SISTEM PERTANIAN TERPADU DAN BERKELANJUT
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ ii
KATA PENGHANTAR .........................................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iv
BAB I.PENDAHULUAN .......................................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................................
B. Permasalahan .........................................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................................
A. Devinisi Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan .........................................
B. Konsep dan Pengaplikasian Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan ...............
C. Pembuatan Pestisida Organik ................................................................................
D. Macam – macam dan Ciri - ciri Hama/Penyakit pada Tumbuhan dan Cara
Mengendalikannya .........................................................................................................
BAB III. PENUTUP ...............................................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................................................
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh jangka panjang dari perkembangan dunia pertanian dan industri dalam sistem
petanian moderen, ternyata menghasilkan dampak negatif yang besar terhadap ekosistim
alam. Pencemaran oleh bahan-bahan kimia beracun akibat tingginya intensitas pemakaian
pupuk, pestisida dan herbisida telah lama diketahui. Demikian pula dengan ketahanan
(resistensi) hama yang semakin meningkat terhadap pestisida akibat penyemprotan yang
semakin tinggi serta pencemaran air tanah maupun sungai oleh senyawa nitrat akibat
peggunaan pupuk yang berlebihan. Pertanian moderen juga telah mengurangi keragaman
spesies tanaman secara drastis akibat penerapan sistem monokultur secara besar-besaran.
Ekosistem alam yang semula tersusun sangat kompleks, berubah menjadi ekosistem yang
susunannya sangat sederhana akibat berkurangnya spesies tanaman tersebut. Hal ini
bertentangan dengan konsep pertanian berkelanjutan, yang selain memperhatikan pemenuhan
kebutuhan manusia yang selalu meningkat dan berubah, sekaligus mempertahankan atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Sistem pertanian semakin tergantung pada input-input luar sebagai berikut : kimia buatan
(pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan pemanfaatan bahan bakar minyak dan
juga irigasi. Konsumsi terhadap sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui, seperti
minyak bumi dan fosfat sudah dalam tingkat yang membahayakan. Bersamaan dengan
meningkatnya kebutuhan akan produk pertanian, maka teknologi baru untuk pengembangan
varietas baru, seperti jagung, padi, gandum serta tanaman komersial lainnya juga nampak
semakin menantang. Namun demikian, pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak
seimbang, bisa menimbulkan dampak besar, bukan hanya terhadap ekologi dan lingkungan,
tetapi bahkan terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik diantaranya dengan adanya
ketergantungan pada impor peralatan, benih serta input lainnya. Akibat selanjutnya adalah
menyebabkan ketidakmerataan antar daerah dan perorangan yang telah memperburuk situasi
sebagian besar petani lahan sempit yang tergilas oleh revolusi hijau (Sach, 1987 dalam
Reijntjes, Haverkort, dan Bayer, 1999).
Dalam rangka memasuki revolusi hijau kedua ini kita belajar dari kenyataan bahwa
teknologi maju dan mahal akan memproduksi barang yang mahal pula termasuk makanan.
Pengkajian kembali teknologi yang tidak hanya berorientasi kepada penggunaan energi
secara maksimal dan intensif akan tetapi juga berusaha menerapkan low input sustainable
agriculture (LISA). Untuk Indonesia dan negara berkembang lainnya, dua tujuan harus tetap
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
2
sejalan dan seimbang yaitu peningkatan produktivitas dan produksi di satu pihak dan
pencapaian keberlanjutan sistem produksi, peningkatan kesejahteraan petani dan pelestarian
lingkungan di lain pihak yang memerlukan langkah terobosan di bidang penelitian (Tiharso,
1992).
Untuk mengantisipasi berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, maka sangat
dibutuhkan adanya suatu sistem pertanian yang efisien dan berwawasan lingkungan, yang
mampu memanfaatkan potensi sumberdaya setempat secara optimal bagi tujuan
pembangunan pertanian berkelanjutan.
B. Permasalahan
Peningkatan input energi seperti pupuk kimia, pestisida maupun bahan -bahan kimia
lainnya dalam pertanian dengan tanpa melihat kompleksitas lingkungan disamping
membutuhkan biaya usahatani yang tinggi, juga merupakan penyebab utama terjadinya
kerusakan lingkungan. Penggunaan pupuk dan pestisida di luar kontrol akan dapat merusak
tanah dan tolerannya suatu jenis hama dan penyakit tertentu terhadap pestisida disamping
juga dapat menghilangkan jenis predator dan parasitoid yang bermanfaat. Bahan-bahan kimia
tersebut dapat tetap tinggal sebagai residu pada hasil tanaman, tanah tercuci ke dalam air
sungai akibatnya dapat berbahaya bagi kehidupan manusia maupun hewan.
Dari uraian di atas, maka dapat diketahui permasalahan-permasalahan yang ada dan akan
muncul dalam usaha peningkatan produksi pertanian selama ini, yaitu diantaranya :
1. Penggunaan paket teknologi seperti pupuk anorganik dan pestisida secara tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, disamping dibutuhkan biaya
usahatani yang tinggi.
2. Berkurangnya keragaman spesies tanaman secara drastis akibat penerapan sistem
monokultur secara besar-besaran. Ekosistem alam yang semula tersusun sangat kompleks,
berubah menjadi ekosistem yang susunannya sangat sederhana akibat berkurangnya spesies
tanaman tersebut.
3. Adanya ketergantungan pada impor peralatan, benih serta input lainnya menyebabkan
dibutuhkan biaya usahatani yang semakin tinggi.
4. Adanya ketidakmerataan antar daerah dan perorangan yang telah memperburuk situasi
sebagian besar petani lahan sempit yang tergilas oleh revolusi hijau.
5. Semakin sulitnya mengatasi hama dan penyakit pada tanaman sehingga membuat para
petani mengalami gagal panen dan mengalami kerugian yang sanagat besar.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
3
Melihat permasalahan-permasalahan tersebut, guna mempertahankan dan meningkatkan
produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan, maka pengelaolaan
sumberdaya secara efektif dari segi ekologi maupun ekonomi mutlak dilakukan. Pertanyaan
yang timbul kiranya langkah-langkah apa saja yang mungkin dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut ?
C. Tujuan penulisan
Sehubungan dengan permasahan-permasalahan yang dihadapi dalam usaha pembangunan
petanian, dikaitkan dengan beberapa alternatif pemecahan masalah yang akan dikemukan
pada bab II berikut, maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih jauh peluangpeluang yang mungkin dapat dilakukan dalam usaha mewujudkan pertanian berkelanjutan
melalui pertanian secara terpadu.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
4
BAB II. PEMBAHASAN
A. Devinisi Sistem PertanianTerpadu dan Berkelanjutan
Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu
lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas
lahan, program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara
terpadu. Diharapkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa
pangan, sandang dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini.
Atau dapat juga di artikan bahwa Sistem pertanian terpadu merupakan satu sistem yang
menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra,
menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja.Pertanian pada hakekatnya
merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga
aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara
efektif dan efisien.
Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga
dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu
dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik di dalam
tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai
pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif
dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada
kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan.
Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang
lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan
dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi
dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.
Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiiki
beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman
dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam
dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk
sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
5
mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing untuk mendapatkan
penghasilan.
Sistem usahatani tradisional sebahagian terbukti berkelanjutan, tetapi sistem ini
dipandang terlalu lamban untuk dapat memenuhi perkembangan kebutuhan pangan dan
kebutuhan masyarakat lainnya yang sejalan dengan proses pembangunan dan kemajuan yang
makin cepat. Modifikasi dan peningkatan sistem tradisional ini diperlukan dengan masukan
unsur teknologi unggul hasil penelitian tanpa mengabaikan sifat keberlanjutan. Sistem
pertanian berkelanjutan bukan merupakan sistem usahatani tradisional yang stagnan tanpa
masukan input dari luar, melainkan dengan menggunakan input luar secara arif mendasarkan
pada produktivitas tinggi jangka panjang dengan pertimbangan sosio-ekonomi, budaya dan
pemeliharaan sumber daya alam serta lingkungan. Oleh karena itu dalam menerapkan
pertanian berkelanjutan diperlukan dukungan sumberdaya manusia, pengetahuan dan
teknologi, permodalan, hubungan produk dan konsumen, serta masalah keseimbangan misi
pertanian dalam pembangunan.
Suatu agroekosistem yang keanekaragamnnya tinggi akan memberi jaminan yang lebih
tinggi bagi petani. Namun, keanekaragaman tidak selalu mengakibatkan kestabilan, bahkan
dapat menyebabkan ketidakstabilan jika komponen- komponennya tidak dipilih dengan baik,
misalnya beberapa jenis pohon merupakan inang hama atau penyakit berbahaya bagi
tanaman; dan tanaman, hewan atau pohon bisa bersaing dalam ketenagakerjaan, unsur hara
dan air (Dover dan Talbot, 1987). Jika keanekaragaman fungsional bisa dicapai dengan
mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling melengkapi dan
berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, maka bukan hanya kestabilan yang dapat
diperbaiki, namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input yang lebih rendah.
Komponen-komponen agroekosistem juga bisa sinergetik dalam fungsinya, misalnya
barisan tumbuhan pada garis luar suatu bidang lahan yang mengkonservasi air dan tanah serta
memproduksi pakan ternak dan bahan pangan; pagar tanaman di sekitar lahan untuk
melindungi dari serangan hewan atau angin sekaligus sebagai penghasil bahan bakar, pangan,
pakan hewan atau obat – obatan. Tanaman dan hewan yang bermanfaat ganda sangatlah
penting. Baik tanaman maupun hewan mengkombinasikan berbagai fungsi misalnya, rumput
untuk pagar hidup dan sebagai pakan hewan, atau hewan yang menghasilkan pupuk kandang,
susu dan tenaga serta berfungsi sebagai cadangan modal.
Pemanfaatan keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat yang maksimal
mengakibatkan sistem pertanian yang kompleks dan terpadu yang menggunakan sumberdaya
dan input yang ada secara optimal. Tantangannya adalah menemukan kombinasi tanaman,
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
6
hewan dan input yang mengarah pada produktivitas yang tinggi, keamanan produksi serta
konservasi sumberdaya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan
modal.
B. Konsep dan Pengaplikasi Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan
Pengaplkasian pertanian terpadu dan berkelanjutan Dengan Konsep Teknik Budidaya
Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan.
1. Pertanian terpadu biosiklus
Pertanian terpadu biosiklus adalah pertanian yang mengintegrasikan tanaman, ternak, dan
ikan dalam satu siklus (biosiklus) sedemikian rupa sehingga hasil panen dari satu kegiatan
pertanian dapat menjadi input kegiatan pertanian lainnya, selebihnya dilepas ke pasar.
Dengan pola itu ketergantungan petani dengan input produksi dari luar dapat diminimalisasi.
Misalnya pakan untuk ternak dan ikan sebagian dapat dipenuhi dari hasil tanaman dan
limbah, sedangkan kebutuhan pupuk organik dapat diperoleh dari kotoran hasil ternak.
Kotoran ternak ditampung dalam biodigester untuk diambil gas metannya dan dapat
dimanfaatkan untuk memasak bahkan untuk energi listrik. Dengan sistem pertanian terpadu
biosiklus itu, petani memperoleh sumber penghasilan yang beragam dari diversifikasi produk
hasil pertanian; panen harian (misal telur, susu), panen musiman (misal gabah, jagung) dan
panen tahunan (anak sapi), meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, kebutuhan
pangan yang bergizi seimbang tercukupi (mendekati PPH ideal) dari usaha tani mereka,
kesuburan lahan terjaga dan tanpa limbah (zero waste). Data penelitian lapangan
menunjukkan bahwa dengan sistem pertanian terpadu itu, petani kecil dapat memperoleh
pendapatan per bulan lebih besar daripada UMR.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
7
2.
Pertanian Organik Modern
Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik.
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan
pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan
air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora,
fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi
sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem
pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian
organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak
mendapat sertifikasi organik. Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian
organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya, oleh karena itu
pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian
dengan perinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang
berasal dari bahan organik.
Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan
sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara
ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan
yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya
alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari
sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan
usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil,
distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada
lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara
bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan
permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini.
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian
Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang
memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah
lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
8
masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan
pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi
kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain,
pertanian organik terus berkembang.
3. . Sistem Tanam Ganda (Multiple cropping)
Pertanaman ganda (Multiple cropping), yaitu intensifikasi pertanaman dalam dimensi
waktu dan ruang. Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada lahan yang
sama dalam kurun waktu satu tahun. Menurut bentuknya, pertanaman ganda ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : pertanaman tumpangsari (Intercropping) dan
pertanaman berurutan (Sequential Cropping). Hampir semua petani dengan lahan sempit di
daerah tropis masih terus melakukan budidaya ganda. Selama dua dasawarsa yang lalu, para
ilmuwan semakin menyadari bahwa hal ini merupakan praktek yang sangat cocok untuk
memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko dan
melestarikan sumberdaya alam. Secara lebih khusus, manfaat-manfaat budidaya ganda bagi
petani lahan sempit berikut ini telah diidentifikasikan (Papendick et al., 1976; Beets 1982;
Francis 1986; Altieri 1978; Hoof 1987) :
Pada hampir semua sistem budidaya ganda yang dikembangkan oleh petani lahan sempit,
tingkat produktivitas yang dapat dipanen per satuan luas lebih tinggi dari pada budidaya
tanam tunggal dengan tingkat pengelolaan yang sama. Keuntungan panen bisa berkisar antara
20 % sampai 60 % (Steiner 1984; Francis 1986). Perbedaan ini sebagai akibat berbagai
faktor, seperti tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, penurunan kerugian yang disebabkan
oleh gulma, serangga dan penyakit serta pemanfaatan yang lebih efisien terhadap sumber
daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada.
Kalau beberapa tanaman budidaya tumbuh sekaligus, kegagalan salah satu tanaman dapat
dikompensasikan oleh tanaman yang lain (baik itu sebagai hasil panen sebenarnya ataupun
dalam hal nilai uangnya). Hal ini mengurangi resiko usaha tani.
Sistem budidaya ganda, khususnya dengan rumput dan pohon perennial, tampaknya
kurang rentan terhadap erosi tanah (karena penutupan tanah lebih baik dan lebih banyak
penghalang pada aliran air dan udara). Sistem tersebut juga lebih baik dalam memanfaatkan
ruang yang ada bagi pertumbuhan akar dan tajuk, mendaur ulang air dan unsur hara yang ada
dengan lebih efisien dan memiliki kapasitas penyangga yang lebih besar terhadap periode
ataupun peristiwa yang merugikan (kekeringan, serangan hama, kebutuhan uang tunai dalam
jumlah besar secara mendadak dan sebagainya) dibanding sistem budidaya tanaman tunggal.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
9
Dengan kata lain, mereka memanfaatkan dan memberikan perlindungan yang lebih baik pada
modal usahatani alami.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di lahan kering dapat
dilakukan melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari
pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi erosi
dan meningkatkan kesuburan tanah (Samosir, 1996).
Tumpangsari merupakan salah satu bentuk program intensifikasi pertanian alternatif yang
tepat untuk melipatgandakan hasil pertanian pada daerah-daerah yang kurang produktif.
Keuntungannya adalah selain diperoleh panen lebih dari sekali setahun, juga menjaga
kesuburan tanah dengan mengembalikan bahan organik yang banyak dan penutupan tanah
oleh tajuk tanaman. Dalam sistem pertanaman tumpangsari, agar diperoleh hasil yang
maksimal maka tanaman yang ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga
mampu memanfaatkan ruang dan waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan pengaruh
kompetitif yang sekecil-kecilnya (Prajitno, 1988). Selanjutnya Harera dan Moris (1984)
menjelaskan bahwa jenis tanaman yang digunakan dalam tumpangsari harus memiliki
pertumbuhan yang berbeda, bahkan bila memungkinkan dapat saling melengkapi. Tanaman
tumpangsari jagung dapat dilakukan dengan padi gogo, palawija lain atau sayuran yang
dilakukan dengan tujuan ; (1) penganekaragaman penggunaan makanan, (2) mengurangi
resiko kegagalan panen, dan (3) meningkatkan intensitas tanam (Sutoro, Soelaeman dan
Iskandar, 1988 dalam Safuan dan Boer, 2000).
Contoh Gambar teknik pertanian tumpangsari
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
10
Contoh Gambar Teknik pertanaman berurutan
4. Komplementari Hewan Ternak dan Tumbuhan
Integrasi sumber-sumber hewan ternak dan tumbuhan untuk memperoleh out put
biomassa yang optimal dalam lingkungan ekologi dan sosio-ekonomi tertentu harus menjadi
tujuan dalam sistem pertanian berkelanjutan. Interaksi yang sesuai diantara komponenkomponen harus menghasilkan respon komplementari (saling melengkapi) dan sinergetik
sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan memperkuat viabilitas
ekonomi dari sistem pertanian yang terpadu. Menurut CAST (1988) bahwa strategi terbaik
untuk menciptakan viabilitas ekonomi adalah fleksibilitas sistem pertanian dalam produksi
pangan dan sandang. Fleksibilitas usaha tersebut dapat dicapai melalui penurunan biaya input
dan peningkatan diversifikasi usaha. Suatu perpaduan agro-ekosistem harus mampu
memberikan pengaruh stabilitas yang tinggi terhadap fluktuasi jangka pendek dalam harga
komoditas.
Sumber daya yang paling terbatas dalam sistem pertanian berkelanjutan secara umum
adalah kemampuan pengelolaan yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara
diversifikasi usaha pada tingkatan optimal. Sistem pertanian monokultur lebih banyak
diusahakan dan umumnya kurang kompleks dibandingkan sistem pertanian campuran atau
integrasi.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
11
Sistem produksi ternak herbivora yang dikombinasi dengan lahan-lahan pertanian dapat
disesuaikan dengan keadaan tanaman pangan. Ternak tidak berkompetisi pada lahan yang
sama. Tanaman pangan dengan komponen utama dan ternak menjadi komponen kedua.
Ternak dapat digembalakan di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan
setelah pemanenan hasil sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan,
gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh disekitar tempat tersebut. Sebaliknya
ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan
fecesnya. Mott (1974) melaporkan bahwa dari nitrogen tumbuhan dan mineral yang dimakan
hewan di areal penggembalaan, sekitar 75 – 95 persen nitrogen dan 90 – 95 persen mineral
dikembalikan ke tanah. Contoh penerapan sistem ini di Sumatera dilaporkan bahwa
sumbangan ternak terhadap total hasil usahataninya adalah sebanyak 17 persen, sedangkan di
Cina sebanyak 29 persen (Moningka, dkk., 1993).
5. . Usaha Terpadu Peternakan dan Perkebunan
Sistem tumpangsari tumbuhan dan ternak pada umumnya banyak dipraktekkan dengan
tanaman perkebunan. Tujuan sistem ini adalah untuk pemanfaatan lahan secara optimal,
namun belum banyak mendapat perhatian. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman
perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput
diatasnya merupakan komponen kedua. Dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa integrasi
antara tanaman perkebunan dan peternakan dapat meningkatkan kualitas tanah, produksi
kelapa, produksi kopra, hasil buah sawit segar dan keuntungan ekonomis serta meningkatkan
hasil ternak, menurunkan biaya penyiangan dan mempermudah pengumpulan buah kelapa.
Moningka dkk. (1993) menjelaskan keuntungan-keuntungan dari sistem ini antara lain :
(1) tersedianya tanaman peneduh bagi ternak sehingga dapat mengurangi stress karena
panas,
(2) meningkatkan kesuburan tanah melalui proses kembaliya air seni dan feces ke dalam
tanah,
(3) meningkatkan kualitas pakan ternak, membatasi pertumbuhan gulma,
(4) mengurangi penggunaan herbisida,
(5) meningkatkan hasil tanaman perkebunan dan
(6) meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil ternaknya.
Pola keterpaduan dalam usahatani dengan pemanfaatan areal pertanaman kelapa masih
belum nampak nyata, disebabkan masih merupakan usaha sampingan atau tradisional.
Akibatnya petani lambat menerima inovasi dan ternak belum dapat ditangani dengan serius.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
12
Padahal adanya sistem yang demikian mempunyai nilai positif baik bagi tanaman rumput
atau ternak maupun tanaman kelapa. Keuntungan yang diperoleh dengan keberadaan sistem
peternakan di bawah pohon kelapa berupa :
(1) menaikan sumber pendapatan petani,
(2) menekan kompetisi gulma dan biaya pengendalian gulma,
(3) sumber makanan ternak,
(4) produksi manur untuk memelihara kesuburan tanah, dan
(5) pemanfaatan tataguna tanah yang baik.
Padang pengembalaan di bawah perkebunan kelapa di daerah tropis sangat baik untuk
penggembalaan ternak. Hal ini harus diikuti dengan manajemen padang pengembalaan yang
baik, supaya kontinyuitas produksi dan kualitas tanaman makanan dapat dipertahankan dan
produksi utama tidak dirugikan (Shelton, 1987). Pemeliharaan ternak ruminansia bersamaan
dengan perkebunan harus terus dikembangkan dan diperbaharui agar dicapai suatu kondisi
yang optimal untuk semua komponen produksi.
Penambahan tanaman legum pada padang rumput, diharapkan dapat menaikan nitrogen
dan bahan organik tanah di daerah-daerah yang tererosi dan kurang kesuburannya yang
disebabkan oleh pengelolaan tanah yang buruk. Peranan leguminosa pada padang
pengembalaan, mampu memanfaatkan nitrogen bebas dari udara dengan bantuan rhizobium
di dalam nodul-nodul leguminosa tersebut. Di dalam nodul inilah bakteri bertempat tinggal
dan berkembang biak serta dapat melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Oleh
karena itu, penanaman campuran merupakan sumber dari protein dan mineral yang berkadar
tinggi bagi ternak, juga memperbaiki kesuburan tanah. Selanjutnya Reksohadiprodjo (1981)
menyatakan bahwa fungsi leguminosa dalam padang pengembalaan adalah menyediakan atau
dapat memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama protein, fosfor dan kalsium.
Untuk mepertahankan pertumbuhan tanaman, baik untuk tanaman kelapa maupun untuk
tanaman selanya, perlu dilakukan pemupukan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk
buatan atau pupuk organik. Pupuk organik seperti pupuk kandang sangat membantu dalam
memperbaiki sifat-sifat tanah sperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya
menahan air dan kapasitas tukar kation tanah. Disamping itu, pupuk kandang juga dapat
memperbaiki sifat biologi dan kimia tanah, sehingga dapat memperbaiki lingkungan
perakaran tanaman yang nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta memperoleh hasil yang lebih tinggi (Hardjowigeno, 1989). Dalam sistem usaha
terpadu peternakan dan tanaman perkebunan, maka kebutuhan pupuk kandang dapat dipenuhi
dari kotoran ternak yang diusahakan secara bersama-sama.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
13
Siklus Integrasi terhadap hewan dan tumbuhan
Contoh Gambar Hasil Integrasi Hewan dan Tumbuhan
6. Agroforestry
Pengembangan pertanian komersil khususnya tanaman musiman mensyaratkan perubahan
sistem produksi secara total menjadi monokultur dengan masukan energi, modal dan tenaga
kerja dari luar yang relatif besar.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
14
Di pihak lain sistem-sistem produksi asli (salah satunya agroforestry) selalu dianggap
sebagai sistem yang hanya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Dukungan
terhadap pertanian komersial petani kecil lebih diarahkan sebagai upaya penataan kembali
secara keseluruhan sistem produksi, ketimbang sebagai pendekatan terpadu mengembangkan
sistem-sistem yang sudah ada. Agroforestry umumnya dianggap sebagai “kebun dapur”, tidak
lebih dari sekedar pelengkap sistem pertanian lain, hanya khusus untuk konsumsi sendiri, dan
menghasilkan hasil-hasil ikutan seperti kayu bakar (Michon, 1985).
Agroforestry mempunyai fungsi ekonomi penting bagi masyarakat setempat. Peran utama
agroforestry bukanlah produksi bahan pangan melainkan sebagai sumber penghasilan
pemasukan uang dan modal. Seringkali agroforestry menjadi satu-satunya sumber uang tunai
keluarga petani. Agroforestry memasok 50 – 80% pemasukan dari pertanian di pedesaan
melalui produksi langsung dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengumpulan,
pemrosesan dan pemasaran hasilnya (Michon, 1985) . Contoh kegiatan tersebut misalnya
adalah aktivitas penanaman hutan dengan sistem tumpangsari, kegiatan penebangan, aktivitas
angkutan hasil hutan, pembinaan industri rakyat, pembinaan sutra alam, lebah madu dan
sebagainya (DS Fattah, 1999).
Keunikan konsep pertanian komersil agroforestry adalah karena bertumpu pada
keragaman struktur dan unsur-unsurnya, tidak berkonsentrasi pada satu spesies saja. Produksi
komersial ternyata sejalan dengan produksi dan fungsi lain yang lebih luas. Hal ini
menimbulkan beberapa konsekuensi menarik bagi petani.
Di daerah-daerah tropis, agroekosistem yang secara ideal mendekati ekosistem klimaks
merupakan sistem agroforestri, yaitu di daerah-daerah yang lebih kering, sistem yang
menyerupai savana dengan pohon-pohon disana sini, semak belukar dan rumput-rumputan
perennial dan di daerah-daerah yang lebih lembab, sistem yang menyerupai hutan-hutan yang
lebih lebat.
Dalam rancangan agroforestri ini, ciri ekosistem alami digabungkan dengan kebutuhan
usaha tani. Penutupan tanah yang lebih baik diperoleh dengan memasukan spesies perennial
dan /atau dengan menebarkan tanaman yang menutupi permukaan tanah. Ini akan
mengurangi pengaruh dari hujan secara langsung, menahan sedimen dan mengurangi
evaporasi sehingga akan tersedia lebih banyak air. Tajuk vegetatif dan seresah akan
mengurangi suhu tanah dan akhirnya mengurangi kecepatan dekomposisi dan mineralisasi.
Keanekaragaman spesies tanaman, misalnya dengan tajuk dan perakaran yang berbeda, dapat
meningkatkan sumberdaya yang tersedia di atas dan di bawah permukaan tanah dan dapat
memanfaatkannya secara efisien. Sebagai contoh adalah sinar matahari dengan pengaturan
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
15
tajuk yang lebih baik, atau volume unsur hara dan air tanah dengan pengakaran yang lebih
dalam dan struktur akar yang lebih baik sehingga menurunkan perembesan unsur hara.
Meskipun tidak memungkinkan akumulasi modal secara cepat dalam bentuk aset-aset
yang dapat segera diuangkan, diversifikasi tanaman merupakan jaminan petani terhadap
acaman kegagalan panen salah satu jenis tanaman atau resiko perkembangan pasar yang sulit
diperkirakan. Jika terjadi kemerosotan harga satu komoditas, spesies ini dapat dengan mudah
dibiarkan saja, hingga suatu saat pemanfaatannya kembali menguntungkan. Proses tersebut
tidak mengakibatkan gangguan ekologi terhadap sistem kebun. Petak kebun tetap utuh dan
produktif dan spesies yang ditelantarkan akan tetap hidup dalam struktur kebun dan selalu
siap untuk dipanen sewaktu-waktu. Sementara itu spesies-spesies baru dapat diperkenalkan.
Akan tetap ada tanaman yang siap dipanen, malahan komoditas baru dapat diperkenalkan
tanpa merobah sistem produksi yang ada.
Ciri keluwesan yang lain adalah perubahan nilai ekonomi yang mungkin dialami
beberapa spesies. Sepsies yang sudah puluhan tahun berada di dalam kebun dapat tiba-tiba
mendapat nilai komersil baru akibat evolusi pasar, atau pembangunan infrastruktur seperti
pembangunan jalan baru.
Agroforestry juga memang berperan sebagai kebun dapur yang memasok bahan makanan
pelengkap (sayuran, buah, rempah, bumbu). Selain itu melalui keanekaragaman sumber
nabati dan hewani agroforestri dapat menggantikan peran hutan alam dalam menyediakan
hasil-hasil yang akhir-akhir ini semakin langka dan mahal seperti kayu, rotan, bahan atap,
tanaman obat dan binatang buruan.
Penggunaan benih varietas unggul sudah tidak dapat dipisahkan dari sistem produksi
pertanian terutama tanaman pangan yang masih menggunakan benih sebagai satu-satunya
sumber perbanyakan tanaman. Penggunaan varietas unggul memang secara nyata dapat
meningkatkan hasil panen, namun pada dasarnya varietas unggul merupakan varietas yang
memiliki respon tinggi terhadap dosis pemupukan tinggi sehingga apabila dikembangkan
pada daerah yang menggunakan input luar dalam tingkat yang rendah, maka resiko kerugian
hasil panen akan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lokal.
Promosi varietas unggul telah mengakibatkan banyak sekali varietas lokal yang hilang
(erosi genetik). Ini berarti bencana bagi petani yang harus menghasilkan tanaman dengan
input luar yang rendah dalam kondisi yang beragam dan rawan resiko, juga untuk alasan
ekonomi maupun ekologi harus berproduksi dengan input kimia yang lebih sedikit pada masa
yang akan datang, padahal mereka memiliki sumberdaya alam termasuk varietas lokal yang
cukup potensial untuk dikembangkan .
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
16
Untuk menunjang pertanian berkelanjutan yang menggunakan faktor-faktor penunjang
produksi (pupuk dan pestisida) dalam jumlah minimal, maka diperlukan suatu perbaikan
sistem pengadaan benih ditingkat petani menuju pada sistem benih unggul lokal yang lebih
tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu ditingkat
petani perlu diarahkan untuk dapat mengelola sumberdaya genetik yang dimiliki (varietas
unggul lokal) dengan sebaik-baiknya, baik dalam hal konservasi varietas, penanganan,
maupun penyimpanan benih hingga benih siap digunakan.
Konservasi semacam ini sangat penting dilakukan sebagai suatu pendekatan yang
berorientasi pada petani dalam memasok benih. Suatu pendekatan yang dapat diupayakan
dalam pengelolaan sumberdaya genetik adalah pembentukan unit-unit suplai benih yang
dibuat dengan cara membentuk unit-unit pertanian kecil untuk memproduksi benih unggul
yang cukup memadai untuk kebutuhan lokal. Tentu saja para petani tersebut memerlukan
arahan dari unit-unit inspeksi benih terpusat. Jika petani telah terbiasa dengan teknik tersebut,
mereka dapat mengambil alih perawatan penangkaran hingga akhirnya menjadi yayasan
benih yang bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Pengadaan benih dapat dilakukan pada tingkat
desa dengan teknik-teknik yang bersifat padat karya sehingga mengurangi biaya transportasi,
yang sekarang menjadi bagian utama yang menentukan harga benih. Apabila sistem ini telah
berjalan dengan baik maka kebutuhan petani terhadap 4 (empat) tepat benih ( tepat mutu,
jumlah, waktu, dan harga) dapat terpenuhi.
7. Pengelolaan Hama Terpadu
Pengendalian hama terpadu adalah upaya mengendalihan tingkat populasi atau tingkat
serangan organisme terhadap tanaman dengan menggunakan dua atau lebih teknik
pengendalian dalam satu kesatuan untuk mencegah atau mengurangi kerugian secara
ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Perlindungan tanaman dilakukan melalui
kegiatan pencegahan, pengendalian dan eradikasi. Dalam perkembangannya, istilah
pengendalian berubah menjadi pengelolaan untuk lebih menekankan pada usaha untuk
mengurangi populasi organisme yang harus ditangani secara terus menerus sejak dari
penanaman, misalnya dengan menentukan jenis tanaman , cara pembukaan lahan,
penggarapan tanah, jarak tanam, dan sebagainya. Oleh karena itu istilah pengelolaan hama
terpadu dianggap lebih tepat dibandingkan dengan pengendalian hama terpadu.
Konsep pengelolaan hama terpadu ini sangat sesuai dengan konsep yang diusulkan oleh
Peterson pada tahun 1973 yaitu :
1) Secara terpadu memperhatikan semua hama penting,
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
17
2) Tidak bertujuan untuk mendapatkan suatu keadaan yang bebas hama, tetapi untuk
mengendalikan populasi hama agar kerusakan yang terjadi selalu di bawah ambang
ekonomi,
3) Menggabungkan berbagai cara yang kompatibel. Sesedikit mungkin memakai cara
buatan tetapi lebih mementingkan penekanan hama oleh faktor-faktor alami,
5) Selalu didasari oleh pertimbangan ekologi.
Berdasarkan konsep tersebut maka konsep pengelolaan hama terpadu yang lebih sempuna
adalah perlu melibatkan pemerintah seperti Direktorat Imigrasi dimulai dari pencegahan
masuknya hama dari luar negri. Untuk lebih jelasnya, konsep pengelolaan yang lebih
sempuna yaiu :
1) Pengendalian hama tumbuhan dengan peraturan-peratutan pemerintah. Hama-hama
dari luar negri dicegah masuknya dengan peraturan karantina, sedangkan penyakit yang
baru saja masuk dicoba dihilangkan dengan usaha eradikasi agar tidak meluas,
2) Penanaman kultivar yang tahan penyakit dan berproduksi tinggi,
3) Pengendalian dengan cara kultur teknis,
4) Pengendalian dengan cara biologis,
5) Pengendalian secara fisik, serta alternatif terakhir,
6) Pengendalian secara kimia.
Pengelolaan penyakit pada pertanian berkelanjutan harus didasari dengan kesadaran akan
lingkungan, dan kesadaran akan biaya. Jika kerusakan berat sekali dan semua usaha yang
dilakukan tidak memberikan hasil, maka tanaman tersebut harus diganti.
C. Pembuatan Pestisida Organik
Pestisida organik merupakan ramuan obat-obatan untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman yang dibuat dari bahan-bahan alami. Bahan-bahan untuk membuat
pestisida organik diambil dari tumbuhan-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Karena
dibuat dari bahan-bahan yang terdapat di alam bebas, pestisida jenis ini lebih ramah
lingkungan dan lebih aman bagi kesehatan manusia.
Bila dibandingkan dengan pestisida kimia, pestisida organik mempunyai beberapa
kelebihan. Pertama, lebih ramah terhadap alam, karena sifat material organik mudah terurai
menjadi bentuk lain. Sehingga dampak racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama di
alam bebas. Kedua, residu pestisida organik tidak bertahan lama pada tanaman, sehingga
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
18
tanaman yang disemprot lebih aman untuk dikonsumsi. Ketiga, dilihat dari sisi ekonomi
penggunaan pestisida organik memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Produk
pangan non-pestisida harganya lebih baik dibanding produk konvensional. Selain itu,
pembuatan pestisida organik bisa dilakukan sendiri oleh petani sehingga menghemat
pengeluaran biaya produksi. Keempat, penggunaan pestisida organik yang diintegrasikan
dengan konsep pengendalian hama terpadu tidak akan menyebabkan resistensi pada hama.
Namun ada beberapa kelemahan dari pestisida organik, antara lain kurang praktis.
Pestisida organik tidak bisa disimpan dalam jangka lama. Setelah dibuat harus segera
diaplikasikan sehingga kita harus membuatnya setiapkali akan melakukan penyemprotan.
Selain itu, bahan-bahan pestisida organik lumayan sulit didapatkan dalam jumlah dan
kontinuitas yang cukup. Dari sisi efektifitas, hasil penyemprotan pestisida organik tidak
secepat pestisida kimia sintetis. Perlu waktu dan frekuensi penyemprotan yang lebih sering
untuk membuatnya efektif. Selain itu, pestisida organik relatif tidak tahan terhadap sinar
matahari dan hujan. Namun seiring perkembangan teknologi pertanian organik akan banyak
inovasi-inovasi yang ditemukan dalam menanggulangi hambatan itu.
1. Bahan baku pestisida organik
Bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan pestisida organik biasanya mengandung zat
aktif dari kelompok metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia
lainnya. Bahan aktif ini bisa mempengaruhi hama dengan berbagai cara seperti penghalau
(repellent), penghambat makan (anti feedant), penghambat pertumbuhan (growth regulator),
penarik (attractant) dan sebagai racun mematikan. Sedangkan, pestisida organik yang terbuat
dari bagian hewan biasanya berasal dari urin. Beberapa mikroorganisme juga diketahui bisa
mengendalikan hama yang bisa dipakai untuk membuat pestisida. Berikut ini beberapa bahan
yang sering digunakan untuk membuat pestisida organik:
Jenis Tanaman
Bagian yang digunakan
Hama/Penyakit
yang
dikendalikan
Adas
Biji
Kutu (beras, sereal, palawija)
Alang-alang
Rimpang
Antraknosa pada buncis
Babandotan
Seluruh tanaman
Nematode pada kentang
Bawang-bawangan
Umbi
Busuk batang pada panili
Bengkoang
Biji
Ulat pada kubis
Brotowali
Batang
Lalat buahKutu aphids pada
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
19
cabe
Cabe
Buah
Hama tikus pada tanaman hias
Cengkeh
Bunga
Phytopthora pada lada
Daun wangi
Daun
Lalat buah, bactrocera dorsalis
Gadung
Umbi
Tikus/rodentisida
Jahe
Rimpang
Ulat Plutella xylostella pada
kubis
Jambu mete
Kulit
Ulat jambu mete
Jambu biji
Daun
Antraknosa
Jarak
Buah dan daun
Namatoda pada nilam dan jahe,
Lalat penggerek daun pada
tanaman terung-terungan
Jengkol
Buah
Walangsangit pada cabe
Jeruk nipis
Daun
Busuk hitam pada anggrek
Kacang babi
Biji
Ulat pucuk
Kayu manis
Daun
Pestisida organic
Kemangi
Daun
Busuk hitam pada anggrek
Kencur
Rimpang
Phytoptora pada lada
Acubung
Bunga
Kutu, ulat tanah
Kenikir
Bunga
Walangsangit
Kunyit
Rimpang
Phytoptora pada lada
Lada
Biji, daun
Hama
gudang,
Antraknosa
pada cabe
Lengkuas
Rimpang
AntraknosaSemut pada lada
Mimba
DaunBiji
Antraknosa pada buncis dan
cabe, Phytoptora
pada
tembakau, Belatung, Pengisap
polong pada kedelai, Hama
pengetam pada kelapa
Mindi
Daun
Ulat penggerek
Mahoni
Biji
Kutu daun pada krisanUlat
tanah, Walangsangit, wereng
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
20
coklat
Pacar cina
Daun
Spodoptera litura pada kedelai
dan kubis
Pahitan/kipahit
Daun
Serangga Tribolium castaneum
Patah tulang
Daun
Molusca
Pandan
Daun
Walangsangit
Piretrum
Bunga
Hama gudang
Saga
Biji
Hama gudang sitophilus sp
Selasih
Daun
Lalat buah ( dacus correctus)
Sembung
Daun
Keong emas
Sereh
Batang, daun
Herbisida organic
Sirih
DaunAbu
Antraknosa
pada
cabeTMV
pada tembakau, Hama gudang
Srikaya
Biji
Thrips
Kutu
pada sedap malam,
daun
pada
kedelai,
kacang panjang, jagung, kapas,
tembakau
Sirsak
Biji, daun
Wereng coklat pada padi
Tembakau
Daun, batang
Ulat grayak pada famili terungterungan (tomat, cabe, paprika,
terung), Walangsangit
Tembelekan
Biji
Ulat grayak Spodoptera litura
pada
kedelai,
Penggerek
polong
Tuba
Akar
Keong mas, Hama gudang
2. Macam pestisida organik dan cara membuatnya
Ada berbagai cara atau resep untuk membuat pestisida organik. Hingga saat ini tidak ada
standardisasi pembuatan pestisida organik. Resep-resep pestisida organik biasanya
didapatkan dari pengalaman para petani, kearifan lokal masyarakat, hasil percobaan para
praktisi dan berdasarkan penelitian ilmiah. Berikut ini beberapa cara membuat pestisida
organik yang sering digunakan para petani untuk mengendalikan hama dan penyakit.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
21
a. Pengendali serangga penghisap (kepik dan kutu-kutuan)
Siapkan bahan-bahan berikut, daun surian 1 kg, daun tembakau 1kg, daun lagundi 1 kg,
daun titonia 1 kg, air kelapa sebanyak 2 liter, gambir 0,5 ons, garam dapur 1 ons dan air
panas 500 ml. Kemudian siapkan penumbuk dari batu. Tumbuk daun tembakau, daun surian
daun lagundi dan daun titania, aduk hingga rata. Apabila sudah lembut, rendam dalam air
kelapa dan aduk-aduk. Kemudian ekstrak campuran tersebut dengan cara diperas dengan
kain. Saring kembali hasil perasan dan tambahkan garam lalu kocek larutan. Siapkan cairan
gambir dengan cara melarutkan setengah ons gambir dalam 500 ml air panas, lalu saring
dengan kain halus. Langkah terakhir campurkan larutan daun-daunan dan larutan gambir.
Masukkan dalam botol atau jerigen plastik. Ramuan pestisida organik siap untuk digunakan.
Cara menggunakan pestisida organik ini adalah dengan mengencerkan 500 ml larutan
dalam 10 liter air bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Lakukan
penyemprotan pada pucuk tanaman terlebih dahulu kemudian permukaan atas dan bawah
daun. Frekuensi penyemprotan dianjurkan dua kali seminggu hingga populasi larva atau kutu
berkurang dan tidak membahayakan lagi.
b. Pengendali ulat pemakan daun
Siapkan bahan-bahan yang diperlukan antara lain, air kelapa 2 liter, ragi tape 1 butir,
bawang putih 4 ons, deterjen 0,5 ons dan kapur tohor 4 ons. Langkah pertama adalah tumbuk
bawang putih hingga halus. Kemudian larutkan deterjen kedalam air kelapa dan aduk hingga
merata. Setelah itu, masukan hasil tumbukan bawang putih, ragi tape dan kapur tohor. Saring
campuran tersebut dengan kain halus. Langkah terakhir, fermentasikan cairan selama 20 hari
dalam wadah tertutup. Pestisida organik pengusir ulat daun siap digunakan.
Cara penggunaan, encerkan larutan pestisida organik sebanyak 500 ml dengan 10 liter air
bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Frekuensi penggunaan
sebanyak 2 kali seminggu, lakukan terus sampai serangan ulat menurun sampai taraf aman.
c. Pengendali penyakit cendawan atau jamur
Siapkan bahan-bahan berikut, daun dakinggang gajah 5 ons, lengkuas 3 ons, jahe 3 ons,
bawang putih 3 ons dan ekstrak titonia 3 liter. Tumbuk daun galinggang gajah, kemudian
parut jahe dan lengkuas. Siapkan larutan daun titonia dengan cara menumbuk daun titonia
hingga halus dan campurkan dengan 3 liter air, kemudian saring dengan kain halus. Setelah
itu, masukkan bahan-bahan yang telah ditumbuk dan diparut ke dalam larutan titonia, aduk
hingga merata. Saring dan peras campuran tersebut. Pestisida organik pengendali cendawan
atau jamur siap digunakan.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
22
Penggunaan, encerkan 500 ml pestisida organik ini dengan 10 liter air, aduk hingga rata
dan masukkan kedalam tangki semprotan. Penyemprotan dilakuan pada seluruh bagian
tanaman seperti pucuk, daun dan batang. Frekuensi penggunaan yang dianjurkan 2 kali dalam
seminggu hingga serangan melemah.
d. Pengendali penyakit yang disebabkan bakteri
Siapkan bahan-bahan berikut, daun sirih satu ikat, kunyit 2 ons, bawang putih 3 ons dan
ekstrak daun titonia 3 liter. Tumbuk bahan-bahan tersebut satu per satu atau secara
bersamaan. Rendam dalam ekstrak daun titonia selama beberapa menit, kemudian saring
dengan kain halus. Pestisida pengusir bakteri siap digunakan. Cara penggunaannya dengan
mengencerkan 500 ml larutan dalam 10 liter air. Frekuensi penggunaan 2 kali dalam
seminggu.
e. Pengendali serangga penghisap, kepik dan kutu-kutuan dari daun inggu
Siapkan daun inggu 1,5 kg, bunga tahi ayam 1,5 kg, gambir 0,5 ons, air kelapa 3 liter dan
air bersih panas 500 ml. Daun inggu dan bunga tahi ayam ditumbuk hingga halus dan rendam
dalam air kelapa. Peras dan saring campuran tersebut. Lalu siapkan larutan gambir dengan air
panas yang sudah disaring. Camprkan dual larutan tersebut, pestisida organik daun inggu siap
digunakan.
Cara penggunaan, 1 liter pestisida organik diencerkan dengan 10 liter air bersih. Aduk hingga
rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Semprot seluruh bagian tanaman, frekuensi
penyemprotan seminggu dua kali.
f. Pengendali antraknosa pada tanaman cabe
Siapkan daun galinggang gajah 2,5 ons; daun tembakau 2,5 ons; daun thitonia 2,5 ons;
daun lagundi 2,5 ons; garam 1 ons dan gambir 3 buah. Tumbuk halus daun galinggang,
tembakau,thitonia dan daun lagun. Kemudian masukan kedalam ember yang berisi 1 liter air
bersih, lalu tambahkan garam dan biarkan selama satu malam. Setelah itu saring larutan
tersebut dan peras airnya sampai kering. Cairkan tiga buah gambir dengan satu gelas air
panas dan campurkan kedalam larutan, aduk hingga merata. Pestisida organik untuk
mengendalikan antraknosa yang biasa menyerang tanaman cabe siap digunakan.
Cara menggunakannya, masukkan larutan di atas ke dalam tangki semprot 15 liter.
Penuhkan dengan air bersih dan aduk-aduk. Penggunaan pestisida organik ini sebiknya
dilakukan sejak tanaman cabe mulai berbuah, semprotkan seminggu sekali. Kemudian amati
tanaman, apabila ada buah cabe yang terserang antraknosa segera
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ ii
KATA PENGHANTAR .........................................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iv
BAB I.PENDAHULUAN .......................................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................................
B. Permasalahan .........................................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................................
A. Devinisi Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan .........................................
B. Konsep dan Pengaplikasian Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan ...............
C. Pembuatan Pestisida Organik ................................................................................
D. Macam – macam dan Ciri - ciri Hama/Penyakit pada Tumbuhan dan Cara
Mengendalikannya .........................................................................................................
BAB III. PENUTUP ...............................................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................................................
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh jangka panjang dari perkembangan dunia pertanian dan industri dalam sistem
petanian moderen, ternyata menghasilkan dampak negatif yang besar terhadap ekosistim
alam. Pencemaran oleh bahan-bahan kimia beracun akibat tingginya intensitas pemakaian
pupuk, pestisida dan herbisida telah lama diketahui. Demikian pula dengan ketahanan
(resistensi) hama yang semakin meningkat terhadap pestisida akibat penyemprotan yang
semakin tinggi serta pencemaran air tanah maupun sungai oleh senyawa nitrat akibat
peggunaan pupuk yang berlebihan. Pertanian moderen juga telah mengurangi keragaman
spesies tanaman secara drastis akibat penerapan sistem monokultur secara besar-besaran.
Ekosistem alam yang semula tersusun sangat kompleks, berubah menjadi ekosistem yang
susunannya sangat sederhana akibat berkurangnya spesies tanaman tersebut. Hal ini
bertentangan dengan konsep pertanian berkelanjutan, yang selain memperhatikan pemenuhan
kebutuhan manusia yang selalu meningkat dan berubah, sekaligus mempertahankan atau
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam.
Sistem pertanian semakin tergantung pada input-input luar sebagai berikut : kimia buatan
(pupuk, pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan pemanfaatan bahan bakar minyak dan
juga irigasi. Konsumsi terhadap sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui, seperti
minyak bumi dan fosfat sudah dalam tingkat yang membahayakan. Bersamaan dengan
meningkatnya kebutuhan akan produk pertanian, maka teknologi baru untuk pengembangan
varietas baru, seperti jagung, padi, gandum serta tanaman komersial lainnya juga nampak
semakin menantang. Namun demikian, pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak
seimbang, bisa menimbulkan dampak besar, bukan hanya terhadap ekologi dan lingkungan,
tetapi bahkan terhadap situasi ekonomi, sosial dan politik diantaranya dengan adanya
ketergantungan pada impor peralatan, benih serta input lainnya. Akibat selanjutnya adalah
menyebabkan ketidakmerataan antar daerah dan perorangan yang telah memperburuk situasi
sebagian besar petani lahan sempit yang tergilas oleh revolusi hijau (Sach, 1987 dalam
Reijntjes, Haverkort, dan Bayer, 1999).
Dalam rangka memasuki revolusi hijau kedua ini kita belajar dari kenyataan bahwa
teknologi maju dan mahal akan memproduksi barang yang mahal pula termasuk makanan.
Pengkajian kembali teknologi yang tidak hanya berorientasi kepada penggunaan energi
secara maksimal dan intensif akan tetapi juga berusaha menerapkan low input sustainable
agriculture (LISA). Untuk Indonesia dan negara berkembang lainnya, dua tujuan harus tetap
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
2
sejalan dan seimbang yaitu peningkatan produktivitas dan produksi di satu pihak dan
pencapaian keberlanjutan sistem produksi, peningkatan kesejahteraan petani dan pelestarian
lingkungan di lain pihak yang memerlukan langkah terobosan di bidang penelitian (Tiharso,
1992).
Untuk mengantisipasi berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, maka sangat
dibutuhkan adanya suatu sistem pertanian yang efisien dan berwawasan lingkungan, yang
mampu memanfaatkan potensi sumberdaya setempat secara optimal bagi tujuan
pembangunan pertanian berkelanjutan.
B. Permasalahan
Peningkatan input energi seperti pupuk kimia, pestisida maupun bahan -bahan kimia
lainnya dalam pertanian dengan tanpa melihat kompleksitas lingkungan disamping
membutuhkan biaya usahatani yang tinggi, juga merupakan penyebab utama terjadinya
kerusakan lingkungan. Penggunaan pupuk dan pestisida di luar kontrol akan dapat merusak
tanah dan tolerannya suatu jenis hama dan penyakit tertentu terhadap pestisida disamping
juga dapat menghilangkan jenis predator dan parasitoid yang bermanfaat. Bahan-bahan kimia
tersebut dapat tetap tinggal sebagai residu pada hasil tanaman, tanah tercuci ke dalam air
sungai akibatnya dapat berbahaya bagi kehidupan manusia maupun hewan.
Dari uraian di atas, maka dapat diketahui permasalahan-permasalahan yang ada dan akan
muncul dalam usaha peningkatan produksi pertanian selama ini, yaitu diantaranya :
1. Penggunaan paket teknologi seperti pupuk anorganik dan pestisida secara tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, disamping dibutuhkan biaya
usahatani yang tinggi.
2. Berkurangnya keragaman spesies tanaman secara drastis akibat penerapan sistem
monokultur secara besar-besaran. Ekosistem alam yang semula tersusun sangat kompleks,
berubah menjadi ekosistem yang susunannya sangat sederhana akibat berkurangnya spesies
tanaman tersebut.
3. Adanya ketergantungan pada impor peralatan, benih serta input lainnya menyebabkan
dibutuhkan biaya usahatani yang semakin tinggi.
4. Adanya ketidakmerataan antar daerah dan perorangan yang telah memperburuk situasi
sebagian besar petani lahan sempit yang tergilas oleh revolusi hijau.
5. Semakin sulitnya mengatasi hama dan penyakit pada tanaman sehingga membuat para
petani mengalami gagal panen dan mengalami kerugian yang sanagat besar.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
3
Melihat permasalahan-permasalahan tersebut, guna mempertahankan dan meningkatkan
produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan, maka pengelaolaan
sumberdaya secara efektif dari segi ekologi maupun ekonomi mutlak dilakukan. Pertanyaan
yang timbul kiranya langkah-langkah apa saja yang mungkin dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut ?
C. Tujuan penulisan
Sehubungan dengan permasahan-permasalahan yang dihadapi dalam usaha pembangunan
petanian, dikaitkan dengan beberapa alternatif pemecahan masalah yang akan dikemukan
pada bab II berikut, maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih jauh peluangpeluang yang mungkin dapat dilakukan dalam usaha mewujudkan pertanian berkelanjutan
melalui pertanian secara terpadu.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
4
BAB II. PEMBAHASAN
A. Devinisi Sistem PertanianTerpadu dan Berkelanjutan
Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu
lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas
lahan, program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara
terpadu. Diharapkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa
pangan, sandang dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini.
Atau dapat juga di artikan bahwa Sistem pertanian terpadu merupakan satu sistem yang
menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra,
menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja.Pertanian pada hakekatnya
merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga
aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara
efektif dan efisien.
Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga
dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu
dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik di dalam
tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai
pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif
dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada
kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan.
Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang
lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan
dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi
dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.
Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiiki
beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman
dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam
dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk
sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal, petani masih bisa
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
5
mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing untuk mendapatkan
penghasilan.
Sistem usahatani tradisional sebahagian terbukti berkelanjutan, tetapi sistem ini
dipandang terlalu lamban untuk dapat memenuhi perkembangan kebutuhan pangan dan
kebutuhan masyarakat lainnya yang sejalan dengan proses pembangunan dan kemajuan yang
makin cepat. Modifikasi dan peningkatan sistem tradisional ini diperlukan dengan masukan
unsur teknologi unggul hasil penelitian tanpa mengabaikan sifat keberlanjutan. Sistem
pertanian berkelanjutan bukan merupakan sistem usahatani tradisional yang stagnan tanpa
masukan input dari luar, melainkan dengan menggunakan input luar secara arif mendasarkan
pada produktivitas tinggi jangka panjang dengan pertimbangan sosio-ekonomi, budaya dan
pemeliharaan sumber daya alam serta lingkungan. Oleh karena itu dalam menerapkan
pertanian berkelanjutan diperlukan dukungan sumberdaya manusia, pengetahuan dan
teknologi, permodalan, hubungan produk dan konsumen, serta masalah keseimbangan misi
pertanian dalam pembangunan.
Suatu agroekosistem yang keanekaragamnnya tinggi akan memberi jaminan yang lebih
tinggi bagi petani. Namun, keanekaragaman tidak selalu mengakibatkan kestabilan, bahkan
dapat menyebabkan ketidakstabilan jika komponen- komponennya tidak dipilih dengan baik,
misalnya beberapa jenis pohon merupakan inang hama atau penyakit berbahaya bagi
tanaman; dan tanaman, hewan atau pohon bisa bersaing dalam ketenagakerjaan, unsur hara
dan air (Dover dan Talbot, 1987). Jika keanekaragaman fungsional bisa dicapai dengan
mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling melengkapi dan
berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, maka bukan hanya kestabilan yang dapat
diperbaiki, namun juga produktivitas sistem pertanian dengan input yang lebih rendah.
Komponen-komponen agroekosistem juga bisa sinergetik dalam fungsinya, misalnya
barisan tumbuhan pada garis luar suatu bidang lahan yang mengkonservasi air dan tanah serta
memproduksi pakan ternak dan bahan pangan; pagar tanaman di sekitar lahan untuk
melindungi dari serangan hewan atau angin sekaligus sebagai penghasil bahan bakar, pangan,
pakan hewan atau obat – obatan. Tanaman dan hewan yang bermanfaat ganda sangatlah
penting. Baik tanaman maupun hewan mengkombinasikan berbagai fungsi misalnya, rumput
untuk pagar hidup dan sebagai pakan hewan, atau hewan yang menghasilkan pupuk kandang,
susu dan tenaga serta berfungsi sebagai cadangan modal.
Pemanfaatan keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat yang maksimal
mengakibatkan sistem pertanian yang kompleks dan terpadu yang menggunakan sumberdaya
dan input yang ada secara optimal. Tantangannya adalah menemukan kombinasi tanaman,
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
6
hewan dan input yang mengarah pada produktivitas yang tinggi, keamanan produksi serta
konservasi sumberdaya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan
modal.
B. Konsep dan Pengaplikasi Sistem Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan
Pengaplkasian pertanian terpadu dan berkelanjutan Dengan Konsep Teknik Budidaya
Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan.
1. Pertanian terpadu biosiklus
Pertanian terpadu biosiklus adalah pertanian yang mengintegrasikan tanaman, ternak, dan
ikan dalam satu siklus (biosiklus) sedemikian rupa sehingga hasil panen dari satu kegiatan
pertanian dapat menjadi input kegiatan pertanian lainnya, selebihnya dilepas ke pasar.
Dengan pola itu ketergantungan petani dengan input produksi dari luar dapat diminimalisasi.
Misalnya pakan untuk ternak dan ikan sebagian dapat dipenuhi dari hasil tanaman dan
limbah, sedangkan kebutuhan pupuk organik dapat diperoleh dari kotoran hasil ternak.
Kotoran ternak ditampung dalam biodigester untuk diambil gas metannya dan dapat
dimanfaatkan untuk memasak bahkan untuk energi listrik. Dengan sistem pertanian terpadu
biosiklus itu, petani memperoleh sumber penghasilan yang beragam dari diversifikasi produk
hasil pertanian; panen harian (misal telur, susu), panen musiman (misal gabah, jagung) dan
panen tahunan (anak sapi), meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, kebutuhan
pangan yang bergizi seimbang tercukupi (mendekati PPH ideal) dari usaha tani mereka,
kesuburan lahan terjaga dan tanpa limbah (zero waste). Data penelitian lapangan
menunjukkan bahwa dengan sistem pertanian terpadu itu, petani kecil dapat memperoleh
pendapatan per bulan lebih besar daripada UMR.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
7
2.
Pertanian Organik Modern
Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik.
Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan
pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan
air. Di sisi lain, Pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora,
fauna dan manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang menyebabkan degradasi
sumber daya alam tidak dapat dikategorikan sebagai pertanian organik. Sebailknya, sistem
pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar, namun mengikuti aturan pertanian
organik dapat masuk dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-ekosistemnya tidak
mendapat sertifikasi organik. Bila kita sepenuhnya mengacu kepada terminologi (pertanian
organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani untuk menerapkannya, oleh karena itu
pilihan yang dilakukan adalah melakukan pertanian organik regenaratif, yaitu pertanian
dengan perinsip pertanian disertai dengan pengembalian ke alam masukan-masukan yang
berasal dari bahan organik.
Pengelolaan pertanian yang berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan
sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara
ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan
yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah: (1) pemanfaatan sumberdaya
alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari
sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam, (2) proses produksi atau kegiatan
usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat, (3) penanganan dan pengolahan hasil,
distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada
lingkungan (limbah dan sampah), (4) produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara
bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan
permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini.
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian
Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang
memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah
lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
8
masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan
pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi
kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain,
pertanian organik terus berkembang.
3. . Sistem Tanam Ganda (Multiple cropping)
Pertanaman ganda (Multiple cropping), yaitu intensifikasi pertanaman dalam dimensi
waktu dan ruang. Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada lahan yang
sama dalam kurun waktu satu tahun. Menurut bentuknya, pertanaman ganda ini dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : pertanaman tumpangsari (Intercropping) dan
pertanaman berurutan (Sequential Cropping). Hampir semua petani dengan lahan sempit di
daerah tropis masih terus melakukan budidaya ganda. Selama dua dasawarsa yang lalu, para
ilmuwan semakin menyadari bahwa hal ini merupakan praktek yang sangat cocok untuk
memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko dan
melestarikan sumberdaya alam. Secara lebih khusus, manfaat-manfaat budidaya ganda bagi
petani lahan sempit berikut ini telah diidentifikasikan (Papendick et al., 1976; Beets 1982;
Francis 1986; Altieri 1978; Hoof 1987) :
Pada hampir semua sistem budidaya ganda yang dikembangkan oleh petani lahan sempit,
tingkat produktivitas yang dapat dipanen per satuan luas lebih tinggi dari pada budidaya
tanam tunggal dengan tingkat pengelolaan yang sama. Keuntungan panen bisa berkisar antara
20 % sampai 60 % (Steiner 1984; Francis 1986). Perbedaan ini sebagai akibat berbagai
faktor, seperti tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, penurunan kerugian yang disebabkan
oleh gulma, serangga dan penyakit serta pemanfaatan yang lebih efisien terhadap sumber
daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada.
Kalau beberapa tanaman budidaya tumbuh sekaligus, kegagalan salah satu tanaman dapat
dikompensasikan oleh tanaman yang lain (baik itu sebagai hasil panen sebenarnya ataupun
dalam hal nilai uangnya). Hal ini mengurangi resiko usaha tani.
Sistem budidaya ganda, khususnya dengan rumput dan pohon perennial, tampaknya
kurang rentan terhadap erosi tanah (karena penutupan tanah lebih baik dan lebih banyak
penghalang pada aliran air dan udara). Sistem tersebut juga lebih baik dalam memanfaatkan
ruang yang ada bagi pertumbuhan akar dan tajuk, mendaur ulang air dan unsur hara yang ada
dengan lebih efisien dan memiliki kapasitas penyangga yang lebih besar terhadap periode
ataupun peristiwa yang merugikan (kekeringan, serangan hama, kebutuhan uang tunai dalam
jumlah besar secara mendadak dan sebagainya) dibanding sistem budidaya tanaman tunggal.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
9
Dengan kata lain, mereka memanfaatkan dan memberikan perlindungan yang lebih baik pada
modal usahatani alami.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani di lahan kering dapat
dilakukan melalui pertanaman secara tumpangsari, karena pertanaman secara tumpangsari
pada lahan kering dapat memelihara kelembaban dan kadar air tanah serta mengurangi erosi
dan meningkatkan kesuburan tanah (Samosir, 1996).
Tumpangsari merupakan salah satu bentuk program intensifikasi pertanian alternatif yang
tepat untuk melipatgandakan hasil pertanian pada daerah-daerah yang kurang produktif.
Keuntungannya adalah selain diperoleh panen lebih dari sekali setahun, juga menjaga
kesuburan tanah dengan mengembalikan bahan organik yang banyak dan penutupan tanah
oleh tajuk tanaman. Dalam sistem pertanaman tumpangsari, agar diperoleh hasil yang
maksimal maka tanaman yang ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga
mampu memanfaatkan ruang dan waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan pengaruh
kompetitif yang sekecil-kecilnya (Prajitno, 1988). Selanjutnya Harera dan Moris (1984)
menjelaskan bahwa jenis tanaman yang digunakan dalam tumpangsari harus memiliki
pertumbuhan yang berbeda, bahkan bila memungkinkan dapat saling melengkapi. Tanaman
tumpangsari jagung dapat dilakukan dengan padi gogo, palawija lain atau sayuran yang
dilakukan dengan tujuan ; (1) penganekaragaman penggunaan makanan, (2) mengurangi
resiko kegagalan panen, dan (3) meningkatkan intensitas tanam (Sutoro, Soelaeman dan
Iskandar, 1988 dalam Safuan dan Boer, 2000).
Contoh Gambar teknik pertanian tumpangsari
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
10
Contoh Gambar Teknik pertanaman berurutan
4. Komplementari Hewan Ternak dan Tumbuhan
Integrasi sumber-sumber hewan ternak dan tumbuhan untuk memperoleh out put
biomassa yang optimal dalam lingkungan ekologi dan sosio-ekonomi tertentu harus menjadi
tujuan dalam sistem pertanian berkelanjutan. Interaksi yang sesuai diantara komponenkomponen harus menghasilkan respon komplementari (saling melengkapi) dan sinergetik
sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan memperkuat viabilitas
ekonomi dari sistem pertanian yang terpadu. Menurut CAST (1988) bahwa strategi terbaik
untuk menciptakan viabilitas ekonomi adalah fleksibilitas sistem pertanian dalam produksi
pangan dan sandang. Fleksibilitas usaha tersebut dapat dicapai melalui penurunan biaya input
dan peningkatan diversifikasi usaha. Suatu perpaduan agro-ekosistem harus mampu
memberikan pengaruh stabilitas yang tinggi terhadap fluktuasi jangka pendek dalam harga
komoditas.
Sumber daya yang paling terbatas dalam sistem pertanian berkelanjutan secara umum
adalah kemampuan pengelolaan yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara
diversifikasi usaha pada tingkatan optimal. Sistem pertanian monokultur lebih banyak
diusahakan dan umumnya kurang kompleks dibandingkan sistem pertanian campuran atau
integrasi.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
11
Sistem produksi ternak herbivora yang dikombinasi dengan lahan-lahan pertanian dapat
disesuaikan dengan keadaan tanaman pangan. Ternak tidak berkompetisi pada lahan yang
sama. Tanaman pangan dengan komponen utama dan ternak menjadi komponen kedua.
Ternak dapat digembalakan di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan
setelah pemanenan hasil sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan,
gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh disekitar tempat tersebut. Sebaliknya
ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan
fecesnya. Mott (1974) melaporkan bahwa dari nitrogen tumbuhan dan mineral yang dimakan
hewan di areal penggembalaan, sekitar 75 – 95 persen nitrogen dan 90 – 95 persen mineral
dikembalikan ke tanah. Contoh penerapan sistem ini di Sumatera dilaporkan bahwa
sumbangan ternak terhadap total hasil usahataninya adalah sebanyak 17 persen, sedangkan di
Cina sebanyak 29 persen (Moningka, dkk., 1993).
5. . Usaha Terpadu Peternakan dan Perkebunan
Sistem tumpangsari tumbuhan dan ternak pada umumnya banyak dipraktekkan dengan
tanaman perkebunan. Tujuan sistem ini adalah untuk pemanfaatan lahan secara optimal,
namun belum banyak mendapat perhatian. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman
perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput
diatasnya merupakan komponen kedua. Dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa integrasi
antara tanaman perkebunan dan peternakan dapat meningkatkan kualitas tanah, produksi
kelapa, produksi kopra, hasil buah sawit segar dan keuntungan ekonomis serta meningkatkan
hasil ternak, menurunkan biaya penyiangan dan mempermudah pengumpulan buah kelapa.
Moningka dkk. (1993) menjelaskan keuntungan-keuntungan dari sistem ini antara lain :
(1) tersedianya tanaman peneduh bagi ternak sehingga dapat mengurangi stress karena
panas,
(2) meningkatkan kesuburan tanah melalui proses kembaliya air seni dan feces ke dalam
tanah,
(3) meningkatkan kualitas pakan ternak, membatasi pertumbuhan gulma,
(4) mengurangi penggunaan herbisida,
(5) meningkatkan hasil tanaman perkebunan dan
(6) meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil ternaknya.
Pola keterpaduan dalam usahatani dengan pemanfaatan areal pertanaman kelapa masih
belum nampak nyata, disebabkan masih merupakan usaha sampingan atau tradisional.
Akibatnya petani lambat menerima inovasi dan ternak belum dapat ditangani dengan serius.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
12
Padahal adanya sistem yang demikian mempunyai nilai positif baik bagi tanaman rumput
atau ternak maupun tanaman kelapa. Keuntungan yang diperoleh dengan keberadaan sistem
peternakan di bawah pohon kelapa berupa :
(1) menaikan sumber pendapatan petani,
(2) menekan kompetisi gulma dan biaya pengendalian gulma,
(3) sumber makanan ternak,
(4) produksi manur untuk memelihara kesuburan tanah, dan
(5) pemanfaatan tataguna tanah yang baik.
Padang pengembalaan di bawah perkebunan kelapa di daerah tropis sangat baik untuk
penggembalaan ternak. Hal ini harus diikuti dengan manajemen padang pengembalaan yang
baik, supaya kontinyuitas produksi dan kualitas tanaman makanan dapat dipertahankan dan
produksi utama tidak dirugikan (Shelton, 1987). Pemeliharaan ternak ruminansia bersamaan
dengan perkebunan harus terus dikembangkan dan diperbaharui agar dicapai suatu kondisi
yang optimal untuk semua komponen produksi.
Penambahan tanaman legum pada padang rumput, diharapkan dapat menaikan nitrogen
dan bahan organik tanah di daerah-daerah yang tererosi dan kurang kesuburannya yang
disebabkan oleh pengelolaan tanah yang buruk. Peranan leguminosa pada padang
pengembalaan, mampu memanfaatkan nitrogen bebas dari udara dengan bantuan rhizobium
di dalam nodul-nodul leguminosa tersebut. Di dalam nodul inilah bakteri bertempat tinggal
dan berkembang biak serta dapat melakukan kegiatan fiksasi nitrogen bebas dari udara. Oleh
karena itu, penanaman campuran merupakan sumber dari protein dan mineral yang berkadar
tinggi bagi ternak, juga memperbaiki kesuburan tanah. Selanjutnya Reksohadiprodjo (1981)
menyatakan bahwa fungsi leguminosa dalam padang pengembalaan adalah menyediakan atau
dapat memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama protein, fosfor dan kalsium.
Untuk mepertahankan pertumbuhan tanaman, baik untuk tanaman kelapa maupun untuk
tanaman selanya, perlu dilakukan pemupukan. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk
buatan atau pupuk organik. Pupuk organik seperti pupuk kandang sangat membantu dalam
memperbaiki sifat-sifat tanah sperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya
menahan air dan kapasitas tukar kation tanah. Disamping itu, pupuk kandang juga dapat
memperbaiki sifat biologi dan kimia tanah, sehingga dapat memperbaiki lingkungan
perakaran tanaman yang nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta memperoleh hasil yang lebih tinggi (Hardjowigeno, 1989). Dalam sistem usaha
terpadu peternakan dan tanaman perkebunan, maka kebutuhan pupuk kandang dapat dipenuhi
dari kotoran ternak yang diusahakan secara bersama-sama.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
13
Siklus Integrasi terhadap hewan dan tumbuhan
Contoh Gambar Hasil Integrasi Hewan dan Tumbuhan
6. Agroforestry
Pengembangan pertanian komersil khususnya tanaman musiman mensyaratkan perubahan
sistem produksi secara total menjadi monokultur dengan masukan energi, modal dan tenaga
kerja dari luar yang relatif besar.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
14
Di pihak lain sistem-sistem produksi asli (salah satunya agroforestry) selalu dianggap
sebagai sistem yang hanya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Dukungan
terhadap pertanian komersial petani kecil lebih diarahkan sebagai upaya penataan kembali
secara keseluruhan sistem produksi, ketimbang sebagai pendekatan terpadu mengembangkan
sistem-sistem yang sudah ada. Agroforestry umumnya dianggap sebagai “kebun dapur”, tidak
lebih dari sekedar pelengkap sistem pertanian lain, hanya khusus untuk konsumsi sendiri, dan
menghasilkan hasil-hasil ikutan seperti kayu bakar (Michon, 1985).
Agroforestry mempunyai fungsi ekonomi penting bagi masyarakat setempat. Peran utama
agroforestry bukanlah produksi bahan pangan melainkan sebagai sumber penghasilan
pemasukan uang dan modal. Seringkali agroforestry menjadi satu-satunya sumber uang tunai
keluarga petani. Agroforestry memasok 50 – 80% pemasukan dari pertanian di pedesaan
melalui produksi langsung dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengumpulan,
pemrosesan dan pemasaran hasilnya (Michon, 1985) . Contoh kegiatan tersebut misalnya
adalah aktivitas penanaman hutan dengan sistem tumpangsari, kegiatan penebangan, aktivitas
angkutan hasil hutan, pembinaan industri rakyat, pembinaan sutra alam, lebah madu dan
sebagainya (DS Fattah, 1999).
Keunikan konsep pertanian komersil agroforestry adalah karena bertumpu pada
keragaman struktur dan unsur-unsurnya, tidak berkonsentrasi pada satu spesies saja. Produksi
komersial ternyata sejalan dengan produksi dan fungsi lain yang lebih luas. Hal ini
menimbulkan beberapa konsekuensi menarik bagi petani.
Di daerah-daerah tropis, agroekosistem yang secara ideal mendekati ekosistem klimaks
merupakan sistem agroforestri, yaitu di daerah-daerah yang lebih kering, sistem yang
menyerupai savana dengan pohon-pohon disana sini, semak belukar dan rumput-rumputan
perennial dan di daerah-daerah yang lebih lembab, sistem yang menyerupai hutan-hutan yang
lebih lebat.
Dalam rancangan agroforestri ini, ciri ekosistem alami digabungkan dengan kebutuhan
usaha tani. Penutupan tanah yang lebih baik diperoleh dengan memasukan spesies perennial
dan /atau dengan menebarkan tanaman yang menutupi permukaan tanah. Ini akan
mengurangi pengaruh dari hujan secara langsung, menahan sedimen dan mengurangi
evaporasi sehingga akan tersedia lebih banyak air. Tajuk vegetatif dan seresah akan
mengurangi suhu tanah dan akhirnya mengurangi kecepatan dekomposisi dan mineralisasi.
Keanekaragaman spesies tanaman, misalnya dengan tajuk dan perakaran yang berbeda, dapat
meningkatkan sumberdaya yang tersedia di atas dan di bawah permukaan tanah dan dapat
memanfaatkannya secara efisien. Sebagai contoh adalah sinar matahari dengan pengaturan
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
15
tajuk yang lebih baik, atau volume unsur hara dan air tanah dengan pengakaran yang lebih
dalam dan struktur akar yang lebih baik sehingga menurunkan perembesan unsur hara.
Meskipun tidak memungkinkan akumulasi modal secara cepat dalam bentuk aset-aset
yang dapat segera diuangkan, diversifikasi tanaman merupakan jaminan petani terhadap
acaman kegagalan panen salah satu jenis tanaman atau resiko perkembangan pasar yang sulit
diperkirakan. Jika terjadi kemerosotan harga satu komoditas, spesies ini dapat dengan mudah
dibiarkan saja, hingga suatu saat pemanfaatannya kembali menguntungkan. Proses tersebut
tidak mengakibatkan gangguan ekologi terhadap sistem kebun. Petak kebun tetap utuh dan
produktif dan spesies yang ditelantarkan akan tetap hidup dalam struktur kebun dan selalu
siap untuk dipanen sewaktu-waktu. Sementara itu spesies-spesies baru dapat diperkenalkan.
Akan tetap ada tanaman yang siap dipanen, malahan komoditas baru dapat diperkenalkan
tanpa merobah sistem produksi yang ada.
Ciri keluwesan yang lain adalah perubahan nilai ekonomi yang mungkin dialami
beberapa spesies. Sepsies yang sudah puluhan tahun berada di dalam kebun dapat tiba-tiba
mendapat nilai komersil baru akibat evolusi pasar, atau pembangunan infrastruktur seperti
pembangunan jalan baru.
Agroforestry juga memang berperan sebagai kebun dapur yang memasok bahan makanan
pelengkap (sayuran, buah, rempah, bumbu). Selain itu melalui keanekaragaman sumber
nabati dan hewani agroforestri dapat menggantikan peran hutan alam dalam menyediakan
hasil-hasil yang akhir-akhir ini semakin langka dan mahal seperti kayu, rotan, bahan atap,
tanaman obat dan binatang buruan.
Penggunaan benih varietas unggul sudah tidak dapat dipisahkan dari sistem produksi
pertanian terutama tanaman pangan yang masih menggunakan benih sebagai satu-satunya
sumber perbanyakan tanaman. Penggunaan varietas unggul memang secara nyata dapat
meningkatkan hasil panen, namun pada dasarnya varietas unggul merupakan varietas yang
memiliki respon tinggi terhadap dosis pemupukan tinggi sehingga apabila dikembangkan
pada daerah yang menggunakan input luar dalam tingkat yang rendah, maka resiko kerugian
hasil panen akan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lokal.
Promosi varietas unggul telah mengakibatkan banyak sekali varietas lokal yang hilang
(erosi genetik). Ini berarti bencana bagi petani yang harus menghasilkan tanaman dengan
input luar yang rendah dalam kondisi yang beragam dan rawan resiko, juga untuk alasan
ekonomi maupun ekologi harus berproduksi dengan input kimia yang lebih sedikit pada masa
yang akan datang, padahal mereka memiliki sumberdaya alam termasuk varietas lokal yang
cukup potensial untuk dikembangkan .
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
16
Untuk menunjang pertanian berkelanjutan yang menggunakan faktor-faktor penunjang
produksi (pupuk dan pestisida) dalam jumlah minimal, maka diperlukan suatu perbaikan
sistem pengadaan benih ditingkat petani menuju pada sistem benih unggul lokal yang lebih
tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu ditingkat
petani perlu diarahkan untuk dapat mengelola sumberdaya genetik yang dimiliki (varietas
unggul lokal) dengan sebaik-baiknya, baik dalam hal konservasi varietas, penanganan,
maupun penyimpanan benih hingga benih siap digunakan.
Konservasi semacam ini sangat penting dilakukan sebagai suatu pendekatan yang
berorientasi pada petani dalam memasok benih. Suatu pendekatan yang dapat diupayakan
dalam pengelolaan sumberdaya genetik adalah pembentukan unit-unit suplai benih yang
dibuat dengan cara membentuk unit-unit pertanian kecil untuk memproduksi benih unggul
yang cukup memadai untuk kebutuhan lokal. Tentu saja para petani tersebut memerlukan
arahan dari unit-unit inspeksi benih terpusat. Jika petani telah terbiasa dengan teknik tersebut,
mereka dapat mengambil alih perawatan penangkaran hingga akhirnya menjadi yayasan
benih yang bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Pengadaan benih dapat dilakukan pada tingkat
desa dengan teknik-teknik yang bersifat padat karya sehingga mengurangi biaya transportasi,
yang sekarang menjadi bagian utama yang menentukan harga benih. Apabila sistem ini telah
berjalan dengan baik maka kebutuhan petani terhadap 4 (empat) tepat benih ( tepat mutu,
jumlah, waktu, dan harga) dapat terpenuhi.
7. Pengelolaan Hama Terpadu
Pengendalian hama terpadu adalah upaya mengendalihan tingkat populasi atau tingkat
serangan organisme terhadap tanaman dengan menggunakan dua atau lebih teknik
pengendalian dalam satu kesatuan untuk mencegah atau mengurangi kerugian secara
ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Perlindungan tanaman dilakukan melalui
kegiatan pencegahan, pengendalian dan eradikasi. Dalam perkembangannya, istilah
pengendalian berubah menjadi pengelolaan untuk lebih menekankan pada usaha untuk
mengurangi populasi organisme yang harus ditangani secara terus menerus sejak dari
penanaman, misalnya dengan menentukan jenis tanaman , cara pembukaan lahan,
penggarapan tanah, jarak tanam, dan sebagainya. Oleh karena itu istilah pengelolaan hama
terpadu dianggap lebih tepat dibandingkan dengan pengendalian hama terpadu.
Konsep pengelolaan hama terpadu ini sangat sesuai dengan konsep yang diusulkan oleh
Peterson pada tahun 1973 yaitu :
1) Secara terpadu memperhatikan semua hama penting,
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
17
2) Tidak bertujuan untuk mendapatkan suatu keadaan yang bebas hama, tetapi untuk
mengendalikan populasi hama agar kerusakan yang terjadi selalu di bawah ambang
ekonomi,
3) Menggabungkan berbagai cara yang kompatibel. Sesedikit mungkin memakai cara
buatan tetapi lebih mementingkan penekanan hama oleh faktor-faktor alami,
5) Selalu didasari oleh pertimbangan ekologi.
Berdasarkan konsep tersebut maka konsep pengelolaan hama terpadu yang lebih sempuna
adalah perlu melibatkan pemerintah seperti Direktorat Imigrasi dimulai dari pencegahan
masuknya hama dari luar negri. Untuk lebih jelasnya, konsep pengelolaan yang lebih
sempuna yaiu :
1) Pengendalian hama tumbuhan dengan peraturan-peratutan pemerintah. Hama-hama
dari luar negri dicegah masuknya dengan peraturan karantina, sedangkan penyakit yang
baru saja masuk dicoba dihilangkan dengan usaha eradikasi agar tidak meluas,
2) Penanaman kultivar yang tahan penyakit dan berproduksi tinggi,
3) Pengendalian dengan cara kultur teknis,
4) Pengendalian dengan cara biologis,
5) Pengendalian secara fisik, serta alternatif terakhir,
6) Pengendalian secara kimia.
Pengelolaan penyakit pada pertanian berkelanjutan harus didasari dengan kesadaran akan
lingkungan, dan kesadaran akan biaya. Jika kerusakan berat sekali dan semua usaha yang
dilakukan tidak memberikan hasil, maka tanaman tersebut harus diganti.
C. Pembuatan Pestisida Organik
Pestisida organik merupakan ramuan obat-obatan untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman yang dibuat dari bahan-bahan alami. Bahan-bahan untuk membuat
pestisida organik diambil dari tumbuhan-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Karena
dibuat dari bahan-bahan yang terdapat di alam bebas, pestisida jenis ini lebih ramah
lingkungan dan lebih aman bagi kesehatan manusia.
Bila dibandingkan dengan pestisida kimia, pestisida organik mempunyai beberapa
kelebihan. Pertama, lebih ramah terhadap alam, karena sifat material organik mudah terurai
menjadi bentuk lain. Sehingga dampak racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama di
alam bebas. Kedua, residu pestisida organik tidak bertahan lama pada tanaman, sehingga
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
18
tanaman yang disemprot lebih aman untuk dikonsumsi. Ketiga, dilihat dari sisi ekonomi
penggunaan pestisida organik memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Produk
pangan non-pestisida harganya lebih baik dibanding produk konvensional. Selain itu,
pembuatan pestisida organik bisa dilakukan sendiri oleh petani sehingga menghemat
pengeluaran biaya produksi. Keempat, penggunaan pestisida organik yang diintegrasikan
dengan konsep pengendalian hama terpadu tidak akan menyebabkan resistensi pada hama.
Namun ada beberapa kelemahan dari pestisida organik, antara lain kurang praktis.
Pestisida organik tidak bisa disimpan dalam jangka lama. Setelah dibuat harus segera
diaplikasikan sehingga kita harus membuatnya setiapkali akan melakukan penyemprotan.
Selain itu, bahan-bahan pestisida organik lumayan sulit didapatkan dalam jumlah dan
kontinuitas yang cukup. Dari sisi efektifitas, hasil penyemprotan pestisida organik tidak
secepat pestisida kimia sintetis. Perlu waktu dan frekuensi penyemprotan yang lebih sering
untuk membuatnya efektif. Selain itu, pestisida organik relatif tidak tahan terhadap sinar
matahari dan hujan. Namun seiring perkembangan teknologi pertanian organik akan banyak
inovasi-inovasi yang ditemukan dalam menanggulangi hambatan itu.
1. Bahan baku pestisida organik
Bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan pestisida organik biasanya mengandung zat
aktif dari kelompok metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia
lainnya. Bahan aktif ini bisa mempengaruhi hama dengan berbagai cara seperti penghalau
(repellent), penghambat makan (anti feedant), penghambat pertumbuhan (growth regulator),
penarik (attractant) dan sebagai racun mematikan. Sedangkan, pestisida organik yang terbuat
dari bagian hewan biasanya berasal dari urin. Beberapa mikroorganisme juga diketahui bisa
mengendalikan hama yang bisa dipakai untuk membuat pestisida. Berikut ini beberapa bahan
yang sering digunakan untuk membuat pestisida organik:
Jenis Tanaman
Bagian yang digunakan
Hama/Penyakit
yang
dikendalikan
Adas
Biji
Kutu (beras, sereal, palawija)
Alang-alang
Rimpang
Antraknosa pada buncis
Babandotan
Seluruh tanaman
Nematode pada kentang
Bawang-bawangan
Umbi
Busuk batang pada panili
Bengkoang
Biji
Ulat pada kubis
Brotowali
Batang
Lalat buahKutu aphids pada
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
19
cabe
Cabe
Buah
Hama tikus pada tanaman hias
Cengkeh
Bunga
Phytopthora pada lada
Daun wangi
Daun
Lalat buah, bactrocera dorsalis
Gadung
Umbi
Tikus/rodentisida
Jahe
Rimpang
Ulat Plutella xylostella pada
kubis
Jambu mete
Kulit
Ulat jambu mete
Jambu biji
Daun
Antraknosa
Jarak
Buah dan daun
Namatoda pada nilam dan jahe,
Lalat penggerek daun pada
tanaman terung-terungan
Jengkol
Buah
Walangsangit pada cabe
Jeruk nipis
Daun
Busuk hitam pada anggrek
Kacang babi
Biji
Ulat pucuk
Kayu manis
Daun
Pestisida organic
Kemangi
Daun
Busuk hitam pada anggrek
Kencur
Rimpang
Phytoptora pada lada
Acubung
Bunga
Kutu, ulat tanah
Kenikir
Bunga
Walangsangit
Kunyit
Rimpang
Phytoptora pada lada
Lada
Biji, daun
Hama
gudang,
Antraknosa
pada cabe
Lengkuas
Rimpang
AntraknosaSemut pada lada
Mimba
DaunBiji
Antraknosa pada buncis dan
cabe, Phytoptora
pada
tembakau, Belatung, Pengisap
polong pada kedelai, Hama
pengetam pada kelapa
Mindi
Daun
Ulat penggerek
Mahoni
Biji
Kutu daun pada krisanUlat
tanah, Walangsangit, wereng
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
20
coklat
Pacar cina
Daun
Spodoptera litura pada kedelai
dan kubis
Pahitan/kipahit
Daun
Serangga Tribolium castaneum
Patah tulang
Daun
Molusca
Pandan
Daun
Walangsangit
Piretrum
Bunga
Hama gudang
Saga
Biji
Hama gudang sitophilus sp
Selasih
Daun
Lalat buah ( dacus correctus)
Sembung
Daun
Keong emas
Sereh
Batang, daun
Herbisida organic
Sirih
DaunAbu
Antraknosa
pada
cabeTMV
pada tembakau, Hama gudang
Srikaya
Biji
Thrips
Kutu
pada sedap malam,
daun
pada
kedelai,
kacang panjang, jagung, kapas,
tembakau
Sirsak
Biji, daun
Wereng coklat pada padi
Tembakau
Daun, batang
Ulat grayak pada famili terungterungan (tomat, cabe, paprika,
terung), Walangsangit
Tembelekan
Biji
Ulat grayak Spodoptera litura
pada
kedelai,
Penggerek
polong
Tuba
Akar
Keong mas, Hama gudang
2. Macam pestisida organik dan cara membuatnya
Ada berbagai cara atau resep untuk membuat pestisida organik. Hingga saat ini tidak ada
standardisasi pembuatan pestisida organik. Resep-resep pestisida organik biasanya
didapatkan dari pengalaman para petani, kearifan lokal masyarakat, hasil percobaan para
praktisi dan berdasarkan penelitian ilmiah. Berikut ini beberapa cara membuat pestisida
organik yang sering digunakan para petani untuk mengendalikan hama dan penyakit.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
21
a. Pengendali serangga penghisap (kepik dan kutu-kutuan)
Siapkan bahan-bahan berikut, daun surian 1 kg, daun tembakau 1kg, daun lagundi 1 kg,
daun titonia 1 kg, air kelapa sebanyak 2 liter, gambir 0,5 ons, garam dapur 1 ons dan air
panas 500 ml. Kemudian siapkan penumbuk dari batu. Tumbuk daun tembakau, daun surian
daun lagundi dan daun titania, aduk hingga rata. Apabila sudah lembut, rendam dalam air
kelapa dan aduk-aduk. Kemudian ekstrak campuran tersebut dengan cara diperas dengan
kain. Saring kembali hasil perasan dan tambahkan garam lalu kocek larutan. Siapkan cairan
gambir dengan cara melarutkan setengah ons gambir dalam 500 ml air panas, lalu saring
dengan kain halus. Langkah terakhir campurkan larutan daun-daunan dan larutan gambir.
Masukkan dalam botol atau jerigen plastik. Ramuan pestisida organik siap untuk digunakan.
Cara menggunakan pestisida organik ini adalah dengan mengencerkan 500 ml larutan
dalam 10 liter air bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Lakukan
penyemprotan pada pucuk tanaman terlebih dahulu kemudian permukaan atas dan bawah
daun. Frekuensi penyemprotan dianjurkan dua kali seminggu hingga populasi larva atau kutu
berkurang dan tidak membahayakan lagi.
b. Pengendali ulat pemakan daun
Siapkan bahan-bahan yang diperlukan antara lain, air kelapa 2 liter, ragi tape 1 butir,
bawang putih 4 ons, deterjen 0,5 ons dan kapur tohor 4 ons. Langkah pertama adalah tumbuk
bawang putih hingga halus. Kemudian larutkan deterjen kedalam air kelapa dan aduk hingga
merata. Setelah itu, masukan hasil tumbukan bawang putih, ragi tape dan kapur tohor. Saring
campuran tersebut dengan kain halus. Langkah terakhir, fermentasikan cairan selama 20 hari
dalam wadah tertutup. Pestisida organik pengusir ulat daun siap digunakan.
Cara penggunaan, encerkan larutan pestisida organik sebanyak 500 ml dengan 10 liter air
bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Frekuensi penggunaan
sebanyak 2 kali seminggu, lakukan terus sampai serangan ulat menurun sampai taraf aman.
c. Pengendali penyakit cendawan atau jamur
Siapkan bahan-bahan berikut, daun dakinggang gajah 5 ons, lengkuas 3 ons, jahe 3 ons,
bawang putih 3 ons dan ekstrak titonia 3 liter. Tumbuk daun galinggang gajah, kemudian
parut jahe dan lengkuas. Siapkan larutan daun titonia dengan cara menumbuk daun titonia
hingga halus dan campurkan dengan 3 liter air, kemudian saring dengan kain halus. Setelah
itu, masukkan bahan-bahan yang telah ditumbuk dan diparut ke dalam larutan titonia, aduk
hingga merata. Saring dan peras campuran tersebut. Pestisida organik pengendali cendawan
atau jamur siap digunakan.
TUGAS PENGHANTAR ILMU PERTANIAN AGR 1.1 KELOMPOK 9 (Sembilan) TANUN 2014
22
Penggunaan, encerkan 500 ml pestisida organik ini dengan 10 liter air, aduk hingga rata
dan masukkan kedalam tangki semprotan. Penyemprotan dilakuan pada seluruh bagian
tanaman seperti pucuk, daun dan batang. Frekuensi penggunaan yang dianjurkan 2 kali dalam
seminggu hingga serangan melemah.
d. Pengendali penyakit yang disebabkan bakteri
Siapkan bahan-bahan berikut, daun sirih satu ikat, kunyit 2 ons, bawang putih 3 ons dan
ekstrak daun titonia 3 liter. Tumbuk bahan-bahan tersebut satu per satu atau secara
bersamaan. Rendam dalam ekstrak daun titonia selama beberapa menit, kemudian saring
dengan kain halus. Pestisida pengusir bakteri siap digunakan. Cara penggunaannya dengan
mengencerkan 500 ml larutan dalam 10 liter air. Frekuensi penggunaan 2 kali dalam
seminggu.
e. Pengendali serangga penghisap, kepik dan kutu-kutuan dari daun inggu
Siapkan daun inggu 1,5 kg, bunga tahi ayam 1,5 kg, gambir 0,5 ons, air kelapa 3 liter dan
air bersih panas 500 ml. Daun inggu dan bunga tahi ayam ditumbuk hingga halus dan rendam
dalam air kelapa. Peras dan saring campuran tersebut. Lalu siapkan larutan gambir dengan air
panas yang sudah disaring. Camprkan dual larutan tersebut, pestisida organik daun inggu siap
digunakan.
Cara penggunaan, 1 liter pestisida organik diencerkan dengan 10 liter air bersih. Aduk hingga
rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Semprot seluruh bagian tanaman, frekuensi
penyemprotan seminggu dua kali.
f. Pengendali antraknosa pada tanaman cabe
Siapkan daun galinggang gajah 2,5 ons; daun tembakau 2,5 ons; daun thitonia 2,5 ons;
daun lagundi 2,5 ons; garam 1 ons dan gambir 3 buah. Tumbuk halus daun galinggang,
tembakau,thitonia dan daun lagun. Kemudian masukan kedalam ember yang berisi 1 liter air
bersih, lalu tambahkan garam dan biarkan selama satu malam. Setelah itu saring larutan
tersebut dan peras airnya sampai kering. Cairkan tiga buah gambir dengan satu gelas air
panas dan campurkan kedalam larutan, aduk hingga merata. Pestisida organik untuk
mengendalikan antraknosa yang biasa menyerang tanaman cabe siap digunakan.
Cara menggunakannya, masukkan larutan di atas ke dalam tangki semprot 15 liter.
Penuhkan dengan air bersih dan aduk-aduk. Penggunaan pestisida organik ini sebiknya
dilakukan sejak tanaman cabe mulai berbuah, semprotkan seminggu sekali. Kemudian amati
tanaman, apabila ada buah cabe yang terserang antraknosa segera