GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAW

GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Kep)

Oleh:

RISKA DWI SEPTIA

NIM 1113104000002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara I Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehtan universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain , maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juni 2017

Riska Dwi Septia

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM

PERAWAT DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

Telah Disetujui dan Diperiksa oleh Pembimbing Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh

Riska Dwi Septia NIM. 1113104000002

Pembimbing I Pembimbing II

Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep NIP. 19700122 200801 2 005

NIP. -

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:

Riska Dwi Septia NIM. 1113104000002

Pembimbing I Pembimbing II

Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep NIP. 19700122 200801 2 005

NIP. –

Penguji I

Penguji II

Karyadi S.Kp., M.Kep., PhD Jamaludin, S.Kp., M.Kep NIP. 19710903 200501 1 007

NIP. 19680522 200801 1 007

Penguji III

Penguji IV

Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep NIP. -

NIP. 19700122 200801 2 005

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI DENGAN JUDUL GAMBARAN KESEHATAN SPIRITUAL ISLAM PERAWAT DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

Telah disusun :

Riska Dwi Septia NIM. 1113104000002

Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc NIP. 19790210 200501 2 002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. H., Arif Sumantri, S.KM., M.Kes NIP. 196 50808 198803 1002

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NEGERI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Mei 2017 Riska Dwi Septia, NIM 1113104000002 Gambaran Kesehatan Spiritual Islam Perawat Di RSUD Kabupaten Tangerang xvi+ 78 halaman + 11 tabel + 2 bagan + 5 lampiran

ABSTRAK

Tingkat pemenuhan kebutuhan spiritual pasien oleh perawat masih rendah, dikarenakan perawat merasa kurang nyaman dengan spiritualitas pribadinya dan kurang menganggap penting kesehatan spiritual. Selain hal tersebut kesehatan spiritual perawat dirumah sakit umum belum pernah diteliti. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui gambaran kesehatan spiritual islam perawat. Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Sampel penelitian adalah 151 perawat di RSUD Kabupaten Tangerang, dengan cara proportionate stratifed random sampling. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki kesehatan spiritual tinggi sebesar (51,0%) dan yang memiliki kesehatan spiritual rendah sebesar (49,0%). Kesehatan spiritual berdasarkan komponennya, menunjukkan responden memiliki kesejahteraan spiritual tinggi sebesar (60,3 %) dan kesejahteraan spiritual rendah sebesar (39,7%), lokus kontrol spiritual tinggi sebesar (51,0%) dan lokus kontrol spiritual rendah sebesar (49,0%), serta pengalaman spiritual tinggi sebesar (53,0%) dan pengalaman spiritual rendah sebesar (47,0%). Kesimpulan : tingkat kesehatan spiritual perawat di ruang rawat inap RSUD Kabupaten Tangerang sebagian sudah termasuk dalam kategori tinggi. Saran: dapat dijadikan masukan untuk perawat agar lebih memperhatikan serta meningkatkan kesehatan spiritual, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien.

kata kunci : kesehatan spiritual, kesejahteraan spiritual, lokus kontrol, pengalaman spiritual, perawat

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduate Thesis, Mei 2017 Riska Dwi Septia, NIM 1113104000002 Description Nurse’s Spiritual Health Islam At RSUD Kabupaten

Tangerang xvi+ 78 page + 11 table + 2 chart + 5 attachement

ABSTRACK

The patient's level of spiritual fulfillment by nurses is still low, because the nurse feels uncomfortable with her personal spirituality and lacks important spiritual health. In addition, the spiritual health nurses at public hospitals has never been researched. The purpose of this research is to know in the description of the Islamic spiritual health nurses. The method of this research is quantitative research with descriptive design. The research sample is 151 nurses at the RSUD Kabupaten Tangerang, by means of proportionate stratifed random sampling. The results showed respondents have high spiritual health registration (51.0%) and has a low of spiritual health (49.0%). Spiritual health based on its components, showed respondents have high spiritual well-being of (60.3%) and a low of spiritual well-being (39.7%), high spiritual control of locus (51.0%) and a low of spiritual locus of control (49.0%), as well as high of spiritual experience (53.0%) and a low of spiritual experience (47.0%). Conclusion: the nurse in patient care unit RSUD Kabupaten Tangerang have a high spiritual health. Suggestions: it can be used as suggestion for nurses to observed and improve a spiritual health, it’s to improve the quality of health service given to patients.

Keywords : spiritual health, spiritual well-being, locus-control, spiritual experience, nurse

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Riska Dwi Septia

Tempat Tanggal Lahir : Gumaawang, 27 September 1994 Agama

: Islam

Status

: Belum menikah

Alamat : Tugu Harum 003/001, Belitang Madang Raya, OKU TIMUR Telepon

E-Mail : riskadwiseptia29@gmail.com Riwayat Pendidikan

1. TK Aisyah : 2000 - 2001

2. SDN 1 GUMAWANG : 2001 - 2007

3. SMPN 1 BELITANG : 2007 - 2010

4. SMAN 1 BELITANG : 2010 - 2013

5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 - 2017 Riwayat Organisasi

1. Anggota NURTYDEMA : 2014-2015

2. MRI UIN Jakarta : 2015-2016

3. Anggota Klub Tari Tradisional : 2015-2016

4. DEMA FKIK : 2016-2017

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kesehatan Spiritual Islam Perawat Di RSUD Kabupaten Tangerang”. Shalawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada Rasul kita

Muhammad SAW. Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan serta tantangan yang peneliti jumpai, namun berkat rahmat dan hidayah-Nya serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar –besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep dan ibu Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah 3. Ibu Ita Yuanita, S,Kp, M.Kep dan ibu Dwi Setiowati, S.Kep, Ns, M.kep selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah

4. Ibu Yenita Agus, SKp., Mkep., Sp.Mat., PhD selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberi motivasi dan masukan selama proses perkuliahan.

5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) maupun dosen tamu yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya selama perkuliahan.

6. Kedua Orang tua saya, ayahanda Arbain dan ibunda Sri Mulyati yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih saya ng tiada tara, mendo’akan keberhasilan, serta memberikan bantuan baik moril maupun materiil tak terhingga kepada saya. Tak lupa, kakakku Dicky Beri Pratama, Indah Putri Lestari dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat tanpa henti dan putus asa.

7. Awang setiawan Ns. Amd.yang selalu memberikan dukungan, motivasi, saran serta doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

8. Sahabat-sahabat terbaik Ashri nabilah putrie, Santi Puspitasari, Aulia Rahma, Sabrina Salsabila, Lisnani Hamidah, Asmawati Mulya, yang selalu menyemangati, menghibur, membantu serta memberi referensi terbaik bagi penelitian ini.

9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2013 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Trimaksih atas motivasi, semangat, nasehat,serta kebersamaan yang telah diberikan selama pembelajaran kuliah maupun dalam proses kegiatan lainnya.

Sangat besar harapan saya proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.. Oleh karena itu penulis berharap adanya kritik serta saran yang membangun dari semua pihak. Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang tak terhingga oleh Allah SWT. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Januari 2017

Peneliti

DAFTAR SINGKATAN

UIN : Universitas Islam Negeri WHO

: World Health Organization STK

: Spiritualitas Ditempat Kerja RSUD

: Rumah Sakit Umum Daerah ILO

: International Labour Organization SIR

: Sistem Informasi Rumah Sakit BUK

: Bina Upaya Kesehatan

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 : Kerangka Teori 43 Bagan 3.1 : Kerangka Konsep 44

DAFTAR TABEL

Halaman Table 2.1 Perbandingan Religi dan Spiritualitas

11 Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Spiritual

11 Table 2.3 Karakteristik Spiritualitas

16 Tabel 2.4 Indikator Kesehatan Spiritual

21 Tabel 3.1 Definisi Operasional

46 Tabel 4.1 Jumlah Sampek Peruangan

50 Tabel 4.2 Kisi- Kisi Kuisoner Penelitian

52 Tabel 4.3 Skor Perhitungan Statistik Kesehatan Spiritual Islam dan

57 Komponennya Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Demografi

62 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesehata

63 Spiritual Dan Komponennya Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi dan

64 Kesehatan Spiritual Islam

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 Kuisoner Penelitian Lampiran 3 Hasil Olah Data Statistik Komputer Lampiran 4 Validitas Dan Reliabilitas Kuisoner Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Judgement Expert

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan yang merupakan tempat penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu tim multidisiplin termasuk tenaga perawat. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang profesional, dimana perawat memiliki peranan yang paling besar sebagai pemberi asuhan keperawatan yang bersifat humanistik, caring dan holistik. Asuhan keperawatan secara holistik yang dimaksud adalah peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial / kultural dan spiritual yang utuh dan unik (Potter & Perry, 2013).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan seseorang yang dikatakan sehat harus memenuhi empat unsur kesehatan yaitu, aspek fisik, psikis, sosial dan spiritual (Potter & Perry, 2013). Aspek spiritual merupakan salah satu faktor penting dalam kesehatan seseorang, namun masih seringkali diabaikan dalam pemenuhannya. Oleh sebab itu pemenuhan kebutuhan spiritual dan emosional dari pasien merupakan tugas dari perawat. Pemenuhan asuhan spiritual secara holistik dengan pemahaman yang terbuka dan hubungan baik dengan orang lain dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki spiritualitas yang tinggi. Studi yang dilakukan oleh Hamid (2008) dan Dehghaninejad (2015) mengatakan bahwa kesejahteraan spiritual perawat berhubungan dengan kualitas kinerja dan Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan seseorang yang dikatakan sehat harus memenuhi empat unsur kesehatan yaitu, aspek fisik, psikis, sosial dan spiritual (Potter & Perry, 2013). Aspek spiritual merupakan salah satu faktor penting dalam kesehatan seseorang, namun masih seringkali diabaikan dalam pemenuhannya. Oleh sebab itu pemenuhan kebutuhan spiritual dan emosional dari pasien merupakan tugas dari perawat. Pemenuhan asuhan spiritual secara holistik dengan pemahaman yang terbuka dan hubungan baik dengan orang lain dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki spiritualitas yang tinggi. Studi yang dilakukan oleh Hamid (2008) dan Dehghaninejad (2015) mengatakan bahwa kesejahteraan spiritual perawat berhubungan dengan kualitas kinerja dan

Spiritualitas menurut Mickley ET all dalam Potter & Perry, (2013) yaitu suatu yang bersifat multidimensi, yang terdiri dari dimensi ekstensial dan dimensi agama. Dimensi ekstensial berfokus pada tujuan dan arti dari kehidupan, sedangkan dimensi agama berfokus terhadap hubungan individu dengan Tuhannya. Farran et al. (1989) dalam Potter & Perry (2013), menyampaikan bahwa komitmen tertinggi dari individu yang merupakan suatu prinsip yang komprehensif dari perintah, atau nilai final yaitu argumen yang sangat kuat yang diberikan untuk pilihan dalam hidup kita. Makna spiritualitas sendiri dipengaruhi oleh kultur, perkembangan, pengalaman hidup, dan ide- ide mereka tentang hidup (Potter & Perry, 2013). Karakteristik pada spiritualitas yaitu pencarian makna dan tujuan hidup seseorang, hubungan, serta transendensi. Pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan suatu hal penting dalam mencapai suatu kualitas hidup seseorang. Sebagai seorang perawat yang memiliki tugas dalam pemenuhan kebutuhan fisik, sosial, emosional serta spiritual pasien, tentunya akan menimbulkan suatu krisis dan stres bagi perawat di tempat kerja. Studi yang dilakukan oleh (Suhonen et al, 2012 dalam Azarsa et al., 2015) menunjukkan bahwa situasi krisis pasien dan pemenuhan asuhan secara holistik terhadap pasien adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap kesehatan spiritual perawat, serta menyebabkan kepuasan hidup perawat yang rendah (Azarsa et al., 2015).

Kesehatan spiritual atau kesejahteraan spiritual menurut (Hungelmann et all, 1985 dalam Potter & Perry, 2013) adalah suatu rasa keharmonisan dimana Kesehatan spiritual atau kesejahteraan spiritual menurut (Hungelmann et all, 1985 dalam Potter & Perry, 2013) adalah suatu rasa keharmonisan dimana

Kesehatan spiritual dalam prespektif islam dapat dimanifestasikan dengan adanya hubungan keterkaitan individu dengan Allah sebagai dimensi vertikal dan hubungan keterkaitan individu dengan mahluk hidup lainnya sebagai dimensi horizontal. Namun saat ini hubungan dengan Allah, diri sendiri dan orang lain diarah yang sama, hubungan dengan diri dan orang lain menjadi tindakan spiritual ketika dikaitkan dengan perintah Allah. Beberapa tanda sehat spiritual dalam pandangan islam yaitu; rasa cinta terhadap Allah, hidup berdasarkan tugas, rasionalitas agama, percaya kehidupan setelah kematian, kenyamanan, serta keseimbangan psikologis. Perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan harus dapat menjadi role model peran spiritual bagi kliennya. Perawat yang sehat spiritualnya akan mempunyai pegangan terhadap keyakinan spiritual yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai berhubungan, dan pengampunan. Taylor (1997) dalam Hamid, (2008) menyatakan perawat yang sehat spiritual akan mempunyai pegangan

terhadap spiritual dalam mendapatkan arti hidup, meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri sendiri, menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang lain meskipun berbeda dengan keyakinan spiritual perawat tersebut, serta menunjukkan perasaan damai, kekuatan batin, kehangatan, keceriaan, kreativitas dalam berinteraksi dengan orang lain, serta memiliki perilaku yang caring (Hamid, 2008). Ketika perawat sehat secara spiritual akan menyebabkan tingginya kualitas kerja mereka dan penerimaan mereka terhadap situasi dan suatu keterbatasan tertentu, sehingga mereka akan bekerja dengan maksimal. Perawat yang sehat spiritualnya juga akan memiliki sikap yang ihklas, memiliki tujuan hidup, empati serta caring terhadap orang lain. Penelitian Rudolfsson, & Barbosa, (2014) didapatkan bahwa konsep spiritualitas dan caring memiliki arti yang sama, dan jelas bahwa spiritualitas dan spiritual dalam konteks keperawatan berkaitan erat dengan konsep caring.

Sebagai salah satu profesi yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam memberikan perawatan terhadap pasien akan berakibat terhadap kelelahan fisik, stres dan tekanan psikologis pada tugas. Ketika seorang perawat tidak sehat secara spiritual, akan menyebabkan ketidakmampuan perawat dalam mengatasi kelelahan dan tuntutan kerja, yang dapat memperbesar resiko burnout. Tingginya tingkat burnout akan berdampak terhadap turnover intention perawat. Dalam penelitian Budiono (2010) didapatkan bahwa spiritualitas ditempat kerja, perawat dirumah sakit islam Unisma Malang termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai 4,06, semakin tinginya spiritualitas seseorang ditempat kerja, maka semakin tinggi komitmen organisasional yang akan menurunkan tingkat turnover intention

(Budiono & Alamsyah, 2014). Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mulyono (2010) menyebutkan bahwa pengalaman spiritual yang diperoleh perawat yang terfasilitasi di STK (Tingkat Spiritualitas Ditempat Kerja) dapat memberikan dampak positif bagi dirinya dan menimbulkan kepercayaan terhadap organisasi di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap (Mulyono, 2010) .

Berdasarkan studi literatur serta observasi yang dilakukan peneliti, belum dipenuhinya kebutuhan spiritual pasien oleh perawat di RSUD Kabupaten Tangerang, menurut Hamid (2008) alasan perawat tidak memberikan asuhan keperawatan spiritual karena perawat merasa kurang nyaman dengan spiritualitas pribadinya, serta kurang menganggap penting kebutuhan spiritual pasien. Selain hal tersebut juga penelitian yang berkaitan dengan gambaran kesehatan spiritualitas saat ini baru diteliti di rumah sakit islam. Penelitian yang dilakukan oleh Cipta, (2015) didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai kesehatan spiritual yang tinggi yaitu sebesar 76%, sedangkan penelitian untuk mengetahui gambaran kesehatan spiritual perawat dirumah sakit umum belum dilakukan. Dari uraian di atas peneliti ingin mengetahui gambaran kesehatan spiritual islam perawat di RSUD Kabupaten Tanggerang yang termasuk salah satu rumah sakit yang bukan berbasis islam.

B. Rumusan Masalah Peran perawat sebagai tenaga profesional adalah memberikan asuhan keperawatan secara holistik. Pemenuhan asuhan secara holistik dan situasi krisis pasien dapat berpengaruh terhadap kesehatan spiritual perawat, serta dapat B. Rumusan Masalah Peran perawat sebagai tenaga profesional adalah memberikan asuhan keperawatan secara holistik. Pemenuhan asuhan secara holistik dan situasi krisis pasien dapat berpengaruh terhadap kesehatan spiritual perawat, serta dapat

Penelitian yang dilakukan oleh Cipta dengan judul “Gambaran Kesehatan Spiritual Perawat Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Al- Islam Bandung” didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai kesehatan spiritual yang tinggi yaitu sebesar 76%. Penelitian terkait gambaran kesehatan spiritual perawat baru dilakukan dirumah sakit islam, sedangkan di rumah sakit umum belum dilakukan penelitian. Perawat sebagai salah satu profesi yang lebih banyak menghabiskan waktu dalam memberikan perawatan terhadap pasien, akan berakibat pada kelelahan fisik, stres dan tekanan psikologis pada tugas yang akan memperbesar resiko burnout perawat. Tingginya tingkat burnout akan berdampak terhadap turnover intention perawat. Ketika seorang perawat sehat secara spiritual akan menyebabkan tingginya kualitas kerja mereka, menerima setiap situasi dan keterbatasan tertentu, sehingga mereka akan bekerja dengan maksimal. Perawat yang sehat secara spiritual juga akan memiliki sikap yang ihklas, memiliki tujuan hidup, serta memiliki rasa empati serta caring terhadap orang lain. Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran kesehatan spiritual islam perawat, dan faktor - faktor yang mempengaruhi kesehatan spiritual islam perawat di rumah sakit umum yang tidak berbasis islam khususnya di RSUD Kabupaten Tanggerang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tanggerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja).

b. Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di RSUD Kabupaten Tanggerang.

c. Mengetahui gambaran kesehatan spiritual Islam perawat di RSUD Kabupaten Tanggerang melalui tiga komponen yaitu: kesejahteraan spiritual,pengalaman spiritual, lokus kontrol spiritual

d. Mengetahui distribusi proporsi kesehatan spiritual berdasarkan karakteristik responden

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkaya literatur yang berkaitan dengan spiritual ilmu. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan bagi perawat, sehingga dapat meningkatkan kesadaaran perawat dalam menjaga kesehatan spiritual mereka, serta menjadi bahan pertimbangan bagi institusi dalam memperhatikan kesehatan spiritual perawat dengan memberikaan suatu fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan spiritualitas.

E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan jenis penelitian kuantitatif deskriptif, dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisoner. Penelitian ini merupakan penelitian yang terkait dengan gambaran kesehatan spiritual perawat.. Penelitian akan dilakukan di rumah sakit umum kabupaten Tanggerang, dengan populasi yang akan diambil untuk penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruangan rawat inap.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Spiritualitas

1. Spiritualitas Spiritualitas adalah suatu satu kesatuan tema yang ada didalam hidup kita dan merupakan suatu keadaan hidup. Farran et al, (1989) dalam Potter Parry (2013) mengatakan bahwa spiritual merupakan suatu komitmen tertinggi individu, dan merupakan prinsip yang paling komprehensif dari perintah atau suatu nilai final yaitu argumen yang sangat kuat yang diberikan dalam hidup kita. Watson (1999) menggambarkan bahwa spiritualitas merupakan milik manusia yang memungkinkan kesadaran diri, meningkatkan kesadaran, dan memberikan kekuatan untuk melampaui diri dari biasanya (Chan, 2010). Mickley et al (1992) dalam Hamid (2008) mengatakan bahwa spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama, dimana dimensi eksistensial lebih berfokus terhadap tujuan dan arti dari kehidupan,sedangkan dimensi agama lebih memandang pada hubungan seseorang dengan tuhan yang maha esa (Hamid, 2008).

Spiritualitas adalah suatu yang multidimensi yang mengacu kepada hubungan seseorang terhadap dirinya sendiri, dan berhubungan dengan orang lain, serta hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi atau Tuhannya. Spiritualitas dapat membantu seseorang dalam menentukan makna hidup dan tujuan hidup mereka DeLaune (2011). Frankl (1985) dalam DeLaune (2011) menekankan bahwa kebutuhan akan makna merupakan kekuatan utama dalam kehidupan Spiritualitas adalah suatu yang multidimensi yang mengacu kepada hubungan seseorang terhadap dirinya sendiri, dan berhubungan dengan orang lain, serta hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi atau Tuhannya. Spiritualitas dapat membantu seseorang dalam menentukan makna hidup dan tujuan hidup mereka DeLaune (2011). Frankl (1985) dalam DeLaune (2011) menekankan bahwa kebutuhan akan makna merupakan kekuatan utama dalam kehidupan

Banyak orang yang mengalami kesulitan dalam membedakan spiritualitas dengan realigi. Kedua istilah berikut pastinya memiliki hubungan dimana seseorang mengikuti suatu ritual atau praktik keagamaannya tentunya untuk mengekspresikan spiritualitasnya, namun kedua istilah tersebut tidak sama. Keyakinan spiritual merupakan suatu upaya seseorang dalam memahami tempat seseorang didalam kehidupan, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya dalam hubungannya dengan sesuatu yang lebih tinggi, diri sendiri, orang lain dan lingkungan secara menyeluruh. Seda ngkan religi berkaitan dengan “keadaan melakukan” atau suatu sistem yang berkaitan dengan bentuk ibadah tertentu. Emblem (1992) dalam Potter Perry (2013) mendefinisikan religi merupakan suatu sistem keyakinan dan ibadah yang terorganisasi serta memiliki suatu aturan-aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari untuk secara jelas menunjukkan spiritualitas mereka (Potter & Perry, 2013). Perbandingan spiritualitas dan agama dapat dilihat di tabel 2.1.

Tabel 2.1

Perbandingan antara Religi Dan Spiritualitas

Religi

Spiritualitas

a) Sesuatu didalam spiritualitas

Universal

b) Golongan agama

umum

c) Kebiasaan ritual

secara spontan

d) Kognitif

affectiv

e) Bersifat umum

private

Sumber : DeLaune & Ladner, (2011)

2. Tahapan Perkembangan Spiritual Proses perkembangan manusia tidak hanya terjadi perkembangan secara fisik, kognitif, moral, namun mereka juga mengalami perkembangan spiritual. Westerhoff (1976) dalam Berman (2008) menjelaskan bahwa spiritualitas mengalami perkembangan yang sebelumnya cara berprilaku, kepercayaan masih dipandu oleh orang tua dan orang lain selama masih bayi dan anak-anak dan ketika mereka dewasa, keyakinan yang dimiliki akan berfungsi sebagai petunjuk untuk melakukan sesuatu tindakan. Fowler membagi perkembangan spiritual ini kedalam bebrapa tahapan dengan masing - masing karakteristiknya seperti yang terdapat didalam tabel 2.2 (Kozier, Barbara J. Berman, 2008).

Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Spiritual

Tahap perkembangan

Karakteristik  Neonatus dan balita memperoleh dasar-dasar spiritual dari rasa percaya, kebersamaan, 0-3 Tahun

keberanian, serta rasa cinta dan kasih sayang. Transisi ketahap berikutnya dimulai ketika pemikiran dan bahasa anak sudah dapat memungkinkan menggunakan simbol-simbol

Anak masa pra- sekolah (3-7  Merupakan fase fantasi, meniru dimana anak tahun )

dapat dipengaruhi oleh contoh- contoh,suasana hati dan tindakan

Tahap perkembangan

Karakteristik  Anak dapat menghubungkan antara intuisi

dengan kondisi terakhirnya melalui cerita- cerita,gambar dan perasaan serta menjadikan suatu keyakinan sebagai bentuk kejadian yang nyata (misalnya : santa claus, dan tuhan merupakan kakeknya yang berada dilangit)

 Anak sudah dapat menggunakan konsep secara abstrak atau fantasi untuk menggambarkan spirituallitas meraka serta anak sudah dapat

Anak usia sekolah (7 – 12 berfikir konkrit untuk menuntut bukti. tahun)

 Anak sudah dapat menerima cerita dan arti dari keyakinan, anak dapat diajak diskusi tentang

apa keyakinan mereka dan mengevaluasi pikiran.

 Sudah menegtahui arti dan tujuan hidup,

dapat berkembang dan memcobanya dalam kehidupan meraka serta Remaja

kepercayaan

dapat membantu pemahaman mereka tentang lingkungan.

keyakinan

spiritual

 Menguji nilai kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya.  Umumnya kepercayaan mereka sesuai dengan kepercayaan orang-orang yang ada di sekitar

mereka.  Sudah mampu mengetahui identitas diri dan dapat membedakan pandangan dunia, serta Dewasa muda (18 – 25 tahun)

mengembangkan agama dan kepercayaan secara personal sebagai simbol agama dan keimanan.

 Pada usia ini seseorang sudah mampu membedakan sesuatu yang salah dan benar, Dewasa pertengahan (25 – 38

sudah memiliki rencana kehidupan, dan tahun)

mengevaluasi kejadian terdahulu terhadap kepercayaan dan nilai spiritualitasnya.

 Pada tahap ini seseorang mengintropeksi diri Dewas akhir (38 – 65 tahun)

dan nilai spiritualitasnya  Mulai membayangkan dan mempersiapkan Lanjut usia ( 65 tahun sampai

kematian, menurut Heber (1987) bahwa meninggal)

seseorang yang spiritualitasnya baik dapat melanjutkan kehidupannya secara baik pula, serta dapat mmenerima kehidupan dan tidak takut mati, sedangkan bagi seseorang yang spiritualitasnya tidak baik menunjukkan kurangnya tujuan hidup, tidak dicintai, dan takut mati

Sumber : (Fowler, 1981 dalam Kozier, Barbara J & Berman 2008).

3. Konsep Yang Berhubungan Dengan Spiritual Kozier dkk (2008) menyebutkan karena spiritualitas merupakan suatu refleksi dari pengalaman batin yang diekspresikan secara personal atau individual maka spiritualitas dapat banyak mempresentasikan berbagai aspek yang berada didalam manusia, diantaranya adalah agama, iman, harapan, transendensi dan pengampunan. Konsep yang berkaitan tersebut akan diuraikan secara singkat sebagai berikut:

a. Agama Agama merupakan suatu sistem dari keyakinan dan praktik - praktik ritual yang terorganisir. Agama merupakan suatu cara dalam mengekspresikan nilai spiritual seseorang dengan memberikan panduan bagi individu yang mempercayainya dalam menanggapi pertanyaan dan tantangan kehidupan. Banyak praktik atau ritual keagamaan tradisional yang sering ditemukan diberbagai peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan seperti ritual kelahiran, perkawinan, penyakit, kematian, dll yang biasanya dipengaruhi oleh budaya, serta tradisi agama dapat juga diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari seperti cara berpakaian, makan, interaksi sosial, menstrusi dan hubungan seksual. Perkembangan agama dapat sejajar atau mungkin tidak sejajar dengan pengembangan spiritual. misalnya, seseorang yang mungkin mengikuti praktik- praktik keagamaan tertentu namun tidak dapat mengambil makna simbolik di balik praktik tersebut (Mahmoodishan, Alhani, Ahmadi, & Kazemnejad, 2010).

b. Keimanan (Faith) Kozier (2008) menyebutkan iman adalah percaya atau memiliki komitmen

terhadap sesuatu atau seseorang. Fowler (1981) menggambarkan bahwa keimanan dapat ada pada individu yang beragama maupun tidak. Iman kadang-kadang melibatkan kepercayaan terhadap zat yang lebih tinggi kekuasaannya seperti Allah umtuk memberi tujuan dan makna dalam kehidupan (Potter & Patricia., 2009). Keimanan dapat memberikan arti hidup, memberikan kekuatan terhadap seseorang yang mengalami kesulitan dalam hidupnya. Seseorang yang sedang sakit keimanan terhadap Allah yang berada didalam dirinya maupun dari dalam diri setiap tim kesehatan atau kombinasi dari keduanya akan memberikan kekuatan dan harapan. Iman seseorang akan menjadi lebih kuat ketika mereka memandang bahwa penyakit dan kesulitan yang ada sebagai kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik (Kozier, Barbara J & Berman, 2008).

c. Harapan Stephenson (1991), harapan merupakan suatu proses antisipasi terhadap sesuatu yang menyebabkan interaksi berpikir, bertindak, perasaan yang diarahkan untuk pemenuhan masa depan. Tidak adanya harapan seseorang akan menyerah, kehilangan semangat, dan kemungkinan penyakit bertambah parah (Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Harapan merupakan dasar dari kehidupan dan dimensi esensial terhadap keberhasilan dalam mengatasi keadaan saat sakit maupun kematian (Miler 2007 dalam Syam, 2010).

d. Trensendensi Merupakan presepsi individu tentang diri sendiri untuk melihat perspektif

yang lebih luas dari kehidupan dan keberadaannya. Trensendensi juga merupakan suatu pengakuan individu bahwa terdapat sesuatu yang lain yang lebih tinggi dari dirinya (Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Trensendensi memiliki sifat yang dinamis dimana pencarian terus menerus untuk mendapatkan pengayaan melalui keterhubungan. Dalam penelitian L chung 2007, mereka menggunakan istilah spiritualitas untuk menunjukkan inti terdalam dari kepribadian individu yang mencakup hubungan dengan diri sendiri, orang lain dan Tuhan (Chung, Wong, & Chan, 2007).

e. Pengampunan Konsep pengampunan mendapat perhatian yang lebih dari kalangan tenaga

kesehatan profesional. Bagi banyak klien yang sakit atau menderita kecacatan membawa rasa malu atau perasaan bersalah. Keadaan tersebut ditafsirkan sebagai suatu hukuman atas dosa- dosa di masa lalu. Klien yang akan menghadapi kematian akan mencari pengampunan dari orang lain serta dari Allah. Perawat memiliki peranan penting dalam membantu klien untuk memahami proses pengampunan dan penerimaan terhadap penyakitnya (Kozier, 2010).

4. Karakteristik Spiritual Karakteristik spiritualitas seseorang dapat dilihat dengan bagaimana seseorang berhubungan dengan dirinya sendiri, orang lain, lingkungan, serta dengan Tuhannya, lihat tabel 2.3 (DeLaune & Ladner, 2011).

Table 2.3 Karakteristik Spiritualitas

Karakteristik

Deskripsi

Hubungan dengan diri sendiri Memiliki pengetahuan diri (siapa dirinya) dan mengetahui kemampuan diri sendiri, serta memiliki sikap percaya diri.

Hubungan dengan orang lain Caring tehadap orang lain ketika meraka memerlukan bantuan Memiliki sikap berbagi

Hubungan dengan lingkungan

Melesatarikan alam Berkomunikasi dengan alam (contohnya: bertanam dan berjalan kaki)

Hubungan dengan Tuhan

Meditasi atau berdoa Berpartisipasi dalam ritual ibadah

Sumber : (DeLaune & Ladner, 2011). Penjelasan di atas dapat menyatakan secara ringkas bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya jika mampu:

a. Mengetahui makna dan arti personal yang positif tentang tujuan serta keberadaannya di dunia

b. Mengembangkan arti suatu masalah atau penderitaan dan dapat mengambil hikmah dari suatu kejadian tersebut

c. Menjalin hubungan positif, rasa percaya dan cinta teradap orang lain

serta mengembangkan hubungan dengan orang lain secara positif

d. Merasa diri berharga dan dapat membina integritas personal

e. Memiliki kehidupan yang terarah yang terlihat dari harapan (Hamid, 2008).

B. Konsep Kesehatan Spiritual

1. Definisi Kesehatan Spiritual Kesehatan spiritual adalah rasa harmonis atau saling keterikatan antara diri sendiri dengan orang lain, alam serta dengan kehidupan tertinggi. Seseorang dapat 1. Definisi Kesehatan Spiritual Kesehatan spiritual adalah rasa harmonis atau saling keterikatan antara diri sendiri dengan orang lain, alam serta dengan kehidupan tertinggi. Seseorang dapat

Sehat spiritual adalah suatu rasa keharmonisan antara diri dengan orang lain, alam, dan kekuatan yang tertinggi (Allah) (Kozier, Barbara J. Berman, 2008). Thomas (1999) dalam Amirsyam (2010) sehat spiritual merupakan suatu kemampuan individu dalam membangun spiritualnya sehingga penuh dengan potensi dan kemampuan untuk mengetahui tujuan hidup, belajar mencintai orang lain, kasih sayang, kedamaian, kesejahteraan, serta dapat membantu diri sendiri dan orang lain untuk dapat menerima potensi tertinggi yang dimiliki (Syam, 2010). Seseorang dilahirkan dalam keadaan spiritual yang sehat, dan kemuadian mereka akan diajarkan religiusitas yang nantinya akan menentukan bagaimana tingkat spiritualitas seseorang (Memaryan, Rassouli, & Mehrabi, 2016).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Spiritual Faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan spiritual seseorang menurut Ruth

(2009) adalah budaya, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, krisis, isu moral dan pemisahan dapat mempengaruhi perubahan kesehatan spiritual seseorang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan spiritual menurut Hamid (2008) (2009) adalah budaya, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, krisis, isu moral dan pemisahan dapat mempengaruhi perubahan kesehatan spiritual seseorang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan spiritual menurut Hamid (2008)

a. Budaya (Ruth, 2009) Latar belakang sosial budaya seseorang akan mempengaruhi keyakinan,

sikap dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang akan mengikuti dan mempelajari tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak akan belajar pentingnya melaksanakan kegiatan keagamaan, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga serta peran dalam berbagai bentuk kegiatan keagaman. Apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut seseorang, tetap saja pengalaman spiritual merupakan hal yang unik bagi tiap individu. Namun tidak semua orang akan mengikuti tradisi spiritual dan agama dari keluarga asal meraka.

b. Jenis Kelamin Spiritual akan bergantung dengan kepercayaan masyarakat dan kelompok

agama terhadap ajaran tentang jenis kelamin atau perilaku yang diharapkan untuk pria dan wanita. Sebagai contoh, islam memerintahkan wanita untuk menutup auratnya. Dalam beberapa kasus yang menjadi pemimpin spiritual selalu laki-laki.

c. Pengalaman Hidup Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi

tingkat spiritualitas seseorang dan hal tersebut juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan pengalaman tersebut secara spiritual. Peristriwa yang terjadi dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan tingkat spiritualitas seseorang dan hal tersebut juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan pengalaman tersebut secara spiritual. Peristriwa yang terjadi dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan

d. Krisis Dan Perubahan Krisis dan perubahan dapat menguatkan tingkat spiritualitas seseorang.

Krisis spiritual sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada klien yang mengalami penyakit terminal atau prognosis yang buruk. Perubahan kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan suatu pengalaman spiritual.

e. Terpisah Dari Ikatan Spiritual Klien yang menderita sakit, klien yang dirawat dirumah sakit atau dipanti

jompo sering membuat seseorang merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan dukungan sosial. Klien mungkin merasa tidak aman dan merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan berubahnya kebiasaan hidup sehari-hari. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat berisiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.

f. Isu Moral Terkait Dengan Terapi Kebanyakan agama, proses penyembuhan penyakit dianggap merupakan sebagai cara Tuhan dalam menunjukkan kebesarannya, meskipun tidak sedikit yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur dalam dunia medis sering f. Isu Moral Terkait Dengan Terapi Kebanyakan agama, proses penyembuhan penyakit dianggap merupakan sebagai cara Tuhan dalam menunjukkan kebesarannya, meskipun tidak sedikit yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur dalam dunia medis sering

g. Asuhan keperawatan yang tidak sesuai Perawat diharapkan peka dan mengerti kebutuhan spiritual klien ketika

memberikan asuhan keperawatan, namun pada praktiknya perawat justru menghindar dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual, alasannya perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya pribadi, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual klien, tidak memiliki atau tidak mendapatkan pendidikan spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukanlah tugasnya, namun merupakan tanggung jawab dari pemuka agama. Isu yang mungkin timbul antara perawat dan klien dalam memberiakan asuhan spiritual, antara lain:

1) Pluralisme: klien dan perawat menganut kepercayaan dan iman yang berbeda dengan penerimaan terhadap kepercayaan yang berbeda.

2) Fear: ketidakmampuan mengatasi situasi, merasa melanggar privasi klien, atau merasa bimbang atau tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan nilai yang ada didalam dirinya sendiri

3) Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang memberikan arti, tujuan, harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat

4) Bingung: bingung atau tidak dapat membedakan antara agama dan konsep spiritual.

h. Tahap Perkembangan Hamid (2008) menyatakan seorang anak seharusnya memiliki kemampuan

berpikir abstrak sebelum memahami spiritualitas yang ada didalam dirinya untuk mengeksplorasi hubungan dengan kekuatan yang paling tinggi. Berdasarkan penelitian hasil david heller terhadap anak - anak usia 4 sampai

12 tahun, dengan empat agama yang berbeda ditemukan mereka memiliki presepsi terhadap Tuhan dan kegiatan ibadah yang berbeda menurut usia, jenis kelamin, agama dan kepribadian anak. Anak-anak mendeskripsikan tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan saling terikat dengan

kehidupan, mempercayai tuhan terlibat dalam suatu perubahan,mempercayai tuhan memiliki kekuatan. Anak- anak yang dewasa, pengalaman hidup biasanya berpengaruh dengan kematangan keyakinan spiritual.

3. Indikator Kesehatan Spiritual Indikator seseorang dikatakan sehat spiritual menurut Kozier (2008) ditujukkan pada tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.4 Indikator Kesehatan Spiritual

a. Beriman b. Berharap

c. Memiliki makna dan tujuan hidup d. Perasaan damai

e. Kemampuan mencintai f. Kemampuan untuk memaafkan

g. Kemampuan untuk berdoa h. Kemampuan untuk ibadah

i. Memiliki pengalaman spiritual j. Melakukan kegiatan ibadah dan membaca ayat-ayat k. Berpartisipasi dalam meditasi i. Memiliki pengalaman spiritual j. Melakukan kegiatan ibadah dan membaca ayat-ayat k. Berpartisipasi dalam meditasi

keyakinan. Sumber : Kozier, barbara J. berman, (2008)

4. Kesehatan Spiritual dan Perawat Profesi keperawatan dibandingkan dengan tenga kesehatan lainnya, perawat lebih menghabiskan banyak waktu dengan pasien, mereka membantu pasien dalam menemukan makna hidup dan berusaha meningkatkan kesehatan mereka, membantu menyelesaikan krisis penyakit, hospitalisasi, dan kehilangan orang yang mereka cintai, perawat juga membantu meningkatkan hubungan pasien dengan Allah melalui nilai - nilai dan kualitas hidup (Mauk, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Abdollah Khorami-Markani (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kesehatan spiritual perawat dan presepsi mereka terhadap pemenuhan asuhan keperawatan spiritual terhadap pasien. Perawat yang bekerja pada ruangan onkologi memiliki kesehatan spiritual yang baik. Perawat menyatakan bahwa ketika bekerja pada ruangan onkologi mereka melihat dirinya lebih dekat dengan kematian, mereka bekerja tanpa memikirkan material yang didapatkan, dimana mereka mendapatkan kedamaian dalam bekerja (Markani, 2015).

Profesi keperawatan adalah profesi yang sangat identik dengan sikap caring. Profesi perawat memiliki fungsi yang tinggi terhadap kesehatan fisik, mental, spiritual kliennya Potter & Perry (2009). Perawat memberikan asuhan Profesi keperawatan adalah profesi yang sangat identik dengan sikap caring. Profesi perawat memiliki fungsi yang tinggi terhadap kesehatan fisik, mental, spiritual kliennya Potter & Perry (2009). Perawat memberikan asuhan

Banyaknya tuntutan pekerjaan perawat, serta meningkatnya kompleksitas perawatan kesehatan meyebabkan tidak sedikit perawat yang mengalami rasa frustasi, kelelahan dan kekecewaan terkait peran profesional. Figley (1995) dalam Mauk, (2004) mengidentifikasi penyebab kelelahan mencakup semua hal, tidak hanya melibatkan kelelahan fisik, tetapi juga kelelahan mental, sosial dan kelelahan spiritual. Perawat memberikan banyak energi dari waktu kewaktu, namun mereka tidak dapat mengembalikan keseimbangan energi pribadi mereka. Stres dan tekanan psikologis pada tugas dapat menyebabkan kelelahan sehingga beresiko untuk burnout. Sebaliknya, jika pengalaman menjadi perawat memberikan kepuasan, ketika perawat memiliki tujuan dalam memberikan asuhan keperawatan mereka akan mendapatkan rasa puas. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri mereka, memiki kekuatan, dan memiliki spiritualitas yang baik (Mauk, 2004).

5. Kegiatan Untuk Mencapai Kesejahteraan Spiritual Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kesejahteraan spiritual antara lain:

a. Mengikuti Pengajian/ Kegiatan Keagamaan Berpartisipasi dalam komunitas keagamaan dapat memberikan banyak

manfaat dan dapat memperkaya jiwa. Ritual ibadah menjadi sumber seseorang untuk mendapatkan kenyamanan.

b. Berdoa Berdoa, menghabiskan waktu sendirian untuk bermeditasi, adalah suatu

kegiatan atau latihan yang berguna. Seseorang dapat berdoa dengan doa yang sesederhana mungkin untuk meminta bantuan atau memohon rahman terhadap Allah.

c. Dukungan Spiritual Dukungan spiritual dapat datang dari berbagai bentuk, ada yang

mendapatkan dukungan spiritual dari suatu komunitas yang dijadwalkan secara rutin di mesjid. Cara lain yang sering digunakan seseorang untuk mendapat dukungan spiritual adalah mencari guru spiritual, atau pembimbing spiritual.

d. Energi spiritual yang dapat dari perawat Keperawatan merupakan suatu profesi yang mencakup seni dan bakat.

Seorang perawat harusnya dapat memberikan asuhan keperawatan spiritul terhadap klien, sehingga klien dapat menangkap atau mengambil energi spiritual dari perawat tersebut (Mauk, 2004).

6. Kesehatan Spiritual Dalam Islam Islam secara harfiah berarti “menyerah” dengan apapun kehendak Allah. Dalam ajaran islam yang terdapat didalam Al-Quran dan hadist, tidak ada perbedaan antara agama dan spiritualitas. Dalam konteks islam, tidak ada spiritualitas tanpa pengalaman dan praktik keagamaan; agama akan memberikan jalan spiritual untuk keselamatan dan jalan hidup seseorang. Seorang muslim akan merangkul Allah dan mencari makna, tujuan dan kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat (Abbas et al., 2016).

Kesehatan spiritual menurut Mesbah (2012) dalam Abbas et al., (2016) mengatakan bahwa kesehatan spiritual merupakan suatu situasi dengan beberapa tahapan yang berbeda, dimana pengetahuan, sikap dan kemampuan akan diaktualisasikan dalam semangat yang akan menyebabkan keterkaitan dengan Allah, diri sendiri, masyarakat dan alam. Shojaei (2011) menyatakan kesehatan spiritual yaitu suatu aktualisasi individu sebagai fitrah untuk terhubung secara kuat dengan Allah sehingga individu tersebut memiliki pribadi yang stabil, memiliki tujuan hidup, jujur, dan hubungan produktif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Kesehatan spiritual dalam islam merupakan serangkaian tindakan dan langkah-langkah yang diambil untuk mengembangkan jiwa sehingga seperti sifat sang pencipta (Allah).

7. Tanda Sehat Spiritual Islam Menurut (Abbas et al., 2016), mencintai sang pencipta (Allah), tugas berbasis kehidupan, agama yang rasional, psikologis yang seimbang, percaya terhadap 7. Tanda Sehat Spiritual Islam Menurut (Abbas et al., 2016), mencintai sang pencipta (Allah), tugas berbasis kehidupan, agama yang rasional, psikologis yang seimbang, percaya terhadap