GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN ABORTUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ACEH TAMIANG TAHUN 2015

  

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN ABORTUS

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

ACEH TAMIANG TAHUN 2015

  1

  2 Liana , Nurnajifah

  1 Dosen Program Studi Kebidanan

  2 Alumni Program Studi Kebidanan

  STIKes Getsempena Lhoksukon

  

ABSTRAK

  Di dunia diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya, diantaranya 750 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Abortus merupakan 13% penyebab kematian ibu, setiap tahun nya terdapat 210 juta ibu hamil diseluruh dunia dari angka tersebut 46 juta diantaranya berakhir dengan abortus. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia cukup serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu dengan abortus berdasarkan Umur, Paritas, Riwayat Abortus dan Pendidikan Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang. Penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan data skunder dengan melihat status pasien yang mengalami abortus diruang rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 157 orang. Dari hasil penelitian yang dilakukan ibu dengan abortus mayoritas berumur Tua ( >35 tahun) yaitu sebanyak 74 orang (47,13%), Multipara (2-5 anak) sebanyak 90 orang ( 57,32%), belum pernah abortus yaitu sebanyak 119 orang (75,80%) dan berpendidikan rendah (SD-SMP) yaitu sebanyak 102 orang (64,97%). Dengan demikian disarankan pada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan untuk mendeteksi dan mencegah secara dini adanya komplikasi selama kehamilan.

  Kata Kunci : Karakteristik, Abortus

A. PENDAHULUAN

  Program Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, ibu melahirkan, bayi dan neonatal. Salah satu program KIA adalah menurunkan angka kematian dan angka kesakitan dengan cara meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan perinatal.

  Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu (Mariani, 2012).

  World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian wanita tiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di tahun 2013. Sedangkan jumlah total kematian wanita di tahun 2013 adalah 289.000 kematian. Jumlah ini telah menurun sebesar 45% bila dibandingkan tahun 1993 dimana maternal mortality ratio (MMR) pada tahun tersebut sebesar 380 dan jumlah kematian wanita sebesar 523.000 negara berkembang memiliki jumlah MMR empat belas kali lebih tinggi dibandingkan negara maju (Rahmani, 2014).

  Menurut WHO terdapat 13% kematian ibu yang disebabkan oleh abortus. Menurut statistik internasional setiap tahunnya terdapat 210 juta ibu yang hamil diseluruh dunia. Dari angka tersebut 46 juta diantaranya berakhir dengan abortus. Menurut Handelsblad di Belanda pada tahun 2000 terdapat 19.000 kasus abortus (Sinurat, 2009).

  Di wilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya, diantaranya 750 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Resiko kematian akibat abortus tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250 kasus, di negara maju hanya 1 dari 3.700 kasus. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah abortus di Indonesia cukup serius.

  AKI di Indonesia pada tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN (Associstion Of Souyheast Asian Nation) yakni sebesar 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan kejadian AKI di Philipina sebanyak 170 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Di Thailand sebanyak 44 kemataian per 100.000 kelahiran hidup, Brunai

  39 kematian per 100.000 kelahiaran hidup dan di Singapura terjadi 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup. (Handayani, 2014)

  Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 jumlah angka kematian ibu sebanyak 307/100.000 kelahiran hidup, ibu meninggal akibat masalah kehamilan dan persalinan Penyebab kematian ibu ada 2 yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Pada penyebab langsung antara lain adalah pre eklamsia berat / eklamsia 283 orang (35,26%), perdarahan 111 orang (16,44%), infeksi 32 orang (4,47%), abortus 2 orang (0,29%), dan penyebab tidak langsung sebanyak 292 orang (43,26%) disebabkan karena gagal jantung, tuberkulosis, radang otak hingga gagal ginjal yang dialami ibu hamil, melahirkan dan nifas ( Rinayati, 2012).

  Berdasarkan penelitian Tanjung (2009), mengatakan penyebab utama kematian ibu karena komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas yaitu perdarahan yang disebabkan oleh abortus sebanyak 4,8% dari 62 kasus kematian ibu (Tanjung, 2009).

  Aborsi tidak aman merupakan penyebab dari 11% kematian ibu (secara global 13%) kematian ini dapat dicegah jika ibu mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi dan asuhan pasca keguguran. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukan adanya 72% kehamilan merupakan yang tidak diinginkan. Kontrasepsi berperan penting dalam menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan akibat abortus yang tidak aman (Sarwono, 2011).

  Komplikasi akibat abortus yang tidak aman menyebabkan kurang lebih 40% kematian didunia (Royston dan Amstrong), artinya paling tidak 200.000 dari 500.000 kematian wanita setiap tahun akibat proses yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, meninggal oleh karena abortus yang dilakukan dengan cara tidak aman (Sinurat, 2009).

  Biran A dalam Sinurat (2009), mengemukakan bahwa setiap tahun di Indonesia diperkirakan sekitar 2,3 juta abortus, diantaranya akibat kegagalan kontrasepsi, kebutuhan yang tidak mencukupi, kehamilan remaja, dan abortus spontan. Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 2009 terdapat 7.683 kasus abortus di klinik PKBI dan tahun 2009 terdapat 4.314 kasus. Dari Rumah Sakit dr.Sutomo Surabaya dilaporkan sebanyak 881 kasus abortus dan di puskesmas Pucang Surabaya dilaporkan sejumlah 1.187 kasus aborsi pada tahun yang sama. Hasil penelitian Subyanto dkk di RS Harapan Kita Jakarta diperoleh 47 kasus aborsi (22% dari seluruh kehamilan).

  Berdasarkan survei di RSU Dr.Zainoel Abidin Banda Aceh terdapat 8,29% kejadian abortus dari 651 ibu bersalin.

  Di kota Medan yang diperoleh dari RSUP Pimgadi tahun 2009 tercatat penderita abortus sebesar 141 orang, di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2007 tercatat 122 penderita abortus dan pada 2008-2009 tercatat 130 penderita abortus (Sinurat, 2009).

  Menurut Wulan (2015). Ada beberapa alasan kondisi individualis yang memungkinkan terjadinya abortus. Ada beberapa karakteristik dapat didefinisikan yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, tinggal di daerah perkotaan, status perkawinan, umur, pendidikan dan paritas. Tingginya kasus kesakitan dan kematian di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh pendarahan pasca persalinan, eklamsi, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hamper semua negara maju berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Aceh, diketahui bahwa jumlah kematian ibu pada tahun 2012 di Aceh sebanyak 170 kasus. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2012 di Aceh sebesar 192/100.000 lahir hidup. Dimana berdasarkan penyebab kematian karena perdarahan masih cukup tinggi yaitu 46 orang (33,8%), kemudian hipertensi dalam kehamilan ada 27 orang (19,8%), dan infeksi 9 orang (6,6%), abortus dan partus lama masing-masing 2 orang (1,4%), penyebab lain termasuk karena penyakit sistemik dan riwayat persalinan sebelumnya ada 50 orang (36,7%) dan selebihnya disebabkan karena penyebab Penelitian ini merupakan lain (Nurhasanah, 2014). penelitian deskriptif yaitu untuk Data yang diperoleh dari Dinas mengetahui fenomena yang dihadapi

  Kesehatan Kota Aceh Tamiang tahun 2015 pada situasi sekarang dengan desain terdapat 10 kasus kematian ibu akibat penelitian “cross sectional” dimana perdarahan 7 kasus, penyakit penyerta 2 variabel independen dan dependen kasus, dan pre eklamsi 1 kasus, serta dikumpulkan secara bersama, yang kematian neonatal terdapat 48 kasus, bertujuan untuk mengetahui Gambaran akibat asfixia 19 kasus, BBLR 16 kasus, karakteristik ibu dengan abortus di kelainan bawaan 7 kasus, sepsis 1 kasus, Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang dan lain-lain 5 kasus (Dinkes Kota Aceh Tahun 2015. Tamiang, 2015).

  2. Populasi dan Sampel

  AKI untuk Aceh Tamiang berada di Populasi dalam penelitian ini adalah peringkat ke 5 untuk Provinsi Aceh yaitu seluruh ibu hamil yang mengalami sebesar 5.750 orang (Profil Kesehatan abortus di Rumah Sakit Umum Aceh Aceh 2014)

  Tamiang Tahun 2015 sebanyak 157 Berdasarkan pengambilan data awal orang. Cara pengambilan Sampel dalam untuk angka kejadian abortus di Rumah penelitian ini dilakukan dengan Teknik

  Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang pengambilan sampel pada penelitian ini (RSUD ATAM) menunjukan tingginya adalah dengan cara total sampling. angka abortus selama 1 tahun terakhir

  3. Waktu dan Tempat penelitian

  yaitu tahun 2013 sebesar 142 orang (20,6%) , 2014 sebesar 144 orang(24%) Tempat penelitian dilakukan di dan pada tahun 2015 sebesar 157 orang Rumah Sakit Umum Aceh Tamiang.

  (27%) yang mengalami abortus. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Berdasarkan tahun 2015 yang mengalami Juli 2016 selama 2 hari. abortus tertinggi pada umur >35 tahun sebanyak 74 orang, pada umur <20 tahun

  C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  sebanyak 27 orang, dan yang terendah

  1. Hasil Penelitian pada umur 20-35 tahun sebanyak 56 orang.

  Sedangkan berdasarkan klasifikasinya dari Dari hasil penelitian yang dilakukan 157 orang yang mengalami abortus pada tanggal 16-17 Juli 2016 diruang

  Inkomplit sebanyak 109 orang, abortus Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah

  Insipiens sebanyak 26 orang, dan Missed Abortion sebanyak 22 orang.

  Kabupaten Aceh Tamiang tentang Berdasarkan fenomena tingginya

  Gambaran Karakteristik Ibu Dengan angka kejadian abortus diatas maka Abortus di Rumah Sakit Umum Daerah peneliti ingin mengetahui karakteristik ibu dengan abortus di rumah sakit umum

  Aceh Tamiang Tahun 2015 diperoleh daerah Aceh Tamiang tahun 2015. responden sebanyak 157 orang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari data

B. METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian masing-masing status pasien telah

  dikelompokkan seperti yang tersaji pada tabel- tabel distribusi frekuensi dibawah ini:

  90 57,32 Grandemultipara 16 10,20

  Jumlah 157 100 Sumber: Data Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang Tahun 2015

  32 20,38 Pernah 2 kali/ lebih 6 3,82

  Riwayat Abortus Frekuensi Persentase (% ) Belum Pernah 119 75,80 Pernah 1 Kali

  Tabel. 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Dengan Abortus Berdasarkan Riwayat Abortus Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

  c. Karakteristik Ibu Berdasarkan Riwayat Abortus

  Berdasarkan data pada Tabel.2 di atas dapat di simpulkan bahwa distribusi ibu yang mengalami abortus mayoritas ibu yang memiliki paritas multipara yaitu berjumlah 90 orang (57,32 %) dan minoritas pada paritas grandemultipara yaitu 16 orang (10,20 %).

  Jumlah 157 100 Sumber: Data Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang Tahun 2015

  Paritas Frekuensi Persentase (% ) Primipara 51 32,48 Multipara

  a. Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur

  Tabel. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu dengan Abortus Berdasarkan Paritas Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

  b. Karakteristik Ibu Berdasarkan Paritas

  Berdasarkan data pada Tabel. 1 di atas dapat di simpulkan bahwa distribusi ibu yang mengalami abortus mayoritas berumur tua yaitu berjumlah 74 orang (47,13 %), dan minoritas berumur muda yaitu 27 orang (17,20 %).

  Jumlah 157 100 Sumber: Data Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang Tahun 2015

  56 35,67 Tua (> 35 tahun) 74 47,1

  Umur Frekuens Persentase (% ) Muda ( < 20 tahun ) 27 17,20 Dewasa (20- 35 tahun)

  Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Dengan Abortus Berdasarkan Umur Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

  Berdasarkan data pada Tabel.3 di atas dapat di simpulkan bahwa distribusi ibu yang mengalami abortus mayoritas ibu yang tidak memiliki riwayat abortus yaitu berjumlah 119 orang ( 75,80 %) dan minoritas pernah 2 kali abortus atau lebih yaitu 6 orang (3,82 %).

d. Karakteristik Ibu Berdasarkan Pendidikan

  Tabel.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Dengan Abortus Berdasarkan Pendidikan Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

  Pendidikan Frekuensi Persentase (% ) Rendah (SD-SMP) 102 64,97 Menengah (SMA)

  39 24,84 Tinggi (D3-S3) 16 10,19

  Jumlah 157 100 Sumber: Data Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang Tahun 2015

  Berdasarkan data pada Tabel.4 di atas dapat di simpulkan bahwa distribusi ibu yang mengalami abortus mayoritas ibu yang memiliki pendidikan rendah yaitu berjumlah 102 orang ( 64,97 %) dan minoritas pendidikan tinggi yaitu 16 orang (10,19 %).

2. Pembahasan

a. Umur Ibu Dengan Abortus

  Berdasarkan analisa data pada Tabel.1 dapat di simpulkan bahwa ibu yang mengalami Abortus mayoritas berumur tua yaitu berjumlah 74 orang (47,13 %),

  Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Abidin di Rsup Dr. Kariadi Semarang (2011), yaitu mayoritas ibu yang mengalami abortus adalah ibu yang berumur >35 tahun yaitu (28,9 %) dan penelitian yang di lakukan oleh Rinayati,dkk di RSUD Dr. H Soewondo Kendal (2012), bahwa mayoritas ibu hamil yang mengalami abortus yaitu berumur >35 tahun. Dan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Handayani di RSU Kota Tangerang Selatan (2014), bahwa ibu yang mengalami abortus adalah mayoritas umur ibu 20-35 tahun yaitu (63,41 %).

  Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Wikjosastro (2009), bahwa kehamilan di usia < 20 tahun dan di atas 35 tahun dapat menyebabkan komplikasi obstetrik, karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami kegucangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilan. Sedangkan pada usia >35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini. Dan teori yang dikemukakan oleh Silalahi (2015), bahwa Usia mempengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia 20 tahun dan diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia muda, karena pada usia muda/remaja, alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil. Separuh dari abortus terjadi karena kelainan sitogenik pada trimester pertama berupa trisomi autosom.

  Menurut asumsi peneliti tinginya distribusi pada umur tua kemungkinan hal ini di sebabkan karena jumlah Abortus semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur pasien. Semakin lanjut usia wanita maka semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus makin meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom sehingga menyebabkan abortus atau resiko tinggi lainnya, oleh sebab itu disarankan pada ibu untuk hamil pada usia reproduksi sehat dan jika hamil pada usia ≥ 35 tahun diharuskan untuk ibu melakukan kunjungan ANC lebih sering karena pada usia itu lebih rentan terjadi penyulit kehamilan maupun persalinan.

  Berdasarkan analisa data pada Tabel. 2 dapat di simpulkan bahwa ibu yang mengalami perdarahan abortus mayoritas mempunyai paritas multipara yaitu

  90 orang (57,32%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Rinayati,dkk di RSUD Dr. H Soewondo Kendal (2012), menunjukkan persentase kejadian abortus terbesar pada kelompok tingkat gravida ≥ 3 yaitu sebanyak 33 responden (61,11%). Dan penelitian yang di lakukan oleh Joe, di Rumah Sakit Bersalin Permata Hati (2014), bahwa mayoritas ibu yang mengalami abortus yaitu multigravida sebanyak 196 orang (46,67%),. Dan penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Handayani di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan (2014), bahwa paritas multigravida atau

  ≥

  2 memiliki resiko abortus dan penelitian ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Silalahi (2014), bahwa Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi karena keadaan rahim yang lemah, sehingga dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan.

  Menurut asumsi peneliti tingginya distribusi pada multigravida kemungkinan hal ini di sebabkan karena jarak kehamilan yang terlalu dekat yang menyebabkan kontraksi uterus lemah, semakin banyak paritas maka semakin menurun kemampuan kerja uterus untuk berkontraksi sehingga terjadi abortus pada kehamilan.

  c. Riwayat Abortus Ibu Dengan Abortus

b. Paritas Ibu Dengan Abortus

  Berdasarkan data pada Tabel. 3 di atas dapat di simpulkan bahwa distribusi ibu yang mengalami abortus mayoritas ibu yang tidak pernah memiliki riwayat abortus yaitu 102 orang (64,97%). Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Handayani (2014), kejadian abortus akan meningkat pada ibu dengan abortus sebelumnya, ibu dengan riwayat abortus 1 kali memiliki kemungkinan 8% mengalami abortus kembali, 40% pada ibu dengan tiga kali riwayat abortus dan 60% pada ibu dengan 4 kali riwayat abortus.

  Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Rinayati,dkk di RSUD Dr. H Soewondo Kendal (2012), bahwa persentase kejadian abortus terbesar pada kelompok ibu tidak dengan riwayat abortus yaitu sebanyak 31 responden (57,41%), dan penelitian yang dilakukan oleh Handayani di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan (2014), bahwa kejadian abortus terbesar pada kelompok ibu tidak dengan riwayat abortus yaitu sebanyak 24 ibu hamil (58,54 %), dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abidin di Rsup Dr. Kariadi Semarang (2011), yaitu mayoritas ibu yang mengalami abortus adalah ibu yang tidak pernah mengalami riwayat abortus yaitu sebanyak 142 orang (82,1%) dan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar (2010), bahwa ibu yang mengalami abortus tertinggi adalah ibu yang tidak dengan riwayat abortus yaitu sebanyak 97 orang (71,3%) oleh Santi Saidah Tanjung pada tahun 2012 di RSU Padangsidimpuan diperoleh prevalensi abortus pada ibu dengan tidak memiliki riwayat abortus sebesar 77,2% dari total sampel 127 responden.

  Menurut asumsi peneliti tingginya distribusi abortus dengan tidak ada riwayat abortus Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan praktek pada hasil penelitian yang dilakukan. Secara teoritis menyatakan riwayat abortus merupakan faktor risiko terjadinya abortus pada kehamilan selanjutnya. Sedangkan kenyataan yang terjadi di tempat penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kejadian abortus terjadi pada ibu yang tidak memiliki riwayat abortus. Hal ini dikarenakan tidak semua ibu dengan riwayat abortus akan mengalami abortus lagi pada kehamilan berikutnya.

  Berdasarkan data pada Tabel. 4 di atas dapat di simpulkan bahwa distribusi ibu yang mengalami abortus mayoritas ibu yang berpendidikan rendah (SD-SMP) yaitu berjumlah 102 orang ( 64,97 %). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Dewi (2013), bahwa Rendahnya kualitas hidup perempuan akan mempengaruhi indeks pembangunan manusia Indonesia secara keseluruhan utamanya dibidang-bidang strategi seperti pendidikan, kesehatan dan ekonomi yangpada akhirnya akan berdampak secara negatif terhadap bangsa yang sedang berjalan, tidak hanya itu saja, dengan kualitas yang rendah maka perempuan akan menjadi beban pembangunan dan merupakan potensi yang sia-sia. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuraidah di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar (2010), bahwa ibu yang mengalami abortus tertinggi adalah ibu dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 61 orang (44,9%).

  Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Badrulaini Medan (2014), bahwa ibu yang mengalami abortus tertinggi adalah dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 31 orang (51,7%), dan penelitian yang dilakukan oleh Tanjung di RSU Padang Sidempuan (2009), bahwa ibu yang mengalami abortus tertinggi pada pendidikan SLTA (38,6%).

  Menurut Asumsi peneliti tingginya distribusi abortus pada pendidikan rendah di karenakan pendidikan merupakan faktor penting dalam usaha perlindungan obstetric. Semakin lama ibu mendapat pendidikan formal semakin meningkat kesadaran untuk berkunjung ketempat pelayanan kesehatan seperti Dokter, Bidan, Rumah Sakit maupun Puskesmas.

d. Pendidikan Ibu Dengan Abortus

D. PENUTUP

  1. Kesimpulan

  Bagi masyarakat khusunya bagi ibu yang mengalami Abortus agar lebih banyak menggali informasi dari tenaga kesehatan terutama tentang kesehatan refroduksi dan tanda bahaya kehamilan agar tidak terjadi Abortus.

  KDT.

  Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana , Jakarta:

  , jakarta: ECG. Dewi, Kurnia Maria Ulfa. 2013. Buku Ajar

  Kebidanan penyakit Kandungan dan KB

  Chandranita, Manuaba. 2010. Ilmu

  Hamil Yang Mengalami Abortus Di Rsup Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010 . Universitas Diponegoro: KTI

  Abidin, Zanuar. 2011. Karakteristik Ibu

  d. Bagi Masyarakat

  a. Umur ibu dengan Abortus di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang mayoritas umur tua yaitu >35 tahun berjumlah 74 orang (47,13 %).

  Agar dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan bagi instansi terkait untuk mengambil kebijakan dan perencanaan program pencegahan abortus. Kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat khususnya pada ibu – ibu dalam masa reproduksi, dan jika ingin melahirkan harus berumur 20 – 35 tahun dan jarak persalinan antara anak pertama dan kedua harus dua tahun atau lebih. Serta dapat memberikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan sebaik mungkin pada ibu yang mengalami Abortus agar masyarakat dapat meningkatkan derajat kesehatannya.

  c. Bagi Tempat Penelitian

  Bagi Institusi Pendidikan agar dapat menjadi tambahan wawasan ilmu pengetahuan tentang kebidanan khususnya tentang karakteristik ibu dengan abortus serta lebih memperhatikan anak bimbingannya agar loebih baik lagi.

  b. Bagi Institusi Pendidikan

  Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih memperluas wawasan terkait dengan masalah – masalah dalam bidang keperawatan khususnya keperawatan maternitas.

  2. Saran

  d. Pendidikan ibu dengan Abortus di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang mayoritas pendidikan rendah yaitu pendidikan SD-SMP berjumlah 102 orang (64,97%).

  c. Riwayat Abortus ibu dengan Abortus di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang mayoritas dengan riwayat belum pernah abortus berjumlah 119 orang (75,80%).

  b. Paritas ibu dengan Abortus di Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Tamiang mayoritas paritas multipara yaitu paritas 2-5 orang anak berjumlah 90 orang (57,32%).

a. Bagi peneliti selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

  Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi, Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: yogyakarta: Nuha Medika. Skripsi. Handono, Budi. 2009. Abortus berulang, Rochmawati, Putri Nurvita. 2013. Faktor- Bandung: Rafika Aditama. Faktor Yang Mempengaruhi

  Abortus Di Rumah Sakit Umum

  Handayani, Putri. 2014 Gambaran

  Pusat DR. Soeradji Tirtonegoro Karakteristik Ibu Hamil Dengan Klaten. Universitas Muhammadiyah Abortus Inkomplit Di Rsu Kota

  Surakarta: Skripsi.

  Tangerang Selatan Periode 12 September 2013 – 12 Maret 2014, Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan

  Tanggerang: Jurnal Kebidanan IV , Jakarta: Trans Info Media. Mariani. 2012. Faktor-Faktor Yang Rinayati,dkk. 2012. Karakteristik Ibu

Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Hamil Dengan Abortus Di Rsud Dr.

  

Inkomplet Di Ruang Kebidanan Rumah H Soewondo Kendal.Kendal:

Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Jurnal. Banda Aceh Tahun 2012. Sekolah Tinggi

  Silalahi, Ernawati. 2015. Karakteristik Ibu Ilmu Kesehatan U’budiyah: Jurnal Ilmiah.

  Pasangan Usia Subur Yang

  Maryuni, Anik. 2013. Asuhan Kegawat Mengalami Abortus Di Rumah

  Daruratan Maternal dan Neonata l, Sakit Santa Elisabeth

  Jakarta: Trans Info Media. Medan. Universitas Sumatra Utara: Skripsi. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi

  penelitian Kesehatan , Jakarta: Sinurat, Adelina. 2009. Karakteristik

  Rineka Cipta. Penderita Abortus yang Dirawat di

  Rumah sakit Santa Elisabeth

  Nurhasanah, Ade Irna. 2014. Faktor-

  Medan . Universitas Sumatra Utara: Faktor Yang Mempengaruhi Ibu

  Skripsi.

  Hamil terhadap Kejadian Preeklamsia Di RSUD Cut Nyak Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri, Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Jakarta: EGC. Barat. Sekolah Tinggi Ilmu

  Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Kesehatan U’budiyah: Skripsi.

  Bina Pustaka. Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency

  . 2010. Ilmu Kandungan, Jakarta:

  Kebidanan , yogyakarta: Nuha Bina Pustaka.

  Medika.

  Tanjung, Santi. 2009. Karakteristik Ibu Panggabean, Marito Yani. 2010.

  yang Mengalami Abortus Rawat Hubungan Karakteristik Ibu inap di RSU Padang sidimpuan Dengan Abortus Inkompletus Di Tahun 2001-2005 . Universitas Rumah Sakit Haji Medan .

  Sumatra Utara: Skripsi. Universitas Sumatra Utara: Skripsi.

  Wulan, Sari. 2014. Gambaran Rahmani, Silmi Lisani. 2014. Faktor-

  Karakteristik Ibu Yang Mengalami Faktor Resiko Kejadian Abortus Di Abortus di Rumah Sakit Ibu dan RS Prikasih Jakarta Selatan Pada Anak Badrulaini Medan, Stabat: Tahun 2013 . Universitas Islam

  PAL. Kti Yulaikhah, Lily. 2009. Seri Asuhan , Jakarta: EGC.

  Kebidanan

  Zuraidah, Mas’ud. 2010. Faktor Risiko

  Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar , Universitas Hasanuddin: Tesis.