KAJIAN KOMPARATIF EMPAT BAHASA DALAM KEL

KAJIAN KOMPARATIF EMPAT BAHASA
DALAM KELOMPOK MINAHASA INTI SECARA KUALITATIF
DENGAN TEKNIK REKONSTRUKSI INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Oleh:
*Yunus Sulistyono
08/268097/SA/14454
A. Pengantar
Kajian linguistik komparatif atau yang dikenal dengan Linguistik Historis
Komparatif merupakan cabang ilmu linguistik yang menelaah perkembangan
bahasa dari satu masa ke masa yang lain, mengamati bagaimana bahasa-bahasa
mengalami perubahan, serta mengkaji sebab akibat dari perubahan bahasa
(Fernandez, 1994:1).
Dalam kajian ini, metode komparatif digunakan untuk mengamati
perubahan bahasa yang terjadi pada empat bahasa berkerabat di Minahasa,
Sulawesi Utara, yaitu bahasa Tondano (TD), Tonsea (TS), Tombulu (TB), dan
bahasa Tontemboan (TTB). Keempat bahasa tersebut adalah bahasa-bahasa
Minahasa yang memperlihatkan hubungan erat dan diakui sebagai bahasa
Minahasa inti yang juga digunakan oleh masyarakat Minahasa inti, yaitu
masyarakat penutur bahasa Tondano, Tonsea, Tombulu, dan Tontemboan. Dalam
hal ini, metode komparatif digunakan untuk mengamati persamaan dan perbedaan
keempat bahasa Minahasa tersebut berdasarkan struktur tataran kebahasaan

keempat bahasa tersebut.
Beberapa penelitian yang pernah membahas mengenai bahasa-bahasa
Minahasa antara lain dilakukan oleh Sneddon dengan judul Proto-Minahasan:
Phonology, Morphology, and Wordlist pada tahun 1978. Pada tahun 2007,
Wongkar

melakukan

penelitian

mengenai

pengelompokan

bahasa-bahasa

Minahasa dalam tesisnya yang berjudul “Pengelompokan dengan Cara Deduktif
dari Protobahasa Austronesia ke Bahasa Tombulu, Tondano, dan Tonsea di
Minahasa”. Selain itu, Fernandez (1999) melakukan penelitian terhadap tujuh
bahasa Minahasa berdasarkan fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa Tonsea,

Tombulu, Tondano, Tontemboan, Tonsawang, Ratahan, dab bahasa Bantik dengan

*Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UGM

judul Means of Livelihood and Health of Minahasa People: an Ethnolinguistic
Study of Ethnic Thought Patterns Underlying Variation in Languages and
Culture.
Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder yang diperoleh
dari koleksi data yang dikumpulkan oleh Sneddon (1970) dalam bukunya The
Language of Minahasa, North Celebes yang memuat 192 kosa kata dasar TD, TS,
TB, dan TTB. Dari data yang telah terkumpul, ternyata banyak ditemukan kata
yang kognat atau kata seasal sehingga dapat disusun etimon Proto Bahasa
Minahasa (PMH) dengan teknik rekonstruksi dari bawah ke atas (induktif).
Analisis diakronis mengenai perubahan bahasa dalam sistem kekerabatan
bahasa-bahasa Minahasa kurang lengkap jika tidak dihubungkan dengan etimon
Proto Austronesia (PAN). Oleh karena itu, perbandingan keempat bahasa
Minahasa inti akan dikaitkan dengan etimon PAN untuk mengamati refleks PAN
pada bahasa-bahasa Minahasa baik secara individual maupun bersama dalam
PMH. Etimon PAN yang menjadi acuan dalam kajian ini adalah daftar PAN yang
direkonstruksi oleh Otto von Dempwolff (1938) dalam Vergleichende Lautlehre

des Austronesischen Wortshatzes dan PAN yang direkonstruksi oleh Isodore Dyen
dan Curtis McFarland (1970) dalam Proto-Austronesian Etyma yang memuat
daftar Etimon PAN hasil rekonstruksi induktif yang dilakukan keduanya. Oleh
karena itu, PAN yang menjadi acuan dalam kajian ini adalah etimon PAN yang
direkonstruksi oleh Dempwolff (Dw) serta Dyen dan R. A. Blust (D/B).
Tahap pertama dalam kajian ini adalah menganalisis secara diakronis data
bahasa modern dengan menerapkan metode kualitatif yang bersifat induktif
dengan teknik rekonstruksi dari bawah ke atas (bottom-up reconstruction). Pada
bagian ini akan diperlihatkan relasi historis bahasa-bahasa berkerabat Minahasa
dengan Proto Bahasa Minahasa (PMH). Tahap selanjutnya merupakan analisis
diakronis mengenai hubungan antara etimon PMH dengan etimon PAN dengan
menerapkan metode kualitatif deduktif dengan teknik rekonstruksi dari atas ke
bawah (up-down reconstruction) yang memperlihatkan relasi historis PMH
dengan PAN.
Dari hasil analisis diakronis yang bersifat induktif dan deduktif, dapat
dijelaskan jenis-jenis inovasi bersama yang dialami oleh bahasa-bahasa Minahasa

*Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UGM

berdasarkan relasinya dengan PMH dan PAN. Dari inovasi yang dialami oleh

bahasa-bahasa Minahasa, perlu dibedakan antara inovasi leksikal dan inovasi
fonologis berdasarkan kaitannya dengan etimon PAN dan PMH. Selain itu, dari
inovasi yang dialami oleh bahasa-bahasa Minahasa, dapat dijelaskan kaidahkaidah primer dan sekunder terkait dengan etimon Proto Austronesia dan Proto
Bahasa Minahasa.

*Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UGM