PENDEKATAN ILMIAH DALAM LINGUISTIK forensik

RINGKASAN MATERI
PENDEKATAN ILMIAH DALAM LINGUISTIK
Materi ke empat (Resume) kelompok 4
pada Rabu 1 April 2015
Dosen Pengampu : Dr. Ifan Iskandar, M.Hum.
Oleh :
HONAYAPTO
7316140736

Dalam materi ini dibahas tentang pendekatan ilmiah dalam linguistik, kata
ilmiah dari kata ilmu yang akan terkait dengan kegiatan kegiatan penelitian yang
menghasilkan karya ilmiah berupa skripsi, tesis, jurnal.
Adapun pendekatan imiah dalam ilmu kebahasaan terdiri atas 3 yaitu :
1. System, ada prosedur jelas yang bisa diikuti dan berlaku secara universal.
2. Rigorous, bersifat teliti, penuh ketelitian. Ada kalanya bersifat
sceptimisme (bersifat diragukan kemudian diteliti dan diyakinkan)
3. Empirical (melalui pendekatan yang ada dalam bentuk yang konkrit)
Hal inilah yang menyebabkan ilmuwan tidak boleh tegesa gesa dalam
pengambilan keputusan.
Berbicara pendekatan ilmiah dalam linguistik, kita berbicara tentang ilmu.
Sebagai ilmu yang menuntut manusia untuk benar benar dapat berperilaku

bijaksana ilmu memiliki karakteristik yaitu :
1. Logis, yaitu pengambilan kesimpulan dengan menggunakan dua
pendekatan yaitu pendekatan secara deduktif (pola pemikiran dari hal yang
bersifat umum ke yang bersifat khusus) dan pendekatan secara induktif
(pola pemikiran dari hal yang bersifat khusus ke yang bersifat umum)
2. Deterministik, yaitu ada unsur sebab dan akibat
3. General, yaitu bersifat dari yang umum untuk ke khusus, sebagai contoh
untuk membedakan pola induktif dan deduktif adalah aspek dalam

1

4.

5.
6.
7.

fenomena peristiwa yang umum : begal, namun peristiwa begal lebih di
spesifikan begal di semarang.
Parsimonous, dalam ilmu penelitian biasanya kita mencari tahu faktor

penyebab, dalam konteks ini kita mencari tahu yang bukan unsur
penyebab sebuah masalah dalam penelitian.
Empiric, ada data data yang atau sumber informasi yang tersedia
Intersubjektif, yaitu dalam melakukan penelitian para peneliti menemukan
hal yang sama dalam penelitian yang dilakukan.
Open to modification, yaitu penelitian yang dilakukan akan menghasilkan
suatu karya/teori tentang sebuah gejala/peristiwa yang diteliti namun
belum 100% benar oleh karena sifat inilah yang menyebabkan ilmu terus
berkembang sebab ilmu akan terbuka untuk mengalami perubahan
maksudnya teori yang ditemukan terdahulu mungkin akan berubah dan
berkembang pada saat sekarang.

Dalam penelitian ilmiah ada istilah yang dikenal yaitu Valid dan reliable,
valid adalah dapat mengukur apa yang hendak diukur. Valid terdiri dari atas face
validity yaitu validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur
sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur, content validity
adalah validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur
dengan analisis rasional, dan construct validity adalah menunjukkan sejauh mana
alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya.
Sedangkan reliabel berarti datanya sahih, terpercaya kapanpun dapat

digunakan ketika dalam pengumpulan data dan analisis hasilnya sama sebab ada
kiteria yang jelas.
Untuk lebih memudahkan dalam mempelajari pendekatan ilmiah dalam
linguistik kita harus memahami pendekatan tersebut berikut ini :
Ilmu sejatinya terdiri atas 3 aspek pembangun yaitu aspek Ontologi,
epistimologi,dan aksiologi dalam pembahasan ini kita akan membahas ilmu dalam
aspek epistimologi dalam aspek ini mempertanyakan bagaimana ilmu diperoleh?
Secara pasti ilmu diperoleh diperoleh melalui metode ilmiah yang seperti yang
tergambar pada pada paragraf kedua diatas, dalam menggunakan metode ilmiah
ada paradigma yang digunakan dalam penerapan metode ilmiah, paradigma
tersebut terdiri atas kualitatif yang bersifat fenomenology biasa dilakukan dengan
teknik ethnograph, ground theory, dan sebagainya yang berorientasi pada
deductive reasoning yang mengumumkan hipotesis, hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap pertanyaan penelitian namun tanpa merubah teori yang
diberikan, pada pendekatan ini biasanya ditemukan temuan temuan baru atas

2

pertanyaan yang diajukan yang tujuan utamanya menyesuaikan kebenaran
terhadap teori, sebelum menggapai itu berada pada tataran konteks penemuan.

Berikutnya paradigma kuantitatif yang bersifat positivism biasa dilakukan
dengan exsperiment dan non experiment yang berorientasi pada inductive
reasoning yang mencoba membuktikan hipotesis yang selanjutnya berada pada
tataran pembenaran konteks yang menghubungkan kebenaran teori yang tujuan
utama, sama dengan paradigma sebelumnya untuk menjawab pertanyaanpertanyaan, hal ini yang merupakan perbedaan dengan filsafat, ilmu menjawab
pertanyaan sedangkan filsafat mempertanyakan jawaban hingga mendesak ilmu
untuk terus berkembang, sehingga filsafat merupakan induk dari segala ilmu.
Dalam kaitannya dengan linguistik pendekatan ilmiah tersebut memberikan
kesempatan ilmu tentang kebahasaan dapat diteliti dan dikembangkan, sebab
bahasa tidak berdiri sendiri namun bahasa terdiri atas unsur unsur yang sangat
kompleks dari pertanyaan apa bahasa itu sendiri? fungsi bahasa? bagaimana
bahasa digunakan? siapa pengguna bahasa? bagaimana sebuah bahasa dapat
dikatakan bahasa?, pada pandangan ini beberapa ahli seperti Ferdinand
Desaussere menyelidik bahasa dalam aspek Sosiolinguistik melihat dari
kemampuan manusia itu sendiri, berkaitan dengan masyarakat bahasa, desaussere
mengistilahkan pada competence dan performance.
Pada umumnya hampir sama seperti yang diutarakan Chompsky yang
mengutarakan kemampuan berbahasa terdiri atas langue dan parole, langue adalah
sistem pengetahuan tentang bahasa yang dikuasai dan sedangkan parole adalah
apa yang dimunculkan dalam pengetahuan bahasa tersebut baik berupa ujaran

maupun tulisan yang lebih menekankan dalam sisi psikoloinguistik, bahwa setiap
manusia yang memahami bahasa dapat mengoperasikan bahasa, Manusia yang
mampu mengoperasikan bahasa mampu menggunakan bahasa yang lain hal ini
biasa dikenal dengan L.A.D; language acquisition device.
Sehingga dalam memahami bahasa melalui pendekatan ilmiah kita dapat
berharap mampu menguasai dengan benar dan bijaksana tehadap bahasa yang
dikuasai dan yang akan dikuasai berikut keterampilan keterampilan penunjangnya.

3