PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK DI INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa unt uk memberikan pedoman bagi pemerint ahan daerah dalam
membent uk perat uran daerah mengenai ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 199 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, perl u
menet apkan Perat uran Pemerint ah t ent ang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkot aan;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana t elah
beberapa kali diubah t erakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 t ent ang Perubahan Kedua At as Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 t ent ang Penat aan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
MEMUTUSKAN:
Menet apkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN
PERKOTAAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Pengelolaan Kawasan Perkot aan adalah serangkaian kegiat an mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam upaya pencapaian
t uj uan pembangunan Kawasan Perkot aan secara ef isien dan ef ekt if .
2. Kawasan adalah wilayah yang memiliki f ungsi ut ama lindung at au
budidaya.
3. Kawasan Perkot aan adalah wil ayah yang mempunyai kegiat an ut ama
bukan pert anian, dengan susunan f ungsi Kawasan sebagai t empat
permukiman perkot aan, pemusat an dan dist ribusi pelayanan j asa
pemerint ahan, pelayanan sosial, dan kegiat an ekonomi.
-2-
4. Kawasan Perkot aan Baru adalah kawasan perdesaan yang direncanakan
unt uk dikembangkan menj adi Kawasan berf ungsi perkot aan.
5. Perencanaan adalah suat u proses unt uk menent ukan t indakan masa
depan yang t epat , melalui urut an pilihan, dengan memperhit ungkan
sumber daya yang t ersedia.
6. Rencana Tat a Ruang Kawasan Perkot aan adalah hasil dari suat u proses
unt uk menent ukan st rukt ur ruang dan pola ruang yang meliput i
penyusunan dan penet apan rencana t at a ruang di Kawasan Perkot aan.
7. Pengendalian adalah serangkaian kegiat an manaj emen pembangunan
Kawasan Perkot aan yang dimaksudkan unt uk menj amin agar
program/ kegiat an pembangunan dan pengelolaan Kawasan Perkot aan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dit et apkan sert a unt uk
mewuj udkan t ert ib t at a ruang Kawasan Perkot aan.
8. Lembaga Pengelola Kawasan Perkot aan yang selanj ut nya disebut
Lembaga Pengelola adalah lembaga yang dibent uk dengan perat uran
daerah unt uk mengopt imalkan sumber-sumber yang dimiliki dunia usaha
dan masyarakat dalam pembangunan Kawasan Perkot aan.
9. Badan Pengelola Pembangunan Kawasan Perkot aan Baru yang
selanj ut nya disebut Badan Pengelola adalah badan yang dibent uk dengan
perat uran bupat i unt uk melakukan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan Kawasan Perkot aan Baru.
10. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang t ermasuk masyarakat
hukum adat , at au badan hukum yang bermukim di Kawasan Perkot aan
t ersebut .
11. Ment eri adalah ment eri yang bert anggung j awab dalam urusan
pemerint ahan dalam negeri.
BAB II
BENTUK KAWASAN PERKOTAAN
Pasal 2
Kawasan Perkot aan dapat berbent uk:
a. kot a sebagai daerah ot onom;
b. bagian daerah kabupat en yang memiliki ciri perkot aan;
c. bagian dari dua at au lebih daerah yang berbat asan langsung dan
memiliki ciri perkot aan.
Pasal 3
(1) Pembent ukan kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
dit et apkan dengan undang-undang.
(2) Pembent ukan Kawasan Perkot aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b diat ur dengan perat uran daerah kabupat en.
(3) Pembent ukan Kawasan Perkot aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf c diat ur dengan perat uran daerah kabupat en masing-masing.
Pasal 4
(1) Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au lebih daerah
kabupat en yang berbat asan langsung dalam sat u provinsi dit et apkan
berdasarkan:
a. kesepakat an bersama ant arpemerint ahan daerah kabupat en;
b. perset uj uan gubernur; dan
c. perset uj uan Ment eri.
-3-
(2) Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au lebih daerah
kabupat en yang berbat asan langsung ant arprovinsi
dit et apkan
berdasarkan:
a. kesepakat an bersama ant arpemerint ahan daerah kabupat en;
b. perset uj uan gubernur; dan
c. perset uj uan Ment eri.
Pasal 5
Perat uran daerah sebagaimana dimaksud dal am Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3)
paling sedikit memuat nama, bat as, luas, f ungsi, dan pengelolaan Kawasan.
Pasal 6
Bat as, luas, dan f ungsi Kawasan dit ent ukan berdasarkan:
a. rencana pembangunan j angka panj ang daerah kabupat en;
b. rencana t at a ruang wilayah kabupat en;
c. hasil kaj ian kebut uhan ruang bagi pengembangan kegiat an
pelayanan perkot aan; dan
d. bat as Kawasan yang menggunakan bat as desa at au sebut an lain.
dan
BAB III
PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN
Bagian Kesat u
Umum
Pasal 7
(1) Kawasan Perkot aan yang merupakan daerah ot onom dikelola oleh
pemerint ah kot a.
(2) Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian daerah kabupat en dikelol a
oleh pemerint ah kabupat en at au Lembaga Pengelola yang dibent uk dan
bert anggung j awab kepada pemerint ah kabupat en.
(3) Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au lebih daerah
yang berbat asan langsung dikelola bersama oleh pemerint ah kabupat en
t erkait dan dikoordinasikan oleh pemerint ah provinsi.
Bagian Kedua
Lembaga Pengelola
Pasal 8
(1) Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
dibent uk dengan perat uran daerah.
(2) Lembaga Pengelola mempunyai t ugas mengelola Kawasan Perkot aan dan
mengopt imalkan peran sert a Masyarakat sert a badan usaha swast a.
(3) Dalam pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Lembaga
Pengelola mempunyai f ungsi:
a. penggalian dan pendayagunaan sumber daya badan usaha swast a dan
Masyarakat ;
b. penj aringan aspirasi Masyarakat dan badan usaha swast a Kawasan
Perkot aan;
c. pengembangan inf ormasi Kawasan Perkot aan;
-4-
d. pemberian
pert imbangan
kepada
bupat i
dalam
kebij akan
operasional, implement asi kebij akan, dan pemberdayaan Masyarakat ;
dan
e. perumusan dan pemberian rekomendasi t erhadap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan, sert a isu-isu st rat egis
Kawasan Perkot aan.
Pasal 9
(1) Anggot a Lembaga Pengelola paling sedikit berj umlah 5 (lima) orang dan
paling banyak berj umlah 7 (t uj uh) orang.
(2) Keanggot aan Lembaga Pengelola t erdiri at as:
a. pakar/ ahli di bidang pengelolaan Kawasan Perkot aan; dan/ at au
b. unsur Masyarakat pemerhat i Kawasan Perkot aan.
(3) Keanggot aan Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
t idak berasal dari pegawai negeri sipil, anggot a Kepolisian Negara
Republik Indonesia/ Tent ara Nasional Indonesia, dan anggot a part ai
polit ik.
(4) Masa j abat an anggot a Lembaga Pengelola selama 5 (lima) t ahun dan
dapat dipilih kembali unt uk 1 (sat u) periode masa j abat an.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 10
Lembaga Pengelola dalam pelaksanaan t ugasnya dibant u oleh sekret ariat
Lembaga Pengelola yang dibent uk oleh bupat i.
Sekret ariat Lembaga Pengelola mempunyai f ungsi:
a. penyelenggaraan administ rasi kesekret ariat an Lembaga Pengelola;
dan
b. penyelenggaraan administ rasi keuangan Lembaga Pengelola.
Sekret ariat Lembaga Pengelola dipimpin oleh sekret aris Lembaga
Pengelola.
Sekret aris Lembaga Pengelola secara t eknis operasional berada di bawah
dan bert anggung j awab kepada pimpinan Lembaga Pengelola dan secara
administ rat if bert anggung j awab kepada sekret aris daerah melalui
asist en yang membidangi ekonomi dan pembangunan.
St rukt ur organisasi dan eselonering sekret ariat Lembaga Pengelola
dit et apkan Ment eri dengan perset uj uan ment eri yang membidangi
urusan pendayagunaan aparat ur negara.
Pasal 11
Pendanaan Lembaga Pengelola bersumber dari Anggaran Pendapat an dan
Belanj a Daerah dan sumber pendanaan lainnya yang sah.
Pasal 12
(1) Pemerint ah daerah melaksanakan pembinaan dan pengendalian t erhadap
pelaksanaan t ugas dan f ungsi Lembaga Pengelola.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Lembaga Pengelola menyampaikan laporan t riwulan dan t ahunan at au
laporan lainnya kepada bupat i.
Pasal 13
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai rincian t ugas, t at a kerj a, dan hak
keuangan Lembaga Pengelola diat ur dengan perat uran bupat i.
-5-
Bagian Ket iga
Pengelolaan Bersama
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 14
Kawasan Perkot aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dalam
hal penat aan ruang dan penyediaan f asilit as pelayanan umum t ert ent u
dikelola bersama oleh daerah t erkait .
Penyediaan f asilit as pelayanan umum t ert ent u sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliput i f asilit as pelayanan umum yang merupakan urusan
kewenangan daerah.
Pemilihan penyediaan f asilit as pelayanan umum t ert ent u yang dikelola
bersama oleh daerah t erkait harus mempert imbangkan ef ekt ivit as,
ef isiensi, sinergit as, dan saling mengunt ungkan.
Bent uk kelembagaan, susunan, kedudukan, dan t ugas pokok pengelolaan
bersama berpedoman pada perat uran perundangan-undangan.
Bagian Keempat
Perencanaan Pembangunan Kawasan Perkot aan
Pasal 15
(1) Perencanaan pembangunan Kawasan Perkot aan didasarkan pada kondisi ,
pot ensi, karakt erist ik Kawasan, dan ket erkait an dengan Kawasan di
sekit arnya.
(2) Ket erkait an pembangunan Kawasan Perkot aan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memperhat ikan:
a. ket erpaduan pembangunan ant ar Kawasan Perkot aan dengan
Kawasan Perkot aan lainnya; dan
b. opt imalisasi peran dan f ungsi masing-masing Kawasan Perkot aan.
Pasal 16
Subst ansi rencana pembangunan Kawasan Perkot aan t ert uang dalam
dokumen:
a. rencana pembangunan j angka panj ang daerah kabupat en/ kot a;
b. rencana t at a ruang Kawasan Perkot aan;
c. rencana pembangunan j angka menengah daerah kabupat en/ kot a; dan
d. rencana kerj a pembangunan daerah kabupat en/ kot a.
Pasal 17
(1) Lingkup perencanaan Kawasan Perkot aan memuat pengembangan,
peremaj aan, pembangunan, reklamasi pant ai at au rawa, dan/ at au
perubahan f ungsi lahan.
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
perat uran perundang-undangan.
Bagian Kelima
Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perkot aan
Pasal 18
Pembangunan Kawasan Perkot aan dilaksanakan sesuai urusan yang menj adi
kewenangan
Pemerint ah,
pemerint ah
provinsi,
dan
pemerint ah
kabupat en/ kot a di Kawasan Perkot aan.
-6-
Bagian Keenam
Pengendalian Pembangunan Kawasan Perkot aan
Pasal 19
Pengendalian pembangunan Kawasan Perkot aaan dilaksanakan t erhadap:
a. rencana pembangunan; dan
b. pelaksanaan rencana pembangunan.
Pasal 20
Pengendalian t erhadap rencana pembangunan dilakukan melalui kegiat an
pemant auan dan evaluasi dokumen rencana sesuai dengan perat uran
perundang-undangan.
Pasal 21
Pengendalian t erhadap pelaksanaan rencana pembangunan
melalui kegiat an perizinan, pengawasan, dan/ at au penert iban.
dilakukan
Pasal 22
(1) Pengendalian Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari daerah
kabupat en dilakukan oleh bupat i.
(2) Pengendalian Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au
lebih kabupat en dilakukan oleh gubernur.
(3) Pengendalian Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au
lebih kabupat en ant arprovinsi dilakukan oleh Ment eri.
BAB IV
KAWASAN PERKOTAAN BARU
Bagian Kesat u
Pembent ukan Kawasan Perkot aan Baru
Pasal 23
(1) Kawasan perdesaan dapat direncanakan unt uk menj adi Kawasan
Perkot aan Baru.
(2) Perencanaan Kawasan Perkot aan Baru dipriorit askan unt uk:
a. menyediakan ruang permukiman;
b. menyediakan ruang baru bagi kebut uhan indust ri, perdagangan, dan
j asa;
c. menyediakan ruang bagi pelayanan j asa pemerint ahan; dan/ at au
d. menyediakan ruang bagi pembangunan pusat kegiat an st rat egis
nasional , provinsi, dan kabupat en.
Pasal 24
Kawasan perdesaan yang direncanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 ayat (1) paling sedikit memenuhi krit eria:
a. sesuai dengan rencana pembangunan j angka panj ang daerah kabupat en;
b. sesuai dengan rencana t at a ruang wilayah kabupat en;
c. memiliki daya dukung lingkungan yang memungkinkan unt uk
pengembangan f ungsi perkot aan;
d. bukan merupakan kawasan pert anian beririgasi t eknis maupun yang
direncanakan beririgasi t eknis; dan
e. bukan merupakan kawasan lindung.
-7-
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 25
Usulan Lokasi rencana Kawasan Perkot aan Baru dapat diaj ukan oleh
pihak swast a dan/ at au unsur pemerint ah daerah.
Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaj ukan kepada bupat i.
Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan:
a. hasil st udi kelayakan;
b. rencana induk pembangunan perkot aan baru; dan
c. rencana pembebasan lahan.
Bupat i melakukan kaj ian t erhadap pengaj uan usul lokasi rencana
Kawasan Perkot aan Baru berdasarkan krit eria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24.
Penet apan lokasi Kawasan Perkot aan Baru harus mendapat perset uj uan
gubernur.
Bagian Kedua
Badan Pengelola
(1)
(2)
(3)
Pasal 26
Dalam hal pembangunan Kawasan Perkot aan Baru dilaksanakan sendiri
oleh pemerint ah daerah, pemerint ah daerah dapat membent uk Badan
Pengelola yang mempunyai t ugas meliput i perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan Kawasan Perkot aan Baru.
Pembent ukan Badan Pengelola dit et apkan dengan perat uran bupat i.
Perat uran bupat i sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
memuat susunan, kedudukan, rincian t ugas, t at a kerj a, dan pendanaan
Badan Pengelola.
Pasal 27
(1) Badan Pengelola sebagaimana dimaksud dal am Pasal 26 dibent uk unt uk
j angka wakt u sampai dengan selesainya pembangunan Kawasan
Perkot aan Baru.
(2) Set elah berakhirnya j angka wakt u sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Badan Pengelola Pembangunan Kawasan Perkot aan Baru menyerahkan
hak pengelolaan besert a aset kepada bupat i.
(3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai Badan Pengelola diat ur dengan
perat uran Ment eri.
Bagian Ket iga
Pendanaan
Pasal 28
Sumber pendanaan Badan Pengelola Pembangunan Kawasan Perkot aan Baru
dapat berasal dari:
a. Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah provinsi/ kabupat en;
b. Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara; dan/ at au
c. sumber pendanaan lainnya yang sah.
-8-
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 29
Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan Kawasan
Perkot aan, pemerint ah daerah mengikut sert akan Masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan Masyarakat .
Pasal 30
Pemerint ah provinsi dan kabupat en melakukan ident if ikasi unt uk
menet apkan Kawasan Perkot aan di wilayahnya selambat -lambat nya 3 (t iga)
t ahun set elah Perat uran Pemerint ah ini diundangkan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran
Pemerint ah ini dengan penempat annya dal am Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 22 April 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 22 April 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 68
-9-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN
I. UMUM
Pengat uran Kawasan Perkot aan dalam Bab X Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah sebagaimana t elah beberapa kal i
diubah t erakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 t ent ang
Perubahan Kedua At as Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang
Pemerint ahan Daerah merupakan cermin pengakuan negara at as art i
st rat egis Kawasan Perkot aan sebagai simpul ut ama pert umbuhan
pembangunan guna perwuj udan t uj uan pembangunan nasional .
Pasal 199 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan
Daerah t elah menet apkan Kawasan Perkot aan ke dalam 3 (t iga) bent uk yait u
kot a sebagai daerah ot onom, bagian daerah kabupat en yang memiliki ciri
perkot aan, dan bagian dari dua at au lebih daerah yang berbat asan l angsung
dan memiliki ciri perkot aan. Mengingat sist em pemerint ahan Indonesia yang
membagi seluruh wilayah t anah air Indonesia ke dalam wilayah
pemerint ahan provinsi, kabupat en/ kot a, maka dalam penet apan bat as
Kawasan Perkot aan menganut prinsip sebagai berikut :
a. t idak ada Kawasan Perkot aan di dalam Kawasan Perkot aan. Prinsip ini
memiliki makna bahwa di Kawasan Perkot aan daerah ot onom t idak
dikenal adanya Kawasan Perkot aan lainnya t ermasuk pembent ukan
Kawasan Perkot aan Baru.
b. t idak ada Kawasan Perkot aan yang berada di perbat asan ant ara daerah
kabupat en dengan perbat asan kot a sebagai daerah ot onom. Kawasan
Perkot aan yang sepert i it u diasumsikan sebagai Kawasan Perkot aan yang
berdiri t unggal di wilayah daerah kabupat en.
Pengakuan negara at as keberadaan Kawasan Perkot aan membawa
konsekuensi perlunya pengat uran secara khusus model pengelolaan Kawasan
Perkot aan dipandang dari sudut penyelenggaraan sist em pemerint ahan
daerah. Pengat uran model lain pengelol aan Kawasan Perkot aan guna
opt imalisasi t uj uan pembangunan nasional dan daerah yang diemban
berbagai sekt or dimungkinkan namun hendaknya diupayakan sej alan dengan
model pengelolaan Kawasan Perkot aan yang diat ur di dalam Perat uran
Pemerint ah ini.
Pembent ukan Kawasan Perkot aan dan penyelenggaraan pemerint ahan
daerah di kot a sebagai daerah ot onom t elah diat ur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah dan dalam undangundang pembent ukan kot a sebagai daerah ot onom. Oleh karena it u t it ik
berat dari Perat uran Pemerint ah ini lebih banyak diarahkan pada
pengat uran Kawasan Perkot aan di luar kot a sebagai daerah ot onom. Namun
demikian, dalam hal-hal t ert ent u Perat uran Pemerint ah ini j uga berlaku
bagi Kawasan Perkot aan yang merupakan kot a sebagai daerah ot onom.
Tuj uan pengat uran t ent ang pengelolaan Kawasan Perkot aan ini adalah
sebagai berikut :
a. meningkat kan f ungsi Kawasan Perkot aan secara serasi, selaras, dan
seimbang ant ara kawasan perdesaan dengan Kawasan Perkot aan;
- 10 -
b. mendorong dinamika kegiat an pembangunan perkot aan sehingga dicapai
kehidupan perkot aan yang layak, dinamis, opt imal, berwawasan
lingkungan, berkeadilan, sert a menunj ang pelest arian nilai-nilai budaya;
c. menyelenggarakan pemerint ahan di Kawasan Perkot aan yang mampu
memberikan pelayanan perkot aan secara ef ekt if dan ef isien kepada
Masyarakat Kawasan Perkot aan;
d. meningkat kan peran pemerint ah dan Masyarakat t ermasuk dunia usaha
dalam pembangunan Kawasan Perkot aan sebagai usaha bersama sesuai
dengan t at anan yang ef isien, ef ekt if , demokrat is, dan bert anggung
j awab;
e. mendayagunakan seluruh pot ensi yang dimiliki oleh pemerint ah dan
Masyarakat t ermasuk dunia usaha dalam upaya mencipt akan Kawasan
Perkot aan sebagai ruang kehidupan yang serasi, selaras, seimbang,
layak, berkeadilan, berkelanj ut an, dan menunj ang pelest arian nilai-nilai
sosial budaya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas.
Pasal 2
Cukup j elas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Yang dimaksud “ perat uran daerah kabupat en” adalah perat uran
daerah t ent ang rencana t at a ruang wilayah kabupat en.
Ayat (3)
Cukup j elas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup j elas.
Huruf b
Perset uj uan gubernur yang dimaksud dalam ket ent uan ini adal ah
perset uj uan dari gubernur pada provinsi masing-masing yang
berbat asan.
Huruf c
Cukup j elas.
Pasal 5
Cukup j elas.
Pasal 6
Cukup j elas.
- 11 -
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Ayat (3)
Pemerint ah provinsi melakukan koordinasi
perencanaan dan pengendalian pembangunan.
di
bidang
int egrasi
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Ayat (3)
Huruf a
Pendayagunaan sumber daya badan usaha swast a dan Masyarakat
dilaksanakan melalui pembent ukan badan usaha di wilayahnya.
Penggalian dan pendayagunaan sumber daya badan usaha swast a
dilakukan dalam rangka pengembangan Kawasan Perkot aan t anpa
menggunakan sumber-sumber dana dari Pemerint ah at au
pemerint ah daerah. Kegiat an ini t idak dimaksudkan unt uk mencari
keunt ungan.
Huruf b
Cukup j elas.
Huruf c
Cukup j elas.
Huruf d
Cukup j elas.
Huruf e
Cukup j elas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Ayat (3)
Pegawai negeri sipil yang dimaksud dalam ket ent uan ini t idak t ermasuk
pej abat f ungsional ant ara lain penelit i, guru, dosen, widyaiswara, dan
perencana.
Ayat (4)
Cukup j elas.
Pasal 10
Cukup j elas.
Pasal 11
Sumber pendanaan Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah dibat asi
unt uk belanj a kebut uhan operasional kant or lembaga sepert i gaj i, alat
t ulis kant or, rapat , dan perj alanan dinas guna mendukung pelaksanaan
- 12 -
t ugas dan f ungsi. Sumber pendanaan lainnya yang sah diperoleh dari
badan usaha swast a dan Masyarakat .
Pasal 12
Cukup j elas.
Pasal 13
Cukup j elas.
Pasal 14
Cukup j elas.
Pasal 15
Cukup j elas.
Pasal 16
Cukup j elas.
Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ peremaj aan” adalah penat aan kembali area
t erbangun bagian Kawasan Perkot aan yang mengalami degradasi
kualit as lingkungan, degradasi f ungsi kawasan, dan/ at au penyesuaian
bagian Kawasan Perkot aan t erhadap rencana pembangunan Kawasan
Perkot aan.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Pasal 18
Cukup j elas.
Pasal 19
Cukup j elas.
Pasal 20
Pengendalian dalam ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menj amin agar
rencana pembangunan dilakukan sesuai dengan perat uran perundangundangan.
Pasal 21
Cukup j elas.
Pasal 22
Cukup j elas.
Pasal 23
Cukup j elas.
Pasal 24
Huruf a
Cukup j elas.
- 13 -
Huruf b
Cukup j elas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “ daya dukung lingkungan” adalah kemampuan
lingkungan unt uk mendukung perikehidupan manusia dan makhl uk
hidup lainnya.
Huruf d
Cukup j elas.
Huruf e
Cukup j elas.
Pasal 25
Cukup j elas.
Pasal 26
Cukup j elas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “ aset ” adalah t anah dan bangunan unt uk
prasarana dan sarana lingkungan, f asilit as sosial, dan f asilit as umum
yang sesuai dengan rencana t apak ( sit e pl an).
Ayat (3)
Cukup j elas.
Pasal 28
Cukup j elas.
Pasal 29
Cukup j elas.
Pasal 30
Cukup j elas.
Pasal 31
Cukup j elas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5004
NOMOR 34 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa unt uk memberikan pedoman bagi pemerint ahan daerah dalam
membent uk perat uran daerah mengenai ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 199 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah, perl u
menet apkan Perat uran Pemerint ah t ent ang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkot aan;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana t elah
beberapa kali diubah t erakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 t ent ang Perubahan Kedua At as Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 t ent ang Penat aan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
MEMUTUSKAN:
Menet apkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN
PERKOTAAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Pengelolaan Kawasan Perkot aan adalah serangkaian kegiat an mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam upaya pencapaian
t uj uan pembangunan Kawasan Perkot aan secara ef isien dan ef ekt if .
2. Kawasan adalah wilayah yang memiliki f ungsi ut ama lindung at au
budidaya.
3. Kawasan Perkot aan adalah wil ayah yang mempunyai kegiat an ut ama
bukan pert anian, dengan susunan f ungsi Kawasan sebagai t empat
permukiman perkot aan, pemusat an dan dist ribusi pelayanan j asa
pemerint ahan, pelayanan sosial, dan kegiat an ekonomi.
-2-
4. Kawasan Perkot aan Baru adalah kawasan perdesaan yang direncanakan
unt uk dikembangkan menj adi Kawasan berf ungsi perkot aan.
5. Perencanaan adalah suat u proses unt uk menent ukan t indakan masa
depan yang t epat , melalui urut an pilihan, dengan memperhit ungkan
sumber daya yang t ersedia.
6. Rencana Tat a Ruang Kawasan Perkot aan adalah hasil dari suat u proses
unt uk menent ukan st rukt ur ruang dan pola ruang yang meliput i
penyusunan dan penet apan rencana t at a ruang di Kawasan Perkot aan.
7. Pengendalian adalah serangkaian kegiat an manaj emen pembangunan
Kawasan Perkot aan yang dimaksudkan unt uk menj amin agar
program/ kegiat an pembangunan dan pengelolaan Kawasan Perkot aan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dit et apkan sert a unt uk
mewuj udkan t ert ib t at a ruang Kawasan Perkot aan.
8. Lembaga Pengelola Kawasan Perkot aan yang selanj ut nya disebut
Lembaga Pengelola adalah lembaga yang dibent uk dengan perat uran
daerah unt uk mengopt imalkan sumber-sumber yang dimiliki dunia usaha
dan masyarakat dalam pembangunan Kawasan Perkot aan.
9. Badan Pengelola Pembangunan Kawasan Perkot aan Baru yang
selanj ut nya disebut Badan Pengelola adalah badan yang dibent uk dengan
perat uran bupat i unt uk melakukan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan Kawasan Perkot aan Baru.
10. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang t ermasuk masyarakat
hukum adat , at au badan hukum yang bermukim di Kawasan Perkot aan
t ersebut .
11. Ment eri adalah ment eri yang bert anggung j awab dalam urusan
pemerint ahan dalam negeri.
BAB II
BENTUK KAWASAN PERKOTAAN
Pasal 2
Kawasan Perkot aan dapat berbent uk:
a. kot a sebagai daerah ot onom;
b. bagian daerah kabupat en yang memiliki ciri perkot aan;
c. bagian dari dua at au lebih daerah yang berbat asan langsung dan
memiliki ciri perkot aan.
Pasal 3
(1) Pembent ukan kot a sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a
dit et apkan dengan undang-undang.
(2) Pembent ukan Kawasan Perkot aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf b diat ur dengan perat uran daerah kabupat en.
(3) Pembent ukan Kawasan Perkot aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf c diat ur dengan perat uran daerah kabupat en masing-masing.
Pasal 4
(1) Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au lebih daerah
kabupat en yang berbat asan langsung dalam sat u provinsi dit et apkan
berdasarkan:
a. kesepakat an bersama ant arpemerint ahan daerah kabupat en;
b. perset uj uan gubernur; dan
c. perset uj uan Ment eri.
-3-
(2) Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au lebih daerah
kabupat en yang berbat asan langsung ant arprovinsi
dit et apkan
berdasarkan:
a. kesepakat an bersama ant arpemerint ahan daerah kabupat en;
b. perset uj uan gubernur; dan
c. perset uj uan Ment eri.
Pasal 5
Perat uran daerah sebagaimana dimaksud dal am Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3)
paling sedikit memuat nama, bat as, luas, f ungsi, dan pengelolaan Kawasan.
Pasal 6
Bat as, luas, dan f ungsi Kawasan dit ent ukan berdasarkan:
a. rencana pembangunan j angka panj ang daerah kabupat en;
b. rencana t at a ruang wilayah kabupat en;
c. hasil kaj ian kebut uhan ruang bagi pengembangan kegiat an
pelayanan perkot aan; dan
d. bat as Kawasan yang menggunakan bat as desa at au sebut an lain.
dan
BAB III
PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN
Bagian Kesat u
Umum
Pasal 7
(1) Kawasan Perkot aan yang merupakan daerah ot onom dikelola oleh
pemerint ah kot a.
(2) Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian daerah kabupat en dikelol a
oleh pemerint ah kabupat en at au Lembaga Pengelola yang dibent uk dan
bert anggung j awab kepada pemerint ah kabupat en.
(3) Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au lebih daerah
yang berbat asan langsung dikelola bersama oleh pemerint ah kabupat en
t erkait dan dikoordinasikan oleh pemerint ah provinsi.
Bagian Kedua
Lembaga Pengelola
Pasal 8
(1) Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2)
dibent uk dengan perat uran daerah.
(2) Lembaga Pengelola mempunyai t ugas mengelola Kawasan Perkot aan dan
mengopt imalkan peran sert a Masyarakat sert a badan usaha swast a.
(3) Dalam pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Lembaga
Pengelola mempunyai f ungsi:
a. penggalian dan pendayagunaan sumber daya badan usaha swast a dan
Masyarakat ;
b. penj aringan aspirasi Masyarakat dan badan usaha swast a Kawasan
Perkot aan;
c. pengembangan inf ormasi Kawasan Perkot aan;
-4-
d. pemberian
pert imbangan
kepada
bupat i
dalam
kebij akan
operasional, implement asi kebij akan, dan pemberdayaan Masyarakat ;
dan
e. perumusan dan pemberian rekomendasi t erhadap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan, sert a isu-isu st rat egis
Kawasan Perkot aan.
Pasal 9
(1) Anggot a Lembaga Pengelola paling sedikit berj umlah 5 (lima) orang dan
paling banyak berj umlah 7 (t uj uh) orang.
(2) Keanggot aan Lembaga Pengelola t erdiri at as:
a. pakar/ ahli di bidang pengelolaan Kawasan Perkot aan; dan/ at au
b. unsur Masyarakat pemerhat i Kawasan Perkot aan.
(3) Keanggot aan Lembaga Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
t idak berasal dari pegawai negeri sipil, anggot a Kepolisian Negara
Republik Indonesia/ Tent ara Nasional Indonesia, dan anggot a part ai
polit ik.
(4) Masa j abat an anggot a Lembaga Pengelola selama 5 (lima) t ahun dan
dapat dipilih kembali unt uk 1 (sat u) periode masa j abat an.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 10
Lembaga Pengelola dalam pelaksanaan t ugasnya dibant u oleh sekret ariat
Lembaga Pengelola yang dibent uk oleh bupat i.
Sekret ariat Lembaga Pengelola mempunyai f ungsi:
a. penyelenggaraan administ rasi kesekret ariat an Lembaga Pengelola;
dan
b. penyelenggaraan administ rasi keuangan Lembaga Pengelola.
Sekret ariat Lembaga Pengelola dipimpin oleh sekret aris Lembaga
Pengelola.
Sekret aris Lembaga Pengelola secara t eknis operasional berada di bawah
dan bert anggung j awab kepada pimpinan Lembaga Pengelola dan secara
administ rat if bert anggung j awab kepada sekret aris daerah melalui
asist en yang membidangi ekonomi dan pembangunan.
St rukt ur organisasi dan eselonering sekret ariat Lembaga Pengelola
dit et apkan Ment eri dengan perset uj uan ment eri yang membidangi
urusan pendayagunaan aparat ur negara.
Pasal 11
Pendanaan Lembaga Pengelola bersumber dari Anggaran Pendapat an dan
Belanj a Daerah dan sumber pendanaan lainnya yang sah.
Pasal 12
(1) Pemerint ah daerah melaksanakan pembinaan dan pengendalian t erhadap
pelaksanaan t ugas dan f ungsi Lembaga Pengelola.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Lembaga Pengelola menyampaikan laporan t riwulan dan t ahunan at au
laporan lainnya kepada bupat i.
Pasal 13
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai rincian t ugas, t at a kerj a, dan hak
keuangan Lembaga Pengelola diat ur dengan perat uran bupat i.
-5-
Bagian Ket iga
Pengelolaan Bersama
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 14
Kawasan Perkot aan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dalam
hal penat aan ruang dan penyediaan f asilit as pelayanan umum t ert ent u
dikelola bersama oleh daerah t erkait .
Penyediaan f asilit as pelayanan umum t ert ent u sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliput i f asilit as pelayanan umum yang merupakan urusan
kewenangan daerah.
Pemilihan penyediaan f asilit as pelayanan umum t ert ent u yang dikelola
bersama oleh daerah t erkait harus mempert imbangkan ef ekt ivit as,
ef isiensi, sinergit as, dan saling mengunt ungkan.
Bent uk kelembagaan, susunan, kedudukan, dan t ugas pokok pengelolaan
bersama berpedoman pada perat uran perundangan-undangan.
Bagian Keempat
Perencanaan Pembangunan Kawasan Perkot aan
Pasal 15
(1) Perencanaan pembangunan Kawasan Perkot aan didasarkan pada kondisi ,
pot ensi, karakt erist ik Kawasan, dan ket erkait an dengan Kawasan di
sekit arnya.
(2) Ket erkait an pembangunan Kawasan Perkot aan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memperhat ikan:
a. ket erpaduan pembangunan ant ar Kawasan Perkot aan dengan
Kawasan Perkot aan lainnya; dan
b. opt imalisasi peran dan f ungsi masing-masing Kawasan Perkot aan.
Pasal 16
Subst ansi rencana pembangunan Kawasan Perkot aan t ert uang dalam
dokumen:
a. rencana pembangunan j angka panj ang daerah kabupat en/ kot a;
b. rencana t at a ruang Kawasan Perkot aan;
c. rencana pembangunan j angka menengah daerah kabupat en/ kot a; dan
d. rencana kerj a pembangunan daerah kabupat en/ kot a.
Pasal 17
(1) Lingkup perencanaan Kawasan Perkot aan memuat pengembangan,
peremaj aan, pembangunan, reklamasi pant ai at au rawa, dan/ at au
perubahan f ungsi lahan.
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada
perat uran perundang-undangan.
Bagian Kelima
Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perkot aan
Pasal 18
Pembangunan Kawasan Perkot aan dilaksanakan sesuai urusan yang menj adi
kewenangan
Pemerint ah,
pemerint ah
provinsi,
dan
pemerint ah
kabupat en/ kot a di Kawasan Perkot aan.
-6-
Bagian Keenam
Pengendalian Pembangunan Kawasan Perkot aan
Pasal 19
Pengendalian pembangunan Kawasan Perkot aaan dilaksanakan t erhadap:
a. rencana pembangunan; dan
b. pelaksanaan rencana pembangunan.
Pasal 20
Pengendalian t erhadap rencana pembangunan dilakukan melalui kegiat an
pemant auan dan evaluasi dokumen rencana sesuai dengan perat uran
perundang-undangan.
Pasal 21
Pengendalian t erhadap pelaksanaan rencana pembangunan
melalui kegiat an perizinan, pengawasan, dan/ at au penert iban.
dilakukan
Pasal 22
(1) Pengendalian Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari daerah
kabupat en dilakukan oleh bupat i.
(2) Pengendalian Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au
lebih kabupat en dilakukan oleh gubernur.
(3) Pengendalian Kawasan Perkot aan yang merupakan bagian dari dua at au
lebih kabupat en ant arprovinsi dilakukan oleh Ment eri.
BAB IV
KAWASAN PERKOTAAN BARU
Bagian Kesat u
Pembent ukan Kawasan Perkot aan Baru
Pasal 23
(1) Kawasan perdesaan dapat direncanakan unt uk menj adi Kawasan
Perkot aan Baru.
(2) Perencanaan Kawasan Perkot aan Baru dipriorit askan unt uk:
a. menyediakan ruang permukiman;
b. menyediakan ruang baru bagi kebut uhan indust ri, perdagangan, dan
j asa;
c. menyediakan ruang bagi pelayanan j asa pemerint ahan; dan/ at au
d. menyediakan ruang bagi pembangunan pusat kegiat an st rat egis
nasional , provinsi, dan kabupat en.
Pasal 24
Kawasan perdesaan yang direncanakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 ayat (1) paling sedikit memenuhi krit eria:
a. sesuai dengan rencana pembangunan j angka panj ang daerah kabupat en;
b. sesuai dengan rencana t at a ruang wilayah kabupat en;
c. memiliki daya dukung lingkungan yang memungkinkan unt uk
pengembangan f ungsi perkot aan;
d. bukan merupakan kawasan pert anian beririgasi t eknis maupun yang
direncanakan beririgasi t eknis; dan
e. bukan merupakan kawasan lindung.
-7-
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 25
Usulan Lokasi rencana Kawasan Perkot aan Baru dapat diaj ukan oleh
pihak swast a dan/ at au unsur pemerint ah daerah.
Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaj ukan kepada bupat i.
Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan:
a. hasil st udi kelayakan;
b. rencana induk pembangunan perkot aan baru; dan
c. rencana pembebasan lahan.
Bupat i melakukan kaj ian t erhadap pengaj uan usul lokasi rencana
Kawasan Perkot aan Baru berdasarkan krit eria sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24.
Penet apan lokasi Kawasan Perkot aan Baru harus mendapat perset uj uan
gubernur.
Bagian Kedua
Badan Pengelola
(1)
(2)
(3)
Pasal 26
Dalam hal pembangunan Kawasan Perkot aan Baru dilaksanakan sendiri
oleh pemerint ah daerah, pemerint ah daerah dapat membent uk Badan
Pengelola yang mempunyai t ugas meliput i perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan Kawasan Perkot aan Baru.
Pembent ukan Badan Pengelola dit et apkan dengan perat uran bupat i.
Perat uran bupat i sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
memuat susunan, kedudukan, rincian t ugas, t at a kerj a, dan pendanaan
Badan Pengelola.
Pasal 27
(1) Badan Pengelola sebagaimana dimaksud dal am Pasal 26 dibent uk unt uk
j angka wakt u sampai dengan selesainya pembangunan Kawasan
Perkot aan Baru.
(2) Set elah berakhirnya j angka wakt u sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Badan Pengelola Pembangunan Kawasan Perkot aan Baru menyerahkan
hak pengelolaan besert a aset kepada bupat i.
(3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai Badan Pengelola diat ur dengan
perat uran Ment eri.
Bagian Ket iga
Pendanaan
Pasal 28
Sumber pendanaan Badan Pengelola Pembangunan Kawasan Perkot aan Baru
dapat berasal dari:
a. Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah provinsi/ kabupat en;
b. Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara; dan/ at au
c. sumber pendanaan lainnya yang sah.
-8-
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 29
Dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan Kawasan
Perkot aan, pemerint ah daerah mengikut sert akan Masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan Masyarakat .
Pasal 30
Pemerint ah provinsi dan kabupat en melakukan ident if ikasi unt uk
menet apkan Kawasan Perkot aan di wilayahnya selambat -lambat nya 3 (t iga)
t ahun set elah Perat uran Pemerint ah ini diundangkan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran
Pemerint ah ini dengan penempat annya dal am Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 22 April 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 22 April 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR 68
-9-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2009
TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN
I. UMUM
Pengat uran Kawasan Perkot aan dalam Bab X Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah sebagaimana t elah beberapa kal i
diubah t erakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 t ent ang
Perubahan Kedua At as Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang
Pemerint ahan Daerah merupakan cermin pengakuan negara at as art i
st rat egis Kawasan Perkot aan sebagai simpul ut ama pert umbuhan
pembangunan guna perwuj udan t uj uan pembangunan nasional .
Pasal 199 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan
Daerah t elah menet apkan Kawasan Perkot aan ke dalam 3 (t iga) bent uk yait u
kot a sebagai daerah ot onom, bagian daerah kabupat en yang memiliki ciri
perkot aan, dan bagian dari dua at au lebih daerah yang berbat asan l angsung
dan memiliki ciri perkot aan. Mengingat sist em pemerint ahan Indonesia yang
membagi seluruh wilayah t anah air Indonesia ke dalam wilayah
pemerint ahan provinsi, kabupat en/ kot a, maka dalam penet apan bat as
Kawasan Perkot aan menganut prinsip sebagai berikut :
a. t idak ada Kawasan Perkot aan di dalam Kawasan Perkot aan. Prinsip ini
memiliki makna bahwa di Kawasan Perkot aan daerah ot onom t idak
dikenal adanya Kawasan Perkot aan lainnya t ermasuk pembent ukan
Kawasan Perkot aan Baru.
b. t idak ada Kawasan Perkot aan yang berada di perbat asan ant ara daerah
kabupat en dengan perbat asan kot a sebagai daerah ot onom. Kawasan
Perkot aan yang sepert i it u diasumsikan sebagai Kawasan Perkot aan yang
berdiri t unggal di wilayah daerah kabupat en.
Pengakuan negara at as keberadaan Kawasan Perkot aan membawa
konsekuensi perlunya pengat uran secara khusus model pengelolaan Kawasan
Perkot aan dipandang dari sudut penyelenggaraan sist em pemerint ahan
daerah. Pengat uran model lain pengelol aan Kawasan Perkot aan guna
opt imalisasi t uj uan pembangunan nasional dan daerah yang diemban
berbagai sekt or dimungkinkan namun hendaknya diupayakan sej alan dengan
model pengelolaan Kawasan Perkot aan yang diat ur di dalam Perat uran
Pemerint ah ini.
Pembent ukan Kawasan Perkot aan dan penyelenggaraan pemerint ahan
daerah di kot a sebagai daerah ot onom t elah diat ur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah dan dalam undangundang pembent ukan kot a sebagai daerah ot onom. Oleh karena it u t it ik
berat dari Perat uran Pemerint ah ini lebih banyak diarahkan pada
pengat uran Kawasan Perkot aan di luar kot a sebagai daerah ot onom. Namun
demikian, dalam hal-hal t ert ent u Perat uran Pemerint ah ini j uga berlaku
bagi Kawasan Perkot aan yang merupakan kot a sebagai daerah ot onom.
Tuj uan pengat uran t ent ang pengelolaan Kawasan Perkot aan ini adalah
sebagai berikut :
a. meningkat kan f ungsi Kawasan Perkot aan secara serasi, selaras, dan
seimbang ant ara kawasan perdesaan dengan Kawasan Perkot aan;
- 10 -
b. mendorong dinamika kegiat an pembangunan perkot aan sehingga dicapai
kehidupan perkot aan yang layak, dinamis, opt imal, berwawasan
lingkungan, berkeadilan, sert a menunj ang pelest arian nilai-nilai budaya;
c. menyelenggarakan pemerint ahan di Kawasan Perkot aan yang mampu
memberikan pelayanan perkot aan secara ef ekt if dan ef isien kepada
Masyarakat Kawasan Perkot aan;
d. meningkat kan peran pemerint ah dan Masyarakat t ermasuk dunia usaha
dalam pembangunan Kawasan Perkot aan sebagai usaha bersama sesuai
dengan t at anan yang ef isien, ef ekt if , demokrat is, dan bert anggung
j awab;
e. mendayagunakan seluruh pot ensi yang dimiliki oleh pemerint ah dan
Masyarakat t ermasuk dunia usaha dalam upaya mencipt akan Kawasan
Perkot aan sebagai ruang kehidupan yang serasi, selaras, seimbang,
layak, berkeadilan, berkelanj ut an, dan menunj ang pelest arian nilai-nilai
sosial budaya.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas.
Pasal 2
Cukup j elas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Yang dimaksud “ perat uran daerah kabupat en” adalah perat uran
daerah t ent ang rencana t at a ruang wilayah kabupat en.
Ayat (3)
Cukup j elas.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup j elas.
Huruf b
Perset uj uan gubernur yang dimaksud dalam ket ent uan ini adal ah
perset uj uan dari gubernur pada provinsi masing-masing yang
berbat asan.
Huruf c
Cukup j elas.
Pasal 5
Cukup j elas.
Pasal 6
Cukup j elas.
- 11 -
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Ayat (3)
Pemerint ah provinsi melakukan koordinasi
perencanaan dan pengendalian pembangunan.
di
bidang
int egrasi
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Ayat (3)
Huruf a
Pendayagunaan sumber daya badan usaha swast a dan Masyarakat
dilaksanakan melalui pembent ukan badan usaha di wilayahnya.
Penggalian dan pendayagunaan sumber daya badan usaha swast a
dilakukan dalam rangka pengembangan Kawasan Perkot aan t anpa
menggunakan sumber-sumber dana dari Pemerint ah at au
pemerint ah daerah. Kegiat an ini t idak dimaksudkan unt uk mencari
keunt ungan.
Huruf b
Cukup j elas.
Huruf c
Cukup j elas.
Huruf d
Cukup j elas.
Huruf e
Cukup j elas.
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Ayat (3)
Pegawai negeri sipil yang dimaksud dalam ket ent uan ini t idak t ermasuk
pej abat f ungsional ant ara lain penelit i, guru, dosen, widyaiswara, dan
perencana.
Ayat (4)
Cukup j elas.
Pasal 10
Cukup j elas.
Pasal 11
Sumber pendanaan Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah dibat asi
unt uk belanj a kebut uhan operasional kant or lembaga sepert i gaj i, alat
t ulis kant or, rapat , dan perj alanan dinas guna mendukung pelaksanaan
- 12 -
t ugas dan f ungsi. Sumber pendanaan lainnya yang sah diperoleh dari
badan usaha swast a dan Masyarakat .
Pasal 12
Cukup j elas.
Pasal 13
Cukup j elas.
Pasal 14
Cukup j elas.
Pasal 15
Cukup j elas.
Pasal 16
Cukup j elas.
Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “ peremaj aan” adalah penat aan kembali area
t erbangun bagian Kawasan Perkot aan yang mengalami degradasi
kualit as lingkungan, degradasi f ungsi kawasan, dan/ at au penyesuaian
bagian Kawasan Perkot aan t erhadap rencana pembangunan Kawasan
Perkot aan.
Ayat (2)
Cukup j elas.
Pasal 18
Cukup j elas.
Pasal 19
Cukup j elas.
Pasal 20
Pengendalian dalam ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menj amin agar
rencana pembangunan dilakukan sesuai dengan perat uran perundangundangan.
Pasal 21
Cukup j elas.
Pasal 22
Cukup j elas.
Pasal 23
Cukup j elas.
Pasal 24
Huruf a
Cukup j elas.
- 13 -
Huruf b
Cukup j elas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “ daya dukung lingkungan” adalah kemampuan
lingkungan unt uk mendukung perikehidupan manusia dan makhl uk
hidup lainnya.
Huruf d
Cukup j elas.
Huruf e
Cukup j elas.
Pasal 25
Cukup j elas.
Pasal 26
Cukup j elas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup j elas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “ aset ” adalah t anah dan bangunan unt uk
prasarana dan sarana lingkungan, f asilit as sosial, dan f asilit as umum
yang sesuai dengan rencana t apak ( sit e pl an).
Ayat (3)
Cukup j elas.
Pasal 28
Cukup j elas.
Pasal 29
Cukup j elas.
Pasal 30
Cukup j elas.
Pasal 31
Cukup j elas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5004