MAKALAH RENDAHNYA MINAT BACA PADA SISWA

RENDAHNYA MINAT MEMBACA
PADA SISWA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
ELZA RESKIANA
4114500085
MANAJEMEN 2D

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2015

DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................

i

DAFTAR ISI...............................................................................................

ii


PRAKATA..................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

1

1.1 Latar Belakang............................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................

2

1.3 Tujuan...........................................................................................

3


BAB II PEMBAHASAN............................................................................

4

2.1 Definisi Membaca Menurut para Ahli.........................................

4

2.2 Hakikat Membaca........................................................................

6

2.3 Permasalahan yang Melatarbelakangi Minat Membaca..............

8

2.4 Faktor yang Menyebabkan Rendahnya Minat Membaca............

10


2.5 Dampak yang Terjadi Akibat Rendahnya Minat Baca.................

12

2.6 Upaya untuk Meningkatkan Minat Membaca..............................

13

BAB III PENUTUP....................................................................................

18

3.1 Kesimpulan..................................................................................

18

3.2 Saran.............................................................................................

19


DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

20

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
tentang “Rendahnya Minat Memabaca pada Siswa”. Makalah ini penulis susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syamsul Anwar,
M.Pd sebagai Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia, karena beliau telah
membimbing dan bersedia membagikan ilmunya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyusun makalah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua
yang selalu mendoakan penulis, dan pihak-pihak lain yang turut membantu
penyusunan makalah ini sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang
dapat membangun baik bagi penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan
baik lagi. Selain itu penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan dalam
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

Terima kasih.

Tegal, 23 Juni 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Minat baca mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebiasan membaca.
Karena apabila siswa membaca tanpa mempunyai minat baca yang tinggi maka
siswa tersebut tidak akan membaca dengan sepenuh hati. Apabila siswa tersebut
membaca atas kemauan atau kehendaknya sendiri maka siswa tersebut akan
membaca dengan sepenuh hati. Apabila siswa sudah terbiasa dengan membaca,
kebiasaan tersebut akan dilakukan secara terus-menerus. Selain itu, kegemaran
membaca memberikan dampak yang positif untuk siswa tersebut. Karena minat
baca yang sangat tinggi menjadikan minat belajarnya pun juga tinggi. Siswa yang
senang membaca akan mempunyai pengetahuan yang luas dari buku yang
dibacanya. Sangat disayangkan, apabila siswa tidak suka membaca atau

mempunyai minat membaca yang rendah karena pengetahuan siswa akan sempit.
Seperti sekarang ini, minat baca siswa yang rendah membuat mutu
pendidikan juga semakin menurun. Karena minat baca siswa berpengaruh
terhadap mutu pendidikan. Rendahnya minat baca menyebabkan merosotnya
kualitas lulusan siswa, karena siswa tersebut malas membaca atau mempunyai
minat baca yang rendah sehingga siswa tersebut juga malas untuk belajar.
Padahal, dengan membaca siswa menjadi tahu apa yang sebelumnya belum
diketahui. Dan secara umum untuk meningkatkan pengertian, pemahaman dan
pengetahuan tentang pelajaran dalam menguasai informasi dan perkembangan
teknologi adalah dengan kegiatan membaca. Apabila siswa tersebut sudah malas
untuk membaca maka hal tersebut juga berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa tersebut.
Wikpedia(2008) menyatakan, Rendahnya minat baca para siswa
menyebabkan

perpustakaan

yang

ada


di

sekolah-sekolah

akan

jarang

dimanfaatkan secara optimal oleh siswa. Demikian pula dengan perpustakaan
umum yang ada disetiap kota atau kabupaten juga akan jarang dikunjungi para
siswa, karena siswa tersebut tidak mempunyai minat baca yang tinggi.
Apabila minat baca tinggi maka mutu pendidikan juga tinggi. Sehingga
kualitas sumber daya manusia juga meningkat. Untuk itu, membaca sebaiknya
ditumbuhkan pada diri siswa sejak dini karena semakin siswa tersebut di latih
membaca secara terus-menerus yang akan berdampak yang positif pada siswa
tersebut.
Upaya untuk melakukan peningkatan minat baca pun juga telah dilakukan.
Tinggal bagaimana siswa tersebut menanggapi betapa pentingnya menumbuhkan
minat baca pada dirinya. Karena dengan membiasakan membaca bisa

meningkatkan prestasi belajar yang semula menurun tetapi dengan mempunyai
minat baca yang tinggi menyebabkan siswa tersebut belajar dari buku yang dia
baca, maka membuat prestasi siswa tersebut menjadi meningkat. Selain itu, juga
membuka wawasan mereka semakin luas dan juga pengetahuan siswa juga akan
semakin bertambah pula dengan membaca.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, Rumusan Masalah yang dapat diambil
adalah
1.

Apakah pengertian Membaca?

2.

Bagaimana Hakikat Membaca itu sendiri?

3.

Apa saja permasalahan yang melatar belakangi rendahnya minat

membaca pada siswa?

4.

Apakah faktor yang menyebabkan rendahnya minat membaca pada
siswa?

5.

Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya minat
membaca pada siswa?

6.

Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat membaca pada
siswa?

1.3 Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, Tujuan penulisan makalah ini
adalah

1.

Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan rendahnya minat
membaca pada siswa

2.

Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya
minat membaca pada siswa

3.

Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat meningkatkan minat
membaca pada siswa

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Definisi Membaca Menurut para Ahli

Membaca merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan dan

informasi. Kepandaian membaca biasanya diperoleh dari sekolah. Kepandaian
membaca ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan
penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk alat komunikasi bagi
kehidupan setiap manusia. Seseorang akan memperoleh informasi dan ilmu
pengetahuan yang baru dengan membaca. Setelah membaca, Anda akan mendapat
peningkatan daya pikir dan mempertajam pandangan, serta menambah wawasan.
Sehingga kegiatan membaca sangat diperlukan oleh siapapun yang menginginkan
kemajuan dan peningkatan diri.
Berikut berbagai definisi membaca menurut para Ahli yang perlu
diketahui:
1.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, definisi membaca yaitu melihat

dan paham isinya, bisa dengan melisankan atau dalam hati saja.
2.

Menurut Mr.Hodgson terbitan tahun 1960 halaman 43-44, definisi

membaca yaitu proses yang dilakukan oleh para pembaca agar
mendapatkan pesan, yang akan disampaikan dari penulis dengan perantara
media kata-kata maupun bahasa tulis. Apabila pesan tersurat dan tersirat
dapat dipahami, maka proses dari membaca itu akan terlaksana secara
baik.
3.

Menutut Mr.Finochiaro dan Bonomo terbitan tahun 1973 halaman

119, definisi membaca yaitu mengambil dan memahami suatu arti dan
maknanya yang terkandung pada bahasa yang tertulis.

4.

Menurut Mr.Lado terbitan tahun 1976 halaman 132, definisi

membaca yaitu memahami dari pola-pola atau tata bahasa dari subuah
gambaran yang tertulisnya.
5.

Menurut Mr.Gorys Keraf terbitan tahun 1996 halaman 24, definisi

membaca yaitu proses yang lengkapantara lainkegiatan yang mengandung
unsur fisik dan mental. Oleh karena itu, membaca dapat diartikan juga
sebagai proses memberikan makna dari simbol-simbol yang visual.
6.

Menurut Mr.Fredick Mc Donald dalam Burns terbitan tahun 1996

halaman 8, definisi membaca merupakan rangkaian beberapa respon yang
lengkap, yaitu mencakup respon sikap, kognitif, dan manipulatif. Definisi
Membaca dapat dibagi menjadi sub ketrampilan, meliputi sensori,
persepsi, sekuensi, pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan
konstruktif. Menurut Fredick, aktivitas membaca bisa terjadi apabila
beberapa sub keterampilan itu dilakukan bersama-sama pada suatu
keseluruhan yang saling terpadu.
7.

Menurut Mr.Kolker terbitan tahun 1983 halaman 3, definisi

membaca yaitu proses komunikasi antara si pembaca dan si penulis
dengan perihal bahasa tulis. Asal kata membaca ini menurut Mr. Kolker
ada tiga hal, yaitu, kognitif, afektif dan bahasa. Suatu perilaku kognitif
mengacu pada pemikiran, perilaku afektif mengacu pada perasaan, dan
perilaku bahasa itu mengacu pada bahasa anak.
8.

Menurut Mr.Tampubalon terbitan tahun 1987 halaman 6,

menyatakan bahwa bahasa tulisan itu mengandung suatu ide-ide / pikiranpikiran, sehingga dalam memahami bahasa suatu tulisan dengan metode
membaca sebagai proses-proses yang kognitif atau penalaran. Oleh karena
itu, dikatakan bahwa definisi membaca yaitu cara untuk dapat pembinaan
daya nalar.

9.

Menurut Mr.Smith dalam buku Mr.Ginting terbitan tahun 2005,

membaca yaitu suatu proses yang membangun pemahaman sari bacaan
(teks) yang tertulis.
10.

Menurut Mr.Juel dalam buku Mr.Sandjaja terbitan tahun 2005,

membaca yaitu proses untuk dapat mengenal beberapa kata dan
memadukan menjadi arti kata menjadi kalimat dan struktur bacaan. Oleh
karena itu, setelah membaca dapat membuat intisarinya dari bacaan
tersebut.
Beberapa definisi membaca dari para ahli di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa membaca merupakan suatu proses memahami dan mengambil makna dari
suatu kata-kata, gagasan, ide, konsep, dan informasi yang telah dikemukakan oleh
pengarang pada bentuk tulisan.

2.2

Hakikat Membaca
Kridalaksana (1982:105) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca
melibatkan dua hal, yaitu:
1.

Pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan,

2.

Teks yang berimplikasi adanya penulis.

Syafi’ie (1994:6-7) menyebutkan hakikat membaca adalah:
1.

Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami

kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan
memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan.
2.

Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam

mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan
kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh
pemahaman terhadap bacaan.

3.

Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan

memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang telah dipunyai.
4.

Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan

memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.
5.

Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan

informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah
dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut.
6.

Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan

sistem tulisan yang digunakan.
7.

Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam

tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan
merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata
yang membawa makna.
Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan bahwa
membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis.
Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan
merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut
dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah
informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil
pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui
proses decoding gambar-gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian
diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan
melibatkan Knowledge of The World dalam skemata yang berupa kategorisasi
sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.
Minat membaca adalah sumber motivasi kuat bagi seseorang untuk
menganalisa dan mengingat serta mengevaluasi bacaan yang telah dibacanya,
yang merupakan pengalaman belajar menggembirakan dan minat baca

mempengaruhi bentuk serta intensitas seseorang dalam menentukan cita-citanya
kelak dimasa yang akan datang, hal tersebut juga adalah bagian dari proses
pengembangan diri yang harus senantiasa diasah sebab minat membaca tidak
diperoleh dari lahir.
Membaca adalah berpikir, berpikir merupakan suatu proses untuk
mengenali, memahami, dan kemudian menginterpretasikan lambang-lambang
yang bisa mempunyai arti. Disini banyak terlibat unsur-unsur psikologis seperti
kemampuan dan atau kapasitas kecerdasan, minat, bakat, sensasi, persepsi,
motivasi, retensi, ingatan, dan lupa, bahkan ada lagi yaitu kemampuan
mentransfer dan berpikir kognitif .

2.3

Permasalahan yang Melatarbelakangi Minat Membaca pada Siswa
Pertama, sistem pembelajaran belum memuat anak-anak, siswa, dan

mahasiswa harus membaca buku (lebih banyak lebih baik), mencari informasi
atau pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan, mengapresiasikan karya-karya
ilmiah, filsafat, sastra, dan sebagainya. Kadang, pemerintah kurang tepat dalam
menentukan kurikulum yang harus dilaksanakan di Indonesia ini. Dengan banyak
waktu yang dihabiskan di sekolah untuk belajar, anak kadang berfikir bahwa
waktu yang dihabiskan untuk belajar dan membaca di sekolah saja sudah cukup
dan mereka cenderung tidak membaca materi guru di rumah. Mereka membaca
atau mengulang materi dari guru jika esoknya akan ada ulangan ataupun ada PR
saja.
Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang
mengalihkan perhatian pelajar dari buku. Selain itu, browsing di internet
terkadang lebih asyik bagi para pelajar ketimbang harus membaca buku pelajaran
yang mereka pikir terlalu membosankan. Pelajar rela menghabiskan waktu dengan
HP, laptop, ataupun gadget mereka untuk membuka internet seperti bermain
facebook, twitter, youtube, ataupun media lain dari pada mencari hal-hal yang
bermanfaat untuk kehidupan mereka ataupun membaca buku.

Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti
taman rekreasi, tempat karaoke, night club, mall, supermarket. Tempat-tempat
seperti ini kadang digunakan oleh para pelajar dewasa untuk bermain setelah
pulang sekolah. Jika mereka bisa membagi waktu antara bermain di luar dengan
belajar, maka itu tidak akan masalah. Tetapi kadang para pelajar ini lupa waktu
jika sudah berada di tempat hiburan. Misalnya saja di mall, mereka akan lebih
banyak menghabiskan waktu untuk melihat baramh-barang yang dijual di mall
walaupun kadang mereka tidak bermaksud membelinya. Karena terlalu lama,
mereka kadang lupa waktu untuk belajar dan terus jalan-jalan walaupun sampai
malam. Dan itu membuat para pelajar untuk lupa akan waktu belajarnya, apalagi
membaca.
Keempat, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang
kita. Kita hanya terbiasa mendengar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara
verbal dikemukakan orang tua, nenek, dan tokoh masyarakat. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Indonesia lebih senang mendengar
ataupu berbicara dari pada membaca. Ini terbukti dari sebagian besar pelajar lebih
suka mendengar berita ataupun menonton sinetron di televisi, dan jika sedang
berkumpul dengan teman sejawat, mereka akan lebih suka untuk ngerumpi untuk
membicarakan hal-hal yang menurut mereka asyik untuk dibicarakan, seperti
menggosip ataupun bercerita tentang isi hati mereka masing-masing.
Kelima, para ibu orang tua kita senantiasa disibukkan berbagai kegiatan,
serta membantu mencari tambahan nafkah untuk penghidupan keluarga. Kadang
itu membuat para pelajar merasa kehilangan kasih sayang dan mencari kegiatan
lain untuk mencari cara menghilangkan kejenuhan dan itu cenderung mengarah ke
hal yang negative.
Keenam, sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau
taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka. Itu membuat para
pelajar menjadi malas untuk membaca karena mereka tidak bisa dengan mudah
mencari bahan bacaan. Di internet juga tidak semua informasi ada, selain itu

terlalu lama berada di depan layar komputer ataupun sejenisnya bisa membuat
mata tidak sehat atau bahkan bisa membuat kita memakai kaca mata.
Ketujuh, mempunyai sifat malas yang merajalela dikalangan anak-anak
maupun dewasa untuk membaca dan belajar demi kemajuan diri masing-masing
untuk menambah ilmu pengetahuan. Ini merupakan masalah terbesar bagi
rendahnya minat baca para pelajar karena ini merupakan masalah dari dalam diri
pelajar yang harus mereka lawan sendiri. Sifat malas tersebut muncul secara tibatiba atau sudah menjadi kebiasaan seoraang pelajar malas untuk membaca.

2.4

Faktor yang Menyebabkan Rendahnya Minat Membaca

1.

Lemahnya Sarana dan Prasarana Pendidikan
Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan membaca siswa

tergolong rendah karena sarana dan prasarana pendidikan khususnya perpustakaan
dengan buku-bukunya belum mendapat prioritas dalam penyelenggaraannya.
Sedangkan kegiatan membaca membutuhkan adanya buku-buku yang cukup dan
bermutu serta eksistensi perpustakaan dalam menunjang proses pembelajaran.
Faktor lain yang menghambat kegiatan siswa untuk mau membaca adalah
kurikulum yang tidak secara tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu
bahan kajian, serta para tenaga kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun
para pustakawan yang tidak memberikan motivasi pada anak-anak peserta didik
bahwa membaca itu penting untuk menambah ilmu pengetahuan, melatih berfikir
kritis, menganalisis persoalan, dan sebagainya.
Kurangnya pengelolaan perpustakaan dan koleksi buku dihampir semua
sekolah pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kondisi perpustakaannya masih
belum memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan. Perpustakaan sekolah
belum sepenuhnya berfungsi. Jumlah buku-buku perpustakaan jauh dari
mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai basis pendidikan, serta peralatan
dan tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Padahal perpustakaan sekolah

merupakan sumber membaca dan sumber belajar sepanjang hayat yang sangat
vital dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.

Kemajuan Teknologi
Minat baca siswa yang rendah dewasa ini disebabkan oleh faktor,

perkembangan teknologi dan pusat-pusat informasi yang lebih menarik,
perkembangan tempat-tempat hiburan (entertainment), acara televisi. Sehingga
status dan kedudukan perpustakaan, serta citra perpustakaan dalam pandangan
siswa sangat rendah. Hal ini secara lebih luas, dengan menengok sendi-sendi
budaya masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan budaya baca,
atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan sesuatu
termasuk cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur daripada
tulisan. Latar budaya lisan itulah yang agaknya menjadi salah satu sebab
lemahnya budaya baca masyarakat, termasuk minat pada pustaka dan
perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan.
3.

Kurangnya Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Rendahnya minat baca di kalangan anak dapat disebabkan oleh kondisi

keluarga yang tidak mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang tidak
mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu,
kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua mereka terhadap kegiatan anakanaknya. Hal ini dapat dikaitkan pula dengan konsep pendidikan yang diterapkan
dan dipahami orang tua. Sementara terkait dengan fasilitas, minimnya
ketersediaan bahan bacaan di rumah juga dapat membuat anak kurang berminat
pada kegiatan membaca karena tidak ada atau kurangnya sumber bacaan yang
tersedia di rumah. Selain dari sisi keluarga, terdapat juga pengaruh dari
lingkungan. Karena pengaruh ajakan yang begitu kuat dari lingkungan (teman),
anak lebih memilih bermain dengan teman-temannya dibanding membaca buku.
Dan terakhir, ketersediaan waktu yang kurang, membuat anak kurang
berminat untuk membaca. Seperti kondisi beberapa informan anak yang
bersekolah dengan sistem full day school, tentu sebagian besar waktu dalam sehari

sudah banyak dihabiskan di sekolah. Kesempatan memiliki waktu luang sangat
terbatas. Apalagi jika masih ada kegiatan-kegiatan rutin yang mereka jalani
setelah pulang sekolah. Kalaupun masih ada sisa waktu, mereka lebih
memanfaatkan untuk bersantai dan melepas lelah.
Rendahnya minat baca siswa, tentu tidak hanya sebatas masalah kuantitas
dan kualitas buku saja, melainkan terkait juga pada banyak hal yang saling
berhubungan. Misalnya, mental anak dan lingkungan keluarga/masyarakat yang
tidak mendukung. Orang kota mungkin kesulitan membangkitkan minat baca
siswa karena serbuan media informasi dan hiburan elektronik. Sementara di
pelosok desa, siswa lebih suka keluyuran ketimbang membaca. Sebab, di sana
lingkungan/tradisi membaca tidak tercipta. Orang lebih suka ngerumpi atau
menonton acara televisi daripada membaca.

2.5.

Dampak yang Ditimbulkan Akibat Rendahnya Minat Membaca

1.

Bagi Diri Sendiri
Buruknya kemampuan membaca siswa berdampak pada kekurangnya

kemampuan mereka dalam penguasan bidang ilmu pengetahuan dan matematika,
menurunya prestasi yang diraih, dan menyebabkan buta huruf. Selain itu,
penurunan minat baca dari kalangan siswa itu mengakibatkan, rata-rata nilai Ujian
Nasinal enam mata pelajaran yang diujikan pada setiap sekolah di bawah standar
minimal kelulusan, dan hanya mata pelajaran hanya beberapa mata pelajaran saja
yang nilanya di atas standar minimal kelulusan.
2.

Bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara
Apabila rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa, maka dalam

persaingan global kita akan selalu ketinggalan dengan sesama negara
berkembang, apalagi dengan negara-negara maju lainnya. Kita tidak akan mampu
mengatasi segala persoalan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan lainnya
selama SDM kita tidak kompetitif, karena kurangnya penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, akibat lemahnya kemauan dan kemampuan membaca.
Penurunan minat membaca juga berpengaruh terhadap daya saing tenaga kerja
Indonesia yang menduduki urutan ke-46 di dunia, di bawah Singapura (2),
Malaysia (27), Filipina (32) dan Thailand (34). Sedangkan, kualitas SDM
Indonesia berdasar Indeks Pembangunan Manusia oleh PBB (UNDP) 2000,
menduduki urutan ke-109, terendah dibanding sejumlah negara ASEAN, seperti
Vietnam (108), Jepang (9), Singapura (24), Brunei (32), Malaysia (61), Thailand
(76) dan Filipina (77).

2.6

Upaya untuk Meningkatkan Minat Membaca
1.

Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum Sistem Pendidikan

Nasional yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 diharapkan
dapat memberikan arah agar tujuan pendidikan di tanah air semakin jelas dalam
mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya SDM yang
kompetitif dalam era globalisasi, sehingga bangsa Indonesia tidak selalu
ketinggalan dalam kecerdasan intelektual. Oleh sebab itu penyelenggaraan
pendidikan harus memenuhi beberapa prinsip antara lain :
1)

Sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik yang berlangsung sepanjang hayat.
2)

Mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung.

Kedua prinsip di atas harus saling bergayut. Artinya dalam proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, harus diisi
dengan kegiatan pengembangan budaya membaca, menulis dan berhitung.
Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi khususnya dalam Bahan Kajian
Bahasa Indonesia harus memuat kegiatan pengembangan budaya membaca dan
menulis dengan alokasi waktu yang cukup memberi kesempatan banyak untuk
membaca. Demikian pula dalam bahan kajian seni dan budaya, cakupan kegiatan
menulis harus jelas dan berimbang dengan kegiatan menggambar/melukis,

menyanyi dan menari. Kegiatan membaca dan menulis tidak saja menjadi prioritas
dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia dan Bahan Kajian Seni dan Budaya, tetapi
hendaknya juga secara implisit harus tercantum dalam Bahan-bahan Kajian
lainnya.
2.

Paradigma Tenaga Kependidikan Guru, dosen maupun para

pustakawan sekolah sebagai tenaga kependidikan, harus merubah mekanisme
proses pembelajaran menuju “membaca” sebagai suatu sistem belajar sepanjang
hayat. Setiap guru, dosen dalam semua bahan kajian harus dapat memainkan
perannya sebagai motivator agar para peserta didik bergairah untuk banyak
membaca buku-buku penunjang kurikulum pada bahan kajian masing-masing.
Misalnya dengan memberi tugas-tugas rumah setiap kali selesai pertemuan dalam
proses pembelajaran. Dengan sistemreading drill secara kontinu maka membaca
akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam belajar.
Pustakawan pada perpustakaan sekolah yang didukung oleh para guru
kelas sedapat mungkin harus dapat menciptakan “kemauan” para peserta didik
untuk banyak membaca dan meminjam buku-buku di perpustakaan. Sistem
promosi perpustakaan harus diadakan dan diprioritaskan secara kontinu agar
perpustakaan dikenal apa fungsi, arti, kegunaan dan fasilitas yang dapat
diberikannya. Tanpa promosi perpustakaan yang gencar, mustahil orang akan
mengenal dan tertarik untuk datang ke perpustakaan.
3.

Pengelolaan Perpustakaan Sekolah dengan Baik Perpustakaan

merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting untuk menunjang proses
belajar mengajar. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah,
perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya
meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan
pengajaran. Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan
terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar (Darmono,
2001:2). Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang
kegiatan belajar mengajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam

memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan harus dapat
memainkan peran, khususnya dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan di sekolah.
Pemanfaatan perpustakaan sekolah secara maksimal, diharapkan dapat
mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami
pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta
menghasilkan karya bermutu. Kebiasaan membaca buku yang dilakukan oleh
siswa, akan meningkatkan pola pikirnya sehingga perlu dijadikan aktivitas
kegiatan sehari-hari. Buku harus dicintai dan bila perlu dijadikan sebagai
kebutuhan pokok siswa dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan di
sekolah. Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sumber belajar siswa baik dalam
proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun non formal untuk
membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut.
Hal penting yang harus dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat
baca siswa adalah dengan melengkapi koleksi perpustakaan, baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Sudah saatnya perpustakaan sekolah tidak hanya
berisi buku-buku paket, koleksi perpustakaan juga dapat berupa buku-buku
bacaan yang mampu menarik minat siswa untuk membaca.
4.

Motivasi Guru dan Keluarga Pada dasarnya, pihak sekolah / guru

bertanggungjawab ikut menumbuhkan minat baca bagi siswa, karena dari sanalah
sumber kreatifitas siswa akan muncul. Sekolah harus mengajar anak-anak berpikir
melalui budaya belajar yang menekankan pada memahami materi. Selain itu, juga
keluarga harus mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang harus
mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, orang
tua juga harus memperhatian dan mengawasi terhadap kegiatan anak-anaknya.
Sementara terkait dengan fasilitas, ketersediaan bahan bacaan di rumah juga
dipenuhi agar membuat anak berminat pada kegiatan membaca karena sumber
bacaan yang tersedia di rumah.

Beberapa upaya agar meningkatkan minat membaca lainnya adalah


Memberikan pemahaman akan pentingnya membaca Cara ini menekankan
pada siswa bahwa membaca memiliki banyak manfaat. Karena dari
membaca pengetahuan semakin luas dan akan banyak hal baru yang akan



kita dapat .
Motivasi dari berbagai pihak Guru sebagai fasilitator wajib memberikan
motivasi kepada para siswanya, dengan cara memberikan berbagai tugas
yang sumbernya dapat diperoleh di perpustakaan, dengan begitu siswa
akan sering berkunjung ke perpustakaan. Bukan hanya dewan guru saja
yang wajib memberi motivasi tapi juga orang tua siswa, karena motivasi
merupakan energi penting didalam meraih keberhasilan, dan merupakan
bentuk aktualisasi yang pada umumnya diwujudkan dalam perbuatan



nyata.
Membuat suasana perpustakaan menjadi nyaman. Suasana perpustakaan
yang nyamanmembuat para siswa betah untuk berlama-lama di
perpustakaan dan hal ini akanmendorong siswa untuk berkunjung ke



perpustakaan serta membaca buku–buku yang ada.
Ketersediaan buku-buku yang berkualitas di perpustakaan. Buku-buku
yang berkualitas dan mudah di telaah akan mendorong para siswa untuk



gemar membaca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan.
Adanya kesamaan Visi dan Misi dari pemerintah dalam rangka



meningkatkan minat baca masyarakat pada umumnya dan khusus pelajar
Selain sekolah sebagai institusi yang mengajarkan membaca, peran ibu
dinilai amat berpengaruh. Seorang ibu biasanya memiliki waktu jauh lebih
banyak dibandingkan ayah. Anak juga lebih dekat dengan ibu. Ibu punya
kekuatan luar biasa untuk membentuk anak. Kalau ibu menggunakan
peranannya dalam konteks memberikan contoh yang baik bagi anaknya,



seperti membaca maka anak akan menjadi pembaca.
Mengenalkan buku/bacaan terhadap anak sejak kecil, serta membiasakan



diri untuk mengajak anak mengunjungi toko buku dan perpustakaan.
Guru atau dosen lebih sering memberi tugas yang membuat anak didik
harus mencari informasi di perpustakaan.



Berbeda pada materi yang dibacanya, kemudian dilanjutkan dengan



membahas inti bacaanya.
Mengundang penulis, nara sumber atau tokoh yang berhubungan dengan



buku yang dibaca. Sehingga dapat memotivasi untuk juga berkarya tulis.
Melakukan kunjungan ke tempat-tempat objek tulisan, sehingga dapat






mencocokkan apa yang dilihat dan dibaca.
Membiasakan saling memberikan buku sebagai hadiah.
Meminjamkan buku satu sama lain.
Membuat anggaran khusus belanja buku.
Pengadaan lomba-lomba membaca dan menulis, menggambar dengan
memberikan penghargaan, menjadi pendorong untuk menggairahkan minat



baca.
Mempagelarkan karya-karya tulis dalam suatu pementasan, dimaksudkan
untuk mengembangkan budaya baca melalui seni seperti tari, nyanyi,
musik, puisi dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Definisi membaca dari para ahli adalah suatu proses memahami dan
mengambil makna dari suatu kata-kata, gagasan, ide, konsep, dan informasi yang
telah dikemukakan oleh pengarang pada bentuk tulisan.
Hakikat membaca adalah berpikir, berpikir merupakan suatu proses untuk
mengenali, memahami, dan kemudian menginterpretasikan lambang-lambang
yang bisa mempunyai arti..
Minat baca masyarakat Indonesia kususnya siswa sangat rendah . Karena
mereka lebih senang mencari hiburan pada acara TV , bermain , pergi ke mall atau
pergi ke tempat hibutran lainya, dibandingka denngan membaca di perpustakaan.
Dampak rendahnya minat baca siswa adalah menurunnya mutu pendidikan dan
menurunnya prestasi siswa.
Kegiatan membaca merupakan bagian dari proses belajar yang
membangun pemahaman baik dari teks yang tertulis maupun dari lingkungan
belajar siswa. Hal ini berarti kegiatan membaca berkaiatan erat dengan bahanbahan bacaan, fasilitas dan lingkungan belajar siswa. Oleh karena itu, dapat
diperkirakan bahwa terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dengan
minat baca siswa.
Untuk meningkatkan minat baca, siswa membutuhkan dorongan,
rangsangan, dan motivasi. Dengan adanya motivasi membaca pada siswa akan
memberikan dampak positif yaitu membuat siswa terdorong untuk membaca lagi
secara berulang-ulang. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
motivasi membaca dengan minat baca pada siswa.

3.2 Saran
Sebagai seorang siswa kita sebaiknya menjadikan membaca sebagai suatu
kebiasaan, karena membaca adalah salah satu cara agar wawasan kita bertambah.

Jangan terlalu sering menggunakan waktu luang kita untuk melakukan hal yang
sia-sia, seperti menonton tayangan infotaiment secara berlebihan. Maka dari itu,
kita harus bisa menghilangkan rasa malas yang timbul dari dalam diri kita sendiri.
kita juga harus memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia di sekitar
kita, seperti perpustakaan, surat kabar, media massa, majalah, buku pelajaran dan
lain-lain. Kita harus mengisi waktu luang kita dengan hal-hal yang positif, seperti
membaca. Dengan adanya perkembangan teknologi contohnya internet, sebagai
pelajar kita diharapkan memanfaatkan internet untuk mencari informasi yang
berguna serta menambah wawasan dan pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
http://sukamembaca01.blogspot.com/2013/08/pengertian-membaca-menurut
beberapa-ahli.html 2013 “Pengertian Membaca Menurut para Ahli”

http://www.informasi-pendidikan.com/2015/01/berbagai-definisi-membacamenurut-para.html 2015 “Berbagai Definisi Membaca Menurut para Ahli”
Harjasujana, A.S. & Damaianti, V.S. 2003. Membaca dalam Teori dan Praktik.
Bandung: Mutiara
Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan
Efisien. Bandung: Angkasa
Pusat Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia:
Sintaksis. Jakarta: Pembinaan den Pengembangan Bahasa
http://saktaheksaputri.blogspot.com/2013/12/rendahnya-minat-baca-sisa.html
2013 “Rendahnya Minat Baca Siswa”
http://nandarthulo.blogspot.com/2011/08/makalah-rendahnya-minat-baca-smanandar.html 2011 “Makalah Rendahnya Minat Baca”

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25