DUKUNGAN MUTU PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

DUKUNGAN MUTU PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Mutu pendidikan dan pelatihan pada hakikatnya ditentukan oleh banyak aspek. Beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian dalam upaya peningkatan mutu Diklat, antara lain: hubungan
sekolah dengan industri/dunia kerja, bahan ajar, peralatan dan bahan, kegiatan ekstrakurikuler,
guru dan instruktor, bimbingan dan konseling, manajemen, unit produksi, dan BP3.
A. Hubungan Sekolah dengan Industri/Dunia Kerja
1. Pengertian
Hubungan sekolah dengan industri/dunia kerja diartikan sebagai jalinan
kerjasama fungsional yang saling menguntungkan antara sekolah dan dunia
kerja/industri dalam penyelenggaraan Diklat, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi dan pemasaran tamatan.
2. Tujuan
Meningkatkan mutu proses dan hasil Diklat dalam menghasilkan tenaga kerja
berkualitas, melalui kerjasama yang saling menguntungkan antara sekolah dan
dunia kerja/industri.
3. Pelaksanaan
a. Pengembangan hubungan kerjasama antara SMK dan dunia usaha/industri,
dilaksanakan dalam koordinasi dan tanggung jawab Majelis Sekolah.
b. Hubungan kerjasama dikembangkan dengan prinsip saling menguntungkan,
khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan

kinerja masing-masing pihak.
c. Inisiatif pengembangan hubungan kerjasama harus dimulai dari pihak SMK,
terutama dalam membangun saling pengertian masing-masing pihak.
d. SMK harus memiliki data yang lengkap dan akurat tentang peta
industri/perusahaan/dunia kerja di sekitarnya.
e. SMK bersama MS mengatur sarana, personel, dan jadwal kegiatan
pengembangan hubungan kerjasama.
f. Jalinan kerjasama antara SMK dan dunia kerja/industri, sebaiknya
dikembangkan dalam bentuk yang lebih formal dengan bukti adanya naskah
kesepakatan kerjasama.
B. Bahan Ajar
1. Pengertian
Bahan ajar yang dimaksud adalah instrumen pendukung kegiatan belajar
peserta, berupa handout, lembar pengajaran, modul, dan sebagainya.
2. Tujuan
a. Membantu peserta agar lebih mudah dalam mempelajari
kompetensi yang harus dikuasainya.
b. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
Diklat.


3. Pelaksanaan
a. Bahan ajar merupakan penjabaran dari profil kompetensi
tamatan.
b Bentuk bahan ajar mengarah ke pembelajaran individual.
c. Bahan ajar dikembangkan dan dikemas sebagai paket-paket
pembelajaran.
d. Paket pembelajaran dilengkapi dengan alat bantu
pembelajaran, seperti alat peraga.
e. Menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik paket
pembelajaran.
f. Penyusunan bahan ajar diusahakan dilakukan bersama-sama
dengan Institusi Pasangan, atau sekurang-kurangnya divalidasi
oleh dunia kerja/industri.
C. Peralatan dan Bahan
1. Pengertian
Peralatan dan Bahan yang dimaksud adalah peralatan dan bahan praktik yang
digunakan peserta baik pada kegiatan praktik dasar maupun pada kegiatan
praktik keahlian.
2. Tujuan
Meningkatkan mutu proses dan hasil Diklat melalui optimasi pengadaan dan

penggunaan alat dan bahan.
3. Pelaksanaan
a. Optimasi peran dan fungsi juru bengkel/laboratorium (toolman) di sekolah
serta sistem inventarisasi (inventory).
b. Pendayagunaan alat dan bahan di sekolah dan di industri untuk kepentingan
Diklat.
c. Ketersediaan set standar minimum peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk
pembelajaran peserta, terutama untuk praktik dasar.
d. Menerapkan secara konsekuen prosedur peminjaman, penggunaan, dan
pengembalian alat dan bahan pada tempatnya.
e. Memanfaatkan secara optimal manual penggunaan peralatan dan bahan.
f. Merawat peralatan dan bahan secara berkala agar selalu dalam keadaan layak
pakai.
g. Penggunaan alat dan bahan secara efisien.
h. Optimasi alat dan bahan di luar kegiatan pembelajaran secara bertanggungjawab.
D. Kegiatan Ekstrakurikuler
Tugas utama sekolah adalah mendidik peserta didiknya. Artinya tidak semata-mata
menjadikan mereka pintar dan terampil, tetapi juga harus mampu
menumbuhkembangkannya menjadi pribadi yang sehat jasmani dan rohani, sadar dan
bertanggung-jawab akan keberadaan dirinya baik sebagai pribadi, sebagai makhluk


Tuhan YME, maupun sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian tak terpisahkan
dari lingkungannya.
Tidak semua wahana pengembangan pribadi tersebut dapat dijadikan pengalaman
belajar yang terstruktur dalam kurikulum (intrakurikuler), sebab di samping akan
menjadi terlalu sarat juga karena kaidah-kaidah instruksional yang terkait dengan hasil
belajar/perubahan tingkah-laku terukur (measurable) yang teramati (observable), tidak
memungkinkan semuanya dijadikan bahan pembelajaran yang dibatasi oleh ruang dan
waktu.
1. Pengertian
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui
berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan materi
kurikulum, sebagai bagian tak terpisahkan dari tujuan kelembagaan SMK.
2. Tujuan
Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan menumbuhkembangkan pribadi peserta didik yang
sehat jasmani dan rohani, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki kepedulian dan
tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya, serta
menanamkan sikap sebagai warga negara yang baik dan bertanggung-jawab melalui
berbagai kegiatan positif di bawah tanggung jawab sekolah.
3. Pelaksanaan

1. Spektrum kegiatan ekstrakurikuler dapat meliputi antara lain kegiatan
keagamaan, olah-raga, seni dan budaya, berorganisasi, wirausaha, dan kegiatan
sosial lainnya.
2. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dibina oleh petugas khusus yang ditunjuk
oleh dan bertanggung-jawab kepada Kepala Sekolah.
3. Setiap peserta memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya masing-masing.
4. Keterlaksanaan kegiatan ekstrakurikuler merupakan tanggung jawab bersama
antara sekolah dan masyarakat (keluarga dan orang tua).
5. Pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler dilakukan melalui pembentukan
antara lain kelab-kelab olah raga, sosial, dan kesenian di sekolah.
Pengaturannya dilakukan oleh pengurus OSIS di bawah bimbingan petugas
penanggung-jawab kegiatan ekstrakurikuler.
6. Tiap peserta wajib mengikuti satu kegiatan kelab olah raga dan satu kegiatan
kelab sosial/budaya yang diminatinya.
E. Guru dan Instruktur
1. Pengertian
Guru dan instruktur yang dimaksud adalah tenaga kependidikan di SMK dan
tenaga pembimbing di dunia usaha/industri yang dinilai telah memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan, serta memiliki kelayakan profesional untuk

membimbing kegiatan belajar peserta baik di sekolah maupun di dunia
kerja/industri.
2. Tujuan
Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan mengoptimalkan peran
dan fungsi guru/instruktur.

3. Pelaksanaan
Untuk meningkatkan peran dan fungsi guru/instruktur perlu diupayakan hal-hal
sebagai berikut:
a. Setiap guru/instruktur ditugaskan sesuai keahlian dengan beban mengajar/
membimbing sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Guru/instruktur tidak boleh hanya hadir di sekolah berdasarkan jadwal
mengajar/membimbing saja, tetapi harus memenuhi kehadiran sesuai ketentuan
peraturan PNS yang berlaku.
c. Kepala sekolah wajib memonitor, menilai dan memberi perlakuan terhadap
pelaksanaan tugas setiap guru/instruktur sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Tugas guru/instruktur adalah membelajarkan peserta Diklat. Jadi ukurannya
bukan semata-mata telah melaksanakan tugas mengajar, tetapi yang lebih
penting apakah peserta Diklat telah belajar, yang ditandai dengan pencapaian
penguasaan hasil belajar yang telah ditetapkan.

e. Tersedia program pendidikan dan pelatihan bagi guru/instruktur, yang dapat
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme secara berkelanjutan.
f. Melibatkan guru dan instruktur dalam berbagai kegiatan seminar, lokakarya,
simposiun dan lain-lain, tanpa harus dibebani dengan biaya.
g. Iklim kerja di sekolah harus diubah, minimal mendekati budaya dan iklim kerja
yang ada di dunia kerja/industri.
h. Tersedia program peningkatan kesejahteraan guru/instruktur yang dilaksanakan
secara taat asas, dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang tersedia,
seperti melalui unit produksi.
E. Bimbingan Kejuruan
1. Pengertian
Bimbingan kejuruan adalah sebagaimana yang dimaksud Kepmen Dikbud
nomor 0490/U/1992, pasal 25 dan 26 yaitu meliputi bimbingan secara umum
dan karir kejuruan.
2. Tujuan
Bimbingan kejuruan pada SMK bertujuan memberikan layanan kepada:
a. calon peserta Diklat agar memperoleh informasi yang akurat tentang bidang
dan program keahlian yang sesuai;
b. peserta Diklat agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal, khususnya
pada bidang/program keahlian yang dipilihnya;

c. tamatan agar dapat memasarkan keahlian secara tepat dan dapat hidup mandiri.
3. Pelaksanaan
a. Bimbingan secara umum dan bimbingan karir kejuruan adalah satu kesatuan
utuh yang saling melengkapi, untuk memberikan layanan/bantuan bimbingan
dan konseling kepada calon peserta, peserta, dan tamatan agar memperoleh
layanan yang sesuai, sehingga dapat mengembangkan potensi kemampuan
dirinya secara optimal dan memanfaatkan kemampuan tersebut untuk
kesejahteraan dirinya, serta berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
b. Pengorganisasian dan operasional pelaksanaan Bimbingan Kejuruan (BK)
sesuai ketentuan Kepmen Dikbud nomor 0490/U/1992, pasal 25, 26 dan 27.

c. Penyelenggaraan kegiatan BK harus dilakukan secara terkoordinasi antara guru
bimbingan dan guru kejuruan serta terintegrasi dengan program Diklat secara
menyeluruh.
d. Pelaksanaan layanan BK terutama diarahkan kepada:
1. fungsi penyaluran;
Yaitu memberikan layanan bimbingan dan konseling agar calon dan atau
peserta Diklat memperoleh program Diklat yang benar-benar sesuai, sehingga
dapat berkembang secara optimal, serta layanan bimbingan dan konseling bagi
tamatan agar dapat memanfaatkan hasil belajarnya untuk meningkatkan taraf

hidup dan kebahagiaannya
2. fungsi penyesuaian;
Yaitu layanan bimbingan dan konseling bagi peserta dan tamatan agar dapat
menyesuaikan dirinya secara kreatif dan positif (welladjusted) terhadap situasi
dan kondisi tertentu, baik dalam rangka belajar/berlatih maupun dalam
kehidupan pekerjaan.
3. fungsi pencegahan;
Yaitu layanan bimbingan dan konseling bagi peserta agar dapat
mengatasi kondisi dan situasi internal dan eksternal, yang dapat
menghambat pengembangan dirinya.
G. Manajemen Diklat
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan manajemen Diklat adalah suatu sistem pengelolaan
penyelenggaraan Diklat yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
(kontrol), dan evaluasi, terutama menyangkut tentang organisasi, program,
sumber daya, dan pembiayaan.
2. Tujuan
Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan melalui konsolidasi organisasi,
pemberdayaan sumber daya manusia, penggalian sumber dana, dan optimasi
pembiayaan.

3. Pelaksanaan
a. Menyesuaikan/mengembangkan struktur organisasi
berdasarkan karakteristik kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan (lihat perangkat pendukung tentang
Organisasi Pelaksana PSG).
b. Memberdayakan sumber pembiayaan dari:
1) Industri (IP);
2) DIK;
3) DIP;

4) Unit Produksi;
5) BP3;
6) Sponsor;
7) dan sebagainya.
c. Merencanakan, mengelola, dan mengalokasikan dana dan biaya untuk
keperluan:
1) operasional Diklat;
2) pengujian dan sertifikasi;
3) promosi program;
4) koordinasi MS, sekolah, IP dan BP3;

5) monitoring;
6) sekretariat MS.
H. Unit Produksi
1. Pengertian
Unit produksi adalah aktivitas usaha sekolah terkait langsung atau tidak
terhadap program Diklat, dalam upaya mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki agar memberikan nilai tambah yang lebih besar untuk mendukung
pelaksanaan program sekolah.
2. Tujuan
Meningkatkan mutu Diklat melalui penyediaan kesempatan pelatihan
berproduksi secara profesional bagi peserta didik, serta mendukung
pembiayaan operasional pendidikan dan peningkatan kesejahteraan.
3. Pelaksanaan
a. Keberadaan unit produksi mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku.
b. Pekerjaan unit produksi yang dikerjakan oleh peserta Diklat mendukung
penguasaan profil kompetensi, dan pengembangan wawasan kewirausahaan.
c. Keterlibatan semua pihak (peserta Diklat, guru, karyawan, IP, dan MS) dalam
kegiatan unit produksi mengacu kepada kaidah bisnis.
d. Mengembangkan sistem waralaba melalui jalinan kemitraan dengan
perusahaan yang memiliki kewenangan/keunggulan dalam mutu dan
pemasaran.
e. Membuka unit komersial dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas yang
tersedia.
f. Mengoptimalkan/mengembangkan organisasi unit produksi terutama untuk
meningkatkan kinerja dalam mengakses pasar/konsumen.
I. Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3)

Peraturan Pemerintah nomor 29 Tahun 1990 Pasal 10 ayat (2) dan Kepmen Dikbud
nomor 0490/U/1992 Pasal 10 ayat (1) menegaskan, bahwa untuk membantu
penyelenggaraan kegiatan pendidikan menengah pada setiap sekolah menengah
dibentuk Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Pembentukan dan
pelaksanaan organisasi tersebut secara khusus diatur dalam Kepmen Dikbud nomor
0293/U/1993 tentang Pembentukan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan.
1. Pengertian
Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan atau disingkat BP3 adalah
organisasi yang dibentuk oleh SMK dan orang tua peserta didik untuk
membantu terselenggaranya proses pendidikan dan pelatihan secara lebih
efektif dan efisien.
2. Tujuan
Pembentukan BP3 dimaksudkan sebagai upaya mewadahi dan meningkatkan
peranserta orang tua siswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya secara
nyata dan terus-menerus (berkelanjutan), dalam penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan.
3. Pelaksanaan
a. BP3 adalah organisasi sosial yang secara khusus memiliki perhatian terhadap
kelangsungan penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah.
b. BP3 dapat dioptimalkan sebagai forum komunikasi antara sekolah dengan
orang tua siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk
menyampaikan aspirasi masing-masing, terutama dalam rangka membangun
saling pengertian semua pihak.
c. Kegiatan BP3 merupakan prakarsa murni orang tua siswa dan masyarakat pada
umumnya, dalam membantu penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan
pelatihan.
d. Agar kegiatan BP3 lebih efektif dalam membantu sekolah, maka pihak sekolah
perlu melakukan dialog secara intensif, khususnya tentang permasalahan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
e. Melalui lembaga BP3, sekolah dapat mengajukan kebutuhan bantuan kepada
orang tua siswa dan masyarakat pada umumnya untuk mengatasi masalahmasalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.