POLITIK DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM K

POLITIK DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM: KURIKULUM 2013
(Revisi)

MAKALAH
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Politik dan Kebijakan Pendidikan di
Indonesia
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Hamruni, M.Si

Oleh:
Triyono
1420411116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014

A. Pendahuluan1
Mungkin sering kita dengar dan sudah menjadi bahan perbincangan umum
jika pemerintahan baru, kurikulum pendidikan juga baru. Sudah berkali-kali

kita gonta-ganti kurikulum. Sebagian memandang ini sebuah upaya yang
boros, mengada-ada bahkan dikesankan hanya sebagai proyek untuk
menghabiskan anggaran saja. Pandangan ini akhirnya memberikan stempel
miring kepada perubahan kurikulum. Bagi mereka yang bergelut dalam dunia
pendidikan, merasakan betapa capeknya mengikuti perubahan-perubahan
kurikulum yang terjadi. Tapi, itulah fakta bahwa kurikulum pendidikan itu
bagian dari politik.
Disuatu sisi, kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat
pendidikannya. Karena di dalam pendidikan terjadi proses perubahan pola
pikir yang nanti akan melahirkan pola sikap dari obyek pendidikan tersebut.
Kita lihat sistem pendidikan di Indonesia belum stabil. Hal ini dapat
dibuktikan dengan beberapa pergantian kurikulum pendidikan semenjak
kemerdekaan Indonesia. Sejarah mencatat,Indonesia sudah 9 kali melakukan
pergantian kurikulum. Mulai dari kurikulum 1947, 1952,1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004 (KBK), 2006 (KTSP), hingga Kurikulum 2013.
Menurut Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh, kurikulum 2013 adalah
jawaban untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia hadapi
perubahan dunia. Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan
Kurikulum 2013 adalah:
1) Perubahan proses pembelajaran dari siswa diberi tahu menjadi siswa

mencari tahu dan proses penilaian dari berbasis output menjadi berbasis
proses dan output memerlukan penambahan jam pelajaran
2) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran
KIPP dan MELTdi AS, Korea Selatan.
3) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di

Indonesia relatif lebih singkat.
1

http://www.academia.edu/4608321/
Arah_Kebijakan_Kurikulum_Masa_Depan_Analisis_Kebijakan_Kurikulum_2013_

Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung
dengan pembelajaran tutorial. Orientasi pengembangan kurikulum 2013
adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan,
dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan
menyenangkan. Perubahan yang paling berdasar adalah nantinya pendidikan
akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi. Jika kita melihat sekilas
perubahan-perubahan kurikulum seperti yang dipaparkan sebelumnya maka
kita dengan bangga akan berkata bahwa kurikulum2013 adalah suatu bentuk

inovasi pendidikan di tanah air.
Sebagian kalangan guru menilai proyek perubahan kurikulum 2013 ini
adalah adanya partai politik yang bermain dalam proyek kurikulum. Terlepas
dari itu semua Kebijakan yang dinilai sepihak ini mempunyai maksud untuk
waktu jangka panjang. Dari semua perkara di atas, hanya ada satu pertanyaan
yang paling mendasar yaitu : Mengapa perubahan kurikulum di Indonesia
dari periode ke periode hampir tidak pernah mampu menciptakan perbaikan
yang mendasar dan bersifat signifikan?. Oleh karena itu dalam makalah ini
akan dibahas terkait dengan kebijakan dan politik kurikulum 2013
B. Pembahasan2
KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang
kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut.
2

Permendikbud No 70 tahun 2013, hlm 4-9.

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga

kependidikan,

standar

sarana


dan

prasarana,

standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak
dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua
berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan
mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya
mencapai 70%.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang
melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar
tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan
berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi
akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan
tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern
seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, AsiaPacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area

(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan
ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,
dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam
studi International Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment
(PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang
dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain
banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak
terdapat dalam kurikulum Indonesia.

3. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai
berikut:
a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihanpilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi
yang sama;
b. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakatlingkungan alam, sumber/ media lainnya);
c. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
d. Pola

pembelajaran

pasif

menjadi

pembelajaran


aktif-mencari

(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains);
e. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
f. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;

g. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik;
h. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
i. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai
daftar Mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menegah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013

dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
a. tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
b. penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen

kepala

sekolah

sebagai

pimpinan

kependidikan

(educational leader); dan
c. penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
d. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan
materi yang relevan bagi peserta didik.
5. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a. mengembangkan keseimbangan

antara pengembangan sikap

spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik;
b. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan

apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
c. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
d. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
e. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang

dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran;
f. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
g. kompetensi

dasar

dikembangkan

didasarkan

pada

prinsip

akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antarMata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).
6. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
KERANGKA DASAR KURIKULUM
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil
belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam
di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik

menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat
digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut,
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di
masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa
depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian,
tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama
suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan
masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di
masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa
dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa
masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses
yang

memberi

kesempatan

kepada

peserta

didik

untuk

mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional
dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa

yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya
berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai
dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta
didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan
cemerlang

dalam

akademik,

Kurikulum

2013

memposisikan

keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa
bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi,
dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan
berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan
pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).
Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama Mata pelajaran
yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk
mengembangkan

kemampuan

intelektual

dan

kecemerlangan

akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan
berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa
yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
Dengan

filosofi

ini,

Kurikulum

2013

bermaksud

untuk

mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam
berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan
untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Dengan

demikian,

Kurikulum

2013

menggunakan

filosofi

sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu
peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai
dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang
peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan ummat manusia.

2. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru
(taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai
dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik.
Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar
bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
c. Undang-undang

Nomor

17

Tahun

2005

tentang

Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang
dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
STRUKTUR KURIKULUM
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan sebagai berikut.
1) Menghayatidan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2) Menghayatidan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkandiri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3) Memahami,

menerapkan

dan

menganalisispengetahuan

faktual,

konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik
untuk memecahkan masalah.
4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifikdi
bawah pengawasan langsung.
STRATEGI IMPLEMENTASI

1. Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
a. Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
b. Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
kurikulum secara nasional.
c. Pemerintah propinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi
dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
d. Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan
bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam
melaksanakan kurikulum di kabupaten/kota terkait.
Stategi Implementasi Kurikulum terdiri atas:
a. Pelaksanaan kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan
yaitu:
- Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X
- Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI
- Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII
b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015
c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 –
2014
d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk
SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari – Desember 2013
e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk
menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya
penanggulangan: Juli 2013 – 2016
2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK
Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan kurikulum. Pelatihan
PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013

sampai tahun 2015 ketika kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya
diimplementasikan.
Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer)
yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara,
guru inti nasional, pengawas dan kepala sekolah berprestasi.
Langkah berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru
inti, pengawas dan kepala sekolah.
Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan semua guru
kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.
3. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru
Implementasi kurikulum dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru
yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap
kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru
dalam keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta
hasil belajar peserta didik.
Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum 2013 buku
sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru.
Ketersediaan buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena
orangtua tidak perlu membeli buku baru.
4. Evaluasi Kurikulum
Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai
berikut:
Jenis Evaluasi:
a. Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016
Evaluasi formatif (Formatif Test) adalah suatu tes hasil belajar
dimana evaluasi tersebut mempunyai suatu tujuan untuk dapat
mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik itu telah terbentuk
(sudah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah
mereka mengikuti suatu proses pembelajaran dalam jangka waktu

tertentu, kemudian perlu diketahui juga bahwa istilah formatif itu
berasal dari kata form yang dapat diatikan sebagai bentuk.3
Dengan demikian maka evaluasi formatif merupakan suatu jenis
evaluasi yang disajikan di tengah program pengajaran yang
mempunyai fungsi untuk memantau (memonitor), dimana untuk dpat
mengetahui kemauan belajar siswa dalam kesehariannya pada proses
kegiatan belajar mengajar demi memberikan suatu umpan balik, baik
kepada siswa maupun seorang guru.4 Bisaanya di sekolah-sekolah, tes
formatif itu pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan pelajaran
yang akan diajarkan oleh seorang guru, setelah guru mengadakan atau
melaksanakan

suatu

tes

formatif,

maka

alangkah

baiknya

ditindaklanjuti lagi jka ada bagian-bagian yang memang belum
dikuasai, maka sebelum dilanjutkan ke pokok bahasan baru terlebih
dahulu diulangi atau dijelaskan kembali bagian-bagian mana yang
sekiranya belum dikuasai atau dipahami oleh peserta didik.
Dengan demikian tujuan dari evaluasi formatif adalah untuk
memperbaiki tingkat penguasaan materi dari peserta didik dan
sekaligus untuk memperbaiki dalam suatu proses pembelajaran.
b. Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk menentukan
kelayakan ide, dokumen, dan implementasi kurikulum.
Tes sumatif adalah suatu penilaian yang pelaksanaannya itu
dilakukan pada akhir tahun atau akhir program, atau lebih spesifiknya
penilaian yang dilakukan pada akhir semester dari akhir tahun. Jadi,
rujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa,
yaitu seberapa jauhkah tujuan-tujuan kurikuler yang berhasil dikuasai
oleh para peserta didik, dan penilaian inipun dititikberatkan pada

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : PT.
Rosdakarya, 1995),hal.71
4
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar Danumpan Balik, (Jakarta : PT.
Grasindo, 1991),hal.9
3

penilaian yang berorientasi kepada produk, bukan kepada sebuah
proses.
Dan bagaimanapun , hasil yang peroleh dari tes sumatif tampaknya
menjadi keputusan akhir mengingat tidak adanya kesepakatan bagi
guru untuk memperbaiki kekurangan para siswa pada semester
tersebut. Perubahan baru bisa dilakukan pada tahun berikutnya atau
sekedar bahan untuk penyempurnaan semester berikutnya.
Evaluasi pelaksanaan kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi masalah pelaksanaan kurikulum dan membantu kepala
sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada
setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah
kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.
a. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP
dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan untuk
memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik di kelas/tahun
berikutnya.
b. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII
SMA/SMK dilakukan untuk menguji efektivitas kurikulum dalam
mencapai Standar Kemampuan Lulusan (SKL).
KEBIJAKAN POLITIK PENDIDIKAN ISLAM KURIKULUM 2013
Sebagaimana disebutkan dalam pendahuluan bahwa sering kali bangsa
Indonesia telah berganti-ganti kurikulum, serta telah menghabiskan anggaran
mencapai milyaran rupiah. Akan tetapi masih belum memberikan hasil yang
maksimal maka pertanyaan ini dapat dijawab dengan indikasi dibawah ini:
Sebelum dilakukan perubahan kurikulum, tidak dilakukan kajian yang
benar-benar komprehensif dan bersifat menyeluruh dengan memperhatikan aneka
aspek serta melibatkan para pihak yang terkait sehingga kajian mampu menyentuh
akar masalah dan tidak hanyamengupas gejala/fenomenanya saja.
Penetapan atau pengambilan keputusan tentang perubahan kurikulum
seringkali lebih berorientasi pada kebijakan secara politik sehingga terkesan ganti

menteri ganti kebijakan,dan tidak berdasarkan masalah hakiki dan alasan esensial
yang seharusnya menjadi pertimbangan utama.
Kesalahan paradigma dan asumsi umum di Indonesia bahwa kurikulum
hampir selaludipandang sebagai titik sentral penyebab atau biang keladi atas
kegagalan sistem pendidikandan implementasinya. Kita lupa bahwa banyak faktor
atau unsur lain yang bersifat menjadiagen penentu atas keberhasilan dalam
implementasi suatu sistem pendidikan. Implementasi setiap kurikulum pada
periode tertentu, tidak pernah terlaksana secara tuntasdan tidak diadakan evaluasi
secara mendalam untuk mengetahui tingkat efektivitasnya.
Perubahan kurikulum dipaksakan berdasarkan otoritas birokratik. Artinya
bahwa

perubahankurikulum

cenderung

top-down

(dari

pemegang

kekuasaan/otoritas), bukan kolaboratif (melibatkan saran/ masukan dan kajian dari
aneka pihak yang berkepentingan misalnya para praktisi dan pakar pendidikan,
para peneliti bidang pendidikan, masyarakat yang peduliterhadap dunia
pendidikan, para pelaku dunia industri dan usaha atau lembaga/instansiterkait,
dll).
1. Kurikulum Sebagai Nilai Plus Politik
Setiap pemerintahan, selalu berupaya memberikan yang terbaik
bagi rakyatnya. Ketika sebuah rezim berkuasa selalu berusaha mencitrakan
ataupun kerja keras yang serius untuk mempunyai nilai plus bagi
rakyatnya. Dengan harapan akan terpilih kembali pada periode berikutnya.
Itu sebuah kewajaran dari perjuangan politik. Pendidikan dalam konteks
ini dapat dijadikan nilai plus yang dapat diterima secara massif di seluruh
pelosok negeri, langsung menyentuh hajat hidup orang banyak dan
hasilnya bisa dilihat di kemudian hari, atau dengan kata lain, tidak sekedar
memberi tampilan yang baik tetapi dunia pendidikan adalah investasi besar
untuk jangka panjang dan menengah.
Oleh karena itu setiap menteri pendidikan yang ditunjuk oleh
kepala pemerintahan akan selalu melakukan inovasi-inovasi agar bidang
yang dikelola memberi nilai plus politik tersebut. Kurikulum pendidikan
adalah salah satu sektor yang sangat menjanjikan. Jika berhasil dalam

urusan pendidikan ini dan mempunyai nilai plus di mata rakyat, makan
akan mudah mengeruk suara pada pemilu berikutnya. Banyak sekali
contoh beberapa kepala daerah kemudian menjadi kepala dinas pendidikan
menjadi pasangannya dan berhasil memenangkan pemilihan kepala
daerah.
Padahal belum tentu perubahan kurikulum yang dilakukan
mempunyai dampak baik bagi masyarakat. Argumen bisa diajukan,
mengapa jika memang kurikulum itu sudah baik, kemudian diganti?
Bukankah itu menunjukkan bahwa kurikulum sebelumnya menunjukkan
adanya kekurangan, kelemahan?
2. Kurikulum sebagai Kebijakan
Politik,

tidak

semata-mata

urusan

kekuasaan,

tetapi

juga

menyangkut kebijakan. Artinya politik itu adalah bagaimana sebuah ide,
cita-cita dapat direalisasikan dalam wujud kebijakan. Dari sudut pandang
ini, kurikulum pendidikan merupakan sebuah kebijakan yang ada dalam
domain pemerintah (bukan legislatif). Pemerintah wajib merencanakan,
melaksanakan (implementasi) dan evaluasi. Secara umum kurikulum yang
pernah hadir di republik ini dapat dikatakan sudah baik. Sebagai sebuah
perencanaan dunia pendidikan, sudah baik, apalagi setiap kurukulum
selalu memperhatikan aspek fakta sosial dan keadaan perubahan yang
dikehendaki. Ketika persoalan moral menjadi hal prioritas, maka
kurikulum berkarakter disusun. Ketika kebutuhan SDM berkompeten,
maka kurikulum disusun menggunakan capaian-capain kompetensi
tertentu. Namun, pada tataran implementasi selalu menjadi persoalan besar
atau dapat dikatakan gagal.
Saya

ajukan

sebuah

contoh

dalam

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi, dimana setiap lulusan Sekolah Dasar (SD) bagi yang
beragama Islam harus sudah mampu membaca al qur’an dan menghafal
beberapa surat pendek. Apakah ini sudah terpenuhi? Apakah mereka yang
gagal memenuhi kompetensi ini juga tidak lulus dari SD? Adakah
konsistensi

antara

rencana/aturan

(dalam

kurikulum)

tersebut

dilaksanakan? Demikian kemampuan membaca, menulis dan berhitung
(CALISTUNG) yang harus dikuasi oleh siswa SD pada jenjang tertentu,
tetapi masih banyak anak-anak SD yang tidak mempunyai kemampuan
CALISTUNG dengan baik.
3. Implementasi Dengan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 juga tidak bisa dipisahkan dari politik. Tidak bisa
kurikulum ini dipandang terpisah dari urusan politik. Pada masa
pemerintahan SBY yang kedua ini tentu kurikulum 2013 dapat menjadi
nilai plus bagi citra politik SBY (meski bisa saja tidak menjadi targetnya).
Akan ada peninggalan manis dari SBY yang bisa dikenang oleh rakyat
banyak, yaitu kurikulum 2013. Secara substansi kurikulum 2013 adalah
upaya lebih menyederhanakan jenis mata pelajaran, dimana siswa tidak
terbebani oleh banyaknya jenis pelajaran yang harus dipelajari, dari
jenjang dasar sampai atas. Ini akan memberikan dampak bagi kegiatan
yang lebih intensif, mendalam, eksploratif pada bidang-bidang tertentu dan
mendasar. Jumlah mata pelajaran menyusut, tetapi tidak dengan waktu
yang dihabiskan. Ini diharapkan kelak akan menghasilkan SDM yang
benar-benar tangguh dalam penguasaan IPTEK serta dapat berkembang
sesuai dengan kebutuhan jaman.
Agak berbeda dari sebelumnya, kurikulum 2013 sebagai kebijakan
menempatkan pada proses formulasi, melibatkan masyarakat untuk
melakukan uji publik. Artinya pemerintah tidak langsung begitu saja
menerapkan kebijakan baru, tetapi sebelum dilaksanakan melibatkan
seluruh komponen yang relevan turut serta memberi masukan dan
penyempurnaan. Tahap ini memang menimbulkan kegaduhan luar biasa
sehingga perdebatan tak bisa dihindari. Tetapi itulah prinsip demokrasi
politik dalam sebuah kebijakan. Dengan proses semacam ini diharapkan
dapat mengurangi kegagalan dalam tahap implementasi, karena benarbenar dikaji oleh para praktisi dari seluruh republik dan bisa menyesuaikan
kondisi kekinian masing-masing daerah.

C. Penutup
Kurikulum pendidikan sebagai bagian politik tidak bisa dilepaskan dari
pergantian rezim. Kurikulum 2013 yang diterapkan pada tahun 2014 mungkin
akan dijalankan selama satu tahun saja, karena tahun 2015 sudah memasuki
pemilihan presiden baru. Bisa jadi nanti akan berubah lagi, sebab siapa yang
bisa menjamin bahwa politik pendidikan rezim mendatang sepaham dengan
yang sekarang? Kurikulum 2013 yang sudah dicanangkan sejak 2010 dan
mengalami proses uji publik yang melelahkan bisa menguap begitu saja tanpa
bekas, jika rezim baru muncul dengan kurikulum baru. Namun, boleh
berharap semoga kekuatan publik dalam turut serta mengujinya kelak akan
mempunyai peran penting dalam implementasinya, sehingga resiko kegagalan
dalam implementasi dapat terhindari. Semoga kekuatan politik rakyatlah yang
menentukan perlu tidaknya kurikulum pendidikan berubah atau tidak, bukan
kepentingan politik pencitraan sesaat.