Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah DI

KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH
DI INDONESIA
Khairul Huda MW, Nurul Huda, S.E.,M.Si1 , . Drs. Firdaus.Sy.,MP2
JurusanEkonomi Pembangunan FakultasEkonomiUniversitas Bung Hatta
FakultasEkonomiUniversitas Bung Hatta
Email : khairul_huda_ep@yahoo.co.id
Nurulhuda114@yahoo.com
firdaus@bunghtta.ac.id

ABSTRACT

The big problem facing developing countries , especially Indonesia is inequality ( disparity )
income distribution . Unequal income distribution income inequality trigger . Inequality of
income distribution has an impact not only in the economic field but also can trigger social and
political inequality . Therefore , efforts to reduce the unequal distribution of income is an effort
to help strengthen political stability .
The analytical tool used in this research is the analysis of Williamson Index . This study uses
secondary data over a period of nine provincial GDP per capita in Indonesia and the population
of the nine provinces in Indonesia in 2002-2011.
Williamson's analysis of the index shows that the economic disparities between the nine
provinces in Indonesia during the period 2002-2011 was equal income levels ketimpanagn rate

is as high as the index value greater than 0.39 or close to one ( 1 ) . cause of this inequality is
related potentials and capabilities of each region in promoting regional economic growth .

Keywords : Economic Growth , Economic Inequality , Williamson Index .
1. Latar Belakang
Masalah besar yang dihadapi negara
sedang berkembang adalah ketimpangan
(disparity) distribusi pendapatan. Tidak
meratanya distribusi pendapatan memicu
terjadinya
ketimpangan
pendapatan.
Ketimpangan distribusi pendapatan yang
tidak saja memiliki dampak dibidang
ekonomi namun juga dapat memicu
ketimpangan sosial dan politik.
Oleh
karena itu, upaya untuk mengurangi

ketimpangan

distribusi
pendapatan
merupakan usaha dalam membantu
memperkuat
stabilitas
politik.Jumlah
penduduk yang terus meningkat setiap
tahunnya
sangat
berpengaruh
pada
pendapatan, apalagi pada daerah-daerah di
Indonesia dan ini sangat jelas terasa.
Ketimpangan pendapatan yang umumnya
melanda bangsa kita mengakibatkan
kesenjangan disetiap daerah dan ini juga
dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang

1


semakin meningkat drastis dari tahun ke
tahun.
Menurut
data
dari
BPS,
laju
pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 –
2010 meningkat sebanyak 1,49 persen, ini
menggambarkan pertumbuhan penduduk
cepat terjadi dan secara langsung bisa
berdampak pada ketimpangan pendapatan.
Hal
ini
disebabkan
karena
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk
dengan
faktor-faktor
yang

dapat
mengurangi ketimpangan tersebut seperti
lapangan
pekerjaan,
kesehatan
dan
pendidikan.
Dengan demikian
penulis mencoba
melakukan pembahasan dan uraianya untuk
mengetahui
kecenderungan
yang
menyebabkan
perbedaan
tingakat
pendapatan antar Sembilan propinsi di
Indonesia, yang akan penulis tuangkan
Dalam Bentuk Skripsi Yang Berjudul
“Ketimpangan Pembangunan Antar

Derah Di Indonesia”.
1.1 Perumusan Masalah
Pembangunan ekonomi selama ini
belum disebarkan secara merata dan sejalan
dengan berjalannya waktu maupun ruang.
Beberapa provinsi atau daerah lainnya
mengalami gangguan dan hambatan.
Ketimpangan pembangunan selama ini
berlansung dan berwujud dalam berbagai
bentuk aspek dan dimensi. Bukan hanya
ketimpangan hasil pembangunan juga tetapi
juga dalam pendapatan perkapita dan
pengaruh populasi penduduk.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas,
maka akan muncul masalah pokok sebagai
berikut:
Bagaimana
tingkat
ketimpangan
pendapatan antar daerah di Indonesia tahun

2002 sampai 2011?
1.2 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah
dikemukakan, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis
penyebab:
Tingkat

ketimpangan pendapatan antar daerah di
Indonesia tahun 2002 sampai 2011?

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep dan Teori Ketimpangan
Pembangunan
Menurut Williamson (Dalam Sjafrizal,
2008:95) dalam tahap awal pembangunan
ekonomi disparitas dalam diistribusi
pendapatan
akan

membesar
dan
terkonsentrasi
pada
wilayah-wilayah
tertentu yang pada awalnya sudah relatif
maju, misalnya dalam pembangunan
industri, insfrastruktur dan sumber daya
manusia.
Kemudian pada tahap
pertumbuhan ekonomi yang lebih besar
terjadi konvergensi dan ketimpangan dalam
distribusi pendapatan akan mengalami
penurunan.
Menurut Friedman dan Alonson (1975)
yang mempengaruhi ketimpangan ekonomi
regional adalah:
1. Migrasitenagakerja
2. Aliran modal
3. Kebijakanpemerintahpusat

4. Hubunganantar regional
2.2 DistribusiPendapatandanFaktorPeny
ebab
Berdasarkanperkembanganekonomidew
asaini,
umumnyapenggunaantenagakerjadanfaktor
produksitersebut,
yang
kemajuanteknologinyaseringmenggunakant
eknologiantarapenggunaantenagakerjadan
modal yang bersifat labor saving antara
capital
saving
di
negaranegara.Namundinegara
yang
sedangberkembangbaikpersediaan
modal
maupuntingkatakumulasi
modal

masihtetaprendahsehinggasebagianbesardist
ribusipendapatan
di
Negaranegarainimasihdapatdijelaskandalamdeterm
inasiklasik.
Dalammengukurketimpanganekonomi
regional,
metode
yang
lazimdigunakanadalahindeks Williamson

2

(Vw)
dimananilaiVwantara
0
dan
1.ArtinyajikaVwmendkati
0
makaketimpangansangatkeecildansebalikny

ajikaVw
mendekati1,
ketimpangansangatbesar.
2.3 KonsepjumlahPendudukdenganKeti
mpangan
Pembangunan
sertaFaktorPenyebab
Pendudukdidefinisikansebagaisemua
orang
yang
menempatisuatudaerahdanmencarinafkahdi
daerahtersebut,
jadidalamhalnipendudukadalahsemuawarga
negaradan
orang
asing
yang
terdapatdidalamdaerahtersebut
Simon (1982) dalambukunya yang
berjudul“The

Ultimate
Resouces”mengemukakanbahwapertumbuh
anpendudukbukanlahsuatupermasalahan.Sel
anjutnya
Simonmengatakanbahwajumlahpendudukpa
datingkatmoderatpadadasarnyapositifdanber
mamfaatbagipembangunanekonomibaikbag
i Negara majumaupun Negara berkembang.
Selanjutnyadalamjangkapanjangpendudukm
erupakansuatukeuntungan.
Simon
jugamncatat,
pertumbuhanekonomijugameransangpemba
ngunanekonomi.
Semakinbesarjumlahpendudukakanmengaki
batkanmeningkatnyapermintaanakanbarang
barangkonsumsidanselanjutnyaakanmendor
ong“Economic
Of
Scale”dalamberproduksi,
sehinggaakanmenurunkanbiayaproduksi.
Berdasarkansensuspenduduktahun2010d
iketahuibahwapertumbuhanpendudukmeleb
ihiproyeksinasionalyaitusebesar
237,6jutajiwadenganlajupertumbuhanpendu
duk
(LPP)
1,49
per
tahun.
Jikalajupertumbuhanpenduduk 1,49persen
per
tahunmakasetiaptahunnyaakanterjadipertum
buhanpenduduksekitar 3,5 jutalebih per
tahun. Dengandemikian, jika di tahun 2010
jumlahpenduduk 237,6 jutajiwamaka di

tahun
2011
bertambah
3,5
jutamakasekarangada 241 jutajiwalebih.
Bilalajupertumbuhantidakditekanmakajuml
ahpenduduk di Tanah Air pada 2045
bisamenjadisekitar
450
jutajiwa,
haliniberartisatudari
20
pendudukduniaadalah orang Indonesia.
Permasalahankuantitaspendudukdandam
paknyadalampembangunan.Jumlahpendudu
k
yang
besarberdampaklangsungterhadappembang
unanberupatersedianyatenagakerja
yang
sangatdiperlukandalampelaksanaanpemban
gunan.Akan
tetapikuantitaspenduduktersebutjugamemic
umunculnyapermasalahan
yang
berdampakterhadappembangunan.Permasal
ahan-permasalahantersebut di antaranya:
1. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang
tidak diimbangi dengan kemampuan
produksi menyebabkan tingginya beban
pembangunan
berkaitan
dengan
penyediaan pangan, sandang, dan
papan.
2. Kepadatan penduduk yang tidak merata
menyebabkan pembangunan hanya
terpusat pada daerah-daerah tertentu
yang padat penduduknya saja. Hal ini
menyebabkan hasil pembangunan tidak
bisa dinikmati secara merata, sehingga
menimbulkan kesenjangan sosial antara
daerah yang padat dan daerah yang
jarang penduduknya.
3. Tingginya
angka
urbanisasi
menyebabkan munculnya kawasan
kumuh di kota-kota besar, sehingga
menimbulkan kesenjangan sosial antara
kelompok kaya dan kelompok miskin
kota.
4. Pesatnya pertumbuhan penduduk yang
tidak seimbang dengan volume
pekerjaan menyebabkan terjadinya
pengangguran yang berdampak pada
kerawanan sosial.
2.4 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Siti Aisyah (2003) yang
berjudul Analisis Faktor-faktor yang

3

Mempengaruhi
Ketidakmerataan
Pendapatan di Indonesia menggunakan
variable penelitian laju pertumbuhan
PDRB, laju prtumbuhan penduduk,
pendapatan perkapita, tingkat pendidikan,
tenaga kerja dan tingkat kesehatan dengan
metode analisis Theils Indeks menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut; pertumbuhan
ekonomi berpengaruh secara signifikan
terhadap ketidakmerataan pendapatan dan
hubungan ini adalah positif. Pendapatan
perkapita berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap ketidakmerataan distribusi
pendapatan. Tenaga kerja berpengaruh
secara signifikan dan negative terhadap
ketidakmerataan distribusi pendapatan.
Kesehatan berpengaruh secara signifikan
dan
negative
terhadap
distribusi
pendapatan.
Tingkat
pendidikan
berpengaruh secara signifikan dan negative
terhadap distribusi pendapatan. Maka dari
hasil regresi menunjukan bahwa semua
variabel dalam model hasilnya cukup baik
dimana hanya variabel penduduk yang tidak
signifikan.
penelitian Anisa Ganis (2010) yang
berjudul Analisa Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Ketimpangan Pendapatan di
Provinsi Jawa Tengah, menggunakan
variabel ketimpangan pendapatan, tingkat
pngangguran, angka partisipasi kasar,
aglomerasi. Menggunakan metode analisis
Indeks
Wiliamson
menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut; Hasil analisis
menunjukan bahwa seluruh variabel
independen berpengaruh secara signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan di Jawa
Tengah. Hal ini dapat dilihat dari hubungan
positif antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pendapatan. Hipotsis Kuznet
berlaku dalam penelitian ini.
Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian belumnya adalah:
1. Ruang lingkup pembahasan, dimana
dalam penelitian ini akan mengukur
pengaruh pendapatan perkapita antar
provinsi
terhadap
ketimpangan
pembangunan antar sembilan provinsi

di Indonesia dan tingkat populasi
penduduk antar sembilan provinsi di
Indonesia
terhadap
ketimpangan
pembangunan antar provinsi di
Indonesia.
2. Tahun penelitian, dimana dalam
penelitian ini menggunakan tahun 2002
– 2011

3. Metodologi Penelitian
3.1 Metode Pengumpulan Datadan
Pengolahan Data
Yaitu melengkapi data referensi yang
diperlukan dalam penyusunan skripsi ini
dengan cara dokumentasi dan cara lain.
1. Library
Research
(Penelitian
Kepustakaan)Penelitian dilakukan di
perpustakaan guna medapatkan rincian
yang berkaitan dengan skripsi ini.
2. Field
Research
(Penelitia
Lapangan)Penelitian yang langsung
dilakukan ditempat atau instansiinstansi terkait yang menyediakan
informasi yang berkaitan dengan skripsi
ini, seperti: BPS dan kependudukan.

3.2 Metode Analisis
Untuk mengukur tingkat ketimpangan
sembilan provinsi di Indonesia tersebut
menggunakan Indeks Wiliamson (J.G
Wiliamson 1965) yang formulasinya
sebagai berikut:
�� =

Keterangan:
IW
Yi
Y
Fi
n


� (��

− �)2 (�� �)


= Indeks Williamson
= PDRB per kapita (masing-masing
Propinsi)
= PDRB per kapita (rata-rata)
= Jumlah penduduk (masingmasing Propinsi)
= Jumlah penduduk (total)

4

Hasil pengukuran dari nilai Indeks
Williamson ditunjukkan oleh angka 0
sampai angka 1 atau 0 < VW < 1. Jika
indeks Williamson semakin mendekati
angka 0 maka semakin kecil ketimpangan
pembangunan ekomoni dan jika indeks
Wlliamson semakin mendekati angka 1
maka semakin melebar ketimpangan
pembangunan ekonomi.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tingkat Ketimpangan Ekonomi di
Sembilan Provinsi Indonesia
Berdasarkan hasil perhitungan dengan
rumus indeks Williamson, dapat diketahui
tingkat ketimpangan di sembilan Provinsi di
Indonesia selama tahun 2002-2011
mengalami keadan yang berfluktuasi.
Berdasarkan tabel 5.1 selama10 tahun
pengamatan indeks Williamson yaitu
mengambarkan suatu indeks tertimbang
dari koefisien variasi yang mengukur
pendapatan perkapita suatu daerah atau
wilayah terhadap rata-rata pendapatan
perkapita keseluruhan jumlah penduduk
suatu daerah atau wilayah terhadap
persebaran penduduk secara keseluruhan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
belum menjamin bahwa pemerataan
pembangunan di sembilan Provinsi di
Indinesia seperti Sumatera Barat, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Bali, Kalimantan
Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, dan Papua telah terwujud,
karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi
biasanya hanya dinikmati oleh sekelompok
kecil
penduduk yang berpendapatan
menengah keatas, sedangkan mereka yang
tergolong menengah ke bawah ada kalanya
tidak tersentuh oleh proses pembangunan
sertatidak
ikut
menikmati
hakikat
pembangunan yang sebenarnya.
Untuk memeperoleh gambaran yang
lebih jelas dapat dilihat dari hasil
perhitunga penulis yang dianalisis denga
mengunakan indeks williamson pada tabel

5.1, agar perhitungan Indeks Williamson ini
lebih terarah dan mewakili pemerataan
pembangunan, maka data yang digunakan
adalah data yang dipublikasikan oleh BPS
selama periode 2002-2011 yaitu data PDRB
Sembilan Provinsi (Sumatera Barat, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Bali, Kalimantan
Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, dan Papua), dan data
Jumlah Penduduk. Dari hasil perhitungan
ini akan didapat indeks ketimpangan
pendapatan antara sembilan Provinsi di
Indonesia.

Tabel 4.1 Indek Williamson Pendapatan
Antara Sembilan Provinsi Di Indonesia
Tahun 2002-2011
Indeks Williamson
Pendapatan
2002
0,91
2003
0,92
2004
0,98
2005
0,89
2006
0,97
2007
0,98
2008
0,99
2009
0,97
2010
0,91
2011
0,92
Sumber: Data Diolah
Tahun

Jika koefisien mendekati nol (0) maka
disparsi sangat kecil (Merata sempurna),
apabila koefisien mendekati satu (1), maka
ketimpangan sangat tinggi (tidak merata
sempurna), apabila nilai koefisien berada
diantara 0,3 - 0,39 berarti ketimpangan
sedang, dan nilai koefisien kecil dari 0,3
berarti disparsi rendah.

5

Dari perhitungan tabel 5.1 diatas
memperlihatkan bahwa antar sembilan
Provinsi di Indonesia selama periode 20022011 tingkat pemerataan pendapatan berada
tingkat ketimpanagn sangat tinggi yaitu
nilai indeks lebih besar dari 0,39 atau
mendekati satu (1). Ketimpangan ini terjadi
dikarenakan
sebagai
akibat
adanya
konsentrasi kegiatan ekonomi pada daerah
atau wilayah tertentu, yang awalnya sudah
relatif maju dan ini dapat mengakibatkan
terjadinnya ketimpanagn pembangunan
antar daeraha tau wilayah. Ekonomi rendah
akan cenderung mempunyai tingkat
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
lebih rendah.
Indeks williamson pendapatan terendah
terdapat pada tahun 2002 dan 2010 yaitu
sebesar 0,91. Dan yang paling tinggi
terdapat pada tahun 2008 dengan nilai
indeks williamson pendapatan sebesar 0,99.
Daerah
yang
menyumbangkan
ketimpangan yang paling tinggi di sembilan
Provinsi di indonesia adalah Provinsi DKI
Jakarta, hal ini dikarenakan nilai PDRB
Provinsi DKI Jakarta lebih tinggi
dibandingkan dengan delapan Provinsi
lainya (Sumatera Barat, Jawa Barat, Bali,
Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara Timur, Maluku, dan Papua).

4.2 Implikasi Kebijakan
Implikasi kebijakan ini diharapkan dapat
membantu kebijakan ekonomi daerah
sembilan Provinsi di Indonesia di masa
yang akan datang adalah sebagai berikut:
1. Dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik diperlukan
kebijakan pemerintah pusat yang
berkaitan
dengan
pengembangan
teknologi, peningkatan sumber daya
manusia, penemuan material baru, dan
peningkatan pendapatan.
2. Untuk Provinsi relatif tertinggal
diperlukan kebijakan atau campur
tangan pemerintah antara lain dengan
mengadakan peningkatan, perluasan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana

3.

4.

5.

6.

ekonomi dengan mempertimbangkan
dan memperhatikan kab/kota yang
relatif tertinggal dengan sasaran
menyerasikan
pertumbuhan
antar
Provinsi.
Diperlukan adanya program yang
memadai dalam menjalankan kebijakan
seperti prioritas pembangunan daerah
terutama dalam sarana dan prasarana
ekonomi untuk provinsi yang tertinggal
agar
dapat
mengurangi
tingkat
ketimpangan.
Meningkatkan investasi swasta dengan
memberikan kemudahan- kemudahan
dan insentif investasi sehingga investor
mau menamkan modalnya. Investasi
juga diarahkan pada Provinsi yang
kurang maju dengan membangun
sarana dan prasarana yang mendukung
dalam berinvestasi.
Peningkatan jumlah angkatan kerja
harus diimbangi dengan kesempatan
kerja yang lebih banyak. Tentunya
dengan kegiatan investasi di atas dapat
meningkatkan
kesempatan
kerja.
Kesempatan kerja sebaiknya juga
diciptakan pada semua daerah dan tidak
mementingkan daerah tertentu.
Adanya
ketimpangan
pendapatan
perkapita
antar
kecamatan
menyebabkan pentingnya bantuan
pembangunan dari pemerintah pusat.
Bantuan pembangunan yang diberikan
pemerintah pusat kepada Provinsi
melalui kabupaten/kota hendaknya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi
di daerah masing-masing sehingga
diharapkan daerah yang tertinggal
mampu mengejar daerah yang sudah
maju. Agar penggunaan dana bantuan
pembangunan
optimal,
perlu
ditingkatkan peran pengawasan baik
oleh institusi yang berwenang maupun
masyarakat.

5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

6

Setelah
melakukan
penghitungan
terhadap indeks ketimpangan pendapatan
antar propinsi di Indonesia, di dapatkan
hasil bahwa ketimpangan pendapatan antar
propinsi di Indonesia berada pada kategori
tinggi.
Indeks ketimpangan tersebut
mengalami peningkatan dari tahun ke
tahunnya kecuali pada tahun 2003, dimana
pada saat itu pertumbuhan ekonomi
Indonesia tengah mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Hal ini menandakan
bahwa usaha pemerintah selama ini dalam
mengurangi
ketimpangan
pendapatan
kurang berhasil walaupun tidak secara
mutlak kondisi ini terjadi.

5.2 Saran
Untuk
mengurangi
ketimpangan
pembangunan antar propinsi di Indonesia,
pemerintah
hendaknya
mengeluarkan
kebijakan pemerataan yang memberikan
ksempatan pada daerah-daerah kaya SDA
untuk mencapai tingkat kesejahteraan lebih
tinggi yang relatif lebih berimbang dengan
tingginya tingkat PDRB di daerah yang
bersangkutan. Kebijakan tersebut tetap
harus memberikan jaminan bahwa setiap
daerah akan mampu memberikan suatu
standar kesejahteraan minimal yang
disepakati bersama sebagai komitmen
nasional.
Selama ini, 20 persen dana anggaran
untuk kesehatan hanya digunakan untuk
membangun bangunan seperti rumah sakit
saja, tetapi tidak digunakan untuk
memperbaiki kualitas layanan kesehatan
Indonesia. Oleh karena itu, seyogyanya
pemerintah lebih alokatif dalam penyaluran
anggaran, akan lebih baik apabila anggaran
tersebut
lebih
dititikberatkan
pada
peningkatan kualitas layanan kesehatan,
terutama yang memihak masyarakat miskin.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Adelman, Irma, Cyntia Taft Moris.,
1973, Ekonomic Growth and
Social Equity in Development
Countries, Staford University
Press.
Aisyah., 2003 Analisis Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Ketidakmerataan Pendapatan di
Indonesia . Tesis UI
Akita, Takahiro., 2003. “ Decomposing
Regonal Income Inequality in
China and Indonesia Using
Two-Stage Theil Decomposition
Method.” The Annal of Regional
Science No. 37, P . 55 – 77
Anonymous.,
2002-2011
PDRB
Provinsi
Indonesia
Dalam
Angka , Badan Pusat Statistik,
Padang.
Fridman Jhon, William Alonso., 1975,
Export and Economic Growth:
Reading
in
Theori
and
Application, Cambridge, The
Mitt Press.
Kuznet, Simon., 1982, The Ultimate
Resouces Harvard University
Press., New York.
Penduduk., 2009, PengertianJumlah
Penduduk
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pen
duduk). 12 Mei 2013
Sjafrizal., 2008 Ekonomi Regional Teori
dan Aplikasi. Padang: Baduose
Media.

7

Tambunan., 2001,
Perekonomian
Indonesia: Teori dan Temuan
Empiris, PT. Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Williamson., 1965, Disparitas Income
Regional, Harvard University
Press., New York

8