PESERTA DIDIK DALAM PERSPEFTIF PENDIDIKA

PESERTA DIDIK DALAM PERSPEFTIF
PENDIDIKAN ISLAM
Makalah Ini Ditunjukkan Untuk Memenuhi Tugas
Pada Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
DISUSUN OLEH :
SUWANDI

: 0304162138

FANI HAJAR LUBIS

: 0304163210

Program Studi :
PBI-4/SEM: III
Dosen Pembimbing :
Mursal Aziz, M.Pd.I

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN

2017

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Konsep Dasar Pendidikan ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini dan juga terima kasih kepada bapak Mursal Aziz, M.Pd.I selaku
dosen pembimbing mata kuliah Islamic Education Science.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca,

Medan, 21 Oktober 2017


Penyusun

i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................... i
Daftar isi .................................................................................................... ii
Bab I

PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ...................................................................... 1

Bab II

PEMBAHASAN ....................................................................... 2
A. Pengertian Peserta Didik ....................................................... 2
B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik .............................. 3
C. Paradigma Peserta Didik ........................................................ 4

D. Aspek-aspek Peserta Didik ..................................................... 6
E. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik ................................................. 7
F. Etika Personal Peserta Didik .................................................. 8
G. Unsur-unsur Peserta Didik ..................................................... 9

Bab III

PENUTUP ................................................................................. 11
A. Kesimpulan ............................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................... 12

Daftar Pustaka .......................................................................................... 13

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia

menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia
tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem
pendidikan formal sekolah saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat
pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Dengan kata lain proses
perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya
tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga
tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Apa itu peserta didik ?
Apa itu definisi peserta didik dalam pendidikan Islam ?
Apa saja kebutuhan-kebutuhan peserta didik ?
Apa sajakah karakter peserta didik ?
Apa sajakah sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam ?


C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian Peserta Didik
2. Mengetahui Pengertian Peserta Didik Islam
3. Mengetahui Kebutuhan Peserta Didik
4. Mengetahui Karakter Peserta Didik
5. Mengetahui Sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam .

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik
Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah
jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran,
maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki
bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.

Barikut ini akan diuraikan pengertian peserta didik dari sudut pandang Pendidikan
Islam, yaitu:
a. Muta'allim
Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar.
Muta'allim erat kaitannya dengan mu'allim karena mu'allim adalah orang yang
mengajar, sedangkan muta'allim adalah orang yang diajar Kewajiban menuntut ilmu
atau belajar sesuai dengan dengan firman Allah swt. yang artinya: "Dan bertanyalah
kepada orang-orang yg berilmu jika kalian tdk mengetahui." Dan Sabda Rasulullah Saw
"Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan.
b. Mutarabbi
Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang
dipelihara. Defenisi Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik,
pengasuh. Sedangkan mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.
c. Muta'addib
Muta'addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yang
dididik untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta'addib juga berasal dari
muaddib yang artinya mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi, mutaaddib
adalah orang yang diberi pendidikan tentang tingkah laku.1

3

1

Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Perdana Muliana Sarana, 2011), h. 139-140

2

Anak didik adalah sasaran pendidikan. Pihak yang dididik, diarahkan, dipimpin dan
diberi anjuran-anjuran norma norma dan bermacam-macam llmu pengetahuan dan
keterampilan atau dikatakan juga pihak yang dihu- manisasikan. Anal adalah orang
yang senantiasa menga- lami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal.
Adapun perkembangan itu sendiri adalah perubahan yang terus menerus yang
menyangkut diri anak atau pe- dengan Pendidik dalam hal ini hendaklah selalu
memberikan bimbingan secara terartur memberikan perlindungan dan harus sabar serta
tekun dan juga memberikan bimbingan sesuai dengan perkem- bangan yang sedang
dialami oleh anak.2
B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik
Athiyah al-Abrasyis mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus
senantiasa dilakukan peserta didik adalah:
1. Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih dahulu
membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar-mengajar itu

merupakan ibadah dan ibadah harus dilakukan dengan hati yang bersih.
2. Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan berbagai
keutamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
3. Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun harus
meninggalkan keluarga dan tanah air.
4. Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang sebelum
menukar guru
5. Hendaklah menghormati guru, memuliakan, dan mengagung- kannya karena
Allah serta berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik
6. Jangan merepotkan guru, jangan berjalan di hadapannya jangan duduk di
tempat duduknya, dan jangan mulai bicara sebelum diizinkan guru.

4

2

Ashari, Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 85

7. Jangan membukakan rahasia kepada guru atau meminta guru membukakan
rahasia, dan jangan pula menipunya.

8. Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.
9. Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta di
10. Peserta didik haus terlebih dahulu memberi salam kepada guru dan mengurangi
percakapan di hadapan gurunya.
11. Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik di waktu senja
dan menjelang subuh atau di antara waktu Isya' dan makan sahur.
12. Bertekad untuk belajar seumur hidup. 3

C. Etika Peserta Didik Dalam Islam
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi perkembangan manusia. Etika
memberikan orientasi pada manusia bagaimana seseorang menjalani hidup ini. Etika
dapat diterapkan pada segala aspek atau sisi kehidupan kita, sehinga etika dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai etika manusianya.
Etika peserta didik adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan.
Dalam etika peserta didik, peserta didik memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh peserta didik. Dalam buku yang ditulis oleh Rama yulis , menurut Al-Ghozali ada
sebelas kewajiban peserta didik yaitu :
1. Belajar dengan niat ibadah dengan rangka taqorrub kepada Allah Swt, sehinga
dalam kehoidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya
dari akhlak yang rendah dan watak yang tercelah.

2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi daripada masalah ukhrowi.
3. Bersikap tawadhu’ dengan cara meninggalkan kepetingan pribadi untuk
kepentingan pendidikannya.

5
4. Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran
3

153-154

Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami (Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, 2008), h.

5. Belajar dengan carabertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah
menuju pelajaran yang sukar.
6. Belajar ilmu sampai tuntas sam[ai pada kemudian hari beralih pada ilmu yang
lainnya, sehinga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara
mendalam.
7. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
8. Memperioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi
9. Mengenal nilai-nilai prakmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang

dapat bermanfaat dalam kehidupan dunia akhirat.
10. Anak didik harus tunduk pada nasihat pendidik.
11. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk
duniawi.
D. Paradigma Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami
hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam
memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan.
Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah :
Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,
sehingga metode belajar mengajar trdak boleh disamakan dengan orang dewasa. Orang
dewasa tidak patut meng- eksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala
aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya Peserta didik
yang kehilangan dunianya, maka menjadikan ke hampaan hidup di kemudian hari.
Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan
kebutuhan itu semaksimal mungkin. Kebutuhan indi Abraham Maslow, terdapat lima
hierarki yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
(1) kebutuhan taraf dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik rasa aman dan
terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2) metakebutuhan-

6

metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri,
seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainy
Pemenuhan kebutuhan manusia memiliki tingkat kesulitan yang hierarkis. Kebutuhan
yang berada pada hierarki paling bawah akan mudah dicapai oleh semua manusia,
namun kebutuhan yang berada pada hierarki paling atas tidak semua dicapai oleh
manusia. Pe menuhan kebutuhan yang dapat mengakibatkan kepuasan hidup adalah
pemenuhan metakebutuhan, sebab pemenuhan kebutuhan ini untuk pertumbuhan yang
timbulnya dari luar diri (eksternal) Sedangkan, pemenuhan kebutuhan dasar hanya
diakibatka kurangan yang berasal dari dalam diri (internal Sekalipun demikian, masih
ada kebutuhan lain yang tidak terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan
akan transendensi kepada Than. Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak
dapat di jelaskan dengan kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab akhir dari
aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha dari Allah Swt.
Ketiga, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,
baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen
(ingkungan) yang meliputi segi jasmani, inteligensi, sosial, bakat, minat, dan
lingkungan yang mengaruhinya. Dalam teori psikologi, terdapat tiga bagian tentang
ividu: (1) seperti semua orang lain, yang karenanya perlu per lakuan pendidikan yang
sama satu dengan sejumlah orang lain, yang karenanya perlu perlakuan pend yang
berbeda antara anak yang umum (kecerdasannya rata-rata dengan yang khusus (sangat
cerdas/bodoh) (2) seperti tidak seorang lain pun, yang karenanya perlu perlakuan
pendidikan yang berbeda antara individu satu dengan yang lain.
Keempat, peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan
hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi peserta
didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa
dan karsa.
Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki
aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam

7

pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima,
mendengarkan saja.
Keenam, peserta didik mengikuti perioge periode perkembangan tertentu dan
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan irama nya. Implikasi dalam pendidikan
adalah bagaimana proses pen didikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo,
serta irama perkembangan peserta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat
ditentukan oleh usia atau periode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan
tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari
dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.4

E. Aspek-aspek Peserta Didik
Ada beberapa aspek peserta didik yang harus diperhatikan dalam pendidikan Islam,
diantaranya:
1. Potensi peserta didik yang harus diaktualisasikan, yaitu:
a. Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi yang berwujud insting atau naluri
yang melekat dan langsung berfungsi pada saat manusia dilahirkan di
muka bumi ini.
b. Hidayah Hissiyah yaitu potensi berupa kemampuan indrawi sebagai
penyempurnaan hidayah pertama.
c. Hidayah Aqliyah yaitu potensi akal sebagai penyempurnaan dari kedua
hidayah di atas, sehingga memiliki kemampuan berfikir dan berkreasi
menemukan ilmu pengetahuan.
d. Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama berupa keterangan tentang halhal yang menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang tertulis
dalam al-Quran and Sunnah.
e. Hidayah Taufi yaitu hidayah khusus yang diharapkan diberikan Allah
petunjuk yang lurus berupa hidayah dan taufiq agar manusia selalu
berada dalam an Allah. (Ramayu 2004: 102).

8

4

Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2010), h. 104-106

2. Kebutuhan peserta didik baik kebutuhan jasmani (primer) seperti makanan,
minum, seks, dan sebagainya. Kebutuhan rohani (sekunder) yang meliputi
kebutuhan kasih sayang, akan rasa aman, akan rasa harga diri, rasa bebas,
sukses

dan

kebutuhan

akan

sesuatu

kekuatan

pembimbingan

atau

pengendalian diri manusia.5
F. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik
Dalam upaya mencapai tujuan sifat-sifat yang baik didik hendaknya memili dan
menanam ideal yang dalam diri dan kepribadiannya.Di antara sifat-sifat keras atau perlu
dimiliki peserta didik misalnya berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki
motivasi yang tinggi, sabar, tabah tidak mudah putus asa, dan lain sebagainya..
Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam al-Ghazali, didik sebagaimana dikutip
Fatahiyah asan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki peserta
didik kepada 10 macam sifat, yaitu:
a. Belajar dengan niat ibadah dalam ran tagarrub ila Allah . Konsekuensi dari
sikap ini, peserta didik akan senantiasa dunia mensucikan diri dengan akhlaq al
karimahdalam kehidupan sehari-harinya, serta berupaya meninggalkan watak
dan akhlak yang rendah (tercela) sebagai refleksi atas Q.S. Al- Anaam/6:162 dan
Adz Dzaariyaat/5 1:56.
b. Mengurangi kecederungan pada kehidupan duniawi hidup dibanding ukhrawi
atau sebaliknya. Sifat yang ideal adalah manus menjadikan kedua dimensi
kehidupan (dunia akhirat sebagai alat yang integral untuk melaksanakan amanatNya, baik secara vertikal maupun horizontal.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati).
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
Dengan pendekatan ini, peserta didik akan melihat berbagai pertentangan dan
perbedaan pendapat sebagai sebuah dinamika yang bermanfaat untuk me
numbuhkan

wacana

intelektual,

bukan

sarana

saling

menuding

dan

mengganggap diri paling benar.

9
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum ama maupun agama.
5

Syafaruddin, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2016), h. 47-48

f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai ift ide pelajaran yang
mudah (konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu yang
fardhu ain menuju ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. Al Fathl48:19)
g. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
lainnya. Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu
pengetahuan secara mendalam.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari rrubiali.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, watak yaitu ilmu
pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, serta
memberi keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik untuk dirinya maupun atas
manusia pada umumnya.6
G. Etika Personal Peserta Didik
Pertama, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus
mensucikan hatinya dari berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah menerima
ilmu dan menghafalnya untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati
dalam menyerap ilmu sama halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk
ditanami.
Kedua, seorang peserta didik harus menghilangkan segala hal yang dapat
merintangi usahanya untuk menyempurnakan ijtihadnya dalam mendapat ilmu dan
selalu ridha dalammenerima kekurangan dalam hal pangan dan bersabar atas kesulitan
hidup. Pernyataan Imam al-Nawawi dipertegasnya dengan mengutip pernyataan Imam
syafi’i, “janganlah dianggap orang sukses dalam menuntut ilmu itu jika orang tersebut
memiliki fasilitas dan prestise yang tinggi tetapi yang disebut orang sukses dalam
menuntut ilmu itu adalah orang yang mencari ilmu dengan mengarahkan segala

10

6

Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 52-53

kemampuannya serta hidup dalam kesulitan dan mengikuti kehidupan para ulama. Ilmu
itu tidak dapat diperoleh kecuali dengan sabar dan kesusahan.”
Ketiga, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus
bersifat tawaduk kepada guru dan ilmu yang akan diterimanya, tunduk patuh kepada
gurunya dan ilmu yang diterimanya, tunduk patuh kepada gurunya dan mendiskusikan
segala persoalan dan meminta pendapatnya sebagaimana seorang pasien itu mematuhi
segala nasihat dokternya.7
H. Unsur-unsur Peserta Didik
Siswa dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti guru
untuk memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak yang dinamis
yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa
dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa yang
melaksanakan kehendak dan tujuannya kepada mereka. Dalam hal ini, Dewey
menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki potensi aktif. Membicarakan pendidikan
berarti membicarakan aktifitasnya, dan pemberian pembimbingan padanya. Seimbang
dengan kewajiban pendidikan untuk menyampaikan ajaran Islam, peserta didik harus
menuntut ilmu, membaca dengan nama Allah Swt. Orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan akan ditingfikan derajatnya oleh Allah Swt, sedangkan orang yang tidak
memanfaatkan karuia dari Allah Sw berupa panca indra dan kalbu atau otak untuk
berfikir, ibarat binatang ternak, bahkan lebih sesasat lagi.
Peserta didik dalam pandangan islam diarahkan pada sifat aktif, bukan pasif.
Islam menganjurkan peserta didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu alam dan
tentang manusia serta alam. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep
islami haruslah aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar, menerangkan, meneliti,
mencoba, menemukan, mengamalkan, dan menyebarluaskan aktivitasnya.

11

7

Asrul Daulay & Ja’far, Falsafah Pendidikan Islam (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 158

Dan sebagai sarana formal dari tiga komponen atau unsure dalam sistem pendidikan
islam tersebut dalam melibatkan unsur sekolah.8
Di Negara-negara Timur Tengah sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh
peserta didik. Orang india dahulu, mengangap guru itun sebagai orang suci dan sakti.
Agama islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama),
sehinga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan
hidup. 9
Seperti halnya pendidik, Ibn Khaldun juga tidak terlalu banyak mengemukakan
tentang peserta didik, padangan terhadap peserta didik tidak terlepas dari konsepsinya
tentang hakikat manusia. Ibn Khalid mangakui bahwa adanya perbedaan dari masingmasing peserta didik (individual different). Perbedaan tersebut tentunya dilatarbelakangi
oleh tingkat kemampuan berfikirnya, lingkungan geografisnya, kondisi mentalnya.10

8

Asegaf, Rahmat. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 113-

9

Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 39-40

114

10

h.108

Ramayulis, Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012),

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah
jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran,
maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki
bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan .
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami
hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam
memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan.
Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus mensucikan hatinya
dari berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah menerima ilmu dan
menghafalnya untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati dalam
menyerap ilmu sama halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk
ditanami. Siswa dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti
guru untuk memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak yang
dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa
putus asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa
yang melaksanakan kehendak dan tujuannya kepada mereka. Dalam hal ini, Dewey
menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki potensi aktif. Peserta didik dalam
pandangan islam diarahkan pada sifat aktif, bukan pasif. Islam menganjurkan peserta
didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu alam dan tentang manusia serta alam.
Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep islami haruslah aktif dan
dinamis dalam berfikir, belajar, menerangkan, meneliti, mencoba, menemukan,
mengamalkan, dan menyebarluaskan aktivitasnya. Dan sebagai sarana formal dari tiga
komponen atau unsure dalam sistem pendidikan islam tersebut dalam melibatkan unsure
sekolah

12

B. Saan
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mdahan dapat bermanfaat bagi kita
semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah AWT, dan yang buruk
datangnya dari kami sebagai hambanya. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh
dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi. Jadi kami harapkan
saran dan juga kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya .

13

DAFTAR PUSTAKA

Salminawati. 201. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Perdana Muliana
Sarana.
Hafi Ashari. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional.
Al Rasyidin. 2008. Falsafah Pendidikan Islami, Bandung: Cipta Pustaka
Media Perintis.
Suyanto. 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Karisma Putra Utama.
Syafaruddin, dkk. 2016. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka
Utama.
Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
Asrul Daulay & Ja’far. 2016. Falsafah Pendidikan Islam, Medan: Perdana
Publishing
Rahmat

Asegaf.

2011.

Filsafat

Pendidikan

Islam,

Jakarta:

PT

RajaGrafindo Persada.
Zakiah Darajat, dkk. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis. 2012. Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun , Jakarta:
PT Rineka Cipta.

14

Buku-buku Rujukan