DESAIN MANAJEMEN KEUANGAN PADA INSTITUSI
DESAIN MANAJEMEN KEUANGAN PADA INSTITUSI PENDIDIKAN:
STUDI KASUS PADA SMK TUNAS NUSANTARA KARANGANYAR
Yuliana FH1 , Kanzul Aini Hadikatul Ilmi2, Arina Hidayati3
Universitas Sebelas Maret Surakarta
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menghasilkan suatu lembaga pendidikan yang
berkualitas dibutuhkan sumber dana yang tidak sedikit. Karena untuk mencapai hal
tersebut perlu adanya berbagai perbaikan, baik perbaikan pada sumber daya
manusia, yakni kepala sekolah, guru dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan. Serta adanya perbaikan berbagai sarana prasarana penunjang demi
mencapai keberhasilan pembelajaran. Pengelolaan SMK memiliki karakteristik
tersendiri dibandingkan dengan jenis jalur pendidikan formal lainnya. Manajemen
pengelolaan keuangan SMK juga harus direncanakan dan dialokasikan secara tepat
guna, karena hal ini dapat berpengaruh pada ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Perencanaan yang dilakukan tidak hanya berkaitan pada prioritas
kebutuhan sekolah. Namun, juga perlu dilakukan estimasi mengenai pengalokasian
biaya dalam pelaksanaan kegiatan sekolah sehingga tidak terjadi over budget dan
dapat memaksimalkan penggunaan dana keuangan sekolah. Perencanaan memiliki
peran penting dalam manajemen keuangan sekolah, sehingga minimnya
perencanaan akan berpengaruh pada keberhasilan yang diperoleh. Tujuan dari
penelitian ini adalah Mengetahui temuan hasil observasi di SMK Tunas Nusantara,
Memahami desain manajemen keuangan pada SMK Tunas Nusantara dan
Memberikan alternatif upaya perbaikan sistem manajemen keuangan pada SMK
Tunas Nusantara.
Kata Kunci : Manajemen Keuangan, Institusi Pendidikan, Sekolah Menengah
Kejuruan
1. PENDAHULUAN
Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenis jalur pendidikan formal
yang bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja dan mampu
memenuhi kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu lulusan sekolah kejuruan
tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan saja, namun juga harus
dibekali dengan sejumlah keterampilan dan pengalaman yang mumpuni
untuk siap memasuki dunia kerja.
Thorogood (1982: 328) dalam Arwizet (2014) mengungkapkan bahwa
pendidikan kejuruan memiliki tujuan untuk: 1) memberikan bekal
keterampilan individual dan keterampilan yang laku di masyarakat,
sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang kehidupannya, 2)
membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan
dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang berakaitan dengan
pekerjaan yang diinginkannya, 3) mendorong produktivitas ekonomi secara
regional maupun nasional, 4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk
menopang perkembangan ekonomi dan industri, 5) mendorong dan
meningkatkan kualitas masyarakat.
1
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengungkapkan bahwa pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta
relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
dalam rangka mencapai pemerataan pendidikan adalah dengan melakukan
program Wajib Belajar 12 Tahun. Sehingga, hal ini dapat menjamin akses
pendidikan menengah seluas-luasnya bagi setiap warga Negara dan hal ini
merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan rata-rata
kualifkasi tenaga kerja di Indonesia.
Salah satu sumber pendanaan sekolah di Indonesia berasal dari dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan setiap tahunnya dengan
penyaluran dana dilakukan per triwulan atau per semester. Besaran dana
BOS bagi SMK dengan satuan biaya per siswa Rp 1.400.000/tahun.
Sehingga, besaran dana BOS yang diterima untuk tiap sekolah berbedabeda disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut. Hal
inilah yang menjadi kendala bagi sekolah-sekolah swasta dengan jumlah
siswa yang minim, hingga mereka harus memaksimalkan pengelolaan
keuangan dalam melaksanakan program kegiatan sekolah.
Manajemen pengelolaan keuangan SMK juga harus direncanakan dan
dialokasikan secara tepat guna, karena hal ini dapat berpengaruh pada
ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan yang dilakukan
tidak hanya berkaitan pada prioritas kebutuhan sekolah. Namun, juga perlu
dilakukan estimasi mengenai pengalokasian biaya dalam pelaksanaan
kegiatan sekolah sehingga tidak terjadi over budget dan dapat
memaksimalkan penggunaan dana keuangan sekolah. Perencanaan
memiliki peran penting dalam manajemen keuangan sekolah, sehingga
minimnya perencanaan akan berpengaruh pada keberhasilan yang
diperoleh. Hal ini sejalan dengan penjelasan Argyropoulou, Eleftheria (2009:
117) bahwa “lack of planning implies possible misuse of the allocated funds
as well as confusion and lack of organizing the head’s workload properly”.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam meningkatkan
sumber pendanaan sekolah secara mandiri ialah dengan mengembangkan
unit bisnis atau unit produksi sekolah. Dimana SMK sebagai salah satu jenis
pendidikan yang bertujuan untuk mengahsilkan lulusan siap kerja perlu
memiliki unit bisnis/unit produksi sendiri. Sehingga di wadah inilah para
siswa SMK dapat belajar secara langsung mengenai pengelolaan usaha.
Hingga nantinya hal ini dapat bermanfaat dalam menumbuhkan jiwa
wirausaha para lulusan SMK. Selain itu, keberadaan unit bisnis dan unit
produksi SMK memberikan manfaat besar lainnya, yakni dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber pendanaan keuangan yang besar jika dapat
dikelola dengan baik. Karena pada dasarnya pengelolaan unit bisnis atau
unit produksi secara optimal akan mewujudkan kemandirian pembiayaan
operasional sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui temuan
hasil observasi di SMK Tunas Nusantara, Memahami desain manajemen
keuangan pada SMK Tunas Nusantara dan Memberikan alternatif upaya
perbaikan sistem manajemen keuangan pada SMK Tunas Nusantara
2. KAJIAN TEORI
A. Manajemen Keuangan Sekolah
2
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pengembangan
kualitas sumber daya manusia. Tak dapat dipungkiri bahwa mutu
pendidikan yang baik didukung oleh pembiayaan yang mampu menunjang
proses pendidikan. Maka tak heran jika kini kian banyak berbagai institusi
pendidikan yang menawarkan program pendidikan dengan kualitas yang
baik dengan biaya pendidikan yang mahal dan hanya dapat dijangkau oleh
beberapa kalangan masyarakat.
Pengelolaan keuangan di sekolah harus menjadi perhatian dalam
pemanfaatannya secara efektif dan efsien. Sehingga, kepala sekolah
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di sekolah harus memiliki
kemampuan dalam manajemen keuangan sekolah. selain itu, kepala
sekolah juga memiliki wewenang untuk mencari dan memanfaatkan sumber
dana sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing. Leonarti, A.,
Suyatmini, Namiro, S. (2015: 4) menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan
sekolah meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi. Tujuannya ialah mengoptimalkan pembiayaan pendidikan dalam
rangka menghasilkan produktivitas pendidikan.
Argyropoulou, Eleftheria (2009: 114) dalam penelitiannya yang berjudul
“Financial Management in Greek State Schools” juga menjelaskan bahwa
pada siklus manajemen keuangan sekolah terdapat 4 bagian utama, yakni :
1. Centralization of resource
2. Allocation of resource
3. Implementation of resource
4. Common school expenses
Sistem pengelolaan pendidikan yang saat ini telah terdesentralisasi,
memberikan kewenangan bagi kepala sekolah dalam mengelola dan
mengatur kegiatan sekolah. tak terkecuali dalam pelaksanaan pengelolaan
keuangan. Pemerintah melalui program BOS akan menyalurkan dana
pendidikan yang dapat dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya, peran kepala sekolah beserta staf-nya harus dapat mengelola
dana pendidikan tersebut secara optimal. sehingga, pemanfaatan dana
tersebut memberikan dampak pada peningkatan kualitas mutu
pmebelajaran. Manajemen keuangan sekolah tidak hanya berhenti pada
proses pemanfaatan dana melalui penyusunan Rencana Anggaran Sekolah.
Namun, kepala sekolah juga harus menyusun laporan pertanggungjawaban
mengenai pemanfaatan dana keuangan sekolah kepada instansi terkait, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari terjadi berbagai penyelewengan dan
korupsi di sektor pendidikan.
B. Karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu bentuk jalur
pendidikan formal yang diterapkan di Indonesia. Finch dan Crunkilton (1979:
5) mengartikan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan untuk mencari
penghasilan bagi kehidupan atau pendidikan untuk bekerja (education for
work). Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Evans dan Edwin (1978:
24) dalam Arwizet (2014) bahwa “pendidikan kejuruan merupakan bagian
dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan
atau kelompok pekerjaan”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi
manusia produktif yang dapat langsung bekerja di bidangnya setelah
melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Pendidikan
3
menengah kejuruan harus dijalankan atas dasar prinsip investasi SDM
(human capital investment). Semakin tinggi kualitas pendidikan dan
pelatihan yang diperoleh seseorang, akan semakin produktif orang tersebut.
Akibatnya selain meningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan pula
daya saing tenaga kerja di pasar kerja global. Hal ini sejalan dengan tujuan
sekolah menengah kejuruan yang dituangkan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 15 ayat 2 tahun 2003 yakni mempersiapkan
tamatan yang berkualitas yang dapat diterima di Dunia Kerja, sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing.
Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan
dengn pendidikan umum, sebagaiman yang dijelaskan oleh Bukit (2014: 1314) bahwa kriteria yang harus dimiliki oleh pendidikan kejuruan adalah : (1)
orientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja; (2) jastifkasi khusus pada
kebutuhan nyata di lapangan; (3) fokus kurikulum pada aspek-aspek
psikomotorik, afektif dan kognitif; (4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya
terbatas di sekolah; (5) kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; (6)
memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; dan (7) adanya
dukungan masyarakat.
C. Konsep Penganggaran Modal (Capital Budgeting)
Keseluruhan proses
perencanaan
dan
pengambilan
keputusan
mengenai dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi
waktu satu tahun disebut penganggaran modal atau Capital Budgeting.
Menurut Andrew Graham dari School of Policy Studies Queens
University,“Capital Budgeting is a process used to evaluate investments in
long-term or capital assets”. Capital assets adalah aset yang dimiliki
perusahaan dengan usia atau masa pemanfaatan lebih dari setahun.
Biasanya dana atau biaya yang dikelola untuk menangani aset ini sangat
besar. Sehingga teknik penganggaran modal ini sifatnya sangat penting.
Menurut Eugene F. Brigham dan Michael C. Ehrhardt :“Capital Budgeting
is the decision process that managers use to identify those projects
that add to the frm’s value, and as such it is perhaps the most important
task faced by fnancial managers and their stafs”. Penganggaran modal
menjelaskan
tentang perencanaan
jangka
panjang
untuk
merencanakan dan mendanai proyek besar jangka panjang. Dalam
konteks
sebuah
negara atau pemerintahan, penganggaran modal
memiliki implikasi dua hal yaitu sebagai instrumen kebijakan fskal dan
untuk meningkatkan kekayaan bersih dari pemerintah. Dan untuk hal-hal
tertentu merupakan alat pembangunan daerah. Fungsi Capital Budgeting
antara lain untuk mengidentifkasi investasi yang potensial. Apabila telah
ditemukan, teknik ini
dapat pula digunakan untuk memilih alternatif
investasi. Setelah dipilih, kemudian dapat dilakukan audit dalam
pelaksanaannya.
3. METODE PENELITAN
Metode yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini ialah dengan
pendekatan eksploratif yang menggunakan studi pustaka, karena makalah
ini memperoleh informasi dari beberapa jurnal ilmiah maupun sumber
referensi lainnya yang relevan dengan dengan topik dan masalah yang
dikaji dalam penelitian ini. Selain itu, dilakukan observasi terhadap salah
satu lembaga pendidikan, yakni SMK Tunas Nusantara Jaten Karanganyar,
untuk memperoleh gambaran secara nyata mengenai proses pengelolaan
4
keuangan di sekolah tersebut. Selanjutnya data yang diperoleh di lapangan
akan dianalisis dan dibandingkan dengan teori manajemen keuangan
sekolah yang ada pada kajian literatur.
4. PEMBAHASAN
A. Desain Manajemen Keuangan Pada SMK Tunas Nusantara
Pada sistem pembiayaan pendidikan di Indonesia telah menggunakan
sistem desentralisasi. Dimana, pemerintah melalui program BOS
menyalurkan dana kepada tiap-tiap sekolah sesuai dengan jumlah siswa
yang dimiliki dan jenjang pendidikan tertentu. Sekolah diberikan kebebasan
untuk mengalokasikan dana pendidikan tersebut untuk penyelenggaraan
kegiatan operasional di sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya
penggunaan dana tersebut harus dilaporkan kepada pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
penggunaan dana keuangan sekolah.
Ikoya, Peter O. (2008: 630) menjelaskan bahwa “decentralization is a
more efcient method of managing schools’ infrastructure because it
promotes accountability and reduces ofcial corruption in schools
administration”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapata diketahui bahwa
desentralisasi lebih efsien dan dapat mengurangi terjadinya korupsi di
sekolah. namun, pada kenyataannya saat melakukan wawancara kepada
kepala sekolah SMK Tunas Nusantara menuturkan bahwa sekolah hanya
membuat laporan penggunaan dana BOS. Namun, untuk pemeriksaaan dan
evaluasi dari pemerintah daerah, yakni Pemerintah Kabupaten jarang
melakukan pemeriksaaan langsung di SMK Tunas Nusantara, pemeriksaan
rutin biasanya hanya dilakukan pada sekolah-sekolah Negeri. Padahal telah
dijelaskan dalam JUKNIS BOS SMK Tahun 2016 dalam Permendikbud Nomor
80 Tahun 2015 bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab dari
Pemerintah Kabupaten adalah melakukan koordinasi dengan Tim
Manajemen BOS Provinsi dalam melakukan monitoring dan evaluasi
program BOS SMK.
Jika monitoring dan evaluasi di sekolah tidak dilakukan dengan benar,
maka penerapan sistem desentralisasi, juga dapat memicu terjadinya
penyalahgunaan dana pendidikan. Yang nantinya berdampak pada kualitas
pendidikan. Karena, dana tersebut tidak dipergunakan sebagai upaya
peningkatan kualitas sekolah.
Sumber pendanaan utama di SMK Tunas Nusantara berasal dari program
BOS dan BOSDA yang disalurkan Pemerintah Pusat sebesar Rp 140.000,-/
siswa dalam satu tahun. Namun, berdasarkan penuturan Bapak Edi Mulyono
besaran dana BOS yang diterima sebesar Rp 130.000,-/ siswa dalam satu
tahun. Disini dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara peraturan yang
berlaku dengan realisasi dana yang diterima. Sehingga, dalam penyaluran
dana pendidikan masih terdapat kecurangan yang dilakukan oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan dana BOS yang diterima, dengan jumlah siswa yang hanya
sebesar 90 siswa. Berarti SMK Tunas Nusantara memperoleh dana BOS
sebesar Rp 11.700.000,- (90 siswa x Rp 130.000). melihat angka nominal ini
dapat dikatakan bahwa jumlah dana tersebut belum cukup untuk
membiayai kegiatan operasional sekolah. Sehingga, untuk menambah
pemasukan dana pihak sekolah memungut biaya SPP bagi siswa-siswi yang
mampu dan menggratiskan biaya bagi siswa yang kurang mampu.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa kebijakan yang dilakukan di SMK Tunas
5
Nusantara memiliki tujuan mulia, yakni melakukan pemerataan dan
mendukung program pemerintah dalam memberikan kesempatan sekolah
kepada siapapun.
Argyropoulou, Eleftheria (2009: 114) dalam penelitiannya yang berjudul
“Financial Management in Greek State Schools” juga menjelaskan bahwa
pada siklus manajemen keuangan sekolah terdapat 4 bagian utama, yakni:
(1) sentralisasi sumber daya (Centralization of resource), (2) alokasi sumber
daya (allocation
of resource), (3) implementasi sumber daya
(implementation of resource), dan (4) Common school expenses.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dalam mengatur pengelolaan
manajemen keuangan di SMK Tunas Nusantara dilakukan melalui rapat
kepala sekolah dengan pihak-pihak tertentu untuk mengalokasikan dan
menganggarkan dana yang dimiliki untuk menunjang kegiatan operasional
sekolah. Selanjutnya anggaran tersebut akan direalisasikan dan pihak
sekolah akan berupaya untuk meminimalkan pengeluaran, mengingat
minimnya dana yang dimiliki sekolah dengan menyusun skala prioritas
terhadap kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan disekolah.
Pungutan-pungutan lain yang dilakukan sekolah ini diantaranya untuk
biaya ujian semester, kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin), dan
pelaksanaan
Ujian
Kompetensi
Kejuruan
(UKK).
Padahal
dalam
permendikbud Nomor 80 Tahun 2015 dalam petunjuk teknis penggunaan
dana BOS diketahui bahwa dana BOS dialokasikan untuk hal-hal tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sebenarnya untuk biaya ujian semester,
Prakerin dan UKK telah tercover dalam dana BOS dan siswa tidak boleh
dibebankan untuk membayar biaya tambahan. Namun, kondisi keuangan
sekolah yang sangat minim mengharuskan pihak sekolah untuk mengambil
pungutan kepada siswa.
B. Upaya Perbaikan Sistem Manajemen Keuangan Pada SMK Tunas
Nusantara
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan
diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi SMK
Tunas Nusantara. Sehingga, terkesan sekolah ini kurang diminati oleh
masyarakat dan pelajar di wilayah Jaten Karanganyar. Permasalahan
administrasi yang kurang tertata baik di sekolah dapat dilihat dengan
kurang lengkapnya komponen-komponen administrasi sekolah yang berada
di ruang guru dan ruang kepala sekolah. selain itu, permasalahan sarana
dan prasarana sekolah dalam menunjang kegiatan proses belajar-mengajar
yang masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari kondisi bengkel dan
laboratorium kimia yang kurang terawat dan kondisi laboratorium komputer
sebagai tempat praktik siswa yang sudah lama dan ketinggalan zaman.
Wong, Evia O.W (2003: 243) menjelaskan bahwa sekolah dengan sistem
manajemen yang baik, harus memiliki hal-hal berikut:
a clear vision, underpinned by a set of values which will guide its
policies, procedures and practices
a strong focus on the student outcomes to improve
both
curriculum and teaching practice, and
a strong alliance of stakeholders, including parents, teachers, and
community members, working in partnership to develop the
potential of each and every student to the fullest extent.
Suatu lembaga pendidikan harus memiliki suatu visi yang jelas sebagai
pedoman dalam menetapkan kebijakan-kebijakan, prosedur dan kegiatan
6
yang akan mengarahkan pada pencapaian visi tersebut. SMK Tunas
Nusantara memiliki visi yakni “Unggul dalam berkarya, berwirausaha,
berkarakter bangsa dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
Berdasarkan visi tersebut, seharusnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
SMK Tunas Nusantara harus berorientasi pada visi tersebut. Salah satu
karya yang dapat dihasilkan di SMK tersebut adalah dapat memproduksi
sabun Lerak yang dapat digunakan untuk membersihkan pakaian batik.
Namun, hasil ini sebenarnya belum dilaksanakan secara optimal.
Seharusnya sekolah ini dapat mengembangkan berbagai hasil produksi
lainnya sesuai dengan bidang keahlian yang ada di sekolah ini. Sehingga,
produk tersebut dapat dikomersilkan untuk berkontribusi dalam menambah
sumber pemasukan sekolah dan sebagai wadah bagi siswa dalam
mempraktikkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Namun, untuk
melaksanakan hal ini masih ditemui berbagai kendala yang dihadapi, salah
satunya ialah keterbatasan sarana-prasarana yang diperlukan dalam
menunjang kegiatan produksi. Hal ini, dapat diketahui berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan bahwa kondisi bengkel sebagai tempat
praktik siswa bidang keahlian Teknik Kendaraaan Ringan sangat minim
fasilitas dan kurang terawat. Selain itu, laboratorium kimia yang kurang
lengkap juga menjadi pemicu siswa bidang keahlian kimia industri tidak
dapat memaksimalkan hasil temuan produksi lainnya.
Unsur lainnya yang perlu dimiliki oleh sekolah adalah berfokus pada
tujuan utama, yakni menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan
pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran yang baik. di SMK
Tunas Nusantara jumlah lulusan yang berprestasi dan membanggakan
hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pelaksanaan penerapan
kurikulum dan proses pembelajaran di sekolah. seperti yang dikemukakan
oleh Bapak Edi Mulyono, bahwa siswa-siswi yang bersekolah di sekolah ini
merupakan siswa yang “mbeling”, yang susah diatur dan dimana orang tua
mereka sudah tidak sanggup untuk mengurus mereka. Oleh karena itu,
seharusnya disekolah ini menerapkan kedisiplinan untuk memperbaiki
karakter siswa tersebut. Namun, pada kenyataannya di lapangan, ditemui
bahwa penerapan kurikulum KTSP yang seharusnya 46 jam perminggu.
Namun, siswa pulang sekolah jam 11 siang. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa penerapan kurikulum tidak dilakukan dengan baik. dan
memulangkan siswa tidak pada jam yang seharusnya tidak akan dapat
menanamkan jiwa kedisiplinan yang sangat bermanfaat bagi diri siswa dan
dunia kerja yang akan dimasuki siswa nantinya.
Bukan hanya perbaikan karakter siswa yang diperlukan, namun
perbaikan proses pembelajaran juga perlu dilakukan. Tidak hanya,
menambah sarana prasarana sekolah sebagai sarana penunjang proses
belajar siswa. Namun, peran guru juga harus dimaksimalkan, sebagaimana
yang diketahui bahwa guru di SMK ini beberapa diantaranya merupakan
guru “kunjung”, artinya guru tersebut merupakan guru sertifkasi yang
kekurangan jam mengajar di sekolah pokok mereka. Sehingga, mereka
mengajar di SMK Tunas Nusantara hanya untuk memenuhi syarat jam
sertifkasinya. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
sekolah ini terkesan belum dilakukan secara maksimal oleh guru. Karena,
orientasi guru hanya memenuhi jam sertifkasinya, bukan untuk
menghasilkan siswa yang berkualitas. Selain itu, kepala sekolah dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum perlu melakukan supervisi pengajaran
rutin pertriwulan atau persemester terhadap guru untuk menilai kinerja
7
guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga, hal ini dapat
dijadikan landasan dalam mengambil langkah perbaikan pada kinerja guru.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wahyudi, Imam (2012: 41)
Supervisi pengajaran merupakan kegiatan untuk memberikan bimbingan,
bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan teknis penyelenggaraan peningkatan pendidikan dan
pengajaran untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
sehingga, dapat dikatakan bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan secara
rutin dan kontinyu perlu diterapkan di SMK Tunas Nusantara untuk
mengawasi dan memperbaiki proses KBM sehingga dapat meningkatkan
kualitas output di sekolah ini.
Untuk memperbaiki kondisi ini, perlu adanya kerjasaman dan sinergi
antara kepala sekolah, guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki siswa. Sebagaimana, yang dikemukakan oleh
salah satu guru di SMK Tunas Nusantara, bahwa terdapat beberapa siswa
yang membanggakan di bidang olahraga. Diantaranya, siswa sekolah ini
yang pernah mewakili Kabupaten Karanganyar sebagai atlet pelari dan tinju.
Ini dapat diartikan bahwa, potensi yang dimiliki siswa-siswi di SMK ini ialah
bidang olahraga. Sehingga memaksimalkan pengembangan bakat dan
potensi di bidang olahraga dapat dilakukan dengan melengkapi berbagai
fasilitas olahraga dan ekstrakurikuler bidang olahraga. Sehingga, hal ini
memberikan nilai lebih bagi sekolah ini, karena meskipun SMK ini tidak
unggul dalam bidang akademis namun unggul dalam bidang olahraga.
Karena pada dasarnya tiap siswa memiliki bakat dan potensi yang berbedabeda. Sehingga sekolah harus dapat berperan dalam mengembangkan
bakat dan potensi yang dimiliki siswa tersebut.
Liu, Tingting dan Wilkinson, Suzanne (2014: 206) menjelaskan bahwa
“The primary objective of education system is to equip citizens with
knowledge and skills to succeed in the modern world. The delivery of
educational service relies on the development of school assets”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan utama pada
sistem pendidikan adalah menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan bekal untuk
sukses di era modern. Artinya, kedudukan lembaga pendidikan sangat
penting dalam mengembangkan kedua aspek tersebut, terutama di jenis
pendidikan SMK yang memiliki tujuan awal untuk menciptakan tenaga kerja
yang terampil. Sehingga, program-program pembelajaran di SMK juga harus
diarahkan pada peningkatan skill lulusan yang sesuai dengan bidang
keahliannya. Salah satu wadah yang dapat digunakan untuk merealisasikan
hal tersebut adalah dengan membuat unit produksi di sekolah, sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan kegiatan
bisnis tertentu sesuai bidang keahliannya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan sebelumnya, SMK
Tunas Nusantara belum memiliki unit produksi, padahal dengan bidang
keahlian Teknik Kendaraan Ringan, dapat dikembangkan bengkel sebagai
salah satu unit produksi/ unit bisnis di SMK ini. Sebagaimana yang dapat
dilihat, bahwa SMK Tunas Nusantara memiliki luas tanah sekolah yang
cukup besar. Namun, pemanfaatannya belum optimal. sehingga,
membentuk unit produksi sebagai salah satu wadah dan sumber
pembiayaan dana keuangan sekolah yang mandiri perlu dilakukan dalam
pengembangan sekolah.
8
Berdasarkan pedoman pelaksanaan unit produksi (Dikmenjur, 2007),
tujuan penyelenggaraan kegiatan unit produksi sekolah ialah: (1) wahana
pelatihan berbasis produksi/jasa bagi siswa, (2) wahana menumbuhkan jiwa
wirausaha bagi guru dan siswa, (3) sarana praktik produktif secara langsung
bagi siswa, (4) membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan
fasilitas dan biaya-biaya operasional pendidikan lainnya, (5) menambah
semangat kebersamaan, karena dapat menjadi wahana peningkatan
aktivitas produktif guru dan siswa serta memberikan peningkatan
kesejahteraan bagi warga sekolah, (7) mengembangkan sikap mandiri dan
percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa.
Finch & Crunkilton (1999) dalam Rusnani dan Moerdiyanto (2012)
menjelaskan bahwa learning and personel growth do not take place strictly
within the confnes of classroom or laboratory. Student develop skills and
competence through a variety of learning activities and experiences that
may not necessarily be counted as constructive credit for graduation.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa lembaga sekolah
bukan hanya tempat belajar dalam ruang kelas. Namun, siswa perlu
mengembangkan berbagai kompetensi dan keterampilan melalui berbagai
aktivitas pembelajaran dan pengalaman belajar yang baik. Sehingga, skils
dan kompetensi yang dimiliki siswa jauh lebih penting untuk dikembangkan
dibanding hanya mengejar kelulusan semata.
Pengembangan unit produksi memang memberikan pengaruh positif
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK Tunas Nusantara.
Namun, untuk mengembangkan suatu unit produksi masih ditemui berbagai
kendala. Diantaranya untuk mengajukan pengembangan suatu unit
produksi sekolah harus mengajukan proposal pengembangan unit produksi
kepada pihak terkait yakni Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
selanjutnya diteruskan kepada Direktorat PSMK untuk menguji kelayakan
pengajuan proposal pengembangan unit produksi di sekolah yang
bersangkutan. Terdapat beberapa kesulitan yang akan dihadapi SMK Tunas
Nusantara berkaitan dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh dana bantuan pengembangan unit produksi SMK,
diantaranya:
1. SMK yang telah ditetapkan sebagai SMK yang
berpotensi untuk
dikembangkan menjadi SMK bertaraf internasional berdasarkan surat
penetapan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Menyusun dan mengajukan usulan rancangan program/proposal
ke Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
3. Lulus seleksi usulan rancangan program/ proposal dan verifkasi.
4. Memiliki jaringan unit produksi dengan sekolah di sekitarnya yang
dibuktikan dengan surat perjanjian kerjasama dengan minimal 3 sekolah
sebagai anggota outlet.
5. Memiliki jaringan unit produksi dengan sekolah atau industri/institusi
lainnya.
6. Memiliki rekening di Bank atas nama Sekolah.
7. Sekolah yang telah ditetapkan oleh Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah
Kejuruan
sebagai
penerima
dana
bantuan
Pengembangan Unit Produksi.
Berdasarkan Panduan pelaksanaan Bantuan Pengembangan Unit
Produksi SMK Tahun 2007 tersebut dapat dikatakan bahwa untuk
memperoleh dana pengembangan unit produksi dari pemerintah pusat sulit
untuk dicapai apabila perbaikan permasalahan teknis dan mendasar yang
9
dialami SMK Tunas Nusantara belum diatasi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan SMK ini dalam mengembangkan suatu unit produksi adalah
dengan membentuk kerjasama dengan pihak lain. Seperti yang
dikemukakan oleh Liu, Tingting dan Wilkinson, Suzanne (2014: 208) dalam
penelitiannya, bahwa “Public-Private Partnerships refer to long-term
contracts for the delivery of a service, where the provision of the service
requires the construction of a facility or asset, or enhancement of an
existing facility”. Artinya, membentuk kerjasama dengan pihak tertentu
untuk pengembangan fasilitas pendidikan dapat dilakukan dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu rencana SMK Tunas Nusantara untuk melakukan kerjasama
dengan pihak ASTRA, merupakan salah satu langkah yang dapat
bermanfaat bagi pengembangan kualitas sekolah. Dimana sekolah tidak
hanya akan mendapat tempat untuk pelaksanaan Prakerin semata. Namun,
dapat dikembangkan bentuk unit produksi yang nantinya akan berpengaruh
positif bagi kedua pihak. Sehingga, berbagai upaya perbaikan yang harus
dilakukan SMK Tunas Nusantara harus dilakukan sesegera mungkin untuk
membenahi sistem pengelolaan sekolah yang ada. Pengembangan unit
produksi akan sangat membantu sumber pendanaan di sekolah ini, asalkan
berbagai permasalahan mendasar yang dihadapi sekolah telah teratasi.
5. SIMPULAN
SMK Tunas Nusantara merupakan salah satu sekolah kejuruan yang
memiliki peran dalam memberikan kesempatan kepada siapapun untuk
mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. siswa-siswi yang tidak diterima
di sekolah lain karena berbagai permasalahan tertentu. Tidak membuat SMK
Tunas Nusantara melakukan hal yang sama, disini semua siswa diterima
dengan segala latar belakang dan berbagai masalah kenakalan siswa. Hal
ini, muncul dari keprihatinan Bapak Edi Mulyono yang merasakan adanya
diskriminasi dalam dunia pendidikan. Padahal setiap anak di negeri ini
berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Sehingga, Ia yakin bahwa
siswa-siswi yang dianggap “mbeling” itu mampu dibimbing untuk menjadi
manusia yang lebih baik.
Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan sekolah SMK Tunas
Nusantara memiliki berbagai permasalahan yang dihadapi. Diantaranya
sumber pendanaan yang hanya berasal dari dana BOS dan BOSDA yang
jumlahnya sangat terbatas, karena melihat jumlah siswa yang hanya
berjumlah 90 orang siswa, maka dana yang diperoleh pun terbatas. Oleh
karena itu untuk menambah sumber pendanaan, sekolah menerapkan
pembayaran SPP bagi siswa yang mampu dan pembayaran tambahan untuk
pelaksanaan kegiatan sekolah seperti ujian semester, Prakerin dan UKK.
Pengelolaan keuangan sekolah dilakukan dengan menyusun rencana
anggaran dan merealisasikannya seoptimal mungkin. Hal ini bertujuan
untuk menghemat biaya pengeluaran sekolah, karena kondisi keuangan
sekolah yang kurang memadai. Sehingga, hal ini berpengaruh pada mutu
dan kualitas pelayanan yang diberikan sekolah.
Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan oleh SMK Tunas
Nusantara dalam meningkatkan kualitas sekolah diantaranya:
1. Menerapkan kedisiplinan sebagai salah satu upaya mengembangkan
karakter siswa
2. Memperbaiki sistem administrasi sekolah
3. Mengadakan penambahan dan penggunaan sarana prasarana sekolah
10
4. Menetapkan berbagai kebijakan, prosedur dan praktik pembelajaran
yang sesuai dengan visi sekolah, yakni “Unggul dalam berkarya,
berwirausaha, berkarakter bangsa dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa”
5. Berfokus pada pengembangan
kurikulum dan pengembangan
kompetensi guru melalui berbagai pelatihan dan pendidikan, serta
pelaksanaan supervisi rutin terhadap sistem pengajaran yang diberikan.
6. Perlu sinergi antara kepala sekolah, orang tua, guru dan masyarakat
untuk bekerjasama dalam mengembangkan berbagai kompetensi siswa
7. Pengembangan unit produksi sebagai wadah dalam mengembangkan
keterampilan siswa dan sebagai sumber pembiayaan keuangan sekolah
secara mandiri.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
Rasa syukur pertama kami haturkan kepada Ilahi Rabbi yang telah
memberikan kesempatan kepada kami sehingga artikel ini selesai dan dapat
kami publikasikan. Terimakasih yang sedalam-dalamnya kami haturkan
kepada ibu bapak kami yang selalu mendoakan untuk kebaikan dan
memberikan semangat dalam berjuang. Kami juga mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dr.Susilaningsih, M.Bus,
yang telah memberikan dukungan dan ilmu pengetahuan dalam
penyelesaian artikel ini. Kepada semua teman-teman Magister Pendidikan
Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang selalu menyumbangkan energi
positif dalam kebersamaan sehingga semangat juang semakin tertanam.
DAFTAR PUSTAKA
Argyropoulou, Eleftheria. (2009). Financial Management in Greek State
Schools. ISEA, 37 (2). 111-124.
Arwizet. 2014. “Pendidikan Kejuruan dan Pengaruhnya terhadap
Peningkatan Kualitas Human Capital”. Jurnal APTEKINDO ke 7.FPTK
Universitas Pendidikan Indonesia.
Bukit, Masriam. 2014. Strategi dan Inovasi Pendidikan Kejuruan. Bandung :
Alfabeta.
Ibe, George S., & Bassey. (1996). Problems and Issues in the Financiang and
Management of Basic Education in Akwa Ibom State. International
Journal of Educational Management, 10 (1). 11-16.
Ikoya, Peter O. (2008). Centralization and Decentralization of Schools’
Physical Facilities Management in Nigeria. Journal of Educational
Administration, 46 (5). 630-649.
Finch, Curtiz R & Crunkilton, John. (1993). Curriculum Development in
Vocational and Technical Education. Boston.
Leonarti, A., Suyatmini, & Namiro, S. (2015). Pengelolaan Pembiayaan
Pendidikan di SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Sragen. Naskah
Publikasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
11
Liu,
Tingting
& Wilkinson, Suzanne. (2014). Using Public-Private
Partnerships For The Building and Management of School Assets and
Service. Enginering, Construction and Architectural Management, 21
(2). 206-223.
Maghfroh, D.N. 2015. Manajemen Unit Produksi Di Sekolah Sebagai Sarana
Pembelajaran. Manajemen Pendidikan, 24 (6). 583-590.
Permendiknas Nomor 80 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional
Sekolah Untuk SMK Tahun 2016.
Rusnani dan Moerdiyanto. (2012). Pelaksanaan Unit produksi pada Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis dan Manajemen di
Banjarmasin. Pascasarjana UNY.
Wahyudi, Imam. (2012). Pengembangan Pendidikan: Strategi Inovatif dan
Kreatif Dalam Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Wong, Evia O.W (2003). Leadership Style For School-Based Management in
Hong Kong. International Journal of Educational Management, 17 (6).
243-247.
12
STUDI KASUS PADA SMK TUNAS NUSANTARA KARANGANYAR
Yuliana FH1 , Kanzul Aini Hadikatul Ilmi2, Arina Hidayati3
Universitas Sebelas Maret Surakarta
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menghasilkan suatu lembaga pendidikan yang
berkualitas dibutuhkan sumber dana yang tidak sedikit. Karena untuk mencapai hal
tersebut perlu adanya berbagai perbaikan, baik perbaikan pada sumber daya
manusia, yakni kepala sekolah, guru dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan. Serta adanya perbaikan berbagai sarana prasarana penunjang demi
mencapai keberhasilan pembelajaran. Pengelolaan SMK memiliki karakteristik
tersendiri dibandingkan dengan jenis jalur pendidikan formal lainnya. Manajemen
pengelolaan keuangan SMK juga harus direncanakan dan dialokasikan secara tepat
guna, karena hal ini dapat berpengaruh pada ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Perencanaan yang dilakukan tidak hanya berkaitan pada prioritas
kebutuhan sekolah. Namun, juga perlu dilakukan estimasi mengenai pengalokasian
biaya dalam pelaksanaan kegiatan sekolah sehingga tidak terjadi over budget dan
dapat memaksimalkan penggunaan dana keuangan sekolah. Perencanaan memiliki
peran penting dalam manajemen keuangan sekolah, sehingga minimnya
perencanaan akan berpengaruh pada keberhasilan yang diperoleh. Tujuan dari
penelitian ini adalah Mengetahui temuan hasil observasi di SMK Tunas Nusantara,
Memahami desain manajemen keuangan pada SMK Tunas Nusantara dan
Memberikan alternatif upaya perbaikan sistem manajemen keuangan pada SMK
Tunas Nusantara.
Kata Kunci : Manajemen Keuangan, Institusi Pendidikan, Sekolah Menengah
Kejuruan
1. PENDAHULUAN
Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenis jalur pendidikan formal
yang bertujuan untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja dan mampu
memenuhi kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu lulusan sekolah kejuruan
tidak hanya dituntut untuk memiliki pengetahuan saja, namun juga harus
dibekali dengan sejumlah keterampilan dan pengalaman yang mumpuni
untuk siap memasuki dunia kerja.
Thorogood (1982: 328) dalam Arwizet (2014) mengungkapkan bahwa
pendidikan kejuruan memiliki tujuan untuk: 1) memberikan bekal
keterampilan individual dan keterampilan yang laku di masyarakat,
sehingga peserta didik secara ekonomis dapat menopang kehidupannya, 2)
membantu peserta didik memperoleh atau mempertahankan pekerjaan
dengan jalan memberikan bekal keterampilan yang berakaitan dengan
pekerjaan yang diinginkannya, 3) mendorong produktivitas ekonomi secara
regional maupun nasional, 4) mendorong terjadinya tenaga terlatih untuk
menopang perkembangan ekonomi dan industri, 5) mendorong dan
meningkatkan kualitas masyarakat.
1
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengungkapkan bahwa pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan peningkatan mutu serta
relevansi pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan kehidupan
lokal, nasional, dan global. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
dalam rangka mencapai pemerataan pendidikan adalah dengan melakukan
program Wajib Belajar 12 Tahun. Sehingga, hal ini dapat menjamin akses
pendidikan menengah seluas-luasnya bagi setiap warga Negara dan hal ini
merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan rata-rata
kualifkasi tenaga kerja di Indonesia.
Salah satu sumber pendanaan sekolah di Indonesia berasal dari dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan setiap tahunnya dengan
penyaluran dana dilakukan per triwulan atau per semester. Besaran dana
BOS bagi SMK dengan satuan biaya per siswa Rp 1.400.000/tahun.
Sehingga, besaran dana BOS yang diterima untuk tiap sekolah berbedabeda disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada di sekolah tersebut. Hal
inilah yang menjadi kendala bagi sekolah-sekolah swasta dengan jumlah
siswa yang minim, hingga mereka harus memaksimalkan pengelolaan
keuangan dalam melaksanakan program kegiatan sekolah.
Manajemen pengelolaan keuangan SMK juga harus direncanakan dan
dialokasikan secara tepat guna, karena hal ini dapat berpengaruh pada
ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan yang dilakukan
tidak hanya berkaitan pada prioritas kebutuhan sekolah. Namun, juga perlu
dilakukan estimasi mengenai pengalokasian biaya dalam pelaksanaan
kegiatan sekolah sehingga tidak terjadi over budget dan dapat
memaksimalkan penggunaan dana keuangan sekolah. Perencanaan
memiliki peran penting dalam manajemen keuangan sekolah, sehingga
minimnya perencanaan akan berpengaruh pada keberhasilan yang
diperoleh. Hal ini sejalan dengan penjelasan Argyropoulou, Eleftheria (2009:
117) bahwa “lack of planning implies possible misuse of the allocated funds
as well as confusion and lack of organizing the head’s workload properly”.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam meningkatkan
sumber pendanaan sekolah secara mandiri ialah dengan mengembangkan
unit bisnis atau unit produksi sekolah. Dimana SMK sebagai salah satu jenis
pendidikan yang bertujuan untuk mengahsilkan lulusan siap kerja perlu
memiliki unit bisnis/unit produksi sendiri. Sehingga di wadah inilah para
siswa SMK dapat belajar secara langsung mengenai pengelolaan usaha.
Hingga nantinya hal ini dapat bermanfaat dalam menumbuhkan jiwa
wirausaha para lulusan SMK. Selain itu, keberadaan unit bisnis dan unit
produksi SMK memberikan manfaat besar lainnya, yakni dapat dijadikan
sebagai salah satu sumber pendanaan keuangan yang besar jika dapat
dikelola dengan baik. Karena pada dasarnya pengelolaan unit bisnis atau
unit produksi secara optimal akan mewujudkan kemandirian pembiayaan
operasional sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui temuan
hasil observasi di SMK Tunas Nusantara, Memahami desain manajemen
keuangan pada SMK Tunas Nusantara dan Memberikan alternatif upaya
perbaikan sistem manajemen keuangan pada SMK Tunas Nusantara
2. KAJIAN TEORI
A. Manajemen Keuangan Sekolah
2
Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pengembangan
kualitas sumber daya manusia. Tak dapat dipungkiri bahwa mutu
pendidikan yang baik didukung oleh pembiayaan yang mampu menunjang
proses pendidikan. Maka tak heran jika kini kian banyak berbagai institusi
pendidikan yang menawarkan program pendidikan dengan kualitas yang
baik dengan biaya pendidikan yang mahal dan hanya dapat dijangkau oleh
beberapa kalangan masyarakat.
Pengelolaan keuangan di sekolah harus menjadi perhatian dalam
pemanfaatannya secara efektif dan efsien. Sehingga, kepala sekolah
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di sekolah harus memiliki
kemampuan dalam manajemen keuangan sekolah. selain itu, kepala
sekolah juga memiliki wewenang untuk mencari dan memanfaatkan sumber
dana sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing. Leonarti, A.,
Suyatmini, Namiro, S. (2015: 4) menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan
sekolah meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi. Tujuannya ialah mengoptimalkan pembiayaan pendidikan dalam
rangka menghasilkan produktivitas pendidikan.
Argyropoulou, Eleftheria (2009: 114) dalam penelitiannya yang berjudul
“Financial Management in Greek State Schools” juga menjelaskan bahwa
pada siklus manajemen keuangan sekolah terdapat 4 bagian utama, yakni :
1. Centralization of resource
2. Allocation of resource
3. Implementation of resource
4. Common school expenses
Sistem pengelolaan pendidikan yang saat ini telah terdesentralisasi,
memberikan kewenangan bagi kepala sekolah dalam mengelola dan
mengatur kegiatan sekolah. tak terkecuali dalam pelaksanaan pengelolaan
keuangan. Pemerintah melalui program BOS akan menyalurkan dana
pendidikan yang dapat dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya, peran kepala sekolah beserta staf-nya harus dapat mengelola
dana pendidikan tersebut secara optimal. sehingga, pemanfaatan dana
tersebut memberikan dampak pada peningkatan kualitas mutu
pmebelajaran. Manajemen keuangan sekolah tidak hanya berhenti pada
proses pemanfaatan dana melalui penyusunan Rencana Anggaran Sekolah.
Namun, kepala sekolah juga harus menyusun laporan pertanggungjawaban
mengenai pemanfaatan dana keuangan sekolah kepada instansi terkait, hal
ini dimaksudkan untuk menghindari terjadi berbagai penyelewengan dan
korupsi di sektor pendidikan.
B. Karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu bentuk jalur
pendidikan formal yang diterapkan di Indonesia. Finch dan Crunkilton (1979:
5) mengartikan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan untuk mencari
penghasilan bagi kehidupan atau pendidikan untuk bekerja (education for
work). Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Evans dan Edwin (1978:
24) dalam Arwizet (2014) bahwa “pendidikan kejuruan merupakan bagian
dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan
atau kelompok pekerjaan”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi
manusia produktif yang dapat langsung bekerja di bidangnya setelah
melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Pendidikan
3
menengah kejuruan harus dijalankan atas dasar prinsip investasi SDM
(human capital investment). Semakin tinggi kualitas pendidikan dan
pelatihan yang diperoleh seseorang, akan semakin produktif orang tersebut.
Akibatnya selain meningkatkan produktivitas nasional, meningkatkan pula
daya saing tenaga kerja di pasar kerja global. Hal ini sejalan dengan tujuan
sekolah menengah kejuruan yang dituangkan dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 15 ayat 2 tahun 2003 yakni mempersiapkan
tamatan yang berkualitas yang dapat diterima di Dunia Kerja, sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing.
Pendidikan kejuruan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan
dengn pendidikan umum, sebagaiman yang dijelaskan oleh Bukit (2014: 1314) bahwa kriteria yang harus dimiliki oleh pendidikan kejuruan adalah : (1)
orientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja; (2) jastifkasi khusus pada
kebutuhan nyata di lapangan; (3) fokus kurikulum pada aspek-aspek
psikomotorik, afektif dan kognitif; (4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya
terbatas di sekolah; (5) kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; (6)
memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; dan (7) adanya
dukungan masyarakat.
C. Konsep Penganggaran Modal (Capital Budgeting)
Keseluruhan proses
perencanaan
dan
pengambilan
keputusan
mengenai dana dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi
waktu satu tahun disebut penganggaran modal atau Capital Budgeting.
Menurut Andrew Graham dari School of Policy Studies Queens
University,“Capital Budgeting is a process used to evaluate investments in
long-term or capital assets”. Capital assets adalah aset yang dimiliki
perusahaan dengan usia atau masa pemanfaatan lebih dari setahun.
Biasanya dana atau biaya yang dikelola untuk menangani aset ini sangat
besar. Sehingga teknik penganggaran modal ini sifatnya sangat penting.
Menurut Eugene F. Brigham dan Michael C. Ehrhardt :“Capital Budgeting
is the decision process that managers use to identify those projects
that add to the frm’s value, and as such it is perhaps the most important
task faced by fnancial managers and their stafs”. Penganggaran modal
menjelaskan
tentang perencanaan
jangka
panjang
untuk
merencanakan dan mendanai proyek besar jangka panjang. Dalam
konteks
sebuah
negara atau pemerintahan, penganggaran modal
memiliki implikasi dua hal yaitu sebagai instrumen kebijakan fskal dan
untuk meningkatkan kekayaan bersih dari pemerintah. Dan untuk hal-hal
tertentu merupakan alat pembangunan daerah. Fungsi Capital Budgeting
antara lain untuk mengidentifkasi investasi yang potensial. Apabila telah
ditemukan, teknik ini
dapat pula digunakan untuk memilih alternatif
investasi. Setelah dipilih, kemudian dapat dilakukan audit dalam
pelaksanaannya.
3. METODE PENELITAN
Metode yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini ialah dengan
pendekatan eksploratif yang menggunakan studi pustaka, karena makalah
ini memperoleh informasi dari beberapa jurnal ilmiah maupun sumber
referensi lainnya yang relevan dengan dengan topik dan masalah yang
dikaji dalam penelitian ini. Selain itu, dilakukan observasi terhadap salah
satu lembaga pendidikan, yakni SMK Tunas Nusantara Jaten Karanganyar,
untuk memperoleh gambaran secara nyata mengenai proses pengelolaan
4
keuangan di sekolah tersebut. Selanjutnya data yang diperoleh di lapangan
akan dianalisis dan dibandingkan dengan teori manajemen keuangan
sekolah yang ada pada kajian literatur.
4. PEMBAHASAN
A. Desain Manajemen Keuangan Pada SMK Tunas Nusantara
Pada sistem pembiayaan pendidikan di Indonesia telah menggunakan
sistem desentralisasi. Dimana, pemerintah melalui program BOS
menyalurkan dana kepada tiap-tiap sekolah sesuai dengan jumlah siswa
yang dimiliki dan jenjang pendidikan tertentu. Sekolah diberikan kebebasan
untuk mengalokasikan dana pendidikan tersebut untuk penyelenggaraan
kegiatan operasional di sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya
penggunaan dana tersebut harus dilaporkan kepada pemerintah daerah
maupun pemerintah pusat sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
penggunaan dana keuangan sekolah.
Ikoya, Peter O. (2008: 630) menjelaskan bahwa “decentralization is a
more efcient method of managing schools’ infrastructure because it
promotes accountability and reduces ofcial corruption in schools
administration”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapata diketahui bahwa
desentralisasi lebih efsien dan dapat mengurangi terjadinya korupsi di
sekolah. namun, pada kenyataannya saat melakukan wawancara kepada
kepala sekolah SMK Tunas Nusantara menuturkan bahwa sekolah hanya
membuat laporan penggunaan dana BOS. Namun, untuk pemeriksaaan dan
evaluasi dari pemerintah daerah, yakni Pemerintah Kabupaten jarang
melakukan pemeriksaaan langsung di SMK Tunas Nusantara, pemeriksaan
rutin biasanya hanya dilakukan pada sekolah-sekolah Negeri. Padahal telah
dijelaskan dalam JUKNIS BOS SMK Tahun 2016 dalam Permendikbud Nomor
80 Tahun 2015 bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab dari
Pemerintah Kabupaten adalah melakukan koordinasi dengan Tim
Manajemen BOS Provinsi dalam melakukan monitoring dan evaluasi
program BOS SMK.
Jika monitoring dan evaluasi di sekolah tidak dilakukan dengan benar,
maka penerapan sistem desentralisasi, juga dapat memicu terjadinya
penyalahgunaan dana pendidikan. Yang nantinya berdampak pada kualitas
pendidikan. Karena, dana tersebut tidak dipergunakan sebagai upaya
peningkatan kualitas sekolah.
Sumber pendanaan utama di SMK Tunas Nusantara berasal dari program
BOS dan BOSDA yang disalurkan Pemerintah Pusat sebesar Rp 140.000,-/
siswa dalam satu tahun. Namun, berdasarkan penuturan Bapak Edi Mulyono
besaran dana BOS yang diterima sebesar Rp 130.000,-/ siswa dalam satu
tahun. Disini dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara peraturan yang
berlaku dengan realisasi dana yang diterima. Sehingga, dalam penyaluran
dana pendidikan masih terdapat kecurangan yang dilakukan oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan dana BOS yang diterima, dengan jumlah siswa yang hanya
sebesar 90 siswa. Berarti SMK Tunas Nusantara memperoleh dana BOS
sebesar Rp 11.700.000,- (90 siswa x Rp 130.000). melihat angka nominal ini
dapat dikatakan bahwa jumlah dana tersebut belum cukup untuk
membiayai kegiatan operasional sekolah. Sehingga, untuk menambah
pemasukan dana pihak sekolah memungut biaya SPP bagi siswa-siswi yang
mampu dan menggratiskan biaya bagi siswa yang kurang mampu.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa kebijakan yang dilakukan di SMK Tunas
5
Nusantara memiliki tujuan mulia, yakni melakukan pemerataan dan
mendukung program pemerintah dalam memberikan kesempatan sekolah
kepada siapapun.
Argyropoulou, Eleftheria (2009: 114) dalam penelitiannya yang berjudul
“Financial Management in Greek State Schools” juga menjelaskan bahwa
pada siklus manajemen keuangan sekolah terdapat 4 bagian utama, yakni:
(1) sentralisasi sumber daya (Centralization of resource), (2) alokasi sumber
daya (allocation
of resource), (3) implementasi sumber daya
(implementation of resource), dan (4) Common school expenses.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dalam mengatur pengelolaan
manajemen keuangan di SMK Tunas Nusantara dilakukan melalui rapat
kepala sekolah dengan pihak-pihak tertentu untuk mengalokasikan dan
menganggarkan dana yang dimiliki untuk menunjang kegiatan operasional
sekolah. Selanjutnya anggaran tersebut akan direalisasikan dan pihak
sekolah akan berupaya untuk meminimalkan pengeluaran, mengingat
minimnya dana yang dimiliki sekolah dengan menyusun skala prioritas
terhadap kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan disekolah.
Pungutan-pungutan lain yang dilakukan sekolah ini diantaranya untuk
biaya ujian semester, kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin), dan
pelaksanaan
Ujian
Kompetensi
Kejuruan
(UKK).
Padahal
dalam
permendikbud Nomor 80 Tahun 2015 dalam petunjuk teknis penggunaan
dana BOS diketahui bahwa dana BOS dialokasikan untuk hal-hal tersebut.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sebenarnya untuk biaya ujian semester,
Prakerin dan UKK telah tercover dalam dana BOS dan siswa tidak boleh
dibebankan untuk membayar biaya tambahan. Namun, kondisi keuangan
sekolah yang sangat minim mengharuskan pihak sekolah untuk mengambil
pungutan kepada siswa.
B. Upaya Perbaikan Sistem Manajemen Keuangan Pada SMK Tunas
Nusantara
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan
diketahui bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi SMK
Tunas Nusantara. Sehingga, terkesan sekolah ini kurang diminati oleh
masyarakat dan pelajar di wilayah Jaten Karanganyar. Permasalahan
administrasi yang kurang tertata baik di sekolah dapat dilihat dengan
kurang lengkapnya komponen-komponen administrasi sekolah yang berada
di ruang guru dan ruang kepala sekolah. selain itu, permasalahan sarana
dan prasarana sekolah dalam menunjang kegiatan proses belajar-mengajar
yang masih sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari kondisi bengkel dan
laboratorium kimia yang kurang terawat dan kondisi laboratorium komputer
sebagai tempat praktik siswa yang sudah lama dan ketinggalan zaman.
Wong, Evia O.W (2003: 243) menjelaskan bahwa sekolah dengan sistem
manajemen yang baik, harus memiliki hal-hal berikut:
a clear vision, underpinned by a set of values which will guide its
policies, procedures and practices
a strong focus on the student outcomes to improve
both
curriculum and teaching practice, and
a strong alliance of stakeholders, including parents, teachers, and
community members, working in partnership to develop the
potential of each and every student to the fullest extent.
Suatu lembaga pendidikan harus memiliki suatu visi yang jelas sebagai
pedoman dalam menetapkan kebijakan-kebijakan, prosedur dan kegiatan
6
yang akan mengarahkan pada pencapaian visi tersebut. SMK Tunas
Nusantara memiliki visi yakni “Unggul dalam berkarya, berwirausaha,
berkarakter bangsa dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
Berdasarkan visi tersebut, seharusnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
SMK Tunas Nusantara harus berorientasi pada visi tersebut. Salah satu
karya yang dapat dihasilkan di SMK tersebut adalah dapat memproduksi
sabun Lerak yang dapat digunakan untuk membersihkan pakaian batik.
Namun, hasil ini sebenarnya belum dilaksanakan secara optimal.
Seharusnya sekolah ini dapat mengembangkan berbagai hasil produksi
lainnya sesuai dengan bidang keahlian yang ada di sekolah ini. Sehingga,
produk tersebut dapat dikomersilkan untuk berkontribusi dalam menambah
sumber pemasukan sekolah dan sebagai wadah bagi siswa dalam
mempraktikkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Namun, untuk
melaksanakan hal ini masih ditemui berbagai kendala yang dihadapi, salah
satunya ialah keterbatasan sarana-prasarana yang diperlukan dalam
menunjang kegiatan produksi. Hal ini, dapat diketahui berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan bahwa kondisi bengkel sebagai tempat
praktik siswa bidang keahlian Teknik Kendaraaan Ringan sangat minim
fasilitas dan kurang terawat. Selain itu, laboratorium kimia yang kurang
lengkap juga menjadi pemicu siswa bidang keahlian kimia industri tidak
dapat memaksimalkan hasil temuan produksi lainnya.
Unsur lainnya yang perlu dimiliki oleh sekolah adalah berfokus pada
tujuan utama, yakni menghasilkan lulusan yang berkualitas dengan
pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran yang baik. di SMK
Tunas Nusantara jumlah lulusan yang berprestasi dan membanggakan
hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pelaksanaan penerapan
kurikulum dan proses pembelajaran di sekolah. seperti yang dikemukakan
oleh Bapak Edi Mulyono, bahwa siswa-siswi yang bersekolah di sekolah ini
merupakan siswa yang “mbeling”, yang susah diatur dan dimana orang tua
mereka sudah tidak sanggup untuk mengurus mereka. Oleh karena itu,
seharusnya disekolah ini menerapkan kedisiplinan untuk memperbaiki
karakter siswa tersebut. Namun, pada kenyataannya di lapangan, ditemui
bahwa penerapan kurikulum KTSP yang seharusnya 46 jam perminggu.
Namun, siswa pulang sekolah jam 11 siang. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa penerapan kurikulum tidak dilakukan dengan baik. dan
memulangkan siswa tidak pada jam yang seharusnya tidak akan dapat
menanamkan jiwa kedisiplinan yang sangat bermanfaat bagi diri siswa dan
dunia kerja yang akan dimasuki siswa nantinya.
Bukan hanya perbaikan karakter siswa yang diperlukan, namun
perbaikan proses pembelajaran juga perlu dilakukan. Tidak hanya,
menambah sarana prasarana sekolah sebagai sarana penunjang proses
belajar siswa. Namun, peran guru juga harus dimaksimalkan, sebagaimana
yang diketahui bahwa guru di SMK ini beberapa diantaranya merupakan
guru “kunjung”, artinya guru tersebut merupakan guru sertifkasi yang
kekurangan jam mengajar di sekolah pokok mereka. Sehingga, mereka
mengajar di SMK Tunas Nusantara hanya untuk memenuhi syarat jam
sertifkasinya. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di
sekolah ini terkesan belum dilakukan secara maksimal oleh guru. Karena,
orientasi guru hanya memenuhi jam sertifkasinya, bukan untuk
menghasilkan siswa yang berkualitas. Selain itu, kepala sekolah dan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum perlu melakukan supervisi pengajaran
rutin pertriwulan atau persemester terhadap guru untuk menilai kinerja
7
guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga, hal ini dapat
dijadikan landasan dalam mengambil langkah perbaikan pada kinerja guru.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wahyudi, Imam (2012: 41)
Supervisi pengajaran merupakan kegiatan untuk memberikan bimbingan,
bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan teknis penyelenggaraan peningkatan pendidikan dan
pengajaran untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
sehingga, dapat dikatakan bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan secara
rutin dan kontinyu perlu diterapkan di SMK Tunas Nusantara untuk
mengawasi dan memperbaiki proses KBM sehingga dapat meningkatkan
kualitas output di sekolah ini.
Untuk memperbaiki kondisi ini, perlu adanya kerjasaman dan sinergi
antara kepala sekolah, guru dan orang tua siswa dalam mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki siswa. Sebagaimana, yang dikemukakan oleh
salah satu guru di SMK Tunas Nusantara, bahwa terdapat beberapa siswa
yang membanggakan di bidang olahraga. Diantaranya, siswa sekolah ini
yang pernah mewakili Kabupaten Karanganyar sebagai atlet pelari dan tinju.
Ini dapat diartikan bahwa, potensi yang dimiliki siswa-siswi di SMK ini ialah
bidang olahraga. Sehingga memaksimalkan pengembangan bakat dan
potensi di bidang olahraga dapat dilakukan dengan melengkapi berbagai
fasilitas olahraga dan ekstrakurikuler bidang olahraga. Sehingga, hal ini
memberikan nilai lebih bagi sekolah ini, karena meskipun SMK ini tidak
unggul dalam bidang akademis namun unggul dalam bidang olahraga.
Karena pada dasarnya tiap siswa memiliki bakat dan potensi yang berbedabeda. Sehingga sekolah harus dapat berperan dalam mengembangkan
bakat dan potensi yang dimiliki siswa tersebut.
Liu, Tingting dan Wilkinson, Suzanne (2014: 206) menjelaskan bahwa
“The primary objective of education system is to equip citizens with
knowledge and skills to succeed in the modern world. The delivery of
educational service relies on the development of school assets”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan utama pada
sistem pendidikan adalah menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan bekal untuk
sukses di era modern. Artinya, kedudukan lembaga pendidikan sangat
penting dalam mengembangkan kedua aspek tersebut, terutama di jenis
pendidikan SMK yang memiliki tujuan awal untuk menciptakan tenaga kerja
yang terampil. Sehingga, program-program pembelajaran di SMK juga harus
diarahkan pada peningkatan skill lulusan yang sesuai dengan bidang
keahliannya. Salah satu wadah yang dapat digunakan untuk merealisasikan
hal tersebut adalah dengan membuat unit produksi di sekolah, sehingga
siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan kegiatan
bisnis tertentu sesuai bidang keahliannya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan sebelumnya, SMK
Tunas Nusantara belum memiliki unit produksi, padahal dengan bidang
keahlian Teknik Kendaraan Ringan, dapat dikembangkan bengkel sebagai
salah satu unit produksi/ unit bisnis di SMK ini. Sebagaimana yang dapat
dilihat, bahwa SMK Tunas Nusantara memiliki luas tanah sekolah yang
cukup besar. Namun, pemanfaatannya belum optimal. sehingga,
membentuk unit produksi sebagai salah satu wadah dan sumber
pembiayaan dana keuangan sekolah yang mandiri perlu dilakukan dalam
pengembangan sekolah.
8
Berdasarkan pedoman pelaksanaan unit produksi (Dikmenjur, 2007),
tujuan penyelenggaraan kegiatan unit produksi sekolah ialah: (1) wahana
pelatihan berbasis produksi/jasa bagi siswa, (2) wahana menumbuhkan jiwa
wirausaha bagi guru dan siswa, (3) sarana praktik produktif secara langsung
bagi siswa, (4) membantu pendanaan untuk pemeliharaan, penambahan
fasilitas dan biaya-biaya operasional pendidikan lainnya, (5) menambah
semangat kebersamaan, karena dapat menjadi wahana peningkatan
aktivitas produktif guru dan siswa serta memberikan peningkatan
kesejahteraan bagi warga sekolah, (7) mengembangkan sikap mandiri dan
percaya diri dalam pelaksanaan kegiatan praktik siswa.
Finch & Crunkilton (1999) dalam Rusnani dan Moerdiyanto (2012)
menjelaskan bahwa learning and personel growth do not take place strictly
within the confnes of classroom or laboratory. Student develop skills and
competence through a variety of learning activities and experiences that
may not necessarily be counted as constructive credit for graduation.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa lembaga sekolah
bukan hanya tempat belajar dalam ruang kelas. Namun, siswa perlu
mengembangkan berbagai kompetensi dan keterampilan melalui berbagai
aktivitas pembelajaran dan pengalaman belajar yang baik. Sehingga, skils
dan kompetensi yang dimiliki siswa jauh lebih penting untuk dikembangkan
dibanding hanya mengejar kelulusan semata.
Pengembangan unit produksi memang memberikan pengaruh positif
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK Tunas Nusantara.
Namun, untuk mengembangkan suatu unit produksi masih ditemui berbagai
kendala. Diantaranya untuk mengajukan pengembangan suatu unit
produksi sekolah harus mengajukan proposal pengembangan unit produksi
kepada pihak terkait yakni Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
selanjutnya diteruskan kepada Direktorat PSMK untuk menguji kelayakan
pengajuan proposal pengembangan unit produksi di sekolah yang
bersangkutan. Terdapat beberapa kesulitan yang akan dihadapi SMK Tunas
Nusantara berkaitan dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi
untuk memperoleh dana bantuan pengembangan unit produksi SMK,
diantaranya:
1. SMK yang telah ditetapkan sebagai SMK yang
berpotensi untuk
dikembangkan menjadi SMK bertaraf internasional berdasarkan surat
penetapan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
2. Menyusun dan mengajukan usulan rancangan program/proposal
ke Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
3. Lulus seleksi usulan rancangan program/ proposal dan verifkasi.
4. Memiliki jaringan unit produksi dengan sekolah di sekitarnya yang
dibuktikan dengan surat perjanjian kerjasama dengan minimal 3 sekolah
sebagai anggota outlet.
5. Memiliki jaringan unit produksi dengan sekolah atau industri/institusi
lainnya.
6. Memiliki rekening di Bank atas nama Sekolah.
7. Sekolah yang telah ditetapkan oleh Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah
Kejuruan
sebagai
penerima
dana
bantuan
Pengembangan Unit Produksi.
Berdasarkan Panduan pelaksanaan Bantuan Pengembangan Unit
Produksi SMK Tahun 2007 tersebut dapat dikatakan bahwa untuk
memperoleh dana pengembangan unit produksi dari pemerintah pusat sulit
untuk dicapai apabila perbaikan permasalahan teknis dan mendasar yang
9
dialami SMK Tunas Nusantara belum diatasi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan SMK ini dalam mengembangkan suatu unit produksi adalah
dengan membentuk kerjasama dengan pihak lain. Seperti yang
dikemukakan oleh Liu, Tingting dan Wilkinson, Suzanne (2014: 208) dalam
penelitiannya, bahwa “Public-Private Partnerships refer to long-term
contracts for the delivery of a service, where the provision of the service
requires the construction of a facility or asset, or enhancement of an
existing facility”. Artinya, membentuk kerjasama dengan pihak tertentu
untuk pengembangan fasilitas pendidikan dapat dilakukan dalam upaya
meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu rencana SMK Tunas Nusantara untuk melakukan kerjasama
dengan pihak ASTRA, merupakan salah satu langkah yang dapat
bermanfaat bagi pengembangan kualitas sekolah. Dimana sekolah tidak
hanya akan mendapat tempat untuk pelaksanaan Prakerin semata. Namun,
dapat dikembangkan bentuk unit produksi yang nantinya akan berpengaruh
positif bagi kedua pihak. Sehingga, berbagai upaya perbaikan yang harus
dilakukan SMK Tunas Nusantara harus dilakukan sesegera mungkin untuk
membenahi sistem pengelolaan sekolah yang ada. Pengembangan unit
produksi akan sangat membantu sumber pendanaan di sekolah ini, asalkan
berbagai permasalahan mendasar yang dihadapi sekolah telah teratasi.
5. SIMPULAN
SMK Tunas Nusantara merupakan salah satu sekolah kejuruan yang
memiliki peran dalam memberikan kesempatan kepada siapapun untuk
mengenyam pendidikan di sekolah tersebut. siswa-siswi yang tidak diterima
di sekolah lain karena berbagai permasalahan tertentu. Tidak membuat SMK
Tunas Nusantara melakukan hal yang sama, disini semua siswa diterima
dengan segala latar belakang dan berbagai masalah kenakalan siswa. Hal
ini, muncul dari keprihatinan Bapak Edi Mulyono yang merasakan adanya
diskriminasi dalam dunia pendidikan. Padahal setiap anak di negeri ini
berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Sehingga, Ia yakin bahwa
siswa-siswi yang dianggap “mbeling” itu mampu dibimbing untuk menjadi
manusia yang lebih baik.
Dalam melaksanakan pengelolaan keuangan sekolah SMK Tunas
Nusantara memiliki berbagai permasalahan yang dihadapi. Diantaranya
sumber pendanaan yang hanya berasal dari dana BOS dan BOSDA yang
jumlahnya sangat terbatas, karena melihat jumlah siswa yang hanya
berjumlah 90 orang siswa, maka dana yang diperoleh pun terbatas. Oleh
karena itu untuk menambah sumber pendanaan, sekolah menerapkan
pembayaran SPP bagi siswa yang mampu dan pembayaran tambahan untuk
pelaksanaan kegiatan sekolah seperti ujian semester, Prakerin dan UKK.
Pengelolaan keuangan sekolah dilakukan dengan menyusun rencana
anggaran dan merealisasikannya seoptimal mungkin. Hal ini bertujuan
untuk menghemat biaya pengeluaran sekolah, karena kondisi keuangan
sekolah yang kurang memadai. Sehingga, hal ini berpengaruh pada mutu
dan kualitas pelayanan yang diberikan sekolah.
Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan oleh SMK Tunas
Nusantara dalam meningkatkan kualitas sekolah diantaranya:
1. Menerapkan kedisiplinan sebagai salah satu upaya mengembangkan
karakter siswa
2. Memperbaiki sistem administrasi sekolah
3. Mengadakan penambahan dan penggunaan sarana prasarana sekolah
10
4. Menetapkan berbagai kebijakan, prosedur dan praktik pembelajaran
yang sesuai dengan visi sekolah, yakni “Unggul dalam berkarya,
berwirausaha, berkarakter bangsa dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa”
5. Berfokus pada pengembangan
kurikulum dan pengembangan
kompetensi guru melalui berbagai pelatihan dan pendidikan, serta
pelaksanaan supervisi rutin terhadap sistem pengajaran yang diberikan.
6. Perlu sinergi antara kepala sekolah, orang tua, guru dan masyarakat
untuk bekerjasama dalam mengembangkan berbagai kompetensi siswa
7. Pengembangan unit produksi sebagai wadah dalam mengembangkan
keterampilan siswa dan sebagai sumber pembiayaan keuangan sekolah
secara mandiri.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
Rasa syukur pertama kami haturkan kepada Ilahi Rabbi yang telah
memberikan kesempatan kepada kami sehingga artikel ini selesai dan dapat
kami publikasikan. Terimakasih yang sedalam-dalamnya kami haturkan
kepada ibu bapak kami yang selalu mendoakan untuk kebaikan dan
memberikan semangat dalam berjuang. Kami juga mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dr.Susilaningsih, M.Bus,
yang telah memberikan dukungan dan ilmu pengetahuan dalam
penyelesaian artikel ini. Kepada semua teman-teman Magister Pendidikan
Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang selalu menyumbangkan energi
positif dalam kebersamaan sehingga semangat juang semakin tertanam.
DAFTAR PUSTAKA
Argyropoulou, Eleftheria. (2009). Financial Management in Greek State
Schools. ISEA, 37 (2). 111-124.
Arwizet. 2014. “Pendidikan Kejuruan dan Pengaruhnya terhadap
Peningkatan Kualitas Human Capital”. Jurnal APTEKINDO ke 7.FPTK
Universitas Pendidikan Indonesia.
Bukit, Masriam. 2014. Strategi dan Inovasi Pendidikan Kejuruan. Bandung :
Alfabeta.
Ibe, George S., & Bassey. (1996). Problems and Issues in the Financiang and
Management of Basic Education in Akwa Ibom State. International
Journal of Educational Management, 10 (1). 11-16.
Ikoya, Peter O. (2008). Centralization and Decentralization of Schools’
Physical Facilities Management in Nigeria. Journal of Educational
Administration, 46 (5). 630-649.
Finch, Curtiz R & Crunkilton, John. (1993). Curriculum Development in
Vocational and Technical Education. Boston.
Leonarti, A., Suyatmini, & Namiro, S. (2015). Pengelolaan Pembiayaan
Pendidikan di SMK Muhammadiyah 6 Gemolong Sragen. Naskah
Publikasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
11
Liu,
Tingting
& Wilkinson, Suzanne. (2014). Using Public-Private
Partnerships For The Building and Management of School Assets and
Service. Enginering, Construction and Architectural Management, 21
(2). 206-223.
Maghfroh, D.N. 2015. Manajemen Unit Produksi Di Sekolah Sebagai Sarana
Pembelajaran. Manajemen Pendidikan, 24 (6). 583-590.
Permendiknas Nomor 80 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional
Sekolah Untuk SMK Tahun 2016.
Rusnani dan Moerdiyanto. (2012). Pelaksanaan Unit produksi pada Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri Kelompok Bisnis dan Manajemen di
Banjarmasin. Pascasarjana UNY.
Wahyudi, Imam. (2012). Pengembangan Pendidikan: Strategi Inovatif dan
Kreatif Dalam Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Wong, Evia O.W (2003). Leadership Style For School-Based Management in
Hong Kong. International Journal of Educational Management, 17 (6).
243-247.
12