PENGARUH KELUARGA DAN LINGKUNGAN TEMPAT

PENGARUH KELUARGA DAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL
TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG ANAK: STUDI KASUS
KELURAHAN CIUMBULEUIT
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Sosial dan Budaya (PSB)

oleh
NAMA
Alustia Sri Fadhilah
Anysa Dewi
Dina Mariana
Ria Nathalia
Tiara Arfah
Widia Damayanti

NIM
1504378
1504516
1505222
1500933
1504319

1505098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum wr wb
Segala puji hanya kepada Allah SWT, Tuhan alam raya yang menundukan
siang dan malam, yang tak pernah tidur sampai kapan pun. Berkat segala kekuatan
yang Dia berikan, kami dapat menyusun makalah ini sebagai hasil dari penelitian
yang telah kami lakukan.
Makalah yang berjudul Pengaruh Keluarga dan Lingkungan Tempat
Tinggal terhadap Prilaku Menyimpang Anak: Studi Kasus Kelurahan Ciumbuleuit
ini berisi tentang realitas keadaan remaja yang sangat dipengaruhi oleh keadaan
keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya.
Dengan selesainya makalah ini kami juga haturkan terima kasih yang tak
terhingga kepada pemerintah di Kelurahan Ciumbuleuit, kepada seluruh partisipan

yang telah bersedia memberikan keterangan terhadap keadaan keluarga dan
lingkungannya dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang, memberikan
pemahaman kepada pembaca tentang pentingnya keluarga dan lingkungan bagi
perilaku remaja.

Bandung, Februari 2017

penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB 1...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1

LATAR BELAKANG......................................................................1


2.1

RUMUSAN MASALAH..................................................................2

3.1

TUJUAN...................................................................................... 2

BAB 2...................................................................................................... 3
KAJIAN PUSTAKA.................................................................................... 3
1.2

LANDASAN TEORI.......................................................................3

1.2.1

Keluarga................................................................................ 3

1.2.2


REMAJA............................................................................... 4

1.2.3

Peranan Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian Remaja................9

1.2.4

Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja.............................10

1.2.5

Pengaruh Perubahan Sosial terhadap Remaja..................................11

2.2

METODOLOGI PENELITIAN........................................................13

2.2.1


Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................13

2.2.2

Metode yang digunakan............................................................13

2.2.3

Analisis Data.........................................................................14

3.2

POPULASI DAN SAMPEL............................................................14

4.2

HASIL PENELITIAN....................................................................14

BAB 3.................................................................................................... 17
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... iii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah sosial yang sedang dialami oleh Indonesia saat ini adalah prilaku
menyimpang yang dilakukan oleh anak remaja. Anak remaja yang dimaksud
adalah anak yang berumur 18 tahun kebawah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Sosial RI, tidak
dipungkiri tindakan kriminalitas yang terjadi di beberapa daerah dilakukan anak
remaja, yang awalnya hanya kenakalan remaja yang biasa saja. Namun dengan
perkembangan jaman saat ini, kenakalan remaja sudah menampakkan pergeseran
kualitas kenakalan yang menjurus pada tindak kriminalitas, seperti mencuri,
tawuran, membegal, memperkosa bahkan sampai membunuh.
Bukan tanpa alasan penulis mengatakan demikian karena berdasarkan data
dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI 2011) diseluruh Indonesia setiap
tahun rata-rata terjadi 7000 kasus yang melibatkan anak.
Nurcholis (2015) menyatakan bahwa prilaku menyimpang tersebut terjadi
karena modernisasi. Kemudian modernisasi mendorong terjadinya perubahan
sosial dan sampailah perubahan sosial tersebut membawa dampak yang sangat

signifikan terhadap pola sosialisasi keluarga.
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi
menepati kedudukan yang penting, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan
yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada
tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya.
Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk
kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian
pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan
menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.
Ketika anak masuk ke usia remaja, anak akan mulai mengenal lingkungan
yang lebih luas baik itu lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolah.
Pada dasarnya emosi seorang anak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang
dia tempati. Sedangkan pada kenyataannya tidak setiap lingkungan memiliki
dampak positif bagi perkembangan anak.
Lingkungan perkotaan menjadi sorotan yang menarik, karena disana
biasanya orang tua mayoritas bekerja sehingga sangat rentan terhadap
penelantaran anak. Bahkan acap kali orang tua pulang kerja ketika anaknya sudah
tertidur dan mereka kembali berangkat bekerja sebelum anaknya terbangun.
Pada jaman dahulu ketika masyarakat belum dimanjakan teknologi seperti
sekarang ini, masyarakat berperan sebagaimana mestinya. Berbeda dengan

sekarang masyarakat yang hanya seperti individu-individu dengan kepentinagnnya
masing-masing.

Kelurahan Ciumbuleuit merupakan kelurahan yang termasuk kepada
wilayah Kota Bandung, dan termasuk kedalam lingkungan perkotaan. Penulis
bermaksud untuk meneliti keadaan remaja didaerah tersebut.
2.1 RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apa kenakalan remaja yang marak terjadi?
2. Seberapa tinggi pengaruh keluarga terhadap kenakalan remaja?
3. Seberapa tinggi pengaruh lingkungan sekitar terhadap kenakalan remaja?
4. Bagaimana solusi pemecahan masalah kenakalan remaja yang dilakukan
pemerintah kelurahan Ciumbuleuit?
3.1 TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh keluarga terhadap prilaku kenakalan remaja.
2. Mengetahui pengaruh lingkungan sekitar terhadap kenakalan remaja.
3. Membandingkan antara pengaruh keluarga dan lingkungan sekitar
terhadap kenakalan remaja.
4. Mengetahui jenis kenakalan remaja yang mayoritas terjadi.

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA
1.2 LANDASAN TEORI
1.2.1 Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama bagi
seorang anak sebelum anak melakukan sosialisasi di lingkungan yang lain. Pada
umumnya orang tua akan mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya untuk
mendidik anak terutama dengan pendidikan religi dan budi pekerti agar anak
memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui
pengalaman disiplin, kebebasan serta penyesuaian.
A.

Pengertian Keluarga Menurut Para Ahli
1. Duvall Dan Logan (1986)
Keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap
anggota keluarga.

2. Departemen Kesehatan RI (1988)
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
3. Narwoto Dan Suyanto (2004)
Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga
atau pranata sosial lainnya berkembang. Di masyarakat mana pun di
dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang universal dan
menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu.
4. Sigmund Freud
Menurutnya pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya
perkawinan pria dan wanita.
5. UU. No. 10 Tahun 1992
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau
ibu dan anaknya.
6. Friedman (1998)
Keluarga ialah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian-bagian dari keluarga.

7. Effendy (2005)
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit sosial yang terkecil terdiri
atas ayah, ibu dan anak dalam masyarakat. Menurut Salvicion dan Celis (1998)

didalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
B.

Faktor-faktor mengapa individu membentuk keluarga:
1. Untuk mendapatkan keturunan
2. Untuk memenuhi kebutuhan biologis atau kebutuhan sex
3. Untuk memenuhi kebutuhan sosial, status, penghargaan dan lain
sebagainya
4. Untuk pembagian tugas: misalnya mendidik anak, mencari nafkah, dan
sebagainya
5. Demi hari tua kelak, yaitu pemeliharaan di hari tua

C.

Fungsi Keluarga
1. Fungsi Agama
Keluarga dikembangkan untuk mampu menjadi wahana yang pertama dan
utama untuk membawa seluruh anggotanya melaksanakan ibadah dengan
penuh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
2. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga dikembangkan menjadi wahana untuk melestarikan budaya
nasional yang luhur dan bermartabat.
3. Fungsi Cinta & Kasih Sayang
Keluarga menjadi wahana pertama dan utama untuk menumbuhkan cinta
kasih antar sesama anggotanya, antar orang tua dengan pasangannya, antar
anak dengan orang tua dan sesama anak sendiri.
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga menjadi pelindung yang pertama, utama dan kokoh dalam
memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak dan
keturunannya.
5. Fungsi Reproduksi
Keluarga menjadi pengatur reproduksi keturunan secara sehat dan
berencana, sehingga anak-anak yang dilahirkan menjadi generasi penerus
yang berkualitas.
6. Fungsi Sosialisasi & Pendidikan
Keluarga berfungsi sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama
dalam mengantarkan anak-anaknya untuk menjadi panutan masyarakat
luas dan dirinya sendiri.
7. Fungsi Ekonomi
Keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit yang mandiri dan
sanggup untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batinnya dengan
penuh kemandirian.

1.2.2
A.

REMAJA

Pengertian Remaja
Remaja adalah masa dimana seorang anak mulai meninggalkan masa
kanak-kanak dan mulai mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa. Pada

masa remaja ini, terjadilah berbagai perubahan baik fisik maupun psikis.
Diantaranya adalah mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar organ reproduksi. Masa
remaja dikenal dengan istilah masa puber atau akil baligh, yang merupakan masa
bangkitnya kepribadian dalam bentuk segala minatnya ditujukan pada
perkembangan diri sendiri (egosentris).
Remaja adalah masa-masa dimana kita mencari jati diri dan jika sudah
mendapatkan jati diri kita maka kita akan mempertahankan jati diri kita, dan akan
berubah bila memang di perlukan.
B. Tugas Perkembangan
Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak
masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst (dalam Prodi Sejarah
STKIP Setiabudhi Rangkasbitung,2011) sebagai berikut:
1. Masa bayi dan anak-anak
1. Belajar berjalan
2. Belajar mekan makanan padat
3. Belajar berbicara
4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
5. Mencapai stabilitas fisiologik
6. Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
7. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
8. Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta
mengembangkan kata hati
2. Masa Anak Sekolah
1. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
2. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang
sedang tumbuh
3. Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
4. Belajar peranan jenis kelamin
5. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan
kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
8. Belajar membebaskan ketergantungan dir
9. Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga
3. Masa Remaja
1. Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
2. Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
3. Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
sosial
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
5. Belajar bergaul dengan kelompok anak wanita dan anak laki-laki
6. Perkembangan skala nilai
7. Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
8. Persiapan mandiri secara ekonomi
9. Pemilihan dan latihan jabatan
10. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
4. Masa Dewasa Awal

1. Memilih pasangan hidup
2. Belajar hidup dengan suami/istri
3. Mulai membentuk keluarga
4. Mengasuh anak
5. Mengelola/mengemudikan rumah tangga
6. Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
7. Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
1) Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
2) Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
3) Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan berbahagia
4) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir
pekerjaan
5) Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
6) Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

C.

Ciri-Ciri Masa Remaja
Seseorang yang memasuki masa remaja menunjukkan ciri sebagai berikut:
1.

Pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan dengan masa kanakkanak

2.

Emosi yang meledak-ledak, mudah sedih dan mudah gembira,
perasaannya sensitif

3.
4.
5.
6.

Mulai tertarik dengan lawan jenis dan mulai mengenal pacaran
Senang mencari perhatian dari lingkungan
Mulai tertarik berkelompok
Mulai berkerjanya fungsi organ reproduksi pada perempuan maupun
laki-laki
D. Kenakalan Remaja
Remaja adalah usia yang dipenuhi dengan semangat yang sangat tinggi
tetapi adakalanya semangat tersebut mengarah ke yang bersifat negatif sehingga
sering disebut dengan kenakalan remaja. Ada banyak contoh kenakalan remaja
terutama saat ini dimana kenakalan remaja tersebut sangat banyak di pengaruhi
oleh faktor - faktor eksternal.
Apakah itu kenakalan remaja? Oleh beberapa ahli Kenakalan remaja
(juvenile delinquency) didefenisikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja
atau transisi masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan remaja adalah :

1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi
anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum
pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk
menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
E.

Faktor yang Menyebabkan Adanya Kenakalan Remaja
1. Faktor internal : dimana seseorang kurang mampu beradaptasi pada
lingkungan di sekitarnya.
2. Faktor keluarga : dimana didalam keluarganya itu sering terjadi kekerasan
sehingga anak tersebut tidak kuat dengan hal tersebut.
3. Faktor sekolah : suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak
relevan, tidak ada fasilitas praktikum
4. Faktor lingkungan : dimana lingkungan rumah yang sempit dan anggota
lingkungan yang berperilaku buruk

F.

Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja
kedalam tiga tingkatan:
1. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos
sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit.
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti
mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa
izin.
3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar
nikah, pemerkosaan dan lain-lain.

Sedangkan menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan siswa
atau remaja meliputi:
1. Perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak
jujur.

2. Perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar.
3. Mengganggu teman.
4. Memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan
tidak hormat pada orang tua dan saudara.
5. Menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu
merokok.
6. Menonton pornografi.
7. Corat-coret tembok sekolah.

G.

Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain
mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya
juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah
tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan
paksaan maupun mengada-ada.
Si remaja di beri pengertian yang jelas sekaligus diberikan teladan. Sebab
dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu
“kluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan
kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk
disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari, mereka dididik mandiri.
Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan masa depan si
remaja, mereka diarahkan agar dapat memilih sekolah yang diharapkan serta
mengembangkan bakat yang ada, untuk pemilihan study lanjut tidak semata-mata
karena keinginan orang tua dan pilihan orang tua.
Pemaksaan ini justru akan berakhir dengan kekecewaan, sebab meski ada
sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orang tuanya, tetapi tidak sedikit
yang frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah
pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan
mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Dengan banyaknya waktu luang yang dimiliki remaja maka tindakan iseng
sering dilakukan untuk mengisi waktu luang hal ini dimaksudkan juga untuk

menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapakan dapat berasal dari
orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering
menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang
sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri,
merusak, minum minuman keras, dan sebagainya.
Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang
berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan
dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan
pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan
terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan keisengan remaja
adalah semacam ”refresing” atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas
sekolah. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada
satu kelompok kegiatan bela diri.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang
sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara
pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat
pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar
meraka tidak ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan mereka
berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orang tua
dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun harus tetap dijaga
agar mereka tidak salah jalan, menyesali kesalahan yang telah dilakukan
sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orang tua
dengan anak. Apabila orang tua tidak setuju hendaknya diutarakan dengan
bijaksana jangan hanya dengan kekuasaan dan kekerasan. Berilah pengertian
sebaik-baiknya, bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya.
Hal yang penting disini adalah adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan
anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat anak, Orang tua hendaknya selalu
menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak
tidak merasa takut mengutarakan masalahnya kepada orang tua.
Selanjutnya apabila suasana dirumah nyaman, orang tua tidak berlaku
otoriter dan anak merasakan kedamaian dan kasih sayang di rumah komunikasi
terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak, serta penanaman nilai agama
diberikan sejak dini maka anak tidak akan berlaku mencari perhatian dan
kenyamanan di luar rumah yang bisa mengakibatkan terjerumus pada kenakalan
remaja yang lebih parah lagi kalau anak sudah masuk dalam penggunaan obatobat terlarang serta narkoba.
1.2.3 Peranan Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian Remaja

A.
1.
2.
3.
4.

Peranan Ayah :
Sumber kekuasaan, dasar identifikasi.
Penghubung dengan dunia luar.
Pelindung terhadap ancaman dari luar.
Pendidik segi rasional.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Peranan Ibu :
Pemberi aman dan sumber kasih sayang.
Tempat mencurahkan isi hati.
Pengatur kehidupan rumah tangga.
Pembimbing kehidupan rumah tangga.
Pendidik segi emosional.
Penyimpan tradisi.
Keluarga mempunyai peranan dalam proses sosialisasi. Demikian
pentingnya peranan keluarga maka disebutkan bahwa kondisi yang menyebabkan
peran keluarga dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut :
1. Keluarga merupakan kelompok terkecil yang anggotanya berinteraksi to
face secara tetap, dalam kelompok demikian perkembangan anak dapat
diikuti dengan sesama oleh orang tuanya dan penyesuaian secara pribadi
dalam hubungan sosial lebih mudah terjadi.
2. Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena
anak merupakan cinta kasih hubungan suami istri. Motivasi yang kuat
melahirkan hubungan emosional antara orangtua dan anak.
Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relatif tetap maka
orangtua memainkan peranan sangat penting terhadap proses sosialisasi anak.
1.2.4 Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja
A.

Keluarga yang Broken Home
Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat
kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa
peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya.
Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan
dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan
dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Penyebab timbulnya
keluarga yang broken home antara lain:
a. Orang tua yang bercerai
Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang
tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang
telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang
keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis.

b. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisa ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar
anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut
justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali
batin.
c. Perang dingin dalam keluarga
Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan
bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga
disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak.
B.

Pendidikan yang Salah
a. Sikap memanjakan anak
Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan
pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama
dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima,
merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat
pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana
pendidikan itu diberikan akan menentukan.
b. Anak tidak diberikan pendidikan agama
Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama
atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan
pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau
mengikuti.

C.

Anak yang Ditolak
Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa
secara psikis. Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi
memperoleh anak perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang
dengan anak pungut atau anak dari saudara yang menumpang di rumah mereka.
Faktor lain karena anaknya lahir dengan keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa
malu. Anak-anak yang ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga
mereka mudah sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif.
Sikap orang tua yang dapat mendukung dalam pembentukan kepribadian
remaja antara lain:
1. Penanaman pekerti sejak dini
2. Mendisiplinkan anak
3. Menyayangi anak secara wajar
4. Menghindari pemberian label “malas” pada anak
5. Hati-hati dalam menghukum anak
Strategi dalam pembentukan kepribadian remaja:
1. Tekankan segi positif

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jaga agar peraturan tetap sederhana
Bersikap proaktif
Mengarahkan kembali perilaku yang salah
Mengatasi transisi
Negosiasi dan kompromi
Jangan membuat alasan
Hindari kontrol lewat rasa bersalah

1.2.5 Pengaruh Perubahan Sosial terhadap Remaja
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiologi telah mencoba untuk
merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial.
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan sosial
merupakan gejala wajar yang timbul dari pergaulan hidup manusia. Adapula yang
berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya perubahan sosial manusia.
Adapula yang berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya
perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat
seperti misalnya perubahan dalam bentuk unsur-unsur geografis, biologis,
ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian adapula yang berpendapat bahwa
perubahan-perubahan sosial berupa pendidik-non pendidik.
Teori-teori
mengenai
perubahan-perubahan
masyarakat
sering
mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan
kebudayaan. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan
bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan kebudayaan.
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian,
ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk
serta aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan sosial dan kebudayaan
mempunyai aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya.
A.

Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses
pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola
pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan
penghidupan yang lebih bermartabat.
Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu
masyarakat yang mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan
dengan masyarakat lainnya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahanperubahan yang tidak menonjol atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan.
Juga terdapat adanya perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun

terbatas. Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat,
dan perubahan yang berlangsung dengan cepat.
Pengertian perubahan sosial adalah perubahan perubahan yang terjadi pada
masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur dari suatu
masyarakat, ataupun karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan, karena
berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, serta berubahnya sistem
hubungan sosial, maupun perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.
B.

Pengertian Perubahan Kebudayaan
Perubahan sosial budaya adalah perubahan pada kebudayaan atau kebiasaan
pada masyarakat. Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh faktor dari luar
masyarakat (dari masyarakat lain). Perubahan sosial budaya bisa merubah
struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek lainnya. Perubahan ini
bisa terjadi pada salah satu anggota masyarakat atau seluruh lapisan masyarakat.
Contohnya: kesenian, pakaian, bahasa daerah, masuknya budaya barat, cara
berkomunikasi
C.

Dampak Perubahan Sosial dan Kebudayaan terhadap Masyarakat
Adanya perubahan sosial budaya secara langsung atau tidak langsung akan
memberikan dampak negatif dan positif.
a. Akibat Positif
Perubahan dapat terjadi jika masyarakat dengan kebudayaan mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan. Keadaan masyarakat yang
memiliki kemampuan dalam menyesuaikan disebut adjusment,
sedangkan bentuk penyesuaian dengan gerak perubahan disebut
integrasi.
b. Akibat Negatif
akibat negatif terjadi apabila masyarakat dengan kebudayaannya tidak
mampu menyesuaikan diri dengan gerak perubahan. Ketidakmampuan
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan disebut maladjusment.
Maladjusment akan menimbulkan disintegrasi. Penerimaan masyarakat
terhadap perubahan sosial budaya dapat dilihat dari perilaku masyarakat
yang bersangkutan.
Dampak perubahan sosial salahsatunya yaitu: Kenakalan remaja
merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu karena tindakan
yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh karena itu, kenakalan
remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya kenakalan remaja merupakan
gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial di
masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orangtua bekerja
sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang.
Selain itu, pergeseran nilai dan norma masyarakat mengakibatkan
berkembangnya sifat individualisme. Juga pergeseran struktur masyarakat
mengakibatkan masyarakat lebih menyerahkan setiap permasalahan kepada yang
berwenang. Perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan unsur budaya lainnya dapat
mengakibatkan disintegrasi.

2.2 METODOLOGI PENELITIAN
2.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan diwilayah Kelurahan Ciumbuleuit yang berada di
Kecamatan Cidadap Kota Bandung. Penelitian diadakan mulai dari tanggal 17
sampai 21 Februari 2017.
2.2.2 Metode yang digunakan
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik
wawancara secara terstruktur, yang digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Untuk menlengkapi data yang tidak
terungkap saat wawancara, penulis juga menggunakan teknik observasi atau
pengamatan baik dari fenomena yang pernah dialami langsung oleh penulis,
oleh orang disekitar penulis dan kajian beberapa literatur.
Alasan penulis memilih metode wawancara:
1. Untuk mengetahui secara langsung dari narasumber tentang keadaan
remaja di Kelurahan Ciumbuleuit.
2. Untuk mengetahui secara langsung dari narasumber tentang keadaan
keluarga dan lingkungan tempat tinggal di Kelurahan Ciumbuleuit.
Instrumen-instrumen yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
1. Handphone
Digunakan penulis untuk merekam pembicaraan penulis dan narasumber
selama wawancara serta mengambil gambar proses wawancara.
2. Buku pencatatan dan alat tulis
Digunakan penulis untuk mencatat hal-hal penting saat melakukan
wawancara.

1.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber adalah
sebagai berikut:
Menurut anda bagaimana keadaan remaja saat ini secara umum?

2.

Seperti apakah remaja yang menyimpang itu?

3.

Biasanya hal menyimpang apa yang sering dilakukan remaja?

4.

Faktor apa saja yang membuat mereka menjadi remaja yang menyimpang?

5.

Apakah lingkungan tempat tinggal anda mempunyai aturan-aturan khusus
untuk kegiatan remaja?

6.

Seperti apa lingkungan tempat tinggal anda?

7.

Tindakan seperti apa yang anda lakukan jika anak melakukan
penyimpangan?

8.

Bagaimana cara anda mendidik anak?

9.

Apakah anak anda pernah atau sedang melakukan penyimpangan?

10. Apakah anak disekitar lingkungan anda pernah atau sedang melakukan
penyimpangan?

2.2.3 Analisis Data
Dari hasil yang telah diperoleh, penulis kemudian mengidentifikasi setiap
jawaban yang narasumber utarakan, kemudian mengkategorikannya berdasarkan
hal yang ingin diketahui yaitu tentang keadaan keluarga, keadaan lingkungan serta
prilaku menyimpang remaja yang marak terjadi. Setelah itu data dianalisis dan
dikembangkan oleh penulis dengan berpedoman kepada hasil wawancara, kajian
literatur dan pengamatan atau observasi.
3.2 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel.
Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Kelurahan
Ciumbuleuit yang terdiri dari sebelas RW dengan jumlah penduduk sekitar 22.263
orang. Karena jumlah populasi terlalu besar, maka penulis mengambil sampel,
yaitu RW 02 (Kampung Sekejulang), RW 03 (Kampung Bongkor) dan RW 04
(Kampung Kebon 7). Yang dari masing-masing RW diambil 3 kepala keluarga
yang dijadikan sebagai responden.

4.2 HASIL PENELITIAN
4.2.1 Keadaan Keluarga dan Lingkungan
Penelitian yang dilakukan penulis memberikan informasi mengenai keadaan
keluarga di Kelurahan Ciumbuleuit. Dalam segi ekonomi, masyarakat pada
umumnya bekerja mulai dari buruh, pekerja bangunan, PNS, pekerja swasta dan
lain sebagainya.
Didaerah ini tingkat pekerja perempuan dan laki-laki cukup seimbang, hal
ini diperoleh dari keterangan narasumber yang menyebutkan bahwa selain
mengurus rumah tangga, seorang istri biasanya bekerja. Hal ini menyebabkan
anak-anak yang ditinggal orang tua bekerja, biasanya tinggal bersama nenek dan
kakeknya.
Dalam segi pendidikan, orang tua mengusahakan untuk menyekolahkan
anak-anak mereka sampai tingkat SLTA, walaupun ada beberapa orang tua yang
sama sekali tidak mampu membiayai sekolah anaknya. Hal ini menandakan
bahwa orang tua cukup peduli akan pendidikan anak-anaknya. Mayoritas anak
remaja di daerah tersebut berada dijenjang SLTP.

Jarang sekali anak yang dilanjutkan sampai bangku kuliah, karena memang
terkendala masalah biaya yang cukup mahal.
Kondisi agama di lingkungan yang penulis teliti secara keseluruhan sudah
baik. Dari beberapa narasumber yang diwawancarai jawabannya hampir sama
yaitu anak-anak mereka diarahkan untuk mengaji selepas dzuhur untuk anak-anak
setingkat SD dan selepas maghrib untuk anak-anak setingkat SLTP, kegiatan
mengaji ini biasanya diadakan dimasjid-masjid terdekat.
Bagi ibu yang tidak bekerja diluar atau berperan sebagai ibu rumah tangga
terbiasa mengantar dan menjemput anaknya dari sekolah, biasanya dari mulai
kelas satu SD sampai kelas 6 SD. Hal ini dilakukan karena orang tua sering
merasa khawatir jika anak pulang sendirian.
Rata-rata orang tua memberlakukan pola asuh demokratis dimana anak
diberikan kebebasan untuk memilih hal-hal yang disukainya asal tetap dalam
koridor positif. Namun pola asuh seperti itu diberlakukan kepada anak ketika
masih pada usia belia, ketika anak mulai menginjak remaja orang tua cenderung
memberikan kebebasan kepada anak remajanya. Mereka diperbolehkan memilih
sekolah yang mereka sukai, berpacaran dan pulang terlambat.
Kondisi agama di lingkungan yang penulis teliti secara keseluruhan sudah
baik. Dari beberapa narasumber yang diwawancarai jawabannya hampir sama
yaitu anak-anak mereka diarahkan untuk menuntut ilmu agama setiap sore di
masjid.
Dilihat dari hubungan sosial antara masyarakat yang penulis wawancarai
memberikan informasi bahwa kurangnya terjadi interaksi sosial, mereka
cenderung bersifat individual.
Selanjutnya keadaan perihal keamanan di lingkungan yang penulis survei,
dari tiga kampung berbeda-beda. Di kampung Sekejulang,kondisi keamanan
lingkungannya baik ditandai dengan aktifnya sistem ronda. Di dua kampung
lainnya terlihat kurang baik, masih nampak adanya anak-anak remaja yang
nongkrong sepulang sekolah dan tidak ada yang mengingatkan dan menertibkan.
Perhatian pemerintah terhadap lingkungan yang penulis teliti dan survei dari
tiga kampung. Satu kampung terlihat pemerintah sudah memberikan perhatiannya
terbukti dengan adanya komunitas karang taruna dan beberapa komunitas lainnya.
Tetapi di dua kampung lainnya tidak terlihat adanya perhatian dari pemerintah.
4.2.2 Keadaan Remaja
Remaja yang mayoritas berada di Kelurahan Ciumbuleuit berada pada
jenjang SLTP pada rentan usia 12 sampai 15 tahun. Beberapa penyimpangan yang
sering dilakukan oleh remaja adalah pacaran, bergadang, dan nongkrong dipinggir
jalan. Faktanya pada masa remaja, emosi sangat rentan dipengaruhi oleh
pergaulan lingkungan. Baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan tempat
tinggal, hal tersebut menjadikan remaja menemui kesulitan dalam menghadapi
berbagai masalah yang datang kepadanya.
Kesulitan remaja dalam menyelesaikan masalahnya ini membuat dia merasa
canggung, kaku dan cenderung malu untuk mengungkapkannya terutama kepada
orang tua. Mereka lebih suka menceritakan masalah yang mereka hadapi kepada
teman terdekatnya. Padahal orang tualah yang paling dekat dengan anaknya.

Faktor yang menyebabkan anak cenderung memilih bercerita kepada
temannya antaralain, pertama Anak remaja merasa takut orang tuanya akan marah
jika tahu akan masalah yang sedang dia hadapi.
Kedua, anak remaja cenderung merasa masa bodoh dengan keluarganya, hal
ini disebabkan karena orang tua yang sibuk bekerja diluar. Komunikasi yang
terputus ini akan berakibat fatal bagi keadaan anak remaja tersebut. Dia akan
mencari perhatian diluar keluarganya yang notabene tidak diketahui apakah jalan
yang ditempuhnya positif atau negatif.
Akan lebih bahaya lagi jika ternyata anak itu pendiam, karena anak yang
pendiam akan sangat sulit diterka permasalahan yang dihadapinya. Orang
pendiam lebih sering mengalah terhadap orang lain karena menganggap bahwa
tidak penting baginya mempedulikan hidup orang lain. Namun ketika dia benarbenar merasa terganggu, dia bisa meluapkan amarahnya sedahsyat mungkin.
Masalah yang sering dihadapi anak remaja adalah masalah dengan lawan
jenis, dimana mereka mulai menyukai lawan jenisnya. Pacaran memang bukan lah
hal yang baru di jaman sekarang, para remaja sudah menganggap pacaran sebagai
suatu kebutuhan, mereka cenderung malu jika teman-teman mereka menyebut
jomblo.
Ada banyak hal yang menyebabkan remaja merasa harus berpacaran, yang
pertama memang sudah kodrat manusia menyukai lawan jenis. Pada usia remaja
juga terjadi perubahan hormon, dalam ilmu biologi dijelaskan bahwa hormon
manusia akan mengalami perkembangan yang signifikan pada fase remaja. Hal
seperti itu sulit dicegah, namun dapat diminimalisir dengan cara memberi
pemahaman sejak dini.
Kedua, perkembangan teknologi yang pesat serta tontonan yang tidak
bermutu. Kemudahan remaja dalam mengakses media sosial seperti Facebook,
Twitter, BBM dan lain sebagainya. Remaja dengan bebas dapat berkomunikasi
dengan lawan jenisnya. Tontonan seperti sinetron yang kurang mendidik membuat
remaja meniru apa yang mereka tonton.
Ketiga, prilaku anak remaja yang menyimpang adalah nongkrong di pinggir
jalan atau di warung bersama teman-temannya atau yang biasa di sebut teman
segangnya. Hal ini terjadi akibat kurang perhatian dari orang tua, orang tua
membiarkan anaknya keluyuran tanpa mengkhawatirkannya. Biasanya orang tua
sibuk bekerja dan kurang mendidik anaknya. Selain itu itu alasan anak remaja
nongkrong adalah membicarakan hal-hal yang kurang bermanfaat, tidak
menggunakan waktu luang sebaik-baiknya. Dikhawatirkan apabila hal ini terus
terjadi lama-kelamaan akan membawa pengaruh buruk atau negatif bagi anak.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa
pengaruh keluarga dan lingkungan saling berkaitan satu-sama lain. Keadaan
keluarga dan lingkungan bisa berbeda disetiap wilayah atau bahkan disetiap

keluarga. Maka penulis menyimpulkan bahwa pengaruh keluarga dan lingkungan
terhadap prilaku menyimpang anak adalah sebagai berikut:
1.

Keluarga Baik dan Lingkungan Baik
Seorang remaja yang berada dalam keluarga yang baik yang dimaksudkan
adalah keluarga yang memberikan didikan secara demokratis, tidak otoriter dan
tidak diberi kebebasan berlebih maka ketika tumbuh menjadi remaja akan
memiliki perilaku yang terkendali dikarenakan dalam keluarga yang baik saat
masa keemasan (goldenage) anak di didik dengan hal-hal baik, dicontohkan
dengan keadaan keluarga yang harmonis dan disiplin, akan membekas dan
menjadi karakter yang kuat bagi anak tersebut. Yang selanjutnya saat anak terjun
dan bergaul dalam lingkungan yang baik akan menguatkan karakter anak dan
tumbuh menjadi remaja yang menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku.
2.

Keluarga Baik dan Lingkungan Buruk
Seorang remaja yang berada dalam keluarga yang baik sebagaimana
dijelaskan sebelumnya akan memiliki karakter yang baik, yang mana telah
tertanam dalam dirinya tentang kebaikan. Sehingga ketika berada dalam
lingkungan yang buruk karakter yang telah terbentuk dalam diri mereka membuat
mereka memiliki pendirian untuk tidak menyimpang dari nilai dan norma yang
berlaku. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan berperan dalam
membentuk karakter remaja dan remaja yang pada hakikatnya berada dalam
pencarian jati diri akan mudah terpengaruh. Tetapi, keluarga yang baik dapat
menjadi tameng bagi seorang remaja untuk selalu dalam keadaan yang baik dan
tidak menyimpang.
3.

Keluarga Buruk Lingkungan Baik
Seorang remaja yang berada dalam keluarga yang buruk cenderung
memiliki karakter yang buruk. Karena dalam masa pertumbuhan menjadi remaja
dimana peran keluarga adalah menjadi yang pertama dilihat dan ditiru, maka
karakter keluarga yang buruk akan membuat mental dan perilaku anak
menyimpang sesuai dengan apa yang anak lihat dan menjadi karakter hingga ia
tumbuh menjari remaja. Namun tidak menutup kemungkinan ia memiliki karakter
yang baik ketika hidup dalam lingkungan yang baik, yang mana tanpa disadari
remaja cenderung berperilaku seperti lingkungan tempat ia tinggal karena sering
bergaul dan bersama berada dalam lingkungan yang baik maka karakter buruk
dalam dirinya akan berkurang walaupun tidak secara sempurna karena pengaruh
keluarga yang akan mendominasi dalam pembentukan karakter remaja yang telah
memiliki mental buruk yang tertanam sejak masa kanak-kanak.
4.

Keluarga Buruk Lingkungan Buruk

Seorang remaja yang berada dalam keluarga yang buruk dan lingkungan
yang buruk cenderung memiliki karakter buruk yang menyimpang dari nilai dan

norma yang berlaku. Dimana keluarga yang menjadi tempat pendidikan pertama
saat masa kanak-kanak telah memperlihatkan contoh yang buruk, tindakan yang
salah pada anak, serta keluarga yang kurang harmonis sehingga output dari
keluarga itu pun adalah remaja yang memiliki karakter yang buruk. Selanjutnya
pun saat ia terjun dalam lingkungan yang buruk, akan menguatkan karakter buruk
yang ada dalam dirinya hingga tingkah laku dari remaja itu pun menyimpang dari
nilai dan norma yang berlaku.
Setelah diketahui pengaruh keluarga dan lingkungan terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
oleh remaja,
penulis
menyimpulkan bahwa dalam membentuk keluarga haruslah dalam keadaan siap,
baik secara mental, pendidikan, materi dan lain sebagainya.
Mengapa demikian, karena beberapa hal tersebut selanjutnya akan
mempengaruhi terhadap pola asuh orang tua terhadap anak. Orang tua yang
kurang disegi mental, akan cenderung susah menerapkan pola asuh yang baik
karena ketidak siapannya. Orang tua juga harus bijak dalam menentukan pilihan
mengorbankan anak demi mengejar materi atau hidup seadanya tapi anak dapat
diperhatikan.
Semuanya perlu keputusan yang lahir dari kedewasaan seseorang, dimana
keputusan tersebut bisa menjadi solusi dari suatu permasalahan bukan malah
menambah masalah baru. Dari pola asuh orang tua yang baik, diharapkan anak
remaja memiliki mental yang kokoh dalam menjalankan tugas-tugas
perkembangannya. Jangan sampai mereka mudah terbawa oleh keadaan sekitar
yang kurang baik jika anak remaja itu menirunya.
Mental kokoh yang dimiliki anak remaja saja tidak cukup, karena bisa saja
goyah oleh keadaan lingkungan sekitar, maka penciptaan iklim lingkungan yang
kondusif harus diwujudkan oleh segenap masyarakat sekitar. Mulai dari
memberikan contoh yang baik kepada anak remaja, melaksanakan pengawasan
terhadap kegiatan anak remaja disekitar lingkungan sekitar, terutama pada jam
malam dimana berdasarkan hasil penelitian, anak remaja cederung bergadang dan
nongkrong ditempat-tempat tertentu.
Masyarakat jangan sampai kecolongan bila ternyata ada anak remaja yang
lepas pantauan dan melakukan aksi-aksi nekat yang bersifat kriminal dan
merugikan baik bagi dirinya, keluarganya maupun lingkungan tempat dia tinggal.
Masyarakat dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk menerapkan peraturan
yang mengikat anak remaja supaya tidak menyia-nyiakan waktunya hanya dengan
bergadang dan nongkrong. Hal itu dapat direalisasikan melalui penerapan jam
malam dan membuat program yang dapat mewadahi kegiatan anak remaja selain
sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Asfriyati. (2003). Pengaruh Keluarga Terhadap Kenakalan Anak. Sumatra Utara:
USU digital library.
Bayu Prasetyo A. (2011). Pengaruh Keluarga terhadap Pembentukan
Kepribadian
Remaja.
[Online].
Diakses
dari
:
http://ajargaulmen.blogspot.co.id/2011/07/pengaruh-keluarga-terhadappembentukan.html. [20 Februari 2017].
Maftuhin, dkk. (2016). Pendidikan Sosial Budaya. Bandung: CV Maulana Media
Grafika.
Mly,

Nana.
(2012).
Artikel
Bebas.
[online].
Diakses
dari:
http://nanamly.blogspot.co.id/2012/11/4-artikel-bebas.html.[21
Februari
2017].

Mulia. (2013). Pengaruh Lingkungan terhadap Kenakalan Remaja. [online].
Diakses dari: http://muliasinformation.blogspot.co.id/2013/10/pengaruhlingkungan-terhadap-kenakalan.html.[20 Februari 2017].
Nurcholis.(2015). The Influence Of Family Socialization Pattern Against
Aberrant Behavior In Children.(Skripsi). Universitas Hasanudin, Makasar.
Pensa, Sb. (2011). Tugas-Tugas Perkembangan Menurut Havighurst. [online].
Diakses dari: http://pensa-sb.info/tugas-tugas-perkembangan-menuruthavighurst/.[21 Februari 2017].
Priatini, W., Latifah, M., & Guhardja, S. (2008). The Effect of Parenting, School
Environment, and Role of Peer Group to Adolescent Emotional Intelligent).
Jurnal, 1(01), hlm. 43-53.
Tasrini. (2015). Kenakalan Remaja dan Perubahan Sosial. [online]. Diakses dari:
http://www.panturanews.com/index.php/panturanews/cetakberita/11129. [20
Februari 2017].
Thomson, A. (1998). The adult and the curriculum. [Online]. Diakses dari
http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/1998/thompson.htm.
Tristiawati, Pramita. (2017). Pelajar di Tangerang Dibacok Siswa Lain Saat
Pulang
Sekolah.[online].
Diakses
dari:
http://www.liputan6.com/tag/kenakalan-remaja. .[21 Februari 2017].

Unayah, N & Sabarisman, M. (2015). The Phenomenon of Juvenile Delinquency
and Criminality. Sosio Informa, 1(02), hlm. 121-140.
Zakarya, Eddy. (2012). Mengenal Sifat dan Karakter Anak Remaja.[online].
Diakses dari: http://iptek-terbaru.blogspot.co.id/2012/11/mengenal-sifatdan-karakter-anak-remaja.html .[21 Februari 2017].