Plexus brachialis dimulai dari lima rami

Plexus brachialis dimulai dari lima rami ventral dari saraf spinal. Rami (tunggal: ramus yang
berarti "akar") akan bergabung membentuk 3 trunkus yaitu: trunkus superior (C5 dan C6),
trunkus inferior (C7) dan trunkus medialis (C8 dan T1).
Setiap trunkus akan bercabang membentuk dua divisi yaitu divisi anterior dan divisi posterior.
Enam divisi yang ada akan kembali menyatu dan membentuk fasciculus. Tiap fasciculus diberi
nama sesuai letaknya terhadap arteri axillaris.


Fasciculus posterior terbentuk dari tiga divisi posterior tiap trunkus.



Fasciculus lateralis terbentuk dari divisi anterior trunkus anterior dan medalis.



Fasciculus medalis adalah kelanjutan dari trunkus inferior.

Cabang-cabang plexus brachialis
3 Cabang dari ramus
1. Nervus dorsalis scapulae


o bersal dari ramus C5, mempersarafi otot rhomboideus major dan minor serta otot
levator scapulae.
2. Nervus ke subclavius

o berasal dari ramus C5 dan C6, mempersarafi otot subclavius.
3. Nervus thoracicus longus

o berasal dari ramus C5, C6, dan C7, mempersarafi otot serratus anterior.
1 Cabang dari trunkus
1. Nervus suprascapularis

o berasal dari trunkus superior, mempersarafi otot supraspinatus dan infraspinatus.
3 Cabang dari fasciculus lateralis
1. Nervus pectoralis lateralis

o mempersarafi otot pectoralis major dan otot pectoralis minor.

2. Nervus musculocutaneus


o berasal dari C5 dan C6, mempersarafi otot coracobrachialis, otot brachialis, dan
otot biceps brachii. Selanjutnya cabang ini akan menjadi nervus cutaneus lateralis
dari lengan atas.
3. Cabang lateral nervus medianus

o memberikan cabang C5, C6, C7 untuk nervus medianus.
5 Cabang dari fasciculus posterior
1. Nervus subscapularis superior

o mempersarafi otot subscapularis.
2. Nervus thoracodorsalis

o mempersarafi otot latissimus dorsi.
3. Otot sibscapularis superior

o mempersarafi bagian bawah otot subscapularis dan otot teres major.
4. Nervus axillaris

o mempersarafi otot deltoideus, otot ters minor, sendi bahu, dan kulit di atas bagian
inferior deltoideus.

5. Nervus radialis

o mempersarafi otot triceps brachii, otot anconeus, otot brachioradialis dan otot
ekstensor lengan bawah.
o mempersarafi kulit bagian posterior lengan atas dan lengan bawah.
o merupakan saraf terbesar dari plexus.
5 Cabang dari fasciculus medialis
1. Nervus pectoralis medialis

o berasal dari C8 dan T1, mempersarafi otot pectoralis major dan otot pectoralis
minor.

2. Cabang medial nervus medianus

o memberikan cabang C8 dan T1 untuk nervus medianus.
3. Nervus cutaneus brachii medialis

o mempersarafi kulit sisi medial lengan atas.
4. Nervus cutaneus antebrachii medialis


o mempersarafi kulit sisi medial lengan bawah.
5. Nervus ulnaris

o mempersarafi satu setengah otot fleksor lengan bawah dan otot-otot kecil tangan,
dan kulit tangan di sebelah medial.

Fleksus brakialis adalah Sebuah jaringan saraf tulang belakang yang berasal dari
belakang leher, meluas melalui aksila (ketiak), dan menimbulkan saraf untuk ekstremitas atas.
Pleksus brakialis dibentuk oleh penyatuan bagian dari kelima melalui saraf servikal kedelapan
dan saraf dada pertama, yang semuanya berasal dari sumsum tulang belakang.
Luka pada pleksus brakialis mempengaruhi saraf memasok bahu, lengan lengan bawah, atas dan
tangan, menyebabkan mati rasa, kesemutan, nyeri, kelemahan, gerakan terbatas, atau bahkan
kelumpuhan ekstremitas atas. Meskipun cedera bisa terjadi kapan saja, banyak cedera pleksus
brakialis terjadi selama kelahiran. Bahu bayi mungkin menjadi dampak selama proses persalinan,
menyebabkan saraf pleksus brakialis untuk meregang atau robek.
Trauma pada pleksus brakialis yang dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau
tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh
lengan. Trauma pleksus brakialis sering terjadi pada penarikan lateral yang dipaksakan pada
kepala dan leher, selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan
berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.

Penyebab dari trauma “Fleksus Brachialis” adalah: Kelainan ini timbul akibat tarikan
yang kuat di daerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga terjadi kerusakan pada plexus
brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam
usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada
janin dengan bahu lebar (Tarikan berlebihan pada saat melahirkan bayi).
Gambar.Fleksus Brachialis

Trauma Fleksus Brachialis/ Brachial Palsy ada 2 jenis, yakni :
1. Paralisis Erb-Ducheve

Paralisis Erb-Duchene adalah Kerusakan cabang-cabang C5 – C6 dari pleksus biokialis
menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi, dan memutar lengan
keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke
dalam, lengan bawah dalam pranasi, dan telapak tangan ke dorsal. Pada trauma lahir Erb, perlu
diperhatikan kemungkinan terbukannya pula serabut saraf frenikus yang menginervasi otot
diafragma.
Pada trauma yang ringan yang hanya berupa edema atau perdarahan ringan pada pangkal
saraf, fiksasi hanya dilakukan beberapa hari atau 1 – 2 minggu untuk memberi kesempatan
penyembuhan


yang

Penanganan

kemudian

terhadap

trauma

diikuti
pleksus

program
brakialis

mobilisasi
ditujukan

atau


untuk

latihan.

mempercepat

penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan komplikasi lain seperti
kontraksi otot. Upaya ini dilakukan antara lain dengan jalan imobilisasi pada posisi tertentu
selama 1 – 2 minggu yang kemudian diikuti program latihan. Pada trauma ini imobilisasi
dilakukan dengan cara fiksasi lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan dengan posisi
karakteristik kelumpuhan Erg. Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi 900 disertai
eksorotasi pada sendi bahu, fleksi 900
.
Gambar.Erb-Dcuhene
2.Paralisis Klumpke
Paralisis Klumpke adalah Kerusakan cabang-cabang C8 – Ih1 pleksus brakialis
menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksus pergelangan, maka bayi tidak dapat mengepal.
Penyebabnya adalah tarikan yang kuat daerah leher pada kelahiran bayi menyebabkan
kerusakan


pada

pleksus

brakialis.

Sering

dijumpai

pada

letak

sungsang

.

Secara klinis terlihat refleks pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai lemah, sedangkan

refleksi biseps dan radialis tetap positif. Jika serabut simpatis ikut terkena, maka akan terlihat
simdrom HORNER yang ditandai antara lain oleh adanya gejala prosis, miosis, enoftalmus, dan
hilangnya keringat di daerah kepala dan muka homolateral dari trauma lahir tersebut.
Penatalaksanaan trauma lahir klumpke berupa imbolisasi dengan memasang bidang pada

telapak tangan dan sendiri tangan yang sakit pada posisi netrak yang selanjutnya diusahakan
program latihan.

2.Tanda dan Gejala pada Trauma Flaksus Brakialis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada BBL dengan Trauma Fleksus Brakhialis adalah
sebagai berikut :
1. Gaguan motorik pada lengan atas
2. Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi
3. Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemasdan menggantung
4. Refleks moro negative
5. Refleks meraih gengan tangan tidak ada

The brachial plexus is a network of nerve fibres that supplies the skin and musculature of the
upper limb. It begins in the root of the neck, passes through the axilla, and enters the upper arm.
The plexus is formed by the anterior rami (divisions) of the cervical spinal nerves C5, C6, C7

and C8, and the first thoracic spinal nerve, T1.
In this article, we shall look at the anatomy of the brachial plexus – its formation and anatomical
course through the body.
The brachial plexus is divided into five parts; roots, trunks, divisions, cords and branches (a
good mnemonic for this is Read That Damn Cadaver Book). There are no functional differences
between these divisions – they are simply used to aid explanation of the brachial plexus.

Roots

Fig 1.1 – The spinal cord outflow at each vertebral level. The anterior rami of vertebral levels
C5-C8 and T1 make up the roots of the brachial plexus
The ‘roots’ refer the beginning of the brachial plexus. They are formed by the spinal nerves C5,
C6, C7, C8 and T1.
At each vertebral level, paired spinal nerves arise. They leave the spinal cord via
the intervertebal foramina of the vertebral column.
Each nerve then divides into anterior and posterior nerve fibres. The roots of the brachial plexus
are formed by the anterior divisions of spinal nerves C5-T1 (the posterior divisions go on to
innervate the skin and musculature of the trunk).
After their formation, these nerves pass between the anterior and medial scalene muscles to
enter the base of the neck.


Trunks
At the base of the neck, the roots of the brachial plexus converge, forming three trunks. These
structures are named by their anatomical position:


Superior trunk: A combination of C5 and C6 roots.



Middle trunk: A continuation of C7.



Inferior trunk: A combination of C8 and T1 roots.

The trunks begin to move laterally, crossing the posterior triangle of the neck.

Divisions
Within the posterior triangle of the neck, each trunk divides into two branches. One division
travels anteriorly (toward the front of the body) and the other posteriorly (towards the back of
the body). Thus, they are known as the anterior and posterior divisions.
We now have three anterior and three posterior nerve fibres. These divisions leave the posterior
triangle and pass into the axilla region. They recombine in the next part of the brachial plexus.

Cords
Once the anterior and posterior divisions have entered the axilla, they combine together to form
three nerves. These nerves are named by their position relative to the axillary artery.

Fig 1.2 – Diagrammatic representation of the Brachial Plexus. For simplicity, the smaller
branches of the brachial plexus are not shown. The posterior divisions are shown in yellow, and
anterior divisions in black.
The lateral cord is formed by:


The anterior division of the superior trunk



The anterior division of the middle trunk

The posterior cord is formed by:


The posterior division of the superior trunk



The posterior division of the middle trunk



The posterior division of the inferior trunk

The medial cord is formed by:


The anterior division of the inferior trunk.

The cords give rise to the major branches of the brachial plexus.

Major Branches
In the axilla and the proximal aspect of the upper limb, the three cords give rise to five major
branches. These nerves continue into the upper limb to provide innervation to the muscles and
skin present. In this section, we shall concentrate on these five nerves.
Note: these are only brief notes on the function of the nerves – for more detailed information
click on the title to visit their respective pages.

Musculocutaneous Nerve
See more detailed information here.
Roots: C5, C6, C7.
Motor Functions: Innervates the brachialis, biceps brachii and corocobrachialis muscles.
Sensory Functions: Gives off the lateral cutaneous branch of the forearm, which innervates the
lateral half of the anterior forearm, and a small lateral portion of the posterior forearm.

Fig 1.3 – The derivation of the musculocutaneous nerve from the brachial plexus

Axillary Nerve
See more detailed information here.
Roots: C5 and C6.
Motor Functions: Innervates the deltoid, teres minor and the long head of the triceps brachii.
Sensory Functions: Gives off the superior lateral cutaneous nerve of arm, which innervates the
inferior region of the deltoid (“regimental badge area”).

Fig 1.4 – The derivation of the axillary nerve from the brachial plexus.

Median Nerve
See more detailed information here.
Roots: C6 – C8 and T1.
Motor Functions: Innervates most of the flexor muscles in the forearm, the thenar muscles, and
the two lateral lumbrical muscles that move the index and middle fingers.
Sensory Functions: Gives off the palmar cutaneous branch, which innervates the lateral part of
the palm, and the digital cutaneous branch, which innervates the lateral three and a half fingers
on the anterior (palmar) surface of the hand.

Fig 1.5 – The derivation of the median nerve from the brachial plexus

Radial Nerve
See more detailed information here.
Roots: C5-C8 and T1.
Motor Functions: innervates the triceps brachii, and the extensor muscles in the posterior
compartment of the forearm.
Sensory Functions: Innervates the posterior aspect of the arm and forearm, and the posterior,
lateral aspect of the hand.

Fig 1.6 – The derivation of the radial nerve from the brachial plexus.

Ulnar Nerve
See more detailed information here
Roots: C8 and T1.
Motor Functions: Innervates the muscles of the hand (apart from the thenar muscles and two
lateral lumbricals), flexor carpi ulnaris and medial half of flexor digitorum profundus.
Sensory Functions: Innervates the anterior and posterior surfaces of the medial one and half
fingers, and associated palm area.

Fig 1.7 – The derivation of the ulnar nerve from the brachial plexus.

Fig 1.6 – The ‘M’ shape, consisting of the ulnar, median and musculocutaneous nerves.

Practical Relevance: Dissecting the Brachial Plexus

When dissecting the upper limb, it can be difficult to recognise what part of the brachial plexus
you are at – it just looks like a mass of nerves.
The important structure to look for is an ‘M’ shape. This is formed by the musculocutaneous,
median and ulnar nerves, arranged around the brachial artery.
This shape is usually consistent between cadavers. It can help you get your bearings, and you can
work backwards to identify the cords, divisions and branches.

Minor Branches
In addition to the five major branches of the brachial plexus, there are a number of smaller
nerves that arise. They do so from all five parts of the brachial plexus, and are listed below:

Table 1.0 – The minor branches of the brachial plexus.

Clinical Relevance: Injury to the Brachial Plexus
An intact brachial plexus is vital for the normal function of the upper limb. There are two
major types of injuries that can affect the brachial plexus. An upper brachial plexus injury affects
the superior roots, and a lower brachial plexus injury affects the inferior roots.
Upper Brachial Plexus Injury – Erb’s Palsy
Erb’s plasy commonly occurs where there is excessive increase in the angle between the neck
and shoulder – this stretches (or can even tear) the nerve roots, causing damage. It can occur as a
result of result of a difficult birth or shoulder trauma.



Fig 1.9 – The waiters’ tip position, characteristic of Erb’s palsy.
Nerves affected: Nerves derived from solely C5 or C6 roots; musculocutaneous, axillary,
suprascapular and nerve to subclavius.


Muscles paralysed: Supraspinatus, infraspinatus, subcalvius, biceps brachii, brachialis,
coracobrachialis, deltoid and teres minor.



Motor functions: The following movements are lost or greatly weakened – abduction at
shoulder, lateral rotation of arm, supination of forearm, and flexion at shoulder.



Sensory functions: Loss of sensation down lateral side of arm, which covers the sensory
innervation of the axillary and musculcutaneous nerves.

The affected limb hangs limply, medially rotated by the unapposed action of pectoralis major.
The forearm is pronated due to the loss of biceps brachii. This is position is known as ‘waiter’s
tip’, and is characteristic of Erb’s palsy.
Lower Brachial Plexus Injury – Klumpke Palsy
A lower brachial plexus injury results from excessive abduction of the arm (e.g person catching a
branch as they fall from a tree). It has a much lower incidence than Erb’s palsy.


Nerves affected: Nerves derived from the T1 root – ulna and median nerves.



Muscles paralysed: All the small muscles of the hand (the flexors muscles in the forearm are
supplied by the ulna and median nerves, but are innervated by different roots).



Sensory functions: Loss of sensation along medial side of arm.

The metacarpophalangeal joints are hyperextended, and the interphalangeal joints are flexed.
This gives the hand a clawed appearance.

BAB II
CEDERA PLEXUS BRACHIALIS

3.1

Definisi

Cedera plexus brachialisadalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-T1.Plexus brachialis
adalah persarafan yang berjalan dari leher ke arah axilla yang dibentuk oleh ramus ventral saraf
vertebra C5-T1. Cedera pada plexus brachialis dapat mempengaruhi fungsi saraf motorik dan
sensorik pada membrum superium.[8]

3.2

Epidemiologi

Penelitian oleh Foad SL, et al mencatat insiden obstetrical brachial plexus injury di Amerika
Serikat sebesar 1-2 kasus per 1000 kelahiran.Terdapat 3 macam obstetrical brachial plexus
injury: Erb’s palsy adalah yang paling sering terjadi, insidennya sekitar 90% kasus, total plexus
injury sebesar 9% kasus, dan Klumpke’s palsy sebesar 1% kasus. Insiden ini semakin menurun
setiap tahunnya. Dari berbagai analisis, didapati bahwa kejadian shoulder dystocia memiliki
resiko 100 kali lebih besar terjadinya obstetrical brachial plexus injury, sedangkan forceps
delivery memiliki resiko 9 kali lebih besar, dan bayi besar dengan berat >4,5 kg memiliki resiko
4 kali lebih besar untuk terjadinya cedera. Setidaknya 46% kejadian obstetrical brachial plexus
injury memiliki satu atau lebih faktor resiko, sedangkan 54%-nya tidak ditemukan adanya faktor
resiko.[1][2]
Informasi mengenai insiden cedera brachial plexuscukup sulit untuk ditemukan.Sampai saat ini
tidak ada data epidemiologi yang mencatat insiden cederabrachial plexus per setiap negara di
seluruh dunia.Tetapi, menurut Office of Rare Disease of National Institutes of Health, brachial
plexus injury termasuk dalam penyakit yang jarang terjadi.Kejadiannya kurang dari 200.000 jiwa
per tahun dihitung pada populasi di Amerika Serikat.Sebagian besar korbannya adalah pria muda
yang berusia 15-25 tahun. Narakas menuliskan mengenai rule of seven seventies:


Kira-kira 70% disebabkan oleh kecelakan kendaraan bermotor.



Darikecelakaan kendaraan bermotor tersebut, 70%-nya disebabkan oleh sepeda motor.



Dari pengendara-pengendara tersebut, 70%-nya disertai dengan multiple injuries.



Dari kejadian multiple injuries tersebut, 70%-nya termasuk dalam supraclavicular
injuries.



Dari kejadian supraclavicular injuries tersebut, 70%-nya didapati root avulsed.



Dari kejadian avulsed roots tersebut, 70%-nya termasuk lower C7, C8, T1.



Dari kejadian avulsed roots tersebut, 70%-nya berhubungan dengan nyeri kronik.[3]

3.3

Etiologi

Ditemukan lebih dari 30 penyebab terjadinya cedera plexus brachialis. Tetapi etiologi yang lebih
sering, antara lain:


Trauma

Secara keseluruhan, kecelakaan motor merupakan penyebab tersering. Menurut Narakas, dari
seluruh kecelakaan motor, 2%-nya menyebabkan cederaplexus brachialis.Trauma olahraga juga
merupakan salah satu penyebab cedera plexus brachialis yang sering terjadi.


Trauma persalinan

Menurut Ruchelsman DE, et al, setidaknya terdapat 8 faktor resiko yang menjadi penyebab
terjadinya obstetrical brachial plexus injury:
-

Shoulder dystocia

-

Vacuum atau forceps delivery

-

Macrosomia atau bayi besar dengan berat >4,5 kg

-

Kelahiran sunsang

-

Prolonged second stage of labor

-

Riwayat kelahiran anak dengan obstetrical brachial plexus injury

-

Multiparitas

-

Maternal diabetes


Compression syndrome(Gambar 15)

Sindrom kompresi di daerah bahu seringkali menyebabkan cedera plexus brachialis, seperti:
scalene syndrome, kompresi oleh sabuk pengaman, kompresi akibat membawa beban berat di
bahu, costoclavicular syndrome, hyperabduction syndrome).


Tumor

Salah satu tumor yang sering menyebabkan cedera plexus brachialis adalah tumor apikal paru.[9]
[10][11]

3.4 Klasifikasi : Terdapat berbagai macam versi sistem klasifikasi brachial plexus injury,
tetapi yang paling banyak digunakan adalah Leffert’s classification system (Tabel 7), yang
digolongkan berdasarkan etiologi dan level injuri. Cedera plexus brachialis dapat mengenai lebih
dari 1 lesi.[12]

Gambar 15.Kompresi akibat hiperekstensi pada scalene syndrome.
Tabel 7.Leffert’s classification system of brachial plexus injury.
Sumber: Leffert RD. Brachial-Plexus Injuries. The New England Journal of Medicine.1974;
291:1059-1067.
Classif
Etiology
ication

I

Open (usually from
stabbing, gunshot)

II

Closed (usually from

Level of the
Injury

Characteristics

MVA, traction,
compression)
Supraclavicula
r
- avulsion of nerve roots, usually from high
speed injuries with other injuries and LOC
Preganglionic
(nerve root
- no proximal stump, no neuroma formation
avulsion)
(Tinel's sign negatif)
- pseudomeningocele, denervation of neck
muscles are common
A

- Horner's sign positif (ptosis, miosis,
anhydrosis)

Postganglionic
(traction
injuries)

- roots remain intact
- usually from traction injuries
- there are proximal stump and neuroma
formation (Tinel's sign positif)
- deep dorsal neck muscles are intact, and
pseudomeningoceles will not develop

B

Infraclavicular

C

Combined

III

Radiotherapy induced

IV

Obstetric

A

Upper root
(Erb's palsy)

B

Lower root
(Klumpke's
palsy)

C

Mixed

MVA = Motor Vehicle Accident; LOC = Lost of Consciousness.

3.5

Macam-MacamNerve Injuries

Spinal nerves terdiri dari 3 layer jaringan penyambung (Gambar 16) yang membungkus axon:
(1) Endoneurium yang mengelilingi individual axon; (2) Perineurium yang mengelilingi
fascicles(bundles of axons); (3) Epineurium yang mengelilingi seluruh nervus.[13][14]

Gambar 16.Spinal nerve pada potongan transversus.

Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. Unites States of
America: Wiley; 2009.

Terdapat 2 klasifikasi nerve injuries.Klasifikasi pertama dipublikasikan oleh Seddon pada tahun
1943, kemudian yang kedua dipublikasikan oleh Sunderland tahun 1951.Klasifikasi Seddon
digunakan untuk memahami dasar anatomi dari cedera.Klasifikasi Sunderland baik untuk
menentukan prognosis dan strategi pengobatan.Kombinasi klasifikasi ini membagi nerve injury
menjadi 5. Perbedaannya dapat dilihat padaTabel 8 dan Tabel 9 di bawah:
1. Tingkat 1 (neuropraxia)
Neuropraxia adalah nerve injury yang paling sering terjadi.Lokasi kerusakan pada serabut
myelin, hanya terjadi gangguan kondisi saraf tanpa terjadinya degenerasi
wallerian.Karakteristiknya, defisit motorik > sensorik.Saraf akan sembuh dalam hitungan hari
setelah cedera, atau sampai dengan 4 bulan. Penyembuhan akan sempurna tanpa ada masalah
motorik dan sensorik.
1. Tingkat 2 (axonotmesis)
Pada axonotmesis (axon cutting) erjadi diskotinuitas myelin dan aksonal, tidak melibatkan
jaringan encapsulating, epineurium, dan perineurium, juga akan sembuh sempurna.
Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih lambat daripada cedera tingkat pertama.
2. Tingkat 3
Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson, dan endoneurium. Cedera juga akan sembuh
dengan lambat, tetapi penyembuhannya hanya sebagian.penyembuhan akan tergantung pada
beberapa faktor, sepertisemakin rusak saraf, semakin lama pula penyembuhan terjadi.
3. Tingkat 4
Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson, endoneurium, dan perineurium. Cedera derajat
ini terjadi bila terdapat skar pada jaringan saraf, yang menghalangi penyembuhan.
4. Tingkat 5 (neurotmesis)
Cedera pada neurotmesis (nerve cutting) melibatkan pemisahan sempurna dari saraf, seperti
nerve avulsion. Cedera saraf tingkat 4 dan 5 memerlukan tindakan operasi untuk sembuh.[15][16][17]
[18]

Tabel 8. Klasifikasi cedera saraf.

Sumber: Solomon L, Warwick DJ, Selvadurai N. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures.
United of Kingdom: Hodder Arnold; 2010.
Derajat cedera saraf

Myelin Akson

Endoneurium

Perineurium

Epineurium

I (Neuropraksia)

+/-

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

II (Axonotmesis)

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

III

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

IV

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

V (Neurotmesis)

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Tabel 9.Tabel perbedaan cedera saraf.
Sumber: Solomon L, Warwick DJ, Selvadurai N. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures.
United of Kingdom: Hodder Arnold; 2010.

Derajat

Sembuh
spontan

Waktu penyembuhan

Pembedahan

I (Neuropraxia)

Penuh

Dalam hitungan hari sampai 4 bulan setelah cedera

Tidak

II
(Axonotmesis)

Penuh

Regenerasi kira-kira 1 inci per bulan

Tidak

III

Parsial

Regenerasi kira-kira 1 inci per bulan

Ya

IV

Tidak ada

Setelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira-kira 1 inci per
bulan

Ya

V (Neurotmesis)

Tidak ada

Setelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira-kira 1 inci per
bulan.

Untuk menentukan derajat cedera, diperlukan:


Anamnesis

Low energy injury seringkali menyebabkan neuropraxia; pasien sebaiknya diobservasi.High
energy injury lebih sering menyebabkan axonal dan endoneurial disruption (derajat 3 dan 4
klasifikasi Sunderland), sedangkan very high energy closed injury dapat menyebabkan nerve
avulsion.


Tinel’s Sign

Tinel’s sign positif ditandai oleh munculnya peripheral tingling atau dysaesthesia yang
diprovokasi oleh perkusi saraf. Pada neuropraxia, Tinel’ sign negatif. Pada axonotmesis, Tinel’s
sign postitif pada lokasi cedera karena sensitivitas regenerasi axon. Rata-rata regenerasi axon
sekitar 1 mm setiap hari sepanjang Schwann-cell.


EMG (Electromyography)

Apabila otot kehilangan suplai sarafnya, EMG akan menunjukkan loss of nerve supply pada
minggu ke-3. Dari pemeriksaan EMG, cedera neuropraxia dapat dieksklusi, tetapi axonotmesis
dan neurotmesis tidak dapat dibedakan.[19][20]

3.6

Lesi Pre-ganglionik dan Post-Ganglionik

Plexus brachialis dibentuk oleh pertemuan nerve roots dari C5 sampai T1. Plexus berasal dari
vertebra yang melewati otot-otot leher dan di bawah clavicle yang berjalan ke arah
lengan.Karena letak anatomisnya, maka daerah ini rentan terhadap cedera. Cedera plexus
brachialis dibagi menjadi supraclavicular (65%), infraclavicular (25%), dan kombinasi (10%)
(Gambar 17).Lesi supraclavicular umumnya terjadi akibat kecelakaan motor.Pada kasus berat,
terjadi avulsi dari trunkus dengan rupture pada a. subclavia. Lesi infraclavicular biasanya
berhubungan dengan fracture atau dislokasi bahu, pada seperempat kasus, a. axillaris ikut robek.
[18][21]

Ya

Gambar 17.Persarafan plexus brachialis.
Sumber:Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. Unites States of
America: Wiley; 2009.
Cedera dapat mempengaruhi setiap tingkat plexus, bahkan seringkali melibatkan cedera roots,
trunks, dan nervussecara bersamaan. Penting untuk membedakan antara lesi yang berasal dari
pre-ganglion atau post-ganglion untuk mengetahui seberapa dekat jarak lesi dengan spinal

cord.Nerve root avulsion dari spinal cord termasuk dalam lesi pre-ganglion, misalnya gangguan
proksimal hingga dorsal root ganglion; ini tidak dapat disembuhkan sekalipun dengan operasi.
Rupture of nerve root distal ke arah ganglion, atau rupture trunkus, atau rupture saraf perifer,
termasuk dalam lesi post-ganglion yang masih dapat disembuhkan dan diperbaiki dengan
operasi.[18][22]
Ciri-ciri root avulsion adalah: (1) crushing atau burningpain pada anaesthetic hand; (2) paralisis
m. scapularis atau diafragma; (3) adanya Horner’s syndrome, yang terdiri dari: ptosis, miosis,
enoftalmos, dan anhidrosis; (4) cedera vaskular berat; (5) berhubungan dengan fracture tulang
servikal; dan (6) disfungsi spinal cord (hiperefleks pada lower limbs).
Lesi derajat 1-4 umumnya mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan lesi
derajat 5 (complete ruptures).[18]
Untuk membedakan lesi pre-ganglion atau post-ganglion dapat dilakukan pemeriksaan:
Histamine test
Injeksi histamine intradermal biasanya menyebabkan 3 reaksi di sekitar kulit: (1) dilatasi central
capillary; (2) wheal (munculnya reaksi alergi); (3) surrounding flare. Jika flare reaction pada
anaesthetic area, lokasi lesi pasti berada di bagian proksimal dari posterior root ganglion,
dengan kata lain, kemungkinannya adalah root avulsion.Pada lesi post-ganglion, histamine test
negatif karena saraf antara kulit dan dorsal root ganglion mengalami gangguan.
1. CT myelography atau MRI :Hasil yang mungkin ditemukan adalah pseudomeningoceles
yang diproduksi oleh root avulsion, tetapi hasil yang positif tidak selalu dapat diandalkan
karena dura dapat robek tanpa adanya root avulsion.
2. Electrophysiology
Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS) sangat berguna untuk
mengkonfirmasi diagnosis, melokalisasi letak lesi, dan menentukan derajat axonal
loss.Pemeriksaan ini dilakukan 3-4 minggu setelah cedera. Perubahan denervasi dapat terjadi 1014 hari setelah trauma, ketika wallerian degeneration pada lesi post-ganglionik akan memblok
konduksi saraf. Respon motorik terganggu lebih dulu dibanding respon sensorik; karena itu,
tanda awal kerusakan dapat terlihat sebagai reduksi pada aksi potensial otot. Jika terdapat
konduksi sensorik dari anaesthetic dermatome, berarti lokasi lesi pre-ganglionik.[2][18]

3.7
3.7.1

Manifestasi Klinis
Total Plexus Injury

General brachial plexus injury umumnya bersifat unilateral, tetapi kadang-kadang bersifat
bilateral, seperti cedera akibat diffuse polyneuropathy, inflammatory demyelinating neuropathy,

danmultifocal motor neuropathy.Banyak hal yang menjadi penyebab, tetapi inflitrasi tumor,
radiation plexitis, dan idiopathic plexitis adalah yang paling sering.MRI dengan kontras dapat
mengkonfirmasi ada atau tidaknya lesi ini.Penyebab lain adalah cedera selama persalinan.[18][23]
Jika seluruh plexus cedera, maka keseluruhan anggota gerak atas paralisis dan mati rasa,
terkadang ditemukan unilateral Horner’s syndrome, yaitu tanda ptosis, miosis, dan
anhidrosisyang timbul akibat kerusakan saraf di bagian servikal spinalis.[18]

3.7.2

Root and Trunk Injury

3.7.2.1

Upper Radicular Syndrome (Erb-Duchenne Palsy)

Upper radicular syndrome (Erb-Duchenne palsy) adalah akibat dari cedera pada upper roots
(C4, C5, atau C6) atau upper trunk.Lesi ini paling sering disebabkan oleh cedera selama
persalinan akibat sulitnya bayi keluar dari birth canalketika bahu bayi tertinggal pada birth canal
yang disebut denganshoulder dystocia(ilustrasi Gambar 18).Penyebab lain adalah penggunaan
forceps dan bayi besar dengan berat >4,5 kg.[18][24]
Kelainan ini mengakibatkan paralisis m. deltoid, m. biceps brachii, m. brachioradialis, m.
pectoralis mayor, m. supraspinatus, m. infraspinatus, m. subscapularis, dan m. teres major.Jika
lesi berada di dekat akar (roots), m. serratus, m. rhomboideus, dan m. levator scapulae juga
dapat mengalami paralisis.[23][25]

Gambar 18.Cedera plexus brachialis saat persalinan.
Sumber: http://www.erbspalsyonline.com/shoudlerdystocia2.jpg

Secara klinis, akan ditemukan kelemahan fleksi pada cubiti, kelemahan abduksi, kelemahan
endorotasi dan eksorotasibrachii. Selain itu, juga ditemukan paralisis aposisi gerakan skapula
dan paralisis abduksi dan adduksi brachii.Sensory loss inkomplit yang terdiri dari hipestesia di
superficialis brachii dan antebrachii.Refleks bisep tidak ada. Jika tidak dilatih dengan latihan

gerakan pasif, gejala dapat berkembang menjadi kontraktur kronik dengan lengan menyamping,
posisi adduksi, tangan pronasi (dapat dilihat pada Gambar 19), sampai dengan munculnya
waiter’s tip position.[18][23][26]

Gambar 19.Cedera persalinan yang menyebabkanErb’s palsy.
Sumber: Solomon L, Warwick DJ, Selvadurai N. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures.
United of Kingdom: Hodder Arnold; 2010.
3.7.2.2

Middle Radicular Syndrome

Middle radicular syndrome timbul akibat cedera cervical root C7 atau middle trunk.Lesi tersebut
menyebabkan paralisis terutama otot yang disuplai oleh n. radialis, kecuali
brachioradialis.Sensory loss dapat bervariasi. Jika ada, akan terbatas pada hipestesi di
antebrachii dorsal superficialis dan manus dorsal superficialis externa.[23]

3.7.2.3

Lower Radicular Syndrome (Klumpke’s Palsy)

Lower radicular syndrome (Klumpke palsy) timbul akibat cedera lower roots (C7-T1) atau lower
trunk, yang menyebabkan paralisis m. flexor carpi ulnaris, m. flexor digitorum, m. interossei, m.
thenar, dan m. hypothenar.Sindrom ini merupakan lesi kombinasi n. medianusdan n.
ulnaris.Secara klinis, akan terlihat clawlike deformity of the hand (Gambar 20), kelemahan

distal fleksicubiti, ekstensi carpi, hiperekstensi pada articulatio metacarpophalangeal. Refleks
triseps hilang.Sensory loss di bagian brachii medialis,brachii inferior, dan manus ulnaris. Jika
cabang ganglion servikal inferior ikut cedera, maka terjadi paralisis nervus simpatetik yang
menyebabkan Horner’s syndrome, yaitu tanda yang timbul akibat kerusakan saraf di bagian
servikal spinalis dengan karakteristik ptosis, miosis, dan anhidrosis.[18][23][27]

Gambar 20.Clawlike hand deformity pada Klumpke palsy.
Sumber: http://www.glowm.com/resources/glowm/graphics/figures/v3/0630/006f.jpg

3.7.2.4

Nervus Thoracicus Longus Injury

N. thoracicus longus berasal dari C5, C6, dan C7 yang mensuplai m. serratus anterior.Cedera
nervus ini paling sering disebabkan oleh tekanan yang kuat pada bahu sehingga terjadi kompresi
nervus (biasanya axonotmesis). Biasanya tekanan tersebut disebabkan membawa beban terlalu
berat di bahu, misalnya karung beras, ransel pada satu bahu, dsb.[8][23][28]
Cedera pada nervus menyebabkan instabilitas skapula dan kesulitan gerakan abduksi lengan 90180° ke arah atas, kelemahan pergerakan elevasi lengan di atas garis horizontal.Gambaran
utamanya adalah winging scapula, yaitu penonjolan sisi medial scapula dilihat dari punggung
akibat paralisis m. serratus anterior.Tes klasik untuk winging scapula dengan mengarahkan
pasien ke dinding kemudian pasine mengangkat kedua telapak tangannya menempel pada
dinding (Gambar 21).[18][29]
Kecuali setelah cedera secara langsung, saraf biasanya membaik secara spontan, sekalipun
membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih.Persisten winging of the scapula biasanya membutuhkan

operasi stabilisasi dengan cara mentransfer m. pectoralis mayor atau minor di bagian bawah dari
scapula.[18][23][30]

Gambar 21.Winging scapula.
Sumber: http://www.wheelessonline.com/userfiles/2010-07-19%2015_44_46.jpg

3.7.2.5

Nervus Suprascapularis Injury

N. suprascapularis merupakan cabang dari upper trunk yang berasal dari C5-C6.Fungsi
utamanya untuk pergerakan motorik dan menginervasi supraspinatus dan infraspinatus

plexus.Saraf ini biasanya cedera pada fracturescapula, dislokasi bahu, trauma bahu akibat
membawa beban berat pada bahu dan diffuse injury pada plexus brachialis.[23][33]
Dari anamnesis akan ditemukan riwayat cedera, tetapi terkadang pasien datang dengan keluhan
nyeri di bagian suprascapularis dan kesulitan pergerakan abduksi lengan 15-30° dan kesulitan
eksorotasi pada bahu.Jika tidak ada riwayat trauma, mungkin terjadi nerve entrapment
syndrome.Gejala ini terkadang sulit dibedakan dengan rotator cuff syndrome.Pemeriksaan EMG
dapat membantu penegakkan diagnosis.[23][34]
Cedera ini biasanya berupa axonotmesis yang akan sembuh spontan setelah 3 bulan. Pada
persistent n. scapularis injury, dilakukan operasi melalui insisi posterior atas dan paralel dari
spine of the scapula.[23][35]
3.7.3

Cord Injury

Lesi pada kord menyebabkan hilangnya aktivitas motorik dan sensorik yang terlihat setelah
cedera pada dua atau lebih nervus perifer.Lateral cord injury menyebabkan kelemahan pada
distribusi n. musculocutaneouss dan n. medianus, termasuk kelemahan pada m. pronator teres,
m. flexor carpi radialis, m. flexor pollicis dan m. opponens. Posterior cord injury menyebabkan
kelemahan paralel yang mengakibatkan cedera kombinasi pada n. radialis dan n. axillaris.
Medial cord injury mengakibatkan cedera kombinasi pada n. ulnaris dan n. medianus (fingerflexion weakness).[23]
3.7.3.1

Brachial Cutaneous dan Antebrachial Cutaneous Nerve Injury

Brachial dan antebrachial cutaneous nervusyang merupakan cabang dari plexus C8-T1
memperlengkapi sensasi pada barchii medialis dan 2/3 bagian anterior antebrachii.Nervus ini
biasanya cedera bersamaan dengan medial cord dari plexus brachialis dan jarang cedera pada
satu nervus saja. Ketika cedera, akan terjadi loss sensation pada antebrachii medialis dan
posterior.[23]
3.7.4

Terminal Branches Injury

3.7.4.1

Nervus Musculocutaneous Injury

N. musculocutaneous berasal dari C5 dan C6 yang merupakan cabang utama dari upper trunk
plexus brachialis.Nervus ini memperlengkapi inervasi m. coracobrachialis, m. biceps brachii,m.
brachialis, dan sensorik pada ventrolateral foream dan antebrachii dorsolateral superficialis.
Cedera nervus ini jarang terjadi.[23][34]
Jika cedera, gejala klinis yang muncul adalah kelemahan fleksi dan supinasi antebrachii akibat
paralisis biceps brachii dan m. brachialis.Sensory loss pada musculocutaneous myotomes
(antebrachii lateral superficialis)dan hilangnya refleks bisep.Pergerakan fleksi antebrachii
mungkin saja masih dapat dilakukan oleh m. brachioradialis, yang diinervasi oleh n. radialis.
Tetapi, untuk refleks biceps dapat dipastikan paralisis karena m. biceps brachii tidak diinervasi
oleh nervus lain.[4][23][35]

3.7.4.2

Nervus Axillaris Injury

Nervus axillaris adalah cabang terakhir dari kord posterior plexus brachialis sebelum menjadi n.
radialis.Nervus axillaris berasal dari C5 dan C6 yang mensuplai m. deltoideus dan
mentransmisikan sensasi kutaneus pada area kecil di permukaan lateral bahu. Lesi n. axillaris
biasanya disebabkan oleh trauma, fracture leher humerus, dislokasi pada kepala humerus,
maupun brachial plexitis.[18][23]
Lesi pada n. axillaris memiliki karakteristik utama kelemahan abduksi pada lengan bahu setelah
15-30° pergerakan tangan yang menjauhi pinggul.Pergerakan adduksi, fleksi, dan ekstensi juga
terjadi kelemahan.Sensory loss sangat terbatas dan biasanya hanya terjadi pada brachii lateralis.
[4][23]

N. axillary injury biasanya berhubungan dengan fracture atau dislokasi yang sembuh spontan
pada 80% kasus. Jika deltoid tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah 8 minggu,
dilakukan pemeriksaan EMG. Jika tes menunjukkan tanda denervasi, biasanya dibutuhkan eksisi
nerve ends dan grafting yang pada umumnya hasil dapat terlihat dalam 3 bulan setelahnya. Jika
operasi gagal dan bahu masih nyeri, dilakukan arthrodesis untuk stabilitas dan memperbaiki
fungsi abduksi.[18]
3.7.4.3

Nervus Medianus Injury

N. medianus injury biasanya disebabkan oleh cedera di bagian carpi (low lesions) dan di bagian
antebrachii superior (high lesions).
1. Low lesions
Sindrom yang paling sering terjadi adalah carpal tunnel syndrome (Gambar 22) akibat
terjepitnya n. medianus saat melewati celah antara os.carpalis dan ligamentum transversus.[23]

Gambar 22.Carpal tunnel syndrome.
Sumber: Baehr M, Frotscher M. DUUS’ Topical Diagnosis in Neurology. Germany: Thieme;
2005.

Akibatnya, timbul nyeri dan sensory loss pada distribusi n. medianus (manus palmaris
superficialis, digiti I, II, III, dan setengah digiti IV),kelemahan pada median myotomes di tangan
dan bagian thenar. Hal ini dapat disebabkan karena cedera akibat gerakan fleksi pergelangan
tangan yang terlalu lama, seperti mengetik dan merajut.[23]
Dari pemeriksaan khusus, Tinel’s sign positif pada carpal tunnel syndrome. Diagnosisnya
didapatkan melalui gejala klinis, tetapi tes elektrofisiologis, seperti segmental nerve conductions
dapat mengkonfirmasi lesi dan melokalisasi letak kompresi. Pengobatan konservatif
menggunakan wrist splint, tetapi pada kasus berat, dilakukan tindakan operatif. [23]

1. High lesions

High lesions dapat disebabkan oleh fracture di bagian antebrachii, dislokasi bagian cubiti, luka
tusukan, luka tembakan, trauma, iskemik, maupun kompresi anatomi, seperti terjepitnya m.
pronator teres, sehingga menyebabkan kelemahan dan sensory loss.[18][23]
Lesi pada n. medianus menyebabkan kelemahan dan sensory loss, tetapi hanya pada beberapa
pergerakan yang benar-benar paralisis karena adanya kontribusi sinergik otot yang masih
diinervasi oleh nervus lain.[23]
Gejala yang timbul sama dengan low lesions, dengan tambahan ketidakmampuan pergerakan
fleksi articulatio interphalangeal proximalis 1-3 dan articulatio interphalangeal distalis 2-3
disebabkan oleh paralisis m. flexor digitorum superficialis dan m. flexor digitorum profundus.
Tambahan lain, ditemukan paralisis pergerakan radial wrist flexion dan m. pronator teres,
pergerakan fleksi articulatio metacarpophalangeal 2-3 juga tidak dapat dilakukan karena
paralsis dari m. lumcbricalis 1-2. Oleh karena itu, pasien dengan n. medianus injury tidak dapat
mengepalkan tangan karena digiti II dan III yang mengalami ekstensi parsial. Tanda ini disebut
dengan sign of benediction (Gambar 28c).[18][23]
Cedera pada n. interosseous anterior yang disebut dengan anterior interosseous syndromejarang
terjadi.Gejala motorik yang timbul mirip dengan high lesions dari n. medianus injury, tetapi
tanpa adanya defisit sensorik.Kelemahan tersebut adalah kelemahan pada m. flexor pollicis
longus (kelemahan motorik digiti I), m. flexor digitorum profundus I dan II, dan m. pronator
quadratus. Penyebab yang paling sering adalah brachial neuritis (Parsonage-Turner syndrome)
yang berhubungan dengan shoulder girdle pain setelah imunisasi atau penyakit virus.[18][23]

Jika terjadi avulsi saraf, sebaiknya dilakukan nerve grafting. Post operasi, dilakukan splint pada
pergelangan tangan. Jika fungsi sensorik membaik, tetapi fungsi motorik oposisi pada digiti I
tidak membaik, dilakukan transfer m. extensor indicis proprius atau m. abductor digiti minimi ke
m. abductor pollicis brevis.M. extensor carpi radialis longus dapat ditransfer ke m. flexor
digitorum profundus, m. brachioradialis ke m. flexor pollicis longus, dan m. extensor indicis ke
m. abductor pollicis brevis.[18][23]

3.7.4.4

Nervus Radialis Injury

Radial neuropati adalah kondisi yang disebabkan oleh kompresi saraf radial pada posterior
humerus.Temuan klinis trauma padan. radialis tergantung pada tingkat lesi.Nervus radialis
injury biasanya terjadi di bagian cubiti (low lesions), upper arm (high lesions), dan axilla (very
high lesions).[4][18]
2. Low lesions

Gejala klinis low lesions biasanya disebabkan oleh fracture atau dislokasi cubiti atau karena luka
yang sifatnya lokal. Pasien tidak dapat melakukan pergerakan ekstensi pada articulatio
metacarpophalengeal, kelemahan pergerakan ekstensi dan retroposisi pada digiti V.[18]
1. High lesions
High lesions biasanya terjadi akibat fracturehumerus dan kompresi intrinsik. Cedera pada spiral
groove yang disebabkan oleh fracturehumerus (Gambar 23) dan kompresi ekstrinsik
(contohnya, kebiasaan tidur dengan kepala yang menekan lengan posterior) menyebabkan
kelemahan pada radial myotome di bawah cubiti, dengan wrist drop akibat dari paralisis radial
ekstensor cubiti(Gambar 28b), kelemahan pada gerakan ekstensi articulatio
metacarpophalangeal jari-jari, dan sensory loss pada distribusi n. radialis superfisial (permukaan
manus dorsalis dan digiti I, II, III dan setengah digiti IV), tetapi gerakan ekstensi cubiti masih
baik. Kelemahan gerakan fleksi cubiti dapat ditemukan sebagai akibat dari keterlibatan
brachioradialis.[4][18][23]

Gambar 23. Cedera n. radialis akibat fracturehumerus pada spiral groove.
Sumber: http://www.e-radiography.net/articles/ortho/Image11.jpg

1. Very high lesions
Very high lesions disebabkan oleh trauma atau operasi di sekitar bahu. Trauma yang paling sering
adalah kompresi kronik axilla akibat penggunaan kruk terlalu lama (crutch pasly)atau Saturday
night palsy pada pecandu alkohol dan obat-obat yang tidak sadar dan tidur dalam keadaan lengan

menggelantung di bagian belakang kursi (Gambar 24). Hal ini menyebabkan kelemahan carpi
dan manus, kelemahan m. triceps, kelemahan radial myotome, kelamahan radial dermatomes,
dan hilangnya refleks triceps.[18][23]

Gambar 24.Saturday night palsy.
Sumber:http://saturdaynightpalsy.com/wp-content/uploads/2011/05/Saturday-Night-Palsy300x188.jpg

Jika terjadi persistent injury, sebaiknya dilakukan pemeriksaan EMG.Jika hasil menunjukkan
denervasi saraf, maka neuropraxia telah tereksklusi. Fungsi motorik n. radialis dapat
dikembalikan dengan quite long grafts. Jika kesembuhan tidak terjadi, dapat dilakukan tendon
transfers, yaitu pronator teres ke short radial extensor of the wrist, flexor carpi radialis ke long
finger extensors, dan palmaris longus ke long thumb abductor.[18][23]

3.7.4.5

Nervus Ulnaris Injury

Lesi komplit pada n. ulnaris menimbulkan gejala kelemahan pada gerakan fleksi dan adduksi
carpi dan kelemahan gerakan fleksi pada jari kelingking, paralisis gerakan abduksi dan oposisi
digiti I, paralisis gerakan adduksi digiti I, dan paralisis gerakan adduksi dan abduksi digiti,
bersamaan dengan atrofi hypothenar dan interossei.Atrofi interossous terutama terlihat jelas di
bagian manus dorsum, antara digiti I dan digiti II.Sensory loss terutama pada bagian permukaan
palmar dan dorsal digiti V dan setengah digiti IV. Lesi kronis akan menyebabkan claw hand.
Cedera n. ulnaris dapat disebabkan oleh trauma, iskemik, dan kompresi anatomis.[4][18][23]

Lesi n. ulnaris dapat terjadi pada 2 lokasi utama, yaitu lesi dekat cubiti(high lesions) dan lesi
dekat carpi (low lesions):[23]
1. High lesions
Lesi terjepitnya nervus yang paling sering adalah di bagianCubital tunnelyang disebut dengan
Cubital tunnel syndrome(Gambar 25).Kompresi atau nerve entrapment di bagian epicondylaris
medialis (cubital tunnel) sering menyebabkan ulnar neuritis.Hal ini berbeda dengan penyebab
cedera akibat fracture ataupun dislokasi.[23]
Gejala yang timbul adalah kelemahan ulnar myotomes di bagian manus, termasuk m. flexor
carpi ulnaris dan m. flexor digitorum profundus III dan IVsehingga terjadi less clawed (the high
ulnar paradox). Fungsi motorik dan sensorik juga hilang sesuai dengan distribusi ulnar.[23]

Gambar 25.Kompresi n. ulnaris pada cubital tunnel.
Sumber:http://www.handsurgery.com.sg/wordpress/wp-content/uploads/2011/03/Cubital-TunnelSyndrome_ds.jpg

1. Low lesions
Lesi terjepitnya nervus juga dapat terjadi di bagian Guyon canal yang disebut dengan Guyon
cannal syndrome. Guyon canal adalah celah yang dibentuk oleh ossapisiforme-hamatum dan
ligamen yang menghubungkan keduanya (Gambar 26).[23]

Gambar 26.Kompresi n. ulnaris pada guyon tunnel.
Sumber:http://www.bedfordsackvillephysio.com/media/img/424/hand_guyon_canal_anat03.jpg

Lesi ini seringkali disebabkan oleh perlukaan pergelangan tangan oleh benda tajam yang
biasanya dilakukan saat usaha bunuh diri. Penyebab lain adalah deep carpal ganglion dan a.
ulnaris aneurysm. Gejala yang timbul adalah numbness pada distribusi ulnaris(Gambar 27) dan
ditemukan karakteristik khas, yaitu claw hand(Gambar 28d) akibat kelemahan dan atrofi otot
intrinsik. M. flexor carpi ulnaris dan m. flexor digitorum profundus normal pada pemeriksaan
elektrofisiologik.[18][23]

Gambar 27.Tipikal sensory loss area pada Guyon canal syndrome.
Sumber: Solomon L, Warwick DJ, Selvadurai N. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures.
United of Kingdom: Hodder Arnold; 2010.

Metacarpophalangeal flexion dapat diperbaiki dengan transfer m. extensor carpi radialis longus
ke intrinsic tendon.

Ilustrasi cedera nervus plexus brachialis dapat dilihat pada Gambar 28di bawah ini:

Gambar 28.Nervus injury pada cederaplexus brachialis.

Sumber: Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. Unites States of
America: Wiley; 2009.
Distribusi persarafan pada cabang terminal dapat dilihat pada Gambar 29 Adan B di bawah:

Gambar 29.Terminal branches distribution.(A) Distribusi n. musculocutaneous, n. medianus, n.
ulnaris. (B) Distribusi n. radialis, n. axillaris.
Sumber: http://antranik.org/peripheral-nervous-system-spinal-nervus-and-plexuses/

3.8

Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik untuk menentukan tipe dan lokasi brachial plexus injury.Pemeriksaan
fisik tersebut, meliputi:
1. Pemeriksaan fungsi motorik (Tabel 11) sesuai dengan distribusinya (Gambar 31), yang
dinilai dari skala 0 hingga 5 disesuaikan dengan Medical Research Council Scale for
Assessment of Muscle Power.(Tabel 10).
2. Pemeriksaan fungsi sensorik (Gambar 30)
Pemeriksaan sensorik dilakukan pada setiap dermatom, propioceptive, temperatur, taktil,
perabaan, vibrasi dengan turning fork 30 dan 256 cycles per second, dan ninhydrin test.
1. Pemeriksaan khusus, meliputi Tinel’s sign dan Horner’s syndrome.[35][36]

Gambar 30.Brachial plexus sensibility assessment chart.
Sumber: Gilbert A. Brachial Plexus Injuries. United of Kingdom: Martin Dunitz Ltd; 2001.

Gambar 31.Brachial plexus muscle test chart.
Sumber: Gilbert A. Brachial Plexus Injuries. United of Kingdom: Martin Dunitz Ltd; 2001.
Tabel 10.Medical Research Council scale for assessment of muscle power.
Sumber: Brazis PW, Masdeu JC, Biller J. Localization in Clinical Neurology. United States of
America: Lipincott Williams and Wilkins; 2011.
Grade Assessment
0

no movement

1

flicker is perceptible in the muscle

2

movement only if gravity eliminated

3

can move limb against gravity

4

can move against gravity & some resistance exerted by examiner

5

normal power

Pemeriksaan untuk otot dan inervasi brachial plexus dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11.Pemeriksaan motorik muskulus padaplexus brachialis.
Sumber: Gilbert A. Brachial Plexus Injuries. United of Kingdom: Martin Dunitz Ltd; 2001.

Pemeriksaan khusus lain, meliputi
1. Tinel’s sign(Gambar 32)
Tinel’s sign positif jika muncul peripheral tingling atau dysaesthesia perkusi saraf.Proksimal
Tinel’s sign yang positif pada leher saat tes disto-proksimal nerves perifer biasanya
mengindikasikan adanya proksimal neuroma dan tanda prognosis yang baik. Jika Tinel’s sign
pada leher negatif, mengindikasikan adanya total plexus avulsion.

Gambar 32.Tinel’s sign.
Sumber: Baehr M, Frotscher M. DUUS’ Topical Diagnosis in Neurology. Germany: Thieme;
2005.

1. Horner’s syndrome(Gambar 33)
Horner’s syndrome, yaitu tanda yang timbul akibat kerusakan saraf di bagian servikal spinalis
dengan karakteristik ptosis, miosis, dan a