PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA MEN

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA MENURUT
KURIKULUM 2013
Teha Sugiyo
STKIP Sebelas Maret Sumedang
dctrue1120102gmail.com
Abstrak
Kehidupan global dalam dunia terbuka dewasa ini memerlukan manusia-manusia yang
berkualitas. Kualitas manusia dapat dibina di antaranya melalui pendidikan secara umum dan
khususnya Pendidikan Bahasa Indonesia. Pendidikan Bahasa Indonesia telah mengalami
perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan yang pesat sesuai dengan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif dari berbagai sumber data, terutama Kurikulum 2013, buku guru dan
buku siswa SMA, hasil kajian menunjukkan adanya nuansa baru yang perlu dicermati dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Pembahasan mengenai pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA berdasarkan Kurikulum 2013 tentu sangat penting
dan dibutuhkan bagi para praktisi atau guru pengampu mata pelajaran itu di tingkat SMA.
Diharapkan pembahasan ini dapat menjadi salah satu pintu untuk membuka wawasan,
pemahaman, dan penguasaan, yang nantinya akan berdampak pada hasil pembelajaran yang
lebih maksimal.
Kata kunci: pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, SMA, Kurikulum 2013.


Pendahuluan
Kurikulum adalah rancangan ideal yang dibuat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Sukmadinata (1999), setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuantujuan tertentu. Pedoman untuk pencapaian tujuan-tujuan tersebut adalah kurikulum. Menurut
Beauchamp, kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Terdapat tiga
konsep kurikulum, yaitu kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai suatu sistem, dan
kurikulum sebagai suatu bidang studi. (Sukmadinata, 1999).
Perkembangan kurikulum di Indonesia terjadi dari masa ke masa. Setiap
perkembangan bertujuan untuk meningkat ke arah yang lebih baik. Perkembangan kurikulum
yang terjadi di Indonesia biasanya berkaitan dengan adanya pergantian kurikulum. Setiap
kurikulum yang pernah diimpelementasikan memiliki karakteristik yang berbeda, misalnya
dari segi isi. Isi yang dimaksud berkaitan dengan substansi materi pelajaran.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang diaplikasikan di Indonesia.
Kurikulum ini pun menawarkan kebaruan isi, misalnya pada substansi materi pelajaran
1

Bahasa Indonesia. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat perubahan materi yang berbeda
dari kurilum-kurikulum sebelumnya. Perubahan tersebut dapat dikatakan cukup signifikan,
terutama pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas.
Perkembangan substansi tersebut sangat menarik untuk dikaji. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan dan perkembangan yang terjadi pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan
(1) substansi pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, dan (2) isi buku guru dan
buku siswa SMA pada Kurikulum 2013, dan (3) model-moel pembelajaran, (4) evaluasi dan
(5) istilah-istilah baru dalam Kurikulum Bahasa Indonesia 2013.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode ini digunakan untuk mendeksripsikan data-data yang telah dikumpulkan
kemudian dianalisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi dokumentasi dan kepustakaan. Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data
mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013.

Data berasal dari

kurikulum 2013, berikut pelatihan implementasinya, buku guru dan siswa SMA, dan sumber
lain yang relevan. Data kemudian dianalisis dengan kajian kritis untuk kemudian disajikan
dalam makalah ini.

Pembahasan
Kurikulum terbaru ini menegaskan pentingnya keberadaan bahasa Indonesia sebagai
penghela dan pembawa ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada Kata Pengantar

Buku Guru SMA, kelas X dituliskan, “Buku ini dipersiapkan untuk mendukung kebijakan
Kurikulum 2013 yang tidak hanya mempertahankan bahasa Indonesia berada dalam daftar
pelajaran di sekolah, tetapi juga menegaskan pentingnya keberadaan bahasa Indonesia
sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan. Dengan paradigma baru tersebut, Badan
Bahasa terpanggil untuk bertindak menjadi agen perubahan pembelajaran bahasa Indonesia di
sekolah. Perubahan pembelajaran itu tercermin dalam buku yang dirancang berbasis teks ini”.
Melalui buku ini, diharapkan siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai
dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, bahasa
Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang
2

mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosialbudaya akademis. Teks dimaknai satuan bahasa yang mengungkapkan makna kontekstual.
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip
bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau
kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk
kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan
bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang
digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa
merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsipprinsip itu, perlu disadari bahwa setiap teks memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain
berbeda. Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan

demikian, makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir
yang dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu,
siswa dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi,
mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis.
Kurikulum 2013 menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis. Pada satu saat, bahasa tidak dituntut
dapat mengekspresikan sesuatu dengan efisien karena ingin menyampaikannya dengan indah
sehingga mampu menggugah perasaan penerimanya. Pada saat yang lain, bahasa dituntut
efisien dalam menyampaikan gagasan secara objektif dan logis supaya dapat dicerna dengan
mudah oleh penerimanya. Dua pendekatan mengekspresikan dua dimensi diri, perasaan dan
pemikiran, melalui bahasa perlu diberikan berimbang.
Sejalan dengan peran di atas, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang Pendidikan
Menengah Kelas X yang disajikan dalam buku ini disusun dengan berbasis teks, baik lisan
maupun

tulis,

dengan

menempatkan


Bahasa

Indonesia

sebagai

wahana

untuk

mengekspresikan perasaan dan pemikiran. Di dalamnya dijelaskan berbagai cara penyajian
perasaan dan pemikiran dalam berbagai macam jenis teks. Pemahaman terhadap jenis, kaidah
dan konteks suatu teks ditekankan sehingga memudahkan peserta didik menangkap makna
yang terkandung dalam suatu teks maupun menyajikan perasaan dan pemikiran dalam bentuk
teks yang sesuai sehingga tujuan penyampaiannya tercapai, apakah untuk menggugah
perasaan ataukah untuk memberikan pemahaman.
Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, kemampuan berbahasa yang dituntut
3


tersebut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan
pengetahuan tentang jenis, kaidah dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan keterampilan
menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan, dan bermuara pada
pembentukan sikap kesantunan dan kejelian berbahasa serta sikap penghargaan terhadap
Bahasa Indonesia sebagai warisan budaya bangsa.
Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian,
makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat
digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu, siswa dapat
mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan,
mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis secara memadai.
Teks dapat diperinci ke dalam berbagai jenis, seperti deskripsi, penceritaan (recount),
prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat, iklan, catatan harian, negosiasi,
pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis teks itu dapat dikelompokkan ke
dalam teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Dua kelompok yang disebut terakhir itu
merupakan teks nonsastra yang masing-masing dapat dibagi lebih lanjut menjadi teks laporan
dan teks prosedural serta teks transaksional dan teks ekspositori. Sementara itu, teks cerita
merupakan jenis teks sastra yang dapat diperinci menjadi teks cerita naratif dan teks cerita
nonnaratif. Sesuai dengan Kurikulum 2013, buku siswa kelas X ini memuat lima pelajaran
yang terdiri atas dua jenis teks faktual, yaitu laporan hasil observasi dan prosedur kompleks;
dua jenis teks tanggapan, yaitu teks negosiasi dan teks eksposisi; dan satu jenis teks cerita,

yaitu teks anekdot. Sebagai tambahan, pada bagian akhir buku ini disajikan satu pelajaran
yang memuat gabungan lima jenis teks tersebut. (h. v-vi)
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk
mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata
pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar
per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep
pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam
sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah
sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester.
Kompetensi Dasar untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sebagai salah satu
perangkat kelengkapan Dokumen Kurikulum 2013. Penyusunan dokumen ini dalam rangka
4

menindaklanjuti program-program prioritas yang tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2010-2014 dan dalam Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan Nasional 2010-2014.
Selain berisi deskripsi Kompetensi Dasar, dokumen ini berisi pula Kompetensi Inti dan
Struktur Kurikulum. Kompetensi Dasar dikembangkan dari Kompetensi Inti, sedangkan
pengembangan Kompetensi Inti mengacu pada Struktur Kurikulum. Kompetensi Inti

merupakan kompetensi yang mengikat berbagai Kompetensi Dasar ke dalam aspek sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus dimiliki peserta didik untuk setiap
kelas melalui pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa aktif. Kompetensi Dasar
merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas.
Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas:
1. Kelompok mata pelajaran wajib yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A
adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek
kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang lebih
menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.
2. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan terdiri atas 3 (tiga) kelompok yaitu Peminatan
Matematika dan Sains, Peminatan Sosial, dan Peminatan Bahasa.
3. Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat yaitu mata pelajaran yang dapat diambil oleh
peserta didik di luar Kelompok Mata Pelajaran Peminatan yang dipilihnya tetapi
masih dalam Kelompok Peminatan lainnya. Misalnya bagi peserta didik yang memilih
Kelompok Peminatan Bahasa dapat memilih mata pelajaran dari Kelompok
Peminatan Sosial dan/atau Kelompok Peminatan Matematika dan Sains.
4. Mata Pelajaran Pendalaman dimaksudkan untuk mempelajari salah satu mata
pelajaran dalam kelompok Peminatan untuk persiapan ke perguruan tinggi.
5. Mata Pelajaran Pilihan Lintas Minat dan Mata Pelajaran Pendalaman bersifat

opsional, dapat dipilih keduanya atau salah satu.

Buku Guru

5

Dalam buku guru termuat petunjuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru.
Skenario yang ditulis secara rinci tahap demi tahap dari awal sampai akhir, dengan langkahlangkah:
1) Pembangunan Konteks / Situasi Pembelajaran
2) Pemodelan Teks Laporan Hasil Observasi
3) Kerjasama Membangun Teks Laporan Hasil Observasi
4) Kerja Mandiri Membangun Teks Laporan Hasil Observasi.
Rincian petunjuk pelaksanaan yang harus dilakukan guru itu merupakan belati bermata dua.
Di satu sisi, guru yang malas berpikir, akan menganggap skenario itu merupakan panduan
yang secara spontan dapat dilakukan tanpa berpikir lagi. Guru yang kreatif justru menjadi
mati kutu, karena harus mengikuti alur pemikiran yang kadang tidak sejalan. Di sini letak
benturan antara aktifitas guru dan siswa . Mengharapkan aktif kreatif tetapi masih disuapi
dengan panduan yang harus dilakukan….
Buku Siswa
Organisasi Penataan Materi Buku Wajib Bahasa Indonesia

Materi pembelajaran buku wajib bahasa Indonesia untuk siswa SMA/MA/SMK/MAK
disajikan ke dalam enam pelajaran, yaitu:
1. Gemar Meneroka Alam Semesta (Pelajaran I),
2. Proses Menjadi Warga yang Baik (Pelajaran II),
3. Budaya Berpendapat di Forum Ekonomi dan Politik (Pelajaran III),
4. Kritik dan Humor dalam Layanan Publik (Pelajaran IV),
5. Seni Bernegosiasi dalam Kewirausahaan (Pelajaran V), dan
6. Teks dalam Kehidupan Nyata (Pelajaran VI).
Perlu dipahami buku itu tidak membahas tuntas semua materi dalam pelajaran yang
bersangkutan. Tingkat kedalaman materi disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa
SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Pendalaman materi dilakukan bertahap di kelas XI dan XII.
Kurikulum BI selama ini selalu memperhatikan adanya pembelajaran kemampuan
berbahasa Indonesia dan kemampuan bersastra. Teks dalam kurikulum 2013 dapat juga
dibedakan antara teks sastra dan teks nonsastra. Berdasarkan kajian KD pada kurikulum
2013 untuk SMA/MA, mata pelajaran Bahasa Indonesia ditemukan 14 teks yang meliputi 6
teks sastra dan 8 teks nonsastra. Dengan demikian teks sastra berbobot 43% dan teks
6

nonsastra 57%. Teks sastra tersebut adalah teks cerita pendek, teks pantun, teks cerita ulang,
teks film/drama, teks cerita sejarah, dan teks novel.

Data di atas menunjukkan bahwa teks sastra memiliki bobot yang lebih sedikit
dibanding teks nonsastra, dan setiap jenjang sekolah tidak mendapatkan teks sastra secara
lengkap. Temuan ini menunjukkan bahwa penyusunan kuriklum 2013 kurang memperhatikan
perbandingan antara teks sastra dan teks nonsastra. Begitu pula kurikulum 2013 kurang
memperhatikan kelengkapan muatan teks sastranya. Di SD tidak diajakan teks drama. Di
SMP tidak diajarkan teks puisi, teks drama, teks novel, teks cerita rakyat (legenda, mithe, dan
dongeng). Adapun di SMA tidak diajarkan teks puisi, teks hikayat, dan teks cerita rakyat.
Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Metode

pembelajaran

untuk

buku

bahasa

Indonesia

wajib

mengutamakan

pembelajaran berkelompok, berpasangan, dan mandiri. Pada prinsipnya, pembelajaran di
kelas hanya menyampaikan pengetahuan pokok dan memberikan dasar-dasar untuk
pendalaman materi dengan melaksanakan tugas kelompok, berpasangan, dan mandiri. Untuk
mendalami materi pembelajaran teks, guru perlu memanfaatkan sebanyak mungkin sumber
belajar yang tersedia di lingkungan sekitar sekolah. Sesuai dengan ketersediaan sumber
belajar, tugas tambahan membaca buku perlu diberikan kepada setiap siswa dan hasil
pelaksanaan tugas itu ditulis oleh siswa dengan menggunakan format yang telah ditentukan
dalam panduan evaluasi pembelajaran ini. Selama proses pembelajaran teks berlangsung, apa
pun metode yang diterapkan guru perlu diupayakan agar siswa terpukau dan gemar belajar.
Kurikulum 2013 tidak menjelaskan secara rinci bagaimana pendekatan pembelajaran
bahasa Indonesia termasuk sastra sebagaimana pada kurikulum sebelumnya. Membahas
substansi teks sastra dalam kurikulum ini berdasarkan interpretasi terhadap kompetensi
dasar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. KD merupakan kompetensi setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti (KI). KI sendiri ada 4
kelompok yang saling terkait: sikap keagamaan (KI1), sikap social (KI2), pengetahuan (KI3,
dan penerapan pengetahuan (KI4). Hasil kajian terhadap KD yang memuat teks sastra, dapat
dinyatakan, teks sastra dipelajari sebagai pengetahuan dan penerapan pengetahuan. Jadi aspek
KI1 dan KI2 kurang terjamah. Substansi teks sastra di SMA/MA yang lain, adalah semua teks
sastra digunakan untuk memahami dan menggunakan struktur dan kaidah-kaidah teks, baik
secara lisan maupun tulisan.

7

Model-model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
Tema Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang
produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang terintegrasi.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang
berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh
melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik
terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan

model pembelajaran

berbasis penyingkapan/penelitian

(discovery/inquiry

learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik agar menghasilkan karya kontekstual,
baik individual maupun kelompok, maka sangat dianjurkan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut
Sikap
Menerima
Menalar
Menghargai
Menghayati,
Mengamalkan
-

Pengetahuan
Mengingat
Memahami
Menerapkan
Menganalisis
Mengevaluasi
-

Keterampilan
Mengamati
Menanya
Mencoba
Menjalankan
Menyaji
Mencipta

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran.
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik
8

dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan
karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan.
1) Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran
berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas
tersebut.
2) Pengetahuan
Pengetahuan

dimiliki

melalui

aktivitas

mengetahui,

memahami,

menerapkan,

menganalisis,

mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam

domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar
dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu,
dan tematik menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual,
baik individual maupun kelompok, menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3) Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang
diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu
melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan
/penelitian (discovery/inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based learning).
Pembelajaran dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung terjadi secara
terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang
menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara
bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD
pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang
menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
9

Penekanan pembelajaran terletak pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran
yaitu menggunanakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Apabila pendekatan
ilmiah tidak tepat diaplikasikan secara prosedural pada mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu maka proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat nonilmiah.
Sedangkan materinya merujuk pada standar berbasis teks, seimbang antara tulis dan
lisan, yang menekankan pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan
gagasan dan pengetahuan. Penguasaan kompetensi terkait teks: menyusun (melalaui
pemahaman terhadap kaidah, struktur, dan konteks), membedakan, menilai, menyunting,
menangkap makna, meringkas, menyajikan ulang dalam bahasa sendiri, menekankan ekspresi
dan spontanitas dalam berbahasa sedangkan pengetahuan sebagai kontennya.
Berdasarkan uraian tersebut maka proses pembelajaran mencakup lima pengalaman
belajar pokok yaitu:
1) mengamati;
2) menanya;
3) mengumpulkan informasi;
4) mengasosiasi
5) mengkomunikasikan; dan
6) mencipta
Jadi, dalam kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, discovery/inquiry learning, pembelajaran berbasis
proyek dan pembelajaran nonklasikal.
Pendekatan pembelajaran saintifik bernuansa:
a) mengajak siswa untuk mengamati
b) memotivasi siswa untuk menanya
c) memotivasi siswa untuk mengumpulkan data
d) memotivasi siswa untuk menalar/menganalisis data
e) memotivasi siswa untuk menyimpulkan
10

f) memotivasi siswa untuk mengkomunikasikan kesimpulan
Model pembelajaran dengan pendekatan discovery/inquiry learning: mengajak siswa
untuk mencari tahu, dan untuk membuktikan.
Pembelajaran berbasis proyek: (a) menyiapkan proyek untuk dikerjakan siswa; dan (b)
membiasakan siswa bekerja berkolaborasi.
Pembelajaran nonklasikal terutama dengan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler sebagai
implementasi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan pembelajaran
berbasis proyek.
Evaluasi dalam Kurikulum 2013
Evaluasi atau penilaian dalam kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mengukur tingkat
berpikir siswa mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Evaluasi sebaiknya menekankan
pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam, bukan hanya hafalan. Evaluasi juga
mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja, dan menggunakan portofolio
pembelajaran siswa.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 Bab II,
Bagian E poin e nomor 1) dan 2) menyatakan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas laporan hasil penilaian oleh pendidik yang
berbentuk:
1. Nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian kompetensi
pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil pembelajaran tematik-terpadu.
2. Deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.
Penilaian oleh pendidik dilaksanakan secara berkesinambungan (terus-menerus) untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian oleh pendidik
pada dasarnya digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, dasar
memperbaiki proses pembelajaran, dan bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar
peserta didik.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
11

memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan
setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).
Prinsip penilaian:
a. Sahih
b. Objektif
c. Adil
d. Terpadu
e. Ekonomis
f. Transparan
g. Menyeluruh dan berkesinambungan
h. Sistematis
i.

Akuntabel

j. Edukatif
Pendekatan penilaian
a. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK)
b. PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria

ketuntasan minimal (KKM).
c. KKM Pengetahuan dan Keterampilan : > 2.66
d. KKM Sikap : Baik

Penilaian Kompetensi Pengetahuan
a. Penilaian Kompetensi Pengetahuan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik)
b. Penilaian Pengetahuan terdiri atas:
1) Nilai Harian (NH)
2) Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS)
3) Nilai Ulangan Akhir Semester (UAS)
c. Nilai Harian (NH) diperoleh dari hasil ulangan harian yang terdiri dari: tes tulis, tes
lisan, dan penugasan yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran satu
Kompetensi Dasar (KD).
12

d. Nilai Ulangan Tengah Semester (NUTS) diperoleh dari hasil tes tulis yang
dilaksanakan pada tengah semester. Materi Ulangan Tengah Semester mencakup
seluruh kompetensi yang telah dibelajarkan sampai dengan saat pelaksanaan UTS.
e. Nilai Ulangan Akhir Semester (NUAS) diperoleh dari hasil tes tulis yang
dilaksanakan di akhir semester. Materi UAS mencakup seluruh kompetensi pada
semester tersebut.
f. Penghitungan Nilai Pengetahuan diperoleh dari rata-rata Nilai Proses (NP),
Ulangan Tengah Semester (UTS), Ulangan Akhir Semester (UAS)/Ulangan
Kenaikan Kelas (UKK) yang bobotnya ditentukan oleh satuan pendidikan.
g. Penilaian Kompetensi pengetahuan dapat menggunakan rentang nilai seperti pada
tabel 2 untuk membantu guru dalam menentukan nilai.
Penilaian Keterampilan
a. Penilaian Keterampilan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik).
b. Penilaian Keterampilan diperoleh melalui penilaian kinerja yang terdiri atas:

1) Nilai Praktik
2) Nilai Portofolio
3) Nilai Proyek
Penilaian Sikap
a. Penilaian Sikap (spiritual dan sosial) dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran
(Pendidik)
b. Penilaian Sikap diperoleh menggunakan instrumen:
1)

Penilaian observasi

2)

Penilaian diri sendiri

3)

Penilaian antar peserta didik

4)

Jurnal catatan guru

Rentang Nilai Kompetensi Sikap
No.

Nilai

Predikat

Nilai
Sikap

1

0,00

˂

Nilai



D

1,00
13

2

1,00 ˂

Nilai



1,33

D+

3

1,33 ˂

Nilai



1,66

C-.

4

1,66 ˂

Nilai



2,00

C

5

2,00 ˂

Nilai



2,33

C+

6

2,33 ˂

Nilai



2,66

B-

7

2,66 ˂

Nilai



3,00

B

8

3,00 ˂

Nilai



3,33

B+

9

3,33 ˂

Nilai



3,66

A-

10

3,66 ˂

Nilai



4,00

A

KURANG

CUKUP

BAIK

SANGAT
BAIK

Istilah-istilah baru dalam kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 memunculkan berbagai istilah baru, yang kadang dapat membuat
pembacanya terhenyak. Istilah-istilah itu muncul tanpa penjelasan sebelumnya, sehingga
guru-guru (lama), merasa kebingungan dan menanggapi dengan menggerundel. Bahkan ada
juga yang senyum-senyum karena istilah-istilah itu terasa mengada-ada, karena sudah ada
kata yang lebih populer, seperti: menanya, eksplanasi, meneroka, dsb. Bertebarannya istilahistilah baru itu mau tidak mau membuat pembacanya harus rajin “meneroka” , “menanya”,
dan mencari berbagai sumber untuk mendapat “eksplanasi”, sehingga dapat memahami
maknanya secara pas.
Beberapa istilah baru yang sempat penulis jumpai lalu coba penulis cari maknanya adalah
sebagai berikut.
Saintifik; Kata ini tidak diketemukan dalam KBBI. Dari istilah Inggris, ada “ scientific” : 1.
of or relating to the practice of science : scientific journals (source: wordnet30);

2.

conforming with the principles or methods used in science ; a scientific approach (source:
wordnet30); 3. of or pertaining to science; used in science; as, scientific principles; scientific
apparatus; scientific observations.
Sinonim kata “saintifik”, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia adalah: alamiah, keilmuan.

14

Pendekatan saintifik : Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta
didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”.
Meneroka; (menurut KBBI3) maknanya: membuka daerah atau tanah baru (untuk sawah,
ladang, dsb); merintis; menjelajahi: Misalnya: para transmigran ~ hutan belantara untuk
dijadikan kampung; Sinonim kata ini, atau yang ada kaitannya (related words) adalah:
meneliti, membuka, menyelidiki, meninjau, memeriksa.
Menanya; mengajukan pertanyaan; bertanya: sebelum ~ , pikirlah baik-baik; Kata-kata
yang berkaitan: tanya, bertanya, mempertanyakan, menanya, menanyai, menanyakan,
penanya, penanyaan, pertanyaan,
Wahana; 1. kendaraan; alat pengangkut; 2. alat atau sarana untuk mencapai suatu tujuan:
koperasi diharapkan menjadi -- untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. 3. tafsir mimpi;
alamat.
Penghela; penarik: ia menggunakan sapi sebagai ~ gerobaknya. Kata-kata yang berkaitan:
hela, menghelakan, helaan, penghela, menghela. Dari kata “penghela” divisualisasikan ada
kata-kata: pengeret, penyeret helaan, seretan, penarik, tarikan. Dari asal kata/istilah “hela”,
diturunkan / divisualisasikan kata/istilah: menganjur, menyeret, menjujut, menolak,
menggelandang, menggandeng.
Teks; (1) Kata ini bersinonim dengan: bacaan, lektur, manuskrip, naskah, pustaka, skrip,
tulisan surat, wacana. Menurut Nuril Anwar: (2) Teks adalah satuan lingual yang dimediakan
secara tulis atau lisan dengan tata organisasi tertentu untuk mengungkapkan makna secara
kontekstual. Istilah teks dan wacana dianggap sama dan hanya dibedakan dalam hal bahwa
wacana lebih bersifat abstrak dan merupakan realisasi makna dari teks. Jenis-jenis teks yang
secara umum dikenal adalah deskripsi, laporan, prosedur, penceritaan, eksplanasi, eksposisi,
diskusi, surat, editorial, iklan, negosiasi, anekdot, naratif, eksemplum, dan lain-lain. Jenisjenis teks tersebut mempunyai struktur teks yang berbeda dan memanfaatkan bentuk-bentuk
bahasa yang berbeda (misalnya, jenis verba, konjungsi, partisipan, dan kelompok kata).
15

Struktur teks dan bentuk-bentuk bahasa itu menjadi ciri-ciri yang menandai teks-teks
tersebut.
Eksemplum: Jenis teks rekaan yang berisi insiden yang menurut partisipannya tidak perlu
terjadi. Secara pribadi, partisipan menginginkan insiden itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat
berbuat apa-apa. Struktur teksnya adalah abstrak ^ orientasi^ insiden ^ interpretasi ^ koda.
Eksplanasi : Jenis teks yang menjelaskan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Pada teks
eksplanasi, sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa
tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi sesudahnya. Struktur teksnya adalah
pernyataan umum ^ urutan alasan logis.
Transitivitas : aspek gramatika yang menyangkut verba, partisipan, dan sirkumtansi yang
berkaitan dengan verba tersebut. Secara eksperiensial, klausa merupakan sarana untuk
mengaktualisasikan pola pengalaman manusia terhadap peristiwa yang berlangsung di
sekitarnya (yang direalisasikan oleh verba atau kelompok verba). Partisipan umumnya berupa
pelaku (yang direalisasikan oleh nomina atau kelompok nomina). Sirkumstansi merupakan
perwujudan dari keterangan (tempat, waktu, cara) yang mencakupi terealisasinya verba di
dalam kalimat.

Sirkumstansi (yang tidak selalu ada dalam kalimat) direalisasikan oleh

adverbia atau kelompok adverbia. => Verba.
Makna metafungsi: makna yang secara simultan terbangun dari tiga fungsi bahasa, yaitu
fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. => Fungsi.
Kalimat simpleks: (1) kalimat yang hanya terdiri atas satu struktur dengan satu verba utama,
Contoh : Tumbuh-tumbuhan tergolong ke dalam makhluk hidup.
(2) kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa,
atau keadaan. Kalimat simpleks (yang sesungguhnya sama dengan kalimat tunggal) hanya
mengandung satu struktur: subjek > predikatror > (pelengkap) > (keterangan).
Unsur yang diletakkan di dalam kurung belum tentu ada dalam kalimat. Pada contoh berikut
ini yang dimaksud verba utama adalah menulis. Verba tinggal pada unsur subjek dianggap
bukan verba utama. Kalimat tersebut mempunyai satu struktur, yaitu subjek > predikator >>
keterangan cara. Contoh kalimat simpeks: Pak guru yang tinggal di rumah dinas itu menulis
dengan baik.
16

Kalimat kompleks: (1) Kalimat yang terdiri atas dua struktur atau lebih dengan dua verba
atau lebih. Contoh : Benda di dunia dapat dikelompokkan atas persamaan dan perbedaannya.
(2) Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau
keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu struktur.
Struktur yang satu dan struktur yang lain biasanya dihubungkan oleh konjungsi, tetapi sering
pula hubungan itu hanya ditunjukkan oleh tanda koma atau titik koma, bahkan tidak
ditunjukkan oleh tanda baca apa pun.
Kalimat kompleks dibagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat kompleks parataktik dan kalimat
kompleks hipotaktik.
Kalimat kompleks parataktik : kalimat kompleks yang terdiri atas dua struktur atau lebih
yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar dengan makna, antara lain dan, tetapi,
dan atau. Contoh berikut ini mengandung dua verba utama, yaitu masing-masing disebut,
dalam dua struktur yang dirangkaikan oleh konjungsi dan. Contoh tersebut mempunyai dua
struktur (yang kebetulan sama), yaitu masing-masing subjek ^ predicator ^ pelengkap.
Struktur 1 dan struktur 2 berhubungan secara sejajar dengan konjungsi dan.
Contoh: Yang pertama sering disebut mahkluk hidup dan yang kedua disebut mahkluk mati.
Struktur 1
Yang pertama
Subjek
Struktur 2
Dan
kata perangkai:

disebut
predikator

makhluk hidup
pelengkap

yang kedua
subjek

disebut
predikator

makhluk mati.
pelengkap

konjungsi
Kalimat kompleks hipotaktik : kalimat kompleks yang dapat dinyatakan dengan hubungan
konjungtif tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila, jika, karena, dan ketika. Pada
contoh berikut ini, struktur 1 dan struktur 2 dirangkaikan dengan konjungsi apabila. Kedua
struktur itu berhubungan secara tidak sejajar. Struktur 2 menjadi syarat berlangsungnya
kejadian pada struktur 1.
Contoh: Tanaman kacang itu akan tumbuh subur apabila petaninya rajin menyiramnya.
Struktur 1
Tanaman kacang itu
Subjek
Struktur 2
apabila
kata
konjungsi

akan tumbuh
Predicator
petaninya

perangkai: subjek

Subur
Pelengkap

Rajin

nya

menyiram
predikator

pelengkap

17

Kritik dan Temuan di Lapangan Tentang Kurikulum Bahasa Indonesia 2013
Kehadiran kurikulum baru senantiasa mengundang tanggapan, karena menyangkut
hajat hidup orang banyak, khususnya orang-orang yang berkaitan dengan dunia pendidikan.
Kurikulum 2013 pun tak lepas dari tanggapan. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa setiap
ganti menteri, ganti kurikulum, ganti kebijakan. Ada kesan bahwa pergantian kurikulum sarat
dengan muatan politis, sehingga aspek kesinambungan dan tanggung jawab pendidikan
kurang mendapatkan perhatian. Ada kesan juga bahwa meskipun kurikulum sudah
dipersiapkan oleh beberapa ahli namun tetap saja ada hal yang masih kurang melibatkan
orang-orang di lapangan yang secara fakta justru menjadi pelaksana kurikulum tersebut.
Dengan demikian kurikulum yang baru senantiasa memberi kesan dipaksakan, sudah
“diberikan dari atas”, sudah given. Jadi para pendidik dan tenaga kependidikan sebagai mau
tidak mau suka atau tidak suka harus menerima dan melaksanakan kurikulum tersebut.
Dari pemantauan di lapangan dan diskusi dengan sesama pembelajar, maka ada
beberapa catatan yang perlu dicermati tentang Kurikulum 2013, khususnya untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah menengah adalah sebagai berikut.
Kritik Peneliti terhadap Kurikulum 2013
 Kurikulum 2013 terkesan dipaksakan. Program kurikulum sebelumnya yang belum
nampak jelas hasilnya, dengan evaluasi yang juga belum tuntas, sudah dimunculkan lagi
kurikulum baru dengan tema dan sistem yang baru, yang sepertinya terkesan
menghapuskan kurikulum lama.
 Pelatihan guru belum merata. Program pelatihan guru-guru untuk mengoperasikan
kurikulum

2013, belum merata dan belum dapat dipastikan bahwa para guru yang

mengikuti pelatihan dpat memahami dan terampil menyampikan ulang baik kepada
sesama rekan guru maupun kepada anak didik. Keragaman daya serap guru peserta
pelatihan, dan dengan adanya istilah-istilah baru yang kadang membingungkan peserta,
18

membuat peserta pelatihan ini justru menjadi ragu dan bingung mau menyampaikan apa
dalam kegiatan belajar mengajar nantinya.
 Bahan ajar dan sarana pendidikan pada sekolah-sekolah di daerah tidak mendukung.
Sekolah-sekolah yang tidak memiliki sarana perpustakaan dan jauh dari jangkauan media
masa cetak, agak kesulitan untuk melengkapi bahan ajar demi kelancaran dan
keberhasilan kegiatan pembelajaran.
 Kurikulum 2013 yang dikatakan saintifik mengesankan, bahwa kurikulum sebelumnya
tidak saintifik. Orientasi kurikulum yang saintifik mengesankan bahwa hanya ranah
knowledge, pengetahuan yang menggunakan otak atau intelegensi yang lebih ditonjolkan.
 Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia tidak mengakomodasi ranah afeksi, hati,
perasaan, karena lebih menonjolkan saintifiknya, sehingga pembelajaran / pengalaman
imajinatif, sastra atau seni yang imajinatif diabaikan. Pengabaian ini, sesungguhnya justru
bertentangan dengan pendidikan karakter yang seringkali digembar-gemborkan,
meskipun secara tersurat ada materi-materi ajar tentang sastra, namun uraian dan
penjelasannya senantiasa dikaitkan dengan sains, sehingga terasa kering, tidak inspiratif.
 Tagline pada buku siswa/guru (SMA): Bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa
ilmu pengetahuan, terkesan merendahkan

fungsi dan kedudukan BI sebagai bahasa

persatuan, bahasa resmi kenegaraan, bahasa nasional. Kata “penghela” dan “pembawa”
mengasosiasikan (berkonotasi) dengan kuda beban atau sapi/kerbau yang menghela bajak
di sawah, atau menghela “cikar bobrok pembangunan”, yang kesannya justru kembali ke
masa silam, alih-alih kemajuan ilmu pengetahuan untuk menyongsong masa depan yang
siap bersaing dengan berbagai tantangan dan peluang di masa depan.
 Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 semakin berat dan
rumit. Dalam buku guru, guru telah dipatok dengan skenario yang harus dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran. Jika guru tidak mencermati, membaca atau mempelajarinya
sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar, niscaya guru tidak akan dapat melakukan
kegiatan pembelajaran secara optimal. Hasilnya sudah dapat dipastikan juga kurang
optimal. Guru juga tidak punya keleluasaan berimajinasi, berimprovisasi, karena skenario
telah disusun sedemikian rupa rinci dan rumit. Dengan demikian, dapat ditafsirkan buku
guru justru membuat guru bodoh dan tidak

kreatif. Memang benar, dalam metode

pembelajaran dikatakan pembelajaran kelompok, berpasangan atau mandiri. Hal ini justru
mengulang kembali program CBSA 1984 yang justru dipelesetkan membuat murid-murid

19

semakin banyak yang bodoh (CBSA = Cah Bodo Saya Akeh (jw) = Anak bodoh semakin
banyak). Atau cul budak siga anteng = biarkan anak semakin diam/pasif.
 Apa pun yang terjadi kurikulum 2013 harus tetap berlangsung. Biarkan anjing
menggonggong, kurikulum tetap berlalu. Kita lihat saja nanti hasilnya setelah 10 atau 20
tahun kemudian. Semoga memang apa yang dicita-citakan bersama menjadi kenyataan!!!

RUJUKAN
Kurikulum Pendidikan Bahasa Indonesia 2013.
Buku Siswa SMA Kurikulum 2013
Buku Guru SMA Kurikulum 2013
Main Sufanti. 2013. Bobot dan Subtansi Teks Sastra dalam Kurikulum 2013 serta Fungsinya
dalam Pendidikan Karakter.
Makalah dalam Proceeding Seminar Internasional
Pengembangan Peran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Mewujudkan Generasi Berkarakter.
Surakarta 28-29 September 2013. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Nuril Anwar dalam : http://gurubahasaindonesiasmkn10mlg.blogspot.com/2013/08/kamus-pembelajaranglosarium.html
http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=606aee8d0df7b899

20