadaNaskah LIT ....................
4.3.5 Analisis Naratif Pengolahan Waktu Pada Naskah LIT ............
4.3.6 Analisis Naratif Latar Pada Naskah LIT .................................
4.4 Analisis Retorika Pada Naskah LIT ..................................................
4.5 Analisis Unsur Satir Pada Naskah LIT ..............................................

50
50
61
62
62
64
78

BAB V
KESIMPULAN ....................................................................................
5.1 Kesimpulan ......................................................................................
5.2 Saran ................................................................................................
DaftarPustaka ......................................................................................
Lampiran ..............................................................................................

80
80
82
83
84

PENGGAMBIRAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NASKAH TEATER LIT KARYA
VIDDY AD DAERY

M. SYAHYUDI AZIZ
0811220111
ABSTRACT
This research telling about communication by text media, that’s theater script. Theater
script is an important substance in a theater show. Theater script being written by what he see,
what his experienced, and what he read or telling to other people. LIT script written by Viddy
AD Daery is one of script that critical to goverment. However, that script contains critical, but
that script successfully winning young writing competion presented by Education Departement
East Java 2004.
This reaserch used narrative analysis, with qualitative approachment. Narative analysis
is capability to understand identity and viewpoint someone refer to story that he was listen or he
was say in daily life. The goals from this narrative analysis is produce intact representation and
purpose about human.
The result of this research in LIT script, writer describe about: How difficult poor people
get education, arbitrariness did by Education Government Official, and Government not yet to
apply education system appropriate with paragraph 31th UUD 1945. Viddy AD Daery used
satire substance to show critic to government in LIT script. Moreover , Viddy AD Daery used
rethoric strategy for persuade the reader in describe about education system.

Keywords: Narative analysis, Theater script, Rethoric.
PENDAHULUAN
Dalam bukunya Cahyaningrum Dewojati (2012) menjelaskan bahwa Teater berasal dari
bahasa Yunani yaitu theatron (theathres) yang berarti gedung pertunjukan Di Yunani, teater
bermula dari kehidupan untuk berpura-pura dan meniru suatu kehidupan. Asal mula pertunjukan
di Yunani itu sendiri diilhami oleh pemujaan terhadap dewa-dewa dan juga pada ritual olimpiade
di Coloseum. Selanjutnya kesenian tersebut menjadi budaya di kalangan bangsawan, dan raja.
Karena popularitas perkembangan kebudayaan orang Yunani pada waktu itu, menjadikan teater

menyebar ke negara-negara di sekitarnya seperti Italia dan Inggris, yang pada masa kolonialisme
juga dikembangkan ke daerah jajahannya (Dewojati,2012,h.36).
Sedangkan Perkembangan dan sejarah Teater di Indonesia dalam buku Dramaturgi oleh
Harymawan (1988) di awali pada tahun 1891, yaitu dengan munculnya kelompok ”Komedi
Stamboel” yang didirikan oleh August Mahieu (keturunan Indo-Perancis) kelahiran Surabaya
(1860). Setelah itu pada tahun 1955 teater mulai populer di Indonesia, ditandai dengan
munculnya kelompok-kelompok teater seperti STB (Bandung), Teater Bogor, Akademi Teater
Nasional Indonesia dan sejumlah kelompok teater yang berbasiskan universitas (Harymawan,
1988, h.2).
Dilihat dari sudut pandang Ilmu komunikasi, sebagai media komunikasi, teater
mempunyai keunikan tersendiri yang membuatnya berbeda dari kesenian lainnya. diantaranya,
dalam sebuah pertunjukan teater tidak jarang penulis atau sutradara menggunakan dialog
berbentuk bahasa berbentuk sastra pada naskahnya . Hal ini dapat dikatakan bahwa teater
merupakan perkawinan antara seni sastra dan keaktoran. Penggunaan bahasa sastra pada naskah
tersebut akan semakin kuat jika aktor mampu menyampaikannya dengan penokohan yang baik,
artikulasi yang tepat dan gesture yang tepat pula.
Naskah dan penokohan dalam teater sendiri merupakan dua diantara empat unsur
intrinsik yang penting dalam setiap pementasan teater. Dalam buku “ Seni Teater Jilid 1”Eko
Santosa (2008) menjelaskan bahwa:
“ Naskah ditulis oleh penulis naskah berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dialami, dan
apa yang dibaca atau diceritakan kepadanya oleh orang lain. Penulis naskah kemudian
menyusun rangkaian kejadian, semakin lama semakin rumit, sehingga puncaknya masuk
kedalam penyelesaian cerita. Penting sekali dalam menyusun kejadian-kejadian, seorang
penulis naskah haruslah bersabar untuk melangkah dari satu kejadian ke kejadian lain
dalam suatu urutan yang logis. Karena itu, Selain harus memiliki tingkat konflik secara
gradual, penciptaan naskah teater hendaknya mengetahui ciri dari berbagai karakter tokoh
yang ada dalam naskah agar aktor mampu menginterpretasikannya secara benar ketika
dia memerankan tokoh dalam naskah tersebut dan penonton mampu memahaminya ”
(Santosa, 2008,hlm:59) .

Naskah Teater dan teater merupakan sebuah media komunikasi yang unik. Hal ini karena
tidak semua orang bisa dengan mudah memperoleh naskah teater dan pertunjukan teater yang
belum tentu diminati banyak orang. Selain itu, Pertunjukan teater seringkali menyisipkan pesanpesan yang tersirat dengan penggambarannya pada adegan-adegan dipanggung yang dipertegas
dengan dialog serta gestur aktornya, sehingga pesan tersebut mampu mempersuasi penontonnya.
Karena itulah pada zaman orde baru, banyak pementasan teater yang dicekal bahkan dibubarkan
paksa, karena pertunjukan tersebut dianggap menyebarkan propaganda di masyarakat untuk
melawan pemerintah.
Alasan tersebutlah yang mendasari peneliti memilih naskah teater sebagai objek
penelitian. Sebagai objeknya, peneliti memilih naskah teater “LIT” karya Viddy AD Daerry.
Dalam naskah teater tersebut, Viddy AD Daery mencoba menggambarkan kondisi sistem
pendidikan di Indonesia secara riil. Pendidikan pada sebuah Negara merupakan salah satu faktor
penting. Tidak jarang pula pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan sebuah Negara.

Di

Indonesia sendiri pelaksanaan pendidikan diatur dalam UUD 1945, diantaranya tercantum dalam
pasal 11 ayat 1 bahwa "Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
Negaranya tanpa diskriminasi", Pasal 31 ayat 1 bahwa "Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan", pasal 53 ayat 1 bahwa " Pemerintah bertanggung jawab untuk
memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak
dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah
terpencil".
Dari gambaran diatas, peneliti mencoba melakukan pemahaman dan eksplorasi dengan
menggunakan analisis narasi. Alasannya, karena peneliti ingin menganalisa strategi komunikasi

Viddy AD Daerry sebagai pengarang naskah teater "LIT" dalam menarasikan sistem pendidikan
di Indonesia bedasarkan dialog, plot, penokohan , dan setting pada naskah teater "LIT". Narasi
merupakan teks yang telah dikonstruksikan dengan cara tertentu sehingga mampu
merepresentasikan rangkaian peristiwa atau tindakan.
Fisher dalam buku Richard West (West,2008.h. 56) yang berjudul Pengantar Teori
Komunikasi Analisis dan Aplikasi mengatakan bahwa :
“...berdasarkan asumsi dari paradigm naratif bahwa hakikat manusia adalah bercerita dan
mengisahkan cerita, maka banyaklah kisah-kisah manusia bermunculan yang diciptakan
manusia. Cerita yang diciptakan berpandangan dari awal pengalaman pribadi, sejarah,
maupun biografi yang kemudian disusun dalam sebuah narasi. Berbagai cerita yang
muncul pada akhirnya mendapatkan posisi selektif dari pribadi kita memilih cerita yang
ada. Pemilihan tersebut berdasarkan pemikiran yang sehat, dalam artian bisa ditentukan
oleh sejarah, budaya, ataupun karakter dan tentunya sesuai dengan akal sehat atau
rasional kita” (West, 2008, h. 58).

Lebih lanjut, Aristoteles (dikutip dalam West, 2008, h. 58) juga menjelaskan bahwa
“naratif lebih menonjolkan pada sisi muatan bagaimana manusia dipandang sebagai makhluk
pencerita dan sifat dasar manusia adalah bercerita, sehingga dunia ini penuh dengan muatan
cerita dan setiap narasi yang ada selalu berpatokan pada sisi logika rasional dan koherensi cerita”
(West, 2008, h. 58).
TINJAUAN PUSTAKA
Aristoteles menjelaskan ( dikutip dalam West, 2008, h. 44) bahwa “ Teori paradigma
naratif adalah representasi bahwa manusia adalah mahkluk pencerita. Berawal dari pemikiran
Fisher yang mengatakan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan
nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita” (West, 2008, h. 44). Hal
tersebut bertujuan untuk menangkap manusia dengan pandangan bahwa manusia itu sendiri juga
mengalami kehidupan dalam bentuk sebuah narasi.

Objek penelitian yang digunakan merupakan rangkaian tulisan manusia yang diceritakan
dalam bentuk naskah teater. Maka paradigma naratif adalah dasar yang digunakan untuk
penelitian sebagai gambaran, bahwa kehidupan manusia juga timbul dalam bentuk narasi
(tulisan). Dari tulisan tersebut, seseorang akan mampu menilai isi cerita sehingga lebih mudah
dipahami. Maka proses yang berkaitan untuk membuat seseorang mampu menilai isi cerita
adalah proses dalam analisis naratif.
Analisis naratif adalah ilmu manusia yang mengacu pada pendekatan untuk beragam
macam teks. Fisher (dikutip dalam, West, 2008, h. 43) menjelaskan bahwa naratif adalah “
kemampuan untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada
cerita yang ia dengar maupun diucapkan dalam keseharian. Tujuan dari analisis naratif ini adalah
mengasilkan gambaran yang utuh dan bermakna tentang manusia” (West, 2008, h. 43).
Cerita (narasi) berkaitan dengan perkembangan manusia sebagai makhluk yang berpikir,
dalam cerita tersebut dapat ditemukan pemikiran maupun nilai yang diajarkan untuk mengetahui
sejarah. Untuk menemukan sebuah cerita terdapat berbagai buku biografi, autobiografi, studi
kasus dan lain sebagainya (West, 2008, h. 43). Martin Suhartono (2001) dalam penelitiannya
Perlengkapan Catatan Kuliah : Kasih dalam Kisah dan Kasih dalam Dialog antara Teori
Naratif dan Narasi Kitab mengatakan bahwa proses penting dalam analisis naratif adalah dengan
membaca berulang-ulang kisah yang ditulis. Tujuannya adalah untuk menghidupkan bagaimana
kisah tersebut menjadi lebih hidup. Martin Suhartono dalam penelitiannya mengatakan proses
dalam analisis naratif, yaitu meliputi :
1.

Membatasi teks: untuk menentukan pokok dari kisah tersebut sehingga mudah dalam
memahami dinamika dalam kisah. Kriteria Kriteria yang dipakai adalah perubahan
tempat, perubahan waktu, dan perubahan tokoh.

2.

Meringkas kisah: secara ringkas, kisah pada naskah akan kerucutkan lebih dalam
dengan memandang kisah dari sudut pokok tertentu.

3.

Memahami plot: plot merupakan suatu awal, perkembangan dan akhir dari sebuah
kisah. Plot sendiri juga merupakan kekhasan dasar suatu narasi, salah satunya plot
ditinjau dari momen. Plot tersebut mempunyai, diantaranya: 1. Pendahuluan
“eksposisi” (hal pokok dalam kisah yang ditampilkan, terjadi saat konflik atau
masalah muncul untuk pertama kalinya dan membangkitkan minat pembaca, serta
berbagai usaha yang ditampilkan untuk penyelesaian), 2. Titik puncak “climax” (saat
ketika situasi mencapai keadaan terbaik atau terburuk), 3. Ketegangan “final
suspense” (ketika hasil akhir cerita dicapai, namun muncul suatu peristiwa yang
menghambat penyelesaian walaupun hanya sementara waktu saja).

4.

Mengenali narator: narator adalah suatu peranan, fungsi, “suara” yang mengisahkan
suatu cerita, selalu hadir dalam kisah walau setelah pengarang yang bersangkutan
meninggal. Kata ganti “aku” bukanlah pengarang itu melainkan pribadi yang
diciptakan untuk maksud pengisahan. Hal tersebut dapat diketahui melalui
peranannya, cara pengisahan, dan keterlibatannya.

5.

Mengenali tokoh: Dari jenisnya tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh “statis” yang
tidak berkembang secara batin dan cenderung bereaksi selalu sama dengan cara yang
sama sehingga mudah untuk diramalkan, dan tokoh “dinamis” yang berkembang
secara batin selama narasi. Terdapat juga tokoh “flat”, pembaca dibiarkan
mengetahui permukaan pribadinya, biasanya diperkenalkan secara singkat dan
pembaca tidak tahu lebih banyak lagi, dan tokoh “round”, digambarkan sebagai
punya kedalaman tertentu dan kepribadian mereka yang kecenderungan saling

bertentangan contohnya, tokoh-tokoh yang tidak penting dan hanya dipakai untuk
menampilkan tokoh-tokoh utama.
6.

Mengenali pembaca: pembaca dibedakan antara pembaca sesungguhnya (real
reader) dan pembaca tersirat (implied reader) yaitu pembaca yang diandaikan oleh
kisah itu sendiri, dalam artian pembaca tersebut merupakan suatu abstraksi ideal hal
ini berhubungan denga teks untuk dapat menunjukkan reaksi tertentu yang memang
diharapkan oleh pembaca.

7.

Mengenali sudut pandang: masalah sudut pandang adalah masalah sudut
pengambilan adegan dalam kisah, yang dibedakan dalam sudut pandang internal dan
eksternal. Sudut pandang internal adalah analisa kejadian internal bila narator adalah
tokoh utama sendiri, dan sudut pandang eksternal adalah pengamatan dari luar
terhadap kejadian-kejadian, cerita dikisahkan oleh narator yang ditokohkan mengenai
tokoh lain dalam cerita.

8.

Mengenal pengolahan waktu: waktu dalam narasi terjadi karena tindakan pengisahan
mengandaikan waktu tertentu dan pengaturan peristiwa dalam susunan. Dalam hal ini
fokus hanya pada “waktu yang dikisahkan” (waktu berlangsungnya peristiwa atau
tindakan yang dikisahkan dalam cerita bulan, tahun, hari, jam dan sebagainya), dan
“waktu untuk berkisah” (waktu yang digunakan untuk mengisahkan peristiwa atau
tindakan atau waktu semu seperti berapa bab, baris kalimat, kata yang digunakan
untuk mengisahkan peristiwa itu).

9.

Mengenal latar: merupakan konteks, panggung kejadian atau tindakan para tokoh
yang dibedakan menjadi tiga yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Pengenalan latar tidak hanya penting sebagai pembatas atau stuktur dalam kisah
melainkan juga untuk pemahaman kisah (Suhartono. 2001).
METODE PENELITIAN
Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktif dengan pendekatan
kualitatif karena “ penelitian ini menjelaskan permasalahan dengan sedalam-dalamnnya melalui
pengumpulan data sedalam-dalamnya. Fokus pada penelitian ini untuk Mengetahui strategi
komunikasi dalam menggambarkan sistem pendidikan oleh Viddy AD Daery dalam naskah
teater "LIT. Untuk analisisnya, penelitian ini menggunakan analisis narasi yang digagas oleh
Walter Fisher (1987) . Dalam pemahaman Walter Fisher (dikutip dalam West,2012, h. 58) “
narasi adalah suatu cerita tentang peristiwa atau kejadian dengan adanya paragraf narasi yang
disusun dengan merangkai peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis”
(West,2012, h. 58). analisis dalam penelitian ini adalah teks cerita dalam naskah Teater berjudul
“LIT” karya Viddy AD Daery meliputi dialog, setting, dan penokohan yang menunjukkan
penggambaran sistem pendidikan di Indonesia. Selain itu untuk mendukung validitas data,
peneliti menggunakan data wawancara dengan pengarang naskah tersebut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah teks naskah teater yang berjudul “ LIT”.
Sedangkan data data sekunder-nya adalah informasi dari pengarang naskah teater berjudul
“LIT”. proses analisis data dalam penelitian ini terdapat dua langkah antara lain :
1.

Proses analisis naratif yang bertujuan untuk lebih menghidupkan isi naskah teater.
Martin Suhartono dalam penelitiannya Perlengkapan Catatan Kuliah : Kasih dalam
Kisah dan Kasih dalam Dialog antara Teori Naratif dan Narasi Kitab mengatakan
bahwa proses dalam analisis narasi diantaranya (Suhartono,2010):

a) Membatasi teks: batasan dalam teks tersebut adalah teks yang menggambarkan sistem
pendidikan yang terkandung dalam naskah “LIT”.
b) Meringkas kisah: secara ringkas, kisah pada naskah akan kerucutkan lebih dalam
dengan memandang kisah dari sudut pokok tertentu
c) Memahami plot: dalam hal ini plot adalah awal, perkembangan dan akhir cerita dalam
naskah teater tersebut yang ditinjau dari sudut momen dalam plot, yaitu:
pendahuluan, titik puncak, dan ketegangan terakhir.
d) Mengenal narrator: narator adalah suatu peranan, fungsi, “suara” yang mengisahkan
suatu cerita, selalu hadir dalam kisah walau setelah pengarang yang bersangkutan
meninggal. Kata ganti “aku” bukanlah pengarang naskah itu melainkan pribadi yang
diciptakan untuk maksud pengisahan. Hal tersebut dapat diketahui melalui
peranannya, cara pengisahan, dan keterlibatannya.
e) Mengenal tokoh dalam cerita: Tokoh dalam naskah ini digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu: tokoh “flat” (tokoh yang diketahui permukaan pribadinya, diperkenalkan secara
singkat) dan tokoh “round” (tokoh yang mempunyai kedalaman tertentu dan
kepribadian yang sering bertentangan).
f) Mengenal sudut pandang: sudut pandang yang diambil dari cerita adalah sudut
pandang pengambilan gambar dalam naskah yaitu gambaran sistem pendidikan di
Indonesia.

g) Mengenal pengolahan waktu: dalam hal ini waktu adalah pengaturan peristiwa dalam
sebuah susunan yang terbentuk dalm naskah teater tersebut, seperti “waktu yang
dikisahkan” dan “waktu untuk berkisah”.
h) Mengenal latar: Dalam hal ini latar yang dimaksud adalah latar, tempat, waktu, dan
latar social (berhubungan dengan sistem politik, ekonomi, budaya keagamaan) dalam
naskah (Suhartono,2010).
2. Setelah proses pertama selesai maka selanjutnya peneliti akan melakukan wawancara
mendalam dengan pengarang naskah teater “LIT”, wawancara tersebut berkaitan juga
dengan strategi komunikasi pengarang naskah teater tersebut untuk mempersuasi
pembaca. Hal ini dimaksudkan untuk memperkaya data penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Naratif
Batasan teks adalah untuk menentukan pokok dari kisah dalam naskah LIT dengan kriteria
yang terdapat didalamnya yaitu perubahan waktu, tempat dan tokoh. Maka batasan teks yang
menunjukkan gambaran sistem pendidikan pada naskah LIT antara lain :
1.

Mahalnya Biaya pendidikan
Karena tidak dapat membayar iuran-iuran sekolah, Lit dan teman-temannya dianggap

sebagai biang rusuh dan biang onar di SMU Nol Besar. Dalam teks tersebut Lit dan temantemannya digambarkan dari keluarga miskin. Jangankan untuk membayar iuran sekolah, untuk
makan sehari-hari saja orang tua mereka belum bisa mencukupi, sehingga Lit dan temantemannya harus membantu orang tuanya bekerja. Namun keterbatasan tersebut tidak

menghalangi niat mereka untuk belajar. Mereka tetap bersekolah meski belum bisa membayar
iuran sekolah yang semakin lama semakin mahal.
Namun pihak sekolah ternyata tidak bisa menerima kondisi Lit dan teman-temannya
tersebut. Mereka selalu disisihkan dan dianggap biang onar dan biang rusuh sekolah, karena
selalu menunggak membayar iuran sekolah. Lit pun tidak tinggal diam, Lit melawan tuduhan
yang ditunjukkan Kepala Sekolah kepada dirinya dan teman-temannya dengan sebuah tuntutan
pendidikan gratis. Berikut dialog yang menggambarkan mahalnya biaya pendidikan sehingga
tidak mampu dijangkau oleh Lit dan teman-temannya sebagai kaum miskin.
“ LIT : Kami memang orang miskin pak. Jangan kan untuk membayar sekolah
untuk makan besok saja kami harus banting tulang pak. Tapi kenapa biaya
pendidikan di negeri ini mahal?sampai orang yang miskin seperti kami yang tidak
sanggup membaayar iuran tetek-mbengek itu tadi DILARANG SEKOLAH?!!
Padahal di Negara tetangga kita, Malaysia Brunei, Singapura, Thailand, bahkan di
Srilangka yang Negara miskin aja SEKOLAH BISA GRATIS!!!!?????” (Daery,
2004, h. 4)

Pada dialog diatas, pengarang naskah menggunakan tokoh Lit untuk membandingkan
kondisi pendidikan di Negeri Jombrot dan Negara lain yaitu Malaysia, Brunai, Singapura,
Thailand, dan Srilangka yang menggratiskan rakyatnya untuk mendapat pendidikan. Dalam
dialog ini, Viddy sebagai pengarang naskah memberikan gambaran pada audience dengan
membandingkan kondisi pendidikan di Negara tetangga. Malaysia, Brunai, Singapura, Thailand,
yang merupakan Negara berkembang mempunyai kebijakan pendidikan gratis pada setiap
warganya. Untuk Negara yang terakhir yaitu Srilangka , jika dibandingkan dengan Indonesia,
dari segi bidang sumber daya manusia Srilanngka masih berada dibawah Indonesia. Tetapi dalam
hal pelaksanaan pendidikan pemerintah Srilangka lebih baik dari pada Indonesia.
Pada UUD 1945 sebenarnya telah diatur tentang sistem pelaksanaan pendidikan di
Indonesia, yaitu pada pasal 31 ayat 1 yang menyebutkan bahwa "Setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan". Dari undang-undang tersebut dapat di simpulkan bahwa seluruh
warga Negara Indonesia, dari kalangan ekonomi keatas hingga kebawah, semua berhak untuk
mendapatkan pendidikan tanpa memandang usia, latar belakang, kondisi sosial dan ekonomi.
Berikutnya pada UUD 1945 Pasal 53 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Pemerintah
bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau
pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang
bertempat tinggal di daerah terpencil". Pada pasal ini Pemerintah bertanggung jawab untuk
memberikan kemudahan kepada masyarakat miskin untuk tetap mendapatkan pendidikan.
Kemudahan tersebut dapat berupa bantuan biaya pendidikan secara cuma-cuma atau dalam
bentuk pelayanan khusus sehingga mereka tetap mendapatkan haknya untuk memperoleh
pendidikan.
Meski telah diatur dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan pasal 53 ayat 1 tersebut, pada
pelaksanaannya pemerintah belum melaksanakan amanat UUD tersebut. Edy Akuntono salah
satu wartawan berita online portal tempo menuliskan pada salah satu kolom berita online Tempo
Edisi 02 Mei 2012 bahwa :
“Hingga Januari 2012 angka anak putus sekolah di Indonesia masih sangat
tinggi. Dari 100 persen anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah
hingga SMP hanya 80 persen, sedangkan 20 persen lainnya putus sekolah. Dari
80 persen yang lulus SD, hanya sekitar 61 persen yang melanjutkan ke SMP.
Kemudian dari jumlah tersebut, yang sekolah hingga lulus hanya sekitar 48
persen. Sementara dari 48 persen tersebut, yang melanjutkan ke SMA tinggal
21 persen dan berhasil Lulus hanya sekitar 10 persen. Sedangkan yang
melanjutkan ke perguruan tinggi hanya sekitar 1,4 persen. Dari data tersebut,

95 persen anak putus sekolah karena masalah ketidak mampuan masyarakat
memenuhi biaya pendidikan, dan 5 persen lainnya dikarenakan menikah muda”
(Akuntono, 2012)
Dari data tersebut, perlu dipertanyakan lagi bagaimana tanggung jawab pemerintah dalam
melaksanakan sistem pendidikan sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan pasal 53 ayat 1.
Kasus tentang mengharuskan siswa untuk membayar iuran-iuran mahal tersebut semakin Hal
tersebut yang mendasari Viddy AD Daery sebagai seorang seniman yang peka terhadap isu
sosial di masyarakat mengangkat kritik terhadap pemerintah tentang pelaksanaan sistem
pendidikan di Indonesia dalam naskah “LIT”.
2.

Kesewenang-wenangan pejabat lembaga pendidikan
Kepala sekolah dalam naskah ini merupakan perwakilan dari lembaga pemerintah, yang

seharusnya menjalankan setiap kebijakan dan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Namun
Kepala sekolah SMU Nol Besar ternyata tidak demikian, meski sekolah telah mendapatkan
subsidi dari pemerintah tapi kepala sekolah tersebut bekerja sama dengan Ketua BP3 malah
bekerja sama untuk mengadakan iuran-iuran fiktif dan uangnya mereka korupsi. Berikut teks
dialog dalam naskah yang menunjukkan kesewenang-wenangan pejabat lembaga pendidikan :
Kepala Sekolah : “ Waaaah..waah…diamput tenan iki..Ini dia biang rusuh sekolah
kita ini. Wis sekolah bolos terus. SPP nggak pernah mbayar, iuran OSIS gak bayar,
iuran BP3 gak bayar, iuran guru udunen gak bayar, iuran bu guru hamil gak bayar,
iuran kucing pak guru ketabrak truk gak bayar, iuran foto kopi rumus-rumus gak
bayar, iuran ulang tahun guru kesenian gak bayar, iuran tetangga pak guru kawinan
gak bayar, iuran guru agama naik haji gak bayar, iuran guru fisika pindah rumah
gak bayar iuran guru baru pesta tumpengan gak bayar, iuran kepala sekolah kawin
lagi gak bayar. Waaah..waah..kalian ini Kalau MISKIN JANGAN SEKOLAH !!!
sekolah sekarang hanya untuk orang yang berduit tahu! Sudah nggak jamannya lagi
sekolah mbayar pake bolet!”(Daery, 2004, h. 2)
Kepala Sekolah : “ Pak BP3… gimana jawabnya nih? Kamu kan yang paling bisa
ngajarin aku praktek-praktek pemerasa orang tua siswa?? (Daery,2004, h. 2)

Kepala Sekolah :“ Oooo yayaya..pemerintah negara-negara asing itu kan memberi
subsidi terhadap dunia pendidikan goblok!Pemerintah kita kan sudah mencabut
subsidi pendidikan, dananya dikorupsi..weeek..goblok!” (Daery,2004, h. 5)
BP 3 : “ Lhaaaaa, bapak ini…. Kita ini orang kaya, lembaga kaya… wong kita
korupsi gedhe-gedhean kok takut dipalak polisi sejuta dua juta…” (Daery,2004, h.
5)
BP3 : “ Lho Pak! Kalo pendidikan gratis nanti kita makan apa pak (Daery,2004, h.
10)
Beberapa petikan dialog diatas menunjukkan kesewenang-wenangan yang dilakukan
Kepala Sekolah dan Ketua BP3. Mereka bekerja sama dengan mengadakan iuran-iuran yang
harus dibayar oleh para siswa. Dampaknya, iuran-iuran tersebut memberatkan orang tua siswa
khususnya orang tua siswa dari kalangan miskin. Padahal iuran tersebut sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar.
3.

Pemerintah belum berhasil melaksanakan sistem pendidikan yang sesuai dengan UUD
1945.
Dari situasi yang digambarkan dalam naskah Lit tersebut. Pemerintah digambarkan masih

belum mampu mewujudkan pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat.
UUD yang dibuat hanya menjadi sebuah kumpulan tulisan yang saja, tidak menjadi pedoman
dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Berikut teks dialog yang menunjukkan bahwa pemerintah
belum mampu mewujudkan sistem pendidikan yang sesuai dengan UUD 1945:
Lit : “ He he he…. Sudah, sudah, berhenti menangis! Tangisan tidak akan
menyelesaikan masalah! Para pemimpin busuk sudah kebal, tidak akan jatuh
kasihan hanya dengan air mata dan darah rakyat. Rakyat sendiri sih yang memang
bodoh. Pemilu itu kan sarana yang demokratis dan merupakan kesempatan untuk
memilih pemimpin yang baik dan menendang pemimpin yang busuk. Eeee lha kok
rakyat malah memenangkan partai-partai busuk, dan menelantarkan partai yang
ingin menyelamatkan rakyat. Itu semua karena rakyat bodoh! Bodoh terus karena
tidak pernah di didik! Karena sekolahnya bayarnya mahal! Padahal seharusnya
gratisss!!!!!coba baca UUD 1945!! “ (Daery,2004, h. 10)

Lit : “ Ayo semua membaca Pasal 31…Semua Koor membaca :
1) Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.
2)Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3)Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa..
4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekutang-kutangnya 20 % dari
APBN dan APBD. “ (Daery,2004, h. 9)
Tindakan korupsi yang dilakukan kepala sekolah dan ketua BP3 membuktikan bahwa
aturan yang yang dibuat pemerintah tidak diimbangi dengan pengawasannya. Realitas tersebut
digambarkan Viddy dalam naskah “LIT” untuk menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi di
masyarakat tentang perilaku pejabat yang sebenarnya. Kasus tentang penyelewengan dana
bantuan pendidikan dan komersialisasi di pendidikan saat ini semakin lama semakin marak
terjadi. Para pejabat dari pusat hingga daerah hampir semua melakukan korupsi. Dana yang
sebenarnya dialokasikan untuk bantuan pada masyarakat tidak mampu, mereka gunakan tidak
sesuai dengan prosedur. Hasilnya masyarakat miskin yang harusnya mendapatkan biaya tersebut
akhirnya tidak tersentuh biaya bantuan dari pemerintah sama sekali. Mereka akhirnya hatus
menerima nasin mereka untuk putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya pendidikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam analisis naratif batasan teks sistem pendidikan yang digambarkan dalam naskah
“LIT” yaitu :
a. Sulitnya kaum miskin mendapatkan pendidikan
b. Kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh Pejabat Lembaga Pendidikan.

c. Pemerintah belum berhasil menerapkan sistem pendidikan sesuai dengan pasal 31
UUD 1945.
2. Dalam analisis naratif pemahaman plot, alur dramatikal dalam naskah “LIT” meliputi:
Exposition, Complication Climax, Reversal (falling action), Deneument. Untuk analisis
naratif pada narator, naskah “LIT” menggunakan narator sebagai orang ketiga, sehingga
narator dengan bebas dapat mengetahui pikiran serta perasaan dari tokoh satu ke tokoh
lainnya. Naskah “LIT” juiga menggunakan 2 tipe tokoh yang digunakan, yaitu tokoh flat
dan tokoh Round. Tokoh flat ini meliputi teman-teman Lit, gelandangan, dan petugas
Tramtib. Sedangkan tokoh round meliputi Lit, kepala sekolah, ketua BP3, dan Polisi.
3. Dalam analisis naratif pada sudut pandang naskah, naskah “LIT” menggunakan sudut
pandang eksternal. Hal ini karena Viddy AD Daery sebagai pengarang naskah hanya
sebagai pengamat dari luar terhadap kejadian-kejadian dalam naskah, selain itu cerita
yang dikisahkan oleh narator yang ditokohkan mengenai tokoh lain dalam cerita.
4. Dalam analisis naratif pada pengolaha waktu, naskah “LIT” hanya menggunakan 1
waktu, hal ini dikarenakan naskah “LIT” adalah naskah teater 1 babak. Naskah teater 1
babak adalah naskah yang dalam narasinya hanya menggunakan 1 latar saja, dari awal
hingga akhir cerita.
5. Dalam analisis naratif pada Latar, Latar yang ditunjukkan oleh Viddy AD Dery adalah
kesenjangan sosial yang terjadi di sebuah negara. Dimana pembangunan infrastruktur
yang maju tidak berjalan beriringan dengan pembangunan dalam bidang pendidikan.
Karena pendidikan yang berjalan hanya bisa dirasakan oleh kaum yang berduit saja, dan
orang miskin seakan-akan sulit mendapatkannya karena biaya pendidikan yang sangat
sulit untuk mereka jangkau. Kondisi tersebut diperparah dengan mulai lunturnya norma-

norma dan nilai sosial di masyarakat. Penegakan hukum tidak berjalan baik, aparat
penegak hukum yang seharusnya menegakkan hukum malah mempermainkan hukum.
Pejabat berlaku sewenang-wenang, mereka mengabaikan aspirasi rakyat dan sibuk
korupsi untuk mensejahterakan diri sendiri.
6. Dalam analisis Retorika pada naskah “LIT”, terkandung unsur ethos, pathos, dan logos
yang dapat mempersuasi audience. Selain itu Viddy juga menggunakan (a) isi dramatik,
(b) bahasa dramatik, dan (c) bentuk dramatic pada teks naskah “LIT” sebagai dasar
penggambaran sistem pendidikan dalam naskah.
7. Penggunaan unsur satir dalam penyampaian pesan pada naskah “LIT” berfungsi untuk
lebih memudahkan audience dalam menerima pesan dalam naskah.
5.2 Saran
1. Diharapkan pengarang naskah teater memperhatikan unsur naratif dan mengkesampingkan
egoisme dalam menciptakan naskah teater, agar tujuannya untuk menyampaikan pesan melalui
narasi naskah teater lebih efektif.
2. Diharapkan setelah penelitian ini akan muncul lagi penelitian di bidang Teater di Jurusan
Komunikasi Universitas Brawijaya yang bisa lebih dari sekedar tertuju pada unsur narasi naskah
teater saja, tetapi juga unsur-unsur lain pada teater yang sesuai dengan kajian Ilmu komunikasi
Karena saat ini penelitian pada bidang teater di Jurusan Komunikasi Universitas Brawijaya
masih belum ada.
3. Pemerintah selaku pemegang otoritas pengambilan kebijakan, bisa melaksanakan amanat
UUD 1945 tentang sistem dan pelaksanaan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2008. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Jakarta : Grasindo
Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama : Sejarah, Teori, dan Penerapannya. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Effendy, Onong Uchjana. 1994 . Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta : Grasindo
Fredman, Leonard. 2009. The Offensive Art : Political Satir and Its Censorship around the
World from Beerbohm to Borat. Greenwood Publishing
Griffin, Emory A. 2006. First Look At Communication Theory. New York: Mc. Graw Hill
Harymawan. 1988 . Dramaturgi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandunng : Rosda Karya
Riantiarno, Nano. 2011. Kitab Teater. Jakarta : Grasindo
Santosa, Eko. 2008 . Seni Teater Jilid 1. Jakarta : Dinas Pendidikan Nasional
Suhandang, Kustadi. (2009). Retorika: Strategi, Teknik dan Taktik Pidato. Bandung: Nuansa.
Suprayogo, dan, Tobroni. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret
University Press
West, Richard. 2008 . Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba
Humanika
Website
AA Wattimena, Reza. Metode Penelitian Naratif. diakses 20 Desember 2012 pukul 18.30 WIB.
http://www.rumahInspirasi.blogspot.com
AD Daery, Viddy. Drama Teater Remaja : LIT. Diakses 8 Januari 2012 diakses pukul 22.45
WIB. http://wajahbercahaya.blogspot.com

Bhirawa, Satria . Dunia panggung. diakses 29 Februari 2012 pukul 22.00 WIB.
http://www.rumahdunia.net
Suryno,

Ony.

Tentang

Teater.

diakses

29

Februari

2012.pukul

23.00

WIB.

http;//www.rumahdunia.net
Viddy AD Daery. 2012 . Penulis Nasional. Hasil Wawancara
Akuntono,

Edy.

2012.

Pendidikan,

Apakah

semua

sudah

menikmatinya?

.

http://www.tempo.com diakses pada 23 Juni 2013 Pukul 13.00 WIB.
Jurnal Teologi
Suhartono, Martin. 2001. Perlengkapan Catatan Kuliah : Kasih dalam Kisah dan Kasih dalam
Dialog antara Teori Naratif dan Narasi Kitab, 4-19. Diakses 6 Maret 2012 Pukul
21.45 WIB. http://id.scribd.com/doc/27997864/Analisa-Naratif-.
Hasil penelitian
Nor Shahizan Ali, Mocd. 19. Malaysian Journal Of Communication, Analisis Naratif Film
Dokumentari “The Kinta Story”, Universitas Kebangsaan Malaysia. Diakses 19
Februari

2012

Pukul

WIB.http://www.ukm.my/jkom/journal/pdf_files/2011/V27_2_10.pdf

09.30