PERSENTASE SISA PAKAN PROTEIN TINGGI DAN

667

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

PERSENTASE SISA PAKAN PROTEIN TINGGI DAN RENDAH DI ANCO (FEEDING TRAY)
PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) INTENSIF DENGAN
TEKNIK PERGILIRAN PAKAN
Muhammad Nur Syafaat, Abdul Mansyur, Syarifuddin Tonnek, dan Muhammad Chaidir Undu
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau
Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan
E-mail: muhammad.nursyafaat@kkp.go.id

ABSTRAK
Pemanfaatan anco pada budidaya udang vaname intensif diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan antara sisa pakan
protein tinggi dan protein rendah di anco pada budidaya udang vaname intensif dengan teknik pergiliran
pakan. Penelitian ini menggunakan satu petak tambak tanah dengan luas 3500 m 2. Benur yang ditebar
ukuran PL-8 dengan kepadatan 150 ekor/m2. Pemberian pakan pada bulan pertama menggunakan pakan
berprotein tinggi sampai hari ke-30. Memasuki bulan kedua sampai masa akhir pemeliharaan, dilakukan
pergiliran pakan antara pakan berprotein tinggi (28-30%) dengan pakan berprotein rendah (26-28%) dengan
waktu pemberian yang berbeda yaitu dua hari protein rendah dan satu hari protein tinggi. Aplikasi anco

dimulai pada hari ke-33 sampai masa akhir pemeliharaan dan pengamatan sisa pakan di anco dilakukan
setiap dua jam setelah pemberian pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sisa pakan di anco
untuk pakan protein tinggi lebih rendah dibandingkan pakan protein rendah dengan rata-rata persentase
sisa pakan masing-masing yaitu 6,03%(SD+7.89) dan 10,55% (SD+11.8) tapi tidak berbeda nyata secara
statistik (P>0.05). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap persentase sisa
pakan di anco untuk kedua jenis pakan namun pengaruhnya lebih besar pada pakan protein rendah dengan
nilai r masing-masing yaitu 0,35 dan 0,67. Dari hasil penelitian ini direkomendasikan untuk mengurangi
jumlah pakan dan menggunakan pakan protein tinggi pada malam hari dan pada kondisi suhu rendah
(0.05). Meskipun udang vaname dapat diberi pakan dengan pakan protein
rendah namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa udang vaname tetap memiliki kecenderungan
untuk mengomsumsi pakan protein tinggi yang lebih besar dibandingkan pakan protein rendah.

Gambar 2. Persentase sisa pakan protein tinggi dan rendah di anco
selama penelitian
Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan pada udang vaname namun dari Gambar 2
memberikan informasi bahwasanya kandungan protein pakan menjadi salah satu faktor tersebut.
Kadar protein tinggi pada pakan biasanya diperoleh dari komposisi pakan yang mengandung bahan
baku berkadar protein lebih tinggi misanya tepung ikan dan tepung kepala udang. Selain kadar
protein yang tinggi, pakan dengan kadar protein tinggi memiliki aroma yang lebih tajam dibanding
pakan protein rendah sehingga menjadi atraktan (daya tarik) bagi organisme yang dibudidayakan.

Nur (2011) mengemukakan bahwa seberapa besar jumlah pakan yang dikonsumsi oleh udang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jenis pakan, ukuran udang, suhu air, padat tebar, cuaca,
kualitas air dan status kesehatan udang itu sendiri. Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan guna
memaksimalkan penggunaan pakan bagi kultivan. Menurut Nunes & Suresh (2001), ada banyak
variasi dari hari ke hari yang mempengaruhi dalam konsumsi pakan misalnya fluktuasi kualitas air,

671

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

langit mendung, siklus lunar (bulan), aktivitas molting, dan ketersediaan makanan alami. Selain itu,
probiotik berkontribusi dalam mengurangi konsumsi pakan ketika probiotik ditambahkan pada air
media pemeliharaan, tanpa mempengaruhi laju pertumbuhan dari L.vannamei (Da Silva et al., 2009).

Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwasanya periode waktu (siang dan malam)
dan siklus bulan (bulan terang dan bulan gelap) cenderung berpengaruh terhadap persentase sisa
pakan di anco untuk kedua jenis pakan namun tidak berbeda nyata (P>0.05). Secara umum, persentase
sisa pakan lebih rendah pada waktu siang dibanding malam hari dan lebih rendah pada periode
bulan terang dibanding bulan gelap. Jika dirinci berdasarkan jenis pakan maka ada perbedaan nilai
yang diperoleh pada kedua perlakuan dimana persentase sisa pakan lebih rendah pada waktu siang

dibanding malam hari untuk pakan protein rendah, sedangkan persentase sisa pakan untuk pakan
protein tinggi lebih tinggi pada waktu siang namun nilainya hampir sama antara siang dan malam.
Persentase sisa pakan yang cenderung lebih rendah pada siang hari mengindikasikan bahwa pakan
yang diberikan lebih banyak dimanfaatkan oleh udang vaname pada siang hari dibandingkan pada
malam hari. McNeil (2001) mengemukakan bahwa, udang kemungkinan memanfaatkan pakan yang
lebih kecil di malam hari sehingga pemberian pakan tidak lebih dari sepertiga atau seperempat dari
total ransum di malam hari. Pada penelitian ini juga diperoleh persentase sisa pakan di anco pada
waktu siang dan malam hari lebih rendah untuk pakan protein tinggi dibandingkan pakan protein
rendah dimana pada waktu malam menunjukkan adanya perbedaan secara nyata (P0.05) untuk
parameter A, B dan C
(* *) huruf yang sama dalam satu kolom pada kolom (4) menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05) untuk parameter
B dan C

Persentase sisa pakan protein tinggi dan rendah ..... (Muhammad Nur Syafaat)

672

oleh McNeil (2001), juga disarankan untuk memberikan pakan dengan aroma yang lebih tajam pada
malam hari. Mudjiman (2007) menjelaskan bahwa bau dan rasa pakan buatan sebaiknya mendekati
bau dan rasa pakan alami yang biasa dimakan oleh ikan dengan menambahkan zat atau bahan

perangsang nafsu makan (feeding stimulant) seperti: tepung cumi-cumi, tepung udang, daging kerangkerangan, hipoksantin, inosin, asam amino, arginin, asam glutamat, glisin, betain, 5-IMP ( inosine
monophosphate), ADP (adenosine diphosphate), dan taurin.

Persentase sisa pakan berdasarkan fase bulan menunjukkan bahwa sisa pakan di anco lebih rendah
pada fase bulan terang dibandingkan pada fase bulan gelap untuk pakan protein rendah sedangkan
untuk pakan protein tinggi sisa pakannya lebih banyak pada periode bulan terang dibandingkan
periode bulan gelap (Tabel 2). Persentase sisa pakan yang cenderung lebih rendah pada periode
bulan terang kemungkinan berhubungan dengan adanya sumber cahaya bulan pada malam hari
sehingga berdampak pada keaktifan dari udang untuk mencari makan.

Pengamatan secara umum tentang pengaruh suhu terhadap sisa pakan di anco selama penelitian
menunjukkan adanya pengaruh meskipun persentase sisa pakan cenderung fluktuatif namun
penurunan suhu rata-rata harian cenderung diikuti dengan peningkatan persentase sisa pakan di
anco. Udang vaname adalah jenis udang yang cukup adaftif terhadap kondisi suhu dan salinitas
sehingga lebih tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan selama kondisinya tidak ekstrim.
Wainberg & Camara (1998 dalam De Lima et al., 2009) menyatakan bahwa udang vaname memiliki
adaptasi yang sempurna untuk berbagai macam kondisi budidaya, khususnya suhu dan salinitas.

Gambar 2. Persentase sisa pakan harian di anco dan suhu air rata-rata pada hari
pengamatan

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa suhu memberikan pengaruh terhadap persentase sisa
pakan di anco untuk pakan protein tinggi dan rendah dan menunjukkan adanya korelasi positif
dengan nilai r = 0.53 (Gambar 3a). Pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwasanya persentase
sisa pakan di anco untuk pakan protein rendah memiliki korelasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pakan protein tinggi dengan nilai r = 0.67 (Gambar 3b) sedangkan nilai r untuk pakan
protein tinggi sebesar 0.35 (Gambar 3c). Adanya perbedaan nilai r ini menunjukkan bahwasanya
persentase sisa pakan di anco untuk pakan protein rendah lebih dipengaruhi oleh suhu dibandingkan
pakan protein tinggi. Hasil ini bisa menjadi pertimbangan bagi pembudidaya untuk memberikan
pakan protein tinggi pada kondisi suhu yang rendah dengan tetap mengurangi dosis pakan yang
diberikan untuk mengurangi risiko pencemaran air akibat sisa pakan yang tinggi. Nur (2011)
menjelaskan bahwa suhu mempunyai efek nyata terhadap konsumsi pakan dan pertumbuhan. Pada
udang vannamei, konsumsi pakan mencapai optimal pada suhu 27-31 oC. Suhu di atas atau di bawah
kisaran tersebut menyebabkan konsumsi pakan menurun.
Kualitas Air

Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan bahwasanya parameter kualitas air yang diamati
masih dapat ditolerir oleh udang vaname yang dipelihara meskipun ada beberapa parameter yang
memiliki nilai yang melewati ambang batas yang direkomendasikan yaitu nitrit, posfat, BOT, salinitas
dan kecerahan.


673

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2016

Gambar 3. (A) Hubungan antara suhu dengan persentase sisa pakan protein tinggi dan rendah di
anco, (B) Hubungan antara suhu dengan persentase sisa pakan protein rendah di anco,
dan (C) Hubungan antara suhu dengan persentase sisa pakan protein tinggi di anco.
Pertumbuhan, Sintasan, Produksi dan Nilai Konversi Pakan
Nilai bobot akhir rata-rata, sintasan, dan RKP yang diperoleh pada penelitian ini cukup baik namun
masih bisa ditingkatkan jika beberapa faktor pendukung seperti kualitas air dapat dikontrol secara
maksimal. Salah satu kendala yang dihadapi pada penelitian ini adalah kondisi kekeruhan yang
tinggi akibat partikel lumpur yang teraduk oleh putaran kincir, diperparah lagi tambak tanah yang
digunakan hanya mampu menampung ketinggian air berkisar 100-120 cm.

Mansyur et al. (2013) mengemukakan bahwa bobot akhir rata-rata yang didapatkan sampai akhir
penelitian selama 90 hari adalah 12,25 g/ekor. Hasil penelitian ini berbeda dengan Tahe (2013) yang
mendapatkan bobot akhir 15,15 g/ekor walaupun menggunakan sumber benih yang sama. Hal ini
diduga bahwa pengelolaan teknik budidaya yang berbeda, seperti konstruksi tambak beton,
kedalaman air yang tinggi, sistem pembuangan air menggunakan central drain dan dilengkapi
biosekuritas sedangkan pada penelitian ini masih menggunakan tambak tanah, tidak menggunakan

central drain dan rata-rata tinggi air berkisar 1,0 m-1,2 m.

Persentase sisa pakan protein tinggi dan rendah ..... (Muhammad Nur Syafaat)

674

Tabel 3. Nilai kisaran (rata-rata + SD) parameter kualitas air yang diukur selama penelitian

Parameter

Nilai (rata-rata + SD)
25,5
23
7
3,46
13
0,11
0,04
0,11
0,23

41,42

Suhu (oC)
Salinitas (ppt)
pH
Oksigen (ppm)
Kecerahan (cm)
TAN (ppm)
NO2 (ppm)
NO3 (ppm)
PO4 (ppm)
BOT (ppm)

29,5 (26,79+1,01)
39 (34,11+3,29
9 (7,79+0,40)
7,67 (5,18+1,13)
55 (19,57+8,01)
1,29 (0,52+0,43)
5,02 (2,32+2,00)

5,91 (3,22+2,48)
1,79 (0,83+0,55)
65,18 (52,26+9,01)

Nilai yang direkomendasikan
(nilai toleransi) - (referensi)
27 - 31 (Nur,2011)
5 35 (Boyd, 2001)
6 9 (Boyd, 2001)
5 15 (Boyd, 2001)
30 45 (Boyd, 2001)
< 1,22 (maks, 2) - (Ferreira, 2011)
0,01 0,05 (0,1 1) (Suprapto, 2005)
0,2 10 (Boyd, 2001)
0,005 0,2 (Boyd, 2001)
< 55 ( Adiwijaya et al ,, 2003)

Tabel 4. Nilai pertumbuhan, sintasan, RKP dan produksi yang dihitung pada akhir
penelitian


Perlakuan
Pergiliran
pakan

Bobot
awal
(g)

Bobot
akhir
(g)

Pertumbuhan
harian
(g/hari)

Sintasan
(%)

RKP*


Produksi
(kg)

0,0001

12,25

0,14

57,25

1,8

3750

* rasio konversi pakan

KESIMPULAN
Persentase sisa pakan di anco untuk pakan protein tinggi lebih rendah dibandingkan pakan protein rendah dengan rata-rata persentase sisa pakan masing-masing yaitu 6,03% dan 10,55%. Hasil ini
menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan pakan pada pakan protein tinggi lebih tinggi dibandingkan
pakan protein rendah tapi tidak berbeda nyata secara statistik (P>0.05). Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa suhu berpengaruh terhadap persentase sisa pakan di anco untuk pakan protein
tinggi dan rendah namun pengaruhnya lebih besar pada pakan protein rendah dengan nilai r masingmasing yaitu 0,35 dan 0,67. Selain itu, periode waktu (siang dan malam) dan siklus bulan juga
berpengaruh terhadap persentase sisa pakan di anco dimana persentase sisa pakan secara umum
lebih rendah pada waktu siang dibanding malam hari dan persentase sisa pakan di malam hari
berdasarkan fase bulan menunjukkan bahwa secara umum sisa pakan lebih rendah pada fase bulan
terang dibandingkan pada fase bulan gelap namun keduanya (berdasarkan periode waktu dan fase
bulan) tidak berbeda nyata (P>0.05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis pakan, suhu, periode waktu dan siklus bulan
berpengaruh terhadap persentase sisa pakan di anco sehingga direkomendasikan untuk mengurangi
jumlah pakan dan menggunakan pakan protein tinggi pada kondisi suhu rendah (