MANUSIA SEBAGAI MAKHLU INDIVIDU DAN MAHL

Makalah Kelompok
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai
dalam Mata Kuliah TAFSIR

Disusun oleh:

SYARIFAH ZAKIAH. A
13.1100.055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
JURUSAN TARBIYAH DAN ADAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PAREPARE
2015

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat dan salam tidak lupa kami hanturkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT kemuka bumi ini
sebagai suri tauladan kepada seluruh ummat manusia yang membebaskan kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang gemerlapan.
Ucapan terima kasih kami kepada Bapak Musyarif. S.Ag, M.Ag yang telah
membimbing kami pada mata kuliah TAFSIR dan memberikan kami tugas sebagai
motivasi kami untuk terus belajar. Tak lupa juga kepada semua pihak yang telah
membantu kami baik dalam penyusunan makalah, pemberian ide-ide dan
pemasukan yang tidak akan kami lupakan.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi
pembaca dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Parepare, 24 November 2015

Syarifah Zakiah

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang

1

1.1.2 Rumusan Masalah

1

1.2 PEMBAHASAN
1.2.1 Konsep Manusia dalam Al-Qur’an


2

1.2.2 Tafsiran Ayat mengenai Manusia

7

1.2.3 Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk sosial

11

1.3 PENUTUP
1.3.1 Simpulan

19

1.3.2 Implikasi

19

DAFTAR PUSTAKA


ii

1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia bisa dilihat sebagai makhlu pribadi, sedangkan
di sisi lain dipandang sebagai mahluk sosial. Paham individualisme memandang
bahwa manusia semata-mata sebagai makhluk pribadi dengan mengesamping
kan kodratnya sebagai makhluk sosial. Sebaliknya pandangan sosialisme
menyatakan manusia adalah makhluk sosial. Pandangan kita bangsa Indonesia
menyataan bahwa manusia adalah makhluk pribadi sekaligus mahluk sosial.
Sebagai mahluk sosia, manusia akan berinterasi dengan manusia lain dalam wujud
interaksi sosial. Sebagai mahluk pribadi dan sosial manusia akan menghadapi
dilema dalam karangka pemenuhan kebutuhan antara kepentingan diri dan
kepentingan masyarakat
1.1.2 Rumusan masalah
1.1.2.1 Bagaimana Konsep manusia dalam Al-Qur’an?
1.1.2.2 Bagaimana tafsiran ayat mengenai manusia?
1.1.2.3 Menjelaskan pengertian manusia sebagai mahluk individu dan mahlu sosial?


1.2 PEMBAHASAN
1.2.1 Konsep Manusia dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an istilah manusia ditemukan tiga kosakata yang berbeda
dengan makna manusia, akan tetapi memiliki substansi yang berbeda, yaitu kata
basyar, insan dan al-nas.
Manusia dalam perspektif Islam terdiri atas aspek jasmaniah (basyar) dan
rohaniah (insan). Kata insan yang mengandung arti manusia memiliki tiga makna
yaitu absara atau melihat (Q.S 20:10), ‘alima atau mengetahui (Q.S 4:6) dan
isti’zan atau meminta izin (Q.S 24:27) . Dengan kata lain, manusia sebagai insan
merupakan makhluk yang berdimensi ruhaniah yang memiliki aktivitas.
Sedangkan kata basyar mengandung makna lahiriah yang memiliki kebiasaan
makan, hubungan seks dan berjasmani. Implikasinya, manusia memiliki
kebutuhan jasmaniah (nutrisi), rohaniah (emosi, spiritual) dan lingkungan
(kesehatan lingkungan).1
Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti
penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama, lahir kata
kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak
jelas dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Al-Qur’an menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal

dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut
lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Kata basyar selalu
dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat atau
lemung kering (al-Hijr: 33 ; al-Ruum: 20). Karena itu Nabi Muhammad S.A.W
diperintah untuk menyampaikan bahwa :

1 Momon Sudama, sosiologi untuk kesehatan (Jakarta; Salemba Medika, 2012) h. 23

‫شر مث مل كك كم يوُحىَ إل ل ل‬
‫ل‬
‫قك م‬
‫م‬
‫ماَ ألناَ ب ل ل ر إ‬
‫م ك ل‬
‫ماَ إ إل لهكك ك م‬
‫ي أن ن ل‬
‫ل إ إن ن ل‬
‫إ ن‬
‫ن ل‬
‫م م‬

‫ل‬
‫جوُ ل إ ل‬
‫ه لواَ إ‬
‫ن ي لمر ك‬
‫كاَ ل‬
‫قاَلء لرب بهإ فلل مي لعم ل‬
‫حد ر ف ل ل‬
‫إ إل ل ر‬
‫م م‬
‫ل‬
‫شر إ م‬
‫حاَ لولَ ي ك م‬
َ‫دا‬
‫ح د‬
‫ك ب إعإلباَد لةإ لرب بهإ أ ل‬
‫صاَل إ د‬
‫عل ل‬
‫ملَ ل‬
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang

Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya". (Q.S Al-kahfi (18): 110).

Dari sisi lain diamati bahwa banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang
menggunakan kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia
sebagai basyar melalui tahap-tahap sehinga mencapai tahap kedewasaan.

‫قك كم من تراَب ث كم إ ل ل‬
‫ومن آياَت إه أ ل‬
‫ل‬
‫م‬
‫ل‬
‫ل‬
‫خ‬
‫ن‬
‫ل‬
‫ك‬
‫إ‬
‫ل إ م ل إ‬

‫م‬
‫ذاَ أن مت ك م‬
‫ن‬
‫م‬
‫ب‬
‫م ل‬
‫إ‬
‫بل ل‬
‫ن‬
‫شرر ت لن مت ل إ‬
‫شكرو ل‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah,
kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Q.S Al-Rum (30):

20).

Bertebaran di sini bisa diartikan berkembang biak akibat hubungan seks
atau bertebaran mencari rezeki. Kedua hal ini tidak dilakukan oleh manusia
kecuali oleh orang yang memiliki kedewasaan dan tanggungjawab. Karena itu
pula Maryam a.s mengungkapkan keheranannya dapat memperoleh anak padahal

dia belum pernah disentuh oleh basyar (manusia dewasa yang mampu berhubu
ngan seks) (Q.S Ali Imran (3): 47).
Demikian terlihat basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam kehidupan
manusia yang menjadikannya mampu memilkul tanggungjawab. Dan karena itu
pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar (perhatikan QS Al-Hijr [15]:
28 yang menggunakan kata basyar ) dan juga QS Al-Baqarah [2]: 30 yang
menggunakan kata khalifah yang keduanya mengandung pemberitaan Allah
kepada malaikat tentang manusia.

Kata Insan disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali, di antaranya QS
al-Alaq: 5 yaitu :

‫م‬
‫ساَ ل‬
‫م اَلن م ل‬
‫م ي لعمل ل م‬
‫ماَ ل ل م‬
‫ن ل‬
‫ع لل ن ل‬
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S al-Alaq [96]: 5

Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual
manusai sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (alAhzab: 72).2
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis dan
tampak. Pendapat ini, jika di tinjau dari sudut pandangan Al-Qur’an lebih tepat
dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa) atau nasa-yanusa
(berguncang).
Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan
seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang
dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.3
Kata al-Nas disebut sebanyak 240 kali, seperti QS Al-Zumar: 27 yaitu

‫س إفي هل ل‬
‫ن‬
‫ذاَ اَل م ك‬
‫ولل ل ل‬
‫ن إ‬
‫قد م ل‬
‫م م‬
‫قمرآ إ‬
‫ضلرب ملناَ إللنناَ إ‬
‫كك ب‬
‫ن‬
‫م ي لت لذ لك نكرو ل‬
‫ل ل لعلل نهك م‬
‫ل ل‬
‫مث ل ب‬
Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-Qur’an ini
setiap macam perumpamaan.(Q.S Al-Zumar: 27).

Konsep al-Nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara
kolektif.
2 UNM, Pendidikan Agama Islam (Makassar, 2014) h. 4
3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung; Mizan, 1996) h. 367-369

Dengan demikian Al-Qur’an memandang manusia sebagai makhluk
biologis, psikologis dan sosial. Manusia sebagai basyar diartikan sebagai makhluk
yang membutuhkan materi, manusia sebagai insan diartikan sebagai makhluk
yang memiliki aspek kejiwaan, dan al-nas diartikan sebagai makhluk sosial, maka
dapat dipahami bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah
kepada penciptanya, yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak
boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang
tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada
hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yang
menyangkut hubungan vertikal (manusia dengan Tuhan) maupun horizontal
(manusia dengan manusia dan alam semesta).4
proses kejadian manusia sebagaimana dikemukakan dalam surah al-alaq
dan al-mu’minun ayat 12-14 telah terbukti sejalan dengan apa yang dijelaskan
berdasarkan analisis ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting dari itu bukanlah
terletak pada ditemukannya kesesuaian antara ajaran al-qur’an dengan ilmu
pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah agar timbul kesadaran pada manusia,
bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dan selanjutnya
ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini
selanjutnya diharapkan dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia
lainnya (egaliter), rendah hati, bertanggungjawab, beribadah dan beramal saleh.
Selanjutnya kalimat khalqan akbar (makhluk yang berbentuk lain) yang
terdapat pada ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa di samping manusia
memiliki unsur fisik sebagaimana dimiliki makhluk lainnya, namun ia juga
memiliki potensi lain. Menurut H.M Quraish Shihab, bahwa potensi lain itu
adalah adanya unsur ilahiyah (ruh ilahiyah) yang dihembuskan Tuhanpada saat
bayi berusia empat bulan dalam kandungan. Perpaduan unsur fisik-jasmaniah
dengan unsur psikis-rohaniah inilah yang selanjutnya membentuk manusia. Dari
sini pula selanjutya manusia dianugerahi potensi jarmaniah pancaindera berupa
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perabaan, dan potensi rohaniah berupa
4 UNM, Pendidikan Agama Islam (Makassar, 2014) h. 6

dorongan, naluri dan kescenderungan seperti kecenderungan beragama,
bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan, pengetahuan dan teman
hidup lawan jenis. 5
Kenapa manusia pertama datang sebagai nabi dan otoritas yang ditunjuk
oleh Allah SWT, padahal tampaknya lebih alamiah menurut proses evolusi kalau
manusia pertama datang sebagai manusia biasa, lalu setelah sampai pada tingkat
perkembangan yang cukup tinggi barulah salah satunya di angkat menjadi nabi.
Ini merupakan satu poin yang layak dipertimbangkan. Menurut Al-Qur’an
manusia petama sangat tinggi kedudukannya :

‫ل لرب ب ل‬
‫ع ر‬
‫ولإ إذ م لقاَ ل‬
‫ض‬
‫جاَ إ‬
‫ملَئ إك لةإ إ إبني ل‬
‫ك ل إل م ل‬
‫ل إفي اَلمر إ‬
‫ة لقاَكلوُاَ أ ل‬
‫ف ك‬
‫ك‬
‫ك‬
‫ن يك م‬
‫م‬
َ‫ها‬
‫في‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ج‬
‫ت‬
‫خإلي ل‬
‫ل‬
‫ف د‬
‫س إ‬
‫ف إ‬
‫إ‬
‫ل‬
‫ل‬
‫م‬
‫سد ك إفيلهاَ ولي ل م‬
‫ل‬
‫ل‬
‫م‬
‫س لل ل‬
‫مد إ ل‬
‫ك لقاَ ل‬
‫ل إ إبني‬
‫ك ولن ك ل‬
‫ح بإ ل‬
‫سب ب ك‬
‫ماَلء ولن ل م‬
‫ن نك ل‬
‫ح م‬
‫اَلد ب ل‬
‫قد ب ك‬
‫ح ك‬
‫ل‬
‫ن‬
‫موُ ل‬
‫ماَ لَ ت لعمل ل ك‬
‫م ل‬
‫أع مل ل ك‬
َ‫م ع لللى‬
‫م ع للر ل‬
‫م آد ل ل‬
‫م اَل م‬
‫ضهك م‬
‫ماَلء ك كل نلهاَ ث ك ن‬
‫س ل‬
‫ولع لل ن ل‬
‫ل أ لنبكئوُني بأ ل‬
‫ماَإء هل ك‬
‫م‬
‫س‬
‫ملَئ إك لةإ فل ل‬
‫ن ك كن مت مك‬
‫ؤلَإء إ إ م‬
‫م‬
‫ل‬
‫قاَ ل م إ إ إ‬
‫اَل م ل‬
‫ن‬
‫ل‬
‫صاَد إإقي ل‬
Dan (Inagatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi,” Mereka
berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudia
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama-nama ini jika kamu memang benar!” (QS al-Baqarah: 30-31)
Ringkas kata, manusia membuat para malaikat terkejut. Mengapa
demikian? Mengenai manusia, digunakan kata-kata “Dan meniupkan ke dalamnya
roh-ku.” (QS. Al-Hijr: 29) ini menunjukkan bahwa di dalam struktur manusia ini
ada satu unsur yang lebih tinggi di samping unsur material, dan unsur yang lebih
tinggi inilah yang digambarkan oleh kata-kata di atas. Dengan kata laian, dalam
5 H. Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h.46-47

struktur manusia ini ada sesuatu yang sangat istimewa yang diletakkan oleh Allah
SWT yang menjadikannya sebagai khalifah-Nya.6
1.2.2 Tafsiran Ayat mengenai Manusia
1.2.2.1 Posisi Manusia Sebagai Puncak Ciptaan Tuhan Diantara Makhlukmakhluk Lain
Manusia diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya, yaitu sempurna,
mulia dan terbaik diantara makhluk-makhluk lain. Hal ini dijelaskan dalam AlQur’an, diantara ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut yaitu QS. Al-Isra’: 70,

‫ولل ل ل‬
‫م إفي اَل مب لبر لواَل مب ل م‬
‫م ول ل‬
‫ملناَ ب لإني آد ل ل‬
‫مل ملناَهك م‬
‫ح ل‬
‫قد م ك لنر م‬
‫حححرإ‬
‫ن اَلط ني بب لححاَ إ‬
‫م إ‬
‫ت ولفل ن‬
‫ضححل ملناَهك م‬
‫وللرلزقملناَهك م‬
‫م ل‬
‫م ع لل لححىَ ك لث إيححرب‬
َ‫ضيل‬
‫قلناَ ت ل م‬
‫خل ل م‬
‫ن ل‬
‫ف إ‬
‫إ‬
‫م ن‬
‫م م‬

“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan”. (QS Al-Isra: 70).
1.2.2.1.1 Tafsir

Dengan bersumpah sambil mengukuhkan pernyataannya-Nya dengan
kata (‫ )قد‬qad, ayat ini menyatakan bahwa dan Kami, yakni Allah bersumpah
bahwa sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam, dengan bentuk tubuh
yang bagus, kemampuan berbicara dan berpikir, serta berpengetahuan dan Kami
beri juga mereka kebebasan memilah dan memilih. Dan kami angkut mereka dari
daratan dan di lautan dengan aneka alat transportasi yang Kami ciptakan dan
tundukkan bagi mereka, atau yang Kami ilhami mereka pembuatannya, agar
mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Kami ciptakan
untuk mereka.
Dan Kami beri juga mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai kebutuhan
mereka, lagi lezat dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
jiwa mereka dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk dari siapa yang
6 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta (Jakarta: Lentera, 2002) cet. II h.
530-531

telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. Kami lebihkan mereka
dari hewan, dengan alat dan daya cipta sehingga menjadi makhluk yang
bertanggung jawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas malaikat atas
ketaatan manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedang ketaatan
malaikat tanpa tantangan.
Kata (‫ )كررمنا‬terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf kaf, ra’, dan
mim, yang mengandung makna kemuliaan, serta keistimewaan sesuai objeknya.
Terdapat perbedaan antara (‫ )فرضلنا‬dan (‫)كررمنا‬. Yang pertama terambil dari
kata (‫ )فضل‬yakni kelebihan, dan ini mengacu pada penambahan dari apa yang
sebelumnya telah dimiliki secara sama oleh orang-orang lain. Yang kedua yaitu
‫ كررمنا‬maka seperti dikemukakan di atas ia adalah anugerah yang bersifat internal
dalam konteks ayat ini, manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang tidak
dianugerahkan-Nya kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia mulia
serta harus dihormati dalam kedudukannya sebagai manusia.
‫( فضلناهم على كثيرممن خلقنا‬Faddalnaa hum ‘Ala katsiriin mimman kholaqna).
Pertama, penggalan ayat ini tidak menyatakan bahwa Allah melebihkan manusia
atas semua ciptaan atau kebanyakan ciptaan-Nya, tetapi banyak di antara ciptaanNya. Atas dasar itu sungguh ayat ini tidak dapat dijadikan bahwa manusia adalah
makhluk yang paling mulia.
Kedua, ayat di atas mengisyaratkan bahwa kelebihan itu dibanding dengan
ciptaan Allah dari siapa yang telah diciptakan-Nya. Kata dari siapa merupakan
terjemahan dari lafad mimman yang terdiri dari kata min dan man. Kata man
biasanya ditujukan untuk makhluk yang berakal. Di satu sisi kita dapat berkata
bahwa jika Allah melebihkan manusia atas banyak makhluk berakal, maka tentu
saja lebih-lebih lagi makhluk tidak berakal. Di sisi lain kita juga dapat berkata
bahwa paling tidak ada dua makhluk berakal yang diperkenalkan Al-Quran yaitu
jin dan malaikat. Ini berarti manusia berpotensi untuk mempunyai kelebihan
dibanding dengan banyak -bukan semua- jin dan malaikat.

1.2.2.2 Struktur Potensi Manusia: Jasadiyah dan Rohaniyah
Allah menciptakan manusia dari tanah dengan bentuk sebaik-baiknya
disertai potensi masing-masing, baik potensi jahat maupun potensi baik. Oleh
karena itu manusia harus menggunakan potensi tersebut sebaik-baiknya,
meminimalisir potensi jahat dan mengoptimalkan potensi baik. Seperti
dikemukakan dalam QS. Shaad : 71-72.

‫ل لرب ب ل‬
‫إ إذ م لقاَ ل‬
‫خاَل إقر ب ل ل‬
‫ن‬
‫ملَئ إك لةإ إ إبني ل‬
‫ن إ‬
‫شدراَ إ‬
‫ك ل إل م ل‬
‫م م‬
‫طي ب‬
‫ه‬
‫حححي فل ل‬
‫ه ولن ل ل‬
‫ف م‬
‫ن كرو إ‬
‫ت إفيهإ إ‬
‫فلإ إلذاَ ل‬
‫قعكححوُاَ ل لحح ك‬
‫خ ك‬
‫سوُني مت ك ك‬
‫محح م‬
‫ن‬
‫ج إ‬
‫ل‬
‫ساَ إ‬
‫دي ل‬
“(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan
menciptakan manusia dari tanah.(71) Maka apabila telah Kusempurnakan
kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadanya (72)".(QS. Shaad: 71-72)
1.2.2.2.1 Tafsir
(71) (ingatlah) ketika Tuhan berkata pada para malaikat: "Sesungguhnya
aku akan menciptakan manusia dari tanah, para malaikat berbantah-bantahan,
ketika Tuhan mengatakan kepada mereka tentang rencana penciptaan manusia, “
Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”
(72) Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan
kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadanya apabila telah sempurna ciptaan itu, maka Allah menyuruh para
malaikat bersujud pada Adam, bukan untuk menyembah atau beribadah, hanya
untuk memuliakannya.7
1.2.2.3 Misi Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi
Allah telah menetapkan manusia sebagai khalifah di muka bumi, ayatayat ini menerangkan misi manusia sebagai khalifah di muka bumi.

‫ل لرب ب ل‬
‫ع ر‬
‫ولإ إذ م لقاَ ل‬
‫ض‬
‫جاَ إ‬
‫ملَئ إك لةإ إ إبني ل‬
‫ك ل إل م ل‬
‫ل إفي اَلمر إ‬
‫ة لقاَكلوُاَ أ ل‬
‫سفإ ك‬
‫ك‬
‫ك‬
‫ن يك م‬
‫م‬
َ‫ها‬
‫في‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ج‬
‫ت‬
‫خإلي ل‬
‫ل‬
‫ف د‬
‫ف إ‬
‫إ‬
‫ل‬
‫ل‬
‫م‬
‫سد ك إفيلهاَ ولي ل م‬
‫ل‬
‫ل‬
‫م‬
7 Teuku Muhammad Hasbi Asy Syidieqy, Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur (Semarang,
PT. Pustaka Rizki Putra, 2000) h..3529

‫س لل ل‬
‫مد إ ل‬
‫ك لقاَ ل‬
‫ل إ إبني‬
‫ك ولن ك ل‬
‫ح بإ ل‬
‫سب ب ك‬
‫ماَلء ولن ل م‬
‫ن نك ل‬
‫ح م‬
‫اَلد ب ل‬
‫قد ب ك‬
‫ح ك‬
‫ل‬
‫ن‬
‫موُ ل‬
‫ماَ لَ ت لعمل ل ك‬
‫م ل‬
‫أع مل ل ك‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka
berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS.
Al-Baqarah: 30)
1.2.2.3.1 Tafsir
Ketika Allah memberitahukan kepada umatNya (bahwa Dia akan
menjadikan adam sebagai khalifah) di bumi, maka para malaikat itu bertanya,
mengapa Adam yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan
keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi.
Para malaikat menganggap bahwa mereka lebih patut memangku jabatan itu,
sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan mensucikan Allah swt.
Allah tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab
bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para malaikat. Segala yang
dilakukan Allah berdasarkan pengetahuan dan hikmahnya yang maha tinggi
walaupun tidak di ketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam sebagai
khalifah. Kedudukan Adam sebagai khalifah di bumi yaitu untuk melaksanakan
perintah-perintahNya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa
yang ada padanya.
Para ulama syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin, yaitu adil
serta berpengetahuan yang memungkinkanya bertindak sebagai hakim dan
mujtahid, tidak cacat jasmaniah, serta berpengelaman cukup, dan tidak pilih kasih
dalam menjalankan hukum-hukum Allah.8

1.2.3 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan tafsirnya jilid I Jus 1-2-3, (Jakarta: Lentera
Abadi), h.. 75-76

1.2.3.1 Makhluk sebagai Makhluk Individu.
Individu berasal dari bahasa latin individuum yang artinya tak terbagi.
Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu kesatuan
yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia secara
keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas, yaitu
perseorangan manusia, demikian pendapat Dr. A. Lysen.
Manusia lahir sebagai makhluk individual yang bermakna tidak terbagi
atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir dengan
kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun, rohania ia
sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa manusia merupakan satu
kesatuan dengan raganya untuk selanjunya melakukann aktivitas atau kegiatan.
Kegiatan manusia tidak semata-mata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga
aspek rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan
dalam hidupnya.
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya
bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan
corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya. Dengan demikian,
manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi
lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan
yang memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah bersifat
nyata, berbeda dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan ciri khas tertentu
yang berupaya merealisasikan potensi dirinya.
Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia
memiliki karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan
cita-cita yang berbeda satu sama lainnya. Setiap maunusia diciptakan oleh Tuhan
dengan ciri dan karakteristik yang unik yang satu sama lain berbeda. Oleh karena
itu, manusia sebagai makhluk individu adalah unik. Setiap orang berbeda, bahkan
orang yang dikatakan kembar pun pasti memiliki perbedaan. Jadi, meskipun
banyak persamaan hakiki antarindividu, tetap tidak ada dua individu yang sama.

Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak
terjadi dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan
perkembangan sejak masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai tua. Istilah
pertumbuhan lebih tertuju pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan
perkembangan lebih tertuju pada segi mental psikologis individu.
Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor.
Mengenai hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu :
1.2.3.1.1 pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu sematamata ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan
potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya.
1.2.3.1.2 pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu sematamata didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkunganlah yang akan menentukan
pertumbuhan seseorang.
1.2.3.1.3 pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu
dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak merupakan
potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya lingkungan yang baik
sehingga ia bisa tumbuh secara optimal.9
Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk
memenuhi kepentingan diri dan kebutuhan diri. Sebagai makhluk dengan kesatuan
jiwa dan raga, maka aktivitas individu adalah untuk memenuhi kebutuhan baik
kebutuhan jiwa, rohani, atau psikologis, serta kebutuhan jasmani atau biologis.
Pemenuhan kebutuhan tersebut adalah dalam rangka menjalani kehidupannya.
Pandangan yang mengembangankan pemikiran bahwa manusia pada
dasarnya adalah individu yang bebas dan merdeka adalah paham individualisme.
Paham individualisme menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan
kebebasan orang per orang. Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka
9 Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si. & Winarno, S.Pd., M.Si, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010) cet. III h.42

tidak terikat apa pun dengan masyarakat ataupun negara. Manusia bisa
berkembang dan sejahera hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara
bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau
mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat individualistik dalam diri
pribadi yang bersangkutan. Di samping itu, faktor pemenuhan atas kepentingan
diri tersebut juga menjadikan individu akan saling bersaing untuk hal tersebut.
Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai individu, dapat diketahui bahwa
manusia memiliki harkat dan martabat, manusia memiliki hak-hak dasar, setiap
manusia memiliki potensi diri yang khas, dan setiap manusia memiliki
kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Dengan uraian di atas, manusia sebagai makhluk individu berperan untuk
mewujudkan hal-hal tersebut. Manusia sebagai individu akan berusaha:
1.2.3.1.1.1 Menjaga dan mempertahankan harkat dan martabatnya.
1.2.3.1.1.2 Mengupayakan terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia.
1.2.3.1.1.3 Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.
1.2.3.1.1.4 Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan
hidupnya.

1.2.3.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam
menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia

lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia
lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak
dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk
kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup.
Dalam hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan
individu lainnya.
Beberapa ayat Al-Qur’an menunjukkan bahwa kebutuhan manusia untuk hidup
bermasyarakat merupakan bagian dari penciptaannnya. Allah Berfirman :

‫ك‬
‫ل‬
‫م‬
‫خل ل م‬
‫س إ إنناَ ل‬
‫م إ‬
‫ن ذ لك لرب ولأن ملثىَ ول ل‬
‫جعلل ملناَك ك م‬
‫قلناَك ك م‬
‫لياَ أي بلهاَ اَلنناَ ك‬
‫م م‬
‫ل ل إتعاَركفوُاَ إ ل‬
‫ك‬
‫م إ‬
‫عن مد ل اَلل نهإ‬
‫إ ن‬
‫مك ك م‬
‫ن أك ملر ل‬
‫شكعوُدباَ ولقللباَئ إ ل ل ل ل‬
‫خإبيرر‬
‫أ لت م ل‬
‫م ل‬
‫م إإ ن‬
‫ه ع لإلي ر‬
‫ن اَلل ن ل‬
‫قاَك ك م‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat:
13)
Dengan demikian, ayat ini memecahkan problem sosial, karena syarat
penting kehidupan bermasyarakat adalah mampu mengenal satu sama lain. Kalau
saja tak ada bangsa dan suku yang merupakan ciri pemersatu dan pembeda, maka
mustahil mengidentifikasi orang, dan akibatnya adalah mustahil ada kehidupan
sosial yang dasarnya adalah saling berhubugan antar manusia.10
Benarkah manusia sebagai makhluk sosial? Sejak manusia dilahirkan ia
membutuhkan pergaulan dengan orang laian terutama dalam hal kebutuhan makan
dan minum.pada usia bayi, ia sudah menjalin hubugan terutama dengan ayah dan
ibu, dalam bentuk gerakan, senyuman dan kata-kata. Pada usia 4 tahuan, ia mulai
berhubungan dengan teman-teman sebaya dan melakukan kontak sosial. Pada

10 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta (Jakarta: Lentera, 2002) cet. II h.
270

usia-usia selanjutnya, ia terikat dengan norma-norma pergaulan dengan
lingkungan yang semakin luas. Manusia hidup dalam lingkungan sosialnya.
Berdasarkan proses di atas, manusia lahir dengan keterbatasan, dan secara
naluriah menusia membutuhkan hidup dengan manusia lainnya. Manusia sejak
lahir dipelihara dan dibesarkan dalam suatu masyarakat terkecil yaitu keluarga.
Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antaranggota sehingga dapat
dikatakan bahwa berkeluarga merupakan kebutuhan manusia. Esensinya, manusia
memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya. Allah berfirman :

‫ماَءإ ب ل ل‬
َ‫سدبا‬
‫ذيِ ل‬
‫خل لقل إ‬
‫ولهكوُل اَل ن إ‬
‫شدراَ فل ل‬
‫ه نل ل‬
‫جعلل ل ك‬
‫ن اَل م ل‬
‫م ل‬
‫صهمدراَ ول ل‬
‫ن لرب ب ل‬
َ‫ديدرا‬
‫ك قل إ‬
‫ول إ‬
‫كاَ ل‬
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu
(punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.. (QS. AlFurqan: 54)
Jadi, menurut kodratnya, manusia di mana pun pada zaman apa pun, selalu
hidup bersama, hidup berkelompok. Dalam sejarah perkembangan manusia tidak
terdapat seorang pun yang hidup menyendiri, terpisah dari kelompok manusia
lainnya. Hidup menyendiri, terlepas dari pergaulan masyarakat hanya mungkin
terjadi dalam dongen belaka (seperti Tarzan, Robinson Crusoe), namun dalam
kenyataannya, hal itu tidak mungkin terjadi. Sejak dulu, pada diri manusia
terdapar hasrat untuk berkumpul dengan sesamanya dalam satu kelompok, hasrat
untuk bermasyarakat.
Aristoteles (384-322 SM) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan
dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia itu
sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Karena
sifatnya yang ingin bergaul satu sama lain, maka manusia disebut sebagai
makhluk sosial. Manusia sebagai individu (perseorangan) mempunyai kehidupan
jiwa yang menyendiri, namun sebagai manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup berkembang, dan meninggal

dunia di dalam masyarakat. Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai
segala sesuatu yang diinginkan dengan mudah tanpa bantuan orang lain. Allah
berfirman :

‫أل‬
‫ل‬
‫م‬
‫ح‬
‫ن‬
‫ك‬
‫ب‬
‫ر‬
‫ة‬
‫م‬
‫ح‬
‫ر‬
‫ن‬
ُ‫مو‬
‫س‬
‫م‬
‫ق‬
‫ي‬
‫م‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ك‬
‫ل‬
‫إ‬
‫م‬
‫ب‬
‫م‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ن قل ل‬
‫ملناَ ب لي من لهك م‬
‫س م‬
‫ل‬
‫ك‬
‫م‬
‫ك‬
‫ل‬
‫ل‬
‫مإعي ل‬
‫م‬
‫حلياَةإ اَلد بن ملياَ وللرفلعملناَ ب لعم ل‬
‫م إفي اَل م ل‬
‫ضهك م‬
‫شت لهك م‬
‫ل‬
َ‫خرإييا‬
‫س م‬
‫ت ل إي لت ن إ‬
‫جاَ ب‬
‫م ب لعم د‬
‫خذ ل ب لعم ك‬
‫ض د للر ل‬
‫ضاَ ك‬
‫ضهك م‬
‫فلوُمقل ب لعم ب‬
‫ة لرب ب ل‬
‫ن‬
‫ك ل‬
‫م ك‬
‫خي مرر إ‬
‫مكعوُ ل‬
‫ماَ ي ل م‬
‫وللر م‬
‫ج ل‬
‫م ن‬
‫ح ل‬
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik daripada apa yang mereka kumpukan. (QS. Az-Zukhruf: 32).

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia tidak diciptakan sama bakat dan
kemampuannya. Seandainya diciptakan sama, tentu setiap orang memiliki apa
yang dimiliki orang lain, dan tidak memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain.
Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara
lain karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri
manusia, misalnya :
1.2.3.2.1 Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum
1.2.3.2.2 Hasrat untuk membela diri.
1.2.3.2.3 Hasrat untuk mengadakan keturunan.11
Adapun insting itu sudah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan.
Kebutuhan akan makanan dan minuman termasuk kebutuhan primer untuk segala
makhluk hidup baik hewan maupun manusia. Dalam usaha untuk mendapatkan
11 Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si. & Winarno, S.Pd., M.Si, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010) cet. III h.44-45

keperluan hidupnya manusia perlu bantuan orang lain. Hidup sendiri akan
menimbulkan kesulitan. Setiap usaha akan lebih mudah bila dikerjakan bersamasama.
Dalam kenyataannya kita melihat orang memburu hewan. Menangkap
ikan, bercocok tanam, dan sebagainya dilakukan secara bersama-sama. Dari
keinginan untuk memperolah keinginan hidupnya secara mudah itu maka
timbullah dalam diri manusia suatu dorongan untuk hidup bersama dalam
masyarakat. Sejak manusia dilahirkan, ia mempunyai dua keinginan pokok, yaitu :
1.2.3.2.3.1 keinginan untuk menjadi satu dengan manusia di sekelilingnya.
1.2.3.2.3.2 keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup
dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya
dengan dirinya sendiri. manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal
tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, kelompok masyarakat pertama
adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan
utama. Dalam keluarga itulah manusia menemukan kodratnya sebagai makhluk
sosial karena dalam lingkungan itulah ia untuk pertama kali berinteraksi dengan
orang laia. Kelompok berikutnya adalah kelompok pertemanan, pergaulan,
kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas. Secara politik, kehidupan
kelompok manusia di mulai dari keluarga, marga, suku, bangsa, negara, bahkan
masyarakat secara internasional.
Paham yang mengembangkan pentingnya aspek sosial kehidupan manusia
adlah sosialisme. Sosialisme memberi nilai lebih pada manusia sebagai makhluk
sosial. Sosialisme merupakan reaksi atas sistem liberalisme yang dilahirkan oleh
paham individualisme. Adanya persaingan bebas dalam kapitalisme akan
menindas orang-orang yang tidak memiliki modal dan orang-orang yang miskin.

Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya, manusia akan
senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lian. Manusia tidak mungkin
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan
“ketidakberdayaan” manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kebutuhan akan orang lain da interaksi sosial membentuk kehidupan
berkelompok pada manusia. Berbagai tipe kelompok sosial tumbuh seiring dengan
kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi.
Manusia dalam kelompok sosialnya, misalnya hidup bernegara, terikat
pada norma-norma sebagai hasil interaksi dari manusia itu sendiri. ketertarikan
kepada norma termasuk pula ketertarikan untuk menghargai adanya orang lain.
Jadi, jika dalam dimensi individu, muncul hak-hak dasar manusia maka dalam
dimensi sosial ini, muncul kewajiban dasar manusia. Kewajiban dasar manusia
adalah menghargai hak dasar orang lain serta menaati norma-norma yang berlaku
dimasyarakatnya.
Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan
peran-peran sebagai berikut.
1.2.3.2.3.2.1 Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
1.2.3.2.3.2.2 Membentuk kelompok-kelompok sosial
1.2.3.2.3.2.3 Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib
kehidupan kelompok.12

1.3 PENUTUP
1.3.1 Simpulan
12 Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si. & Winarno, S.Pd., M.Si, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010) cet. III h.51

1.3.1.1 Konsep Manusia dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an istilah manusia ditemukan tiga kosakata yang berbeda
dengan makna manusia, akan tetapi memiliki substansi yang berbeda, yaitu kata
basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar disebutkan 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam
bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta
persamaannya dengan manusia seluruhnya. Kata basyar selalu dihubungkan pada
sifat-sifat biologis manusia.
Kata insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan
seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang
dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.
Konsep al-Nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial
atau secara kolektif.
1.3.1.2 Tafsir Ayat mengenai manusia.
1.3.1.2.1 Posisi Manusia Sebagai Puncak Ciptaan Tuhan Diantara Makhlukmakhluk Lain
1.3.1.2.2 Struktur Potensi Manusia: Jasadiyah dan Rohaniyah
1.3.1.2.3 Misi Manusia Sebagai Khalifah Allah di Muka Bumi
1.3.1.3 Manusia sebagai Makhluk individu dan makhluk sosial
Paham individualisme menekankan pada kekhususan, martabat, hak, dan
kebebasan orang per orang. Manusia sebagai individu yang bebas dan merdeka
tidak terikat apa pun dengan masyarakat ataupun negara. Manusia bisa
berkembang dan sejahera hidupnya serta berlanjut apabila dapat bekerja secara
bebas dan berbuat apa saja untuk memperbaiki dirinya sendiri.

Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau
mengejar kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup
dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat merealisasikan potensi hanya
dengan dirinya sendiri. manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal
tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya.
1.3.2 Implikasi
Dalam penulisan makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat
kekurangan, penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan sehingga dalam
penulisan selanjutnya akan lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan rujukan dalam proses pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya

Sudama,Momon,2012. Sosiologi untuk kesehatan, Jakarta; Salemba Medika.
Shihab, M. Quraish, 1996. Wawasan Al-Qur’an, Bandung; Mizan.
Nata, H. Abuddin,2009. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.
Muthahhari, Murtadha,2002. Manusia dan Alam Semesta, Jakarta: Lentera.
Herimanto, & Winarno,2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara.