ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN GURU PRODUKTIF SMK NEGERI DARI LULUSAN LPTK DAN NON LPTK DI KABUPATEN MADIUN

GURU PRODUKTIF SMK NEGERI DARI LULUSAN LPTK DAN NON LPTK DI KABUPATEN MADIUN SKRIPSI

Oleh: RONNAWAN JUNIATMOKO

K1508021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama NIM Jurusan/Program Studi

menyatakan bahwa skripsi

Guru Produktif SMK Kabupaten Madiun

Selain itu, sumber informasi teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

: Ronnawan Juniatmoko : K1508021

Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Bangunan

bahwa skripsi saya berjudul “Analisis Kebutuhan dan

Produktif SMK Negeri dari Lulusan LPTK dan Non

Madiun” ini benar – benar merupakan hasil karya sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 27

Yang membuat pernyataan

Ronnawan Juniatmoko

: PTK/Pendidikan Teknik Bangunan

Kebutuhan dan Penyediaan dan Non LPTK di

hasil karya saya sendiri. telah disebutkan dalam

dibuktikan skripsi ini hasil

Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Ronnawan Juniatmoko

GURU PRODUKTIF SMK NEGERI DARI LULUSAN LPTK DAN NON LPTK DI KABUPATEN MADIUN

Oleh: RONNAWAN JUNIATMOKO K1508021

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan

Jurusan Pendidikan Teknik Dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Skripsi ini telah disetujui Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univ

Pembimbing I,

Drs. Agusti Tamrin, M.Pd., M.Si. NIP. 19670102 199103 1 002

telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta,

Pembimbing I,

Drs. Agusti Tamrin, M.Pd., M.Si. NIP. 19670102 199103 1 002

Pembimbing II,

Drs. H. Suhardjono, NIP. 1951050

Tim Penguji Skripsi ersitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, 27 Juli 2012

Pembimbing II,

H. Suhardjono, M.Si.

Skripsi ini Fakultas Keguruan dan diterima untuk memenuhi Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang

Ketua

: Drs. H. Sutrisno, ST., M.Pd.

Sekretaris

: Taufiq Lilo Adi Sucipto, ST., MT.

Anggota 1

: Drs. Agusti Tamrin, M.Pd., M.Si.

Anggota 2

: Drs. H. Suhardj

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

a. n. Dekan Pembantu Dekan I,

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan

Hari

: Jum’at

Tanggal : 27 Juli 2012

Nama Terang

Tanda Tangan

Drs. H. Sutrisno, ST., M.Pd. Taufiq Lilo Adi Sucipto, ST., MT. Drs. Agusti Tamrin, M.Pd., M.Si. Drs. H. Suhardjono, M.Si.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Tim Penguji Skripsi Sebelas Maret Surakarta dan mendapatkan gelar Sarjana

27 Juli 2012

Tanda Tangan

Ronnawan Juniatmoko. ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN GURU PRODUKTIF SMK NEGERI DARI LULUSAN LPTK DAN NON

LPTK DI KABUPATEN MADIUN. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui jumlah kebutuhan dan

profil guru produktif SMK Negeri di Kabupaten Madiun, (2) Mengetahui jumlah penyediaan guru produktif SMK Negeri dari lulusan LPTK di Kabupaten Madiun, (3) Mengetahui jumlah penyediaan guru produktif SMK Negeri dari lulusan non LPTK di Kabupaten Madiun, (4) Menemukan alternatif model rekrutmen guru produktif SMK Negeri dari lulusan non LPTK di Kabupaten Madiun.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Untuk

mendapatkan data yang diharapkan, langkah pertama yaitu melakukan sensus ke tempat penelitian dengan menyiapkan form yang diberikan dan diisi oleh SMK Negeri se-Kabupaten Madiun, langkah kedua melakukan wawancara tak struktur dengan beberapa responden. Langkah yang ketiga yaitu memvalidasi menggunakan triangulasi, dari hasil triangulasi tersebut selanjutnya dapat dideskripsikan kebutuhan dan penyediaan guru produktif SMK Negeri se- Kabupaten Madiun.

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah kebutuhan guru produktif SMK

Negeri di Kabupaten Madiun sebesar 207 orang guru produktif, tersedia 157 orang guru produktif, sehingga membutuhkan 50 orang guru produktif. Kondisi penyediaan guru produktif dari lulusan LPTK sebanyak 117 orang dari berbagai lulusan LPTK di Indonesia. Sedangkan jumlah guru produktif lulusan Non LPTK sebanyak 40 orang tentunya juga sudah mempunyai ijazah Akta IV. Model rekrutmen guru produktif SMK Negeri dari luluasan non LPTK yang ada di Kabupaten Madiun yaitu tetap mengadakan penerimaan CPNS, selain itu ada program sukuan/wiyata bakti diadakan oleh masing-masing SMK Negeri atas dasar SK Bupati Madiun.

Simpulan penelitian ini adalah Kabupaten Madiun pada tahun 2012

membutuhkan 50 orang guru produktif. Kondisi penyediaan guru produktif dari lulusan LPTK sudah cukup baik dan selektif mengingat jumlah penyediaan guru produktif dari lulusan LPTK lebih besar dibandingkan dengan guru produktif dari lulusan non LPTK. Model rekrutmen sukuan/wiyata bakti sudah berjalan lama, sehingga membutuhkan kaidah atau peraturan yang lebih update di tahun 2012 ini.

Kata Kunci: kebutuhan dan penyediaan guru produktif, lulusan LPTK, lulusan non LPTK, model rekrutmen.

ABSTRACT

Ronnawan Juniatmoko. PRODUCTIVE TEACHER SUPPLY AND DEMAND ANALYSIS SMK STATE OF GRADUATES AND NON LPTK

LPTK IN DISTRICT MADIUN. Thesis, Faculty of Education and Pedagogy University of March Surakarta, in July 2012.

The purpose of this research were: (1) Knowing the needs and profile of productive teachers' SMK in Madiun District, (2) Knowing the amount of the provision of productive teachers of SMK graduates LPTK in Madiun District, (3) Knowing the amount of the provision of productive teachers of SMK graduates non LPTK in Madiun District, (4) Finding an alternative model of teacher recruitment of graduates earning SMK non LPTK in Madiun District.

This research is a qualitative descriptive research. To get the expected data, the first step is to do a census to the research by setting up the form provided and filled by a Vocational School Madiun District, the second step interviews with some respondents did not structure. The third step is validating using triangulation, the triangulation of the results can then be described.

Based on this research, the need for productive teachers in the Vocational School Madiun District at 207 productive teachers, 157 teachers are productive, thus requiring 50 productive teachers. The environment for productive teachers from as many as 117 people LPTK graduates from various graduate LPTK in Indonesia. While the number of teachers earning graduate of Non LPTK 40 people already have a diploma course also Akta IV. SMK recruitment of productive teachers’ model from graduate non LPTK in Madiun District that is still held a reception CPNS, other than that there sukuan / wiyata bakti program held by each State on the basis of SK SMK Madiun Regent.

The conclusions of this research is the Madiun District in 2012 requiring

50 productive teachers. The environment for productive teacher of both graduate LPTK and selective enough given the amount of the provision of teachers earning graduate LPTK greater than that of teacher graduates productive from non LPTK. Model recruitment sukuan / wiyata bakti longstanding devotion, thus requiring more rules or regulations of this update in 2012.

Keywords: demand and supply of productive teacher, a graduate LPTK, non LPTK graduates, recruitment models.

# Rosullulloh bersabda, sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bekerja

secara profesional (HR. Atthabrani.) #

# Perbaikilah perangaimu terhadap orang tuamu terlebih ibu, sebab ridlo dari

seorang ibu selalu disertai ridlo Alloh Azza wa Jalla. #

# Suatu saat mimpi yang ada di angan-angan pasti akan terwujud, jadi pergilah ke

tempat yang sesuai angan-anganmu, bergeraklah sesuai angan-anganmu, hingga tidurpun sesuaikan dengan angan-anganmu. Dan yakin semua itu akan terjadi atas kehendakNya. #

# Bekerja menurut keahlian dengan sekuat tenaga disertai keikhlasan, karena

semua yang kamu peras dari keringatmu pasti akan membuahkan hasil yang menguntungkan di dunia maupun di akhirat kelak. #

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

 ” Bapak dan Ibu ”

Doamu yang selalu menyertai di setiap waktu, dimanapun dan dalam keadaan apapun. Pengorbananmu begitu besar, kasih sayangmu yang mengalir bagaikan air sungai yang deras dan tak pernah surut. Sehingga aku merasakan kebanggaan yang tak terhingga kepada engkau yaa bapak yaa ibu. Semoga Alloh memudahkan jalan beliau dalam mendidik anak-anaknya menjadi anak yang berguna bagi orang tua, agama, nusa dan bangsa.

 ” Mbahti Soeraiatoen (almh)

Ku buktikan kepadamu aku telah mengikuti jejakmu sebagai seorang guru. Ini bukti dari balasan kasih sayang dan pengorbananmu yang sebenarnya tak sebanding dengan hasil yang kubuktikan. Semoga beliau dapat berkumpul di alam barzah dengan makhluk Alloh yang paling mulia.

 ” Mbahti Sumini dan adik Ronnanda Mahayudantio ”

Semangat, doa dan kasih sayangmu menjadikanku semangat untuk mencari ilmu dan bertahan hingga saat ini. Semoga kesehatan dan keberkahan selalu menyertaimu.

 ” Rekan-rekan PTB 2008 dan sahabat semua ” Terima kasih atas semangat dan dukungannya.Semoga Alloh

membalas kebaikan kalian dengan hal yang setimpal.

Alhamdulillahirobbil’alamiin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, sholawat dan salam selalu tercurahkan pada Rosululloh Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafaatnya di yaumil qiyamah. Puji syukur terhaturkan oleh penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Guru Produktif SMK Negeri dari Lulusan LPTK dan Non LPTK di Kabupaten Madiun” yang disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis mengakui dan menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak memerlukan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Sutrisno, ST., M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan.

3. Ida Nugroho Saputro, ST., M.Eng. sebagai Ketua Program Pendidikan Teknik Bangunan.

4. Abdul Haris Setiawan, S.Pd., M.Pd. sebagai Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Drs. Agusti Tamrin, M.Pd., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing I yang selalu

memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Drs. H. Suhardjono, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu

memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Drs. Doli Sapardi, M.Pd. selaku Kepala Bidang SMP, SMA dan SMK Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun yang memberi ijin penelitian di SMK Negeri se Kabupaten madiun.

8. Sudarman, S.Pd., M.KPd. selaku Kepala SMK N 1 Wonoasri, Dra. Wiwik

Rohman, ST., M.Pd. selaku pejabat sementara Kepala SMK N Kare, Sunardi, S.Pd. selaku Kepala SMK N 1 Gemarang yang telah memberi kesempatan dan tempat guna mendapatkan data dalam penelitian ini.

9. Muslim, S.Pd., M.KPd. selaku Waka Kurikulum SMK N 2 Jiwan, Siti Aminah, BA. Selaku Ka Tata Usaha SMK N 1 Wonoasri, Slamet Budi Prastowo, S.Pd. selaku Waka Humas SMK N 1 Jiwan, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian ini.

10. Dan semua responden serta rekan-rekan yang membantu dalam penelitian skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, 27 Juli 2012

Penulis

Lampiran Halaman

1 Pedoman wawancara dan hasil wawancara ........................................... 65

2 Form data SMK Negeri 1 Wonoasri ....................................................... 68

3 Form data SMK Negeri 2 Jiwan............................................................. 77

4 Form data SMK Negeri 1 Jiwan.............................................................. 84

5 Form data SMK Negeri 1 Kebonsari....................................................... 91

6 Form data SMK Negeri 1 Geger............................................................. 96

7 Form data SMK Negeri Kare.................................................................. 101

8 Form data SMK Negeri 1 Gemarang...................................................... 106

9 Foto tempat penelitian............................................................................. 111

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tertera dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 28 dan 29 disebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik dibuktikan dengan tingkat pendidikan minimal diploma empat (D IV) atau sarjana (S1), baik untuk pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan teknologi dan kejuruan. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Disebutkan juga dalam Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8, 9 dan 10 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik (diploma empat atau sarjana), kompetensi, dan sertifikat pendidik. Kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional diperoleh melalui pendidikan profesi.

Keempat kompetensi tersebut hanya dapat diperoleh pada Perguruan Tinggi LPTK. Sementara pada saat ini terdapat lebih 270 LPTK dalam bentuk institut, universitas, fakultas, dan sekolah tinggi yang terus beroperasi dengan kualitas beragam dan memerlukan kepastian masa depan lulusannya. Lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta memperhatikan rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2010 pengembangan SMK dengan proporsi 70% dan SMA 30% yang memiliki jumlah program studi keahlian sebanyak 40 (empat puluh) dengan jumlah kompetensi keahlian sebanyak 121 (seratus dua puluh satu) yang tertera pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan

penyediaan guru SMK khususnya guru mata pelajaran produktif. Renstra pengembangan SMK yaitu 70% : 30%, sehingga banyak sekali dibutuhkan guru SMK khususnya guru mata pelajaran produktif dan apabila ditinjau dari implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen khususnya pada Guru SMK memiliki keunikan dengan tingkat kerumitan yang tinggi. Pertama, SMK memiliki jumlah program studi keahlian sebanyak 40 (empat puluh) dengan jumlah kompetensi keahlian sebanyak 121 (seratus dua puluh satu). Kedua, sasaran pembangunan pendidikan kejuruan (SMK) untuk memproyeksikan lulusannya menciptakan lapangan pekerjaan (berwirausaha) 20%, mendapat pekerjaan dalam negeri sebesar 50% dan mendapat pekerjaan luar negeri sebesar 10% serta melanjutkan ke perguruan tinggi sebesar 10%, untuk merealisasikan sasaran di atas diperlukan guru-guru SMK yang memiliki kompetensi profesional yang terstandar sesuai dengan standar dunia usaha/industri. Selain pokok pikiran di atas, mengenai jumlah kebutuhan dan penyediaan guru produktif SMK Negeri belum terdata secara sistematis dan akurat. Disebabkan beberapa faktor yang menimbulkan adanya permasalahn mengenai kebutuhan dan penyediaan guru produktif SMK Negeri se Kabupaten Madiun.

Paparan di atas yang melatar belakangi peneliti untuk mengadakan penelitian yang disebabkan adanya permasalahan internal dalam Penyediaan Guru Produktif SMK Negeri dari Lulusan LPTK dan Non LPTK di Kabupaten Madiun. Kabupaten Madiun merupakan salah satu Kota berkembang di Propinsi Jawa Timur yang berbatasan sebelah barat dengan Kabupaten Ngawi yang mana merupakan kota paling barat dari Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen Jawa Tengah. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro, sebelah Timur dengan Kabupaten Nganjuk dan Selatan

Perguruan Tinggi Swasta sebagai peneyelenggara Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Kabupaten Madiun terdapat UT, di Kotamadya Madiun terdapat IKIP PGRI, UII, di Kabupaten Ngawi terdapat STKIP dan UT, di Kabupaten Ponorogo terdapat STAIN dan UNMUH, serta di Magetan ada STKIP Dr. Nugroho, dari sekian jumlah Perguruan Tinggi Swasta di Karisidenan Madiun yang terfavorit adalah IKIP PGRI. Itupun hanya terdapat jurusan Pendidikan Teknik Elektro dan Pendidikan Ekonomi sebagai jurusan yang menghasilkan calon guru produktif dengan minat pendaftar yang tidak banyak apabila dibandingkan dengan jurusan-jurusan lain seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika dan sebagainya. Tidak sedikit lulusan SLTA sederajat yang memilih untuk melanjutkan studi ke luar kota dengan predikat Perguruan Tinggi Negeri yang memperoleh mandat sebagai LPTK, seperti UNS, UNY, UNM, dan UNESA sebagi LPTK Negeri yang menyediakan jurusan seperti halnya Pendidikan Teknik dan Kejuruan yang nantinya menamatkan calon guru produktif untuk SMK. Disinilah letak permasalahannya, di Karisidenan Madiun tidak tersedianya LPTK yang terdapat jurusan-jurusan produktif yang sesuai dengan kebutuhan Penyediaan Guru Produktif SMK. Padahal menurut data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun terdapat 19 SMK dengan klarifikasi 7 SMK Negeri dan 12 SMK Swasta. Banyaknya SMK di Kabupaten Madiun dan terbatasnya LPTK yang menyediakan jurusan-jurusan produktif menjadi kendala dalam Penyediaan Guru Produktif SMK Negeri di Kabupaten Madiun, sehingga terbuka lebar kesempatan lulusan Perguruaan Tinggi Non LPTK untuk ikut bersaing pada Penerimaan CPNS Guru SMK relatif tinggi. Selain itu juga dikarenakan LPTK- LPTK Negeri yang ada kurang menyediakan jurusan-jurusan yang nantinya menamatkan calon guru produktik untuk SMK. Dalam menata pendidikan guru, kebutuhan mendesak lainnya adalah menetapkan kebijakan pengadaan tenaga pendidik yang akuntabel dan mendukung penyelenggaraan program Pendidikan Perguruan Tinggi Swasta sebagai peneyelenggara Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di Kabupaten Madiun terdapat UT, di Kotamadya Madiun terdapat IKIP PGRI, UII, di Kabupaten Ngawi terdapat STKIP dan UT, di Kabupaten Ponorogo terdapat STAIN dan UNMUH, serta di Magetan ada STKIP Dr. Nugroho, dari sekian jumlah Perguruan Tinggi Swasta di Karisidenan Madiun yang terfavorit adalah IKIP PGRI. Itupun hanya terdapat jurusan Pendidikan Teknik Elektro dan Pendidikan Ekonomi sebagai jurusan yang menghasilkan calon guru produktif dengan minat pendaftar yang tidak banyak apabila dibandingkan dengan jurusan-jurusan lain seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika dan sebagainya. Tidak sedikit lulusan SLTA sederajat yang memilih untuk melanjutkan studi ke luar kota dengan predikat Perguruan Tinggi Negeri yang memperoleh mandat sebagai LPTK, seperti UNS, UNY, UNM, dan UNESA sebagi LPTK Negeri yang menyediakan jurusan seperti halnya Pendidikan Teknik dan Kejuruan yang nantinya menamatkan calon guru produktif untuk SMK. Disinilah letak permasalahannya, di Karisidenan Madiun tidak tersedianya LPTK yang terdapat jurusan-jurusan produktif yang sesuai dengan kebutuhan Penyediaan Guru Produktif SMK. Padahal menurut data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun terdapat 19 SMK dengan klarifikasi 7 SMK Negeri dan 12 SMK Swasta. Banyaknya SMK di Kabupaten Madiun dan terbatasnya LPTK yang menyediakan jurusan-jurusan produktif menjadi kendala dalam Penyediaan Guru Produktif SMK Negeri di Kabupaten Madiun, sehingga terbuka lebar kesempatan lulusan Perguruaan Tinggi Non LPTK untuk ikut bersaing pada Penerimaan CPNS Guru SMK relatif tinggi. Selain itu juga dikarenakan LPTK- LPTK Negeri yang ada kurang menyediakan jurusan-jurusan yang nantinya menamatkan calon guru produktik untuk SMK. Dalam menata pendidikan guru, kebutuhan mendesak lainnya adalah menetapkan kebijakan pengadaan tenaga pendidik yang akuntabel dan mendukung penyelenggaraan program Pendidikan

Lahirnya Pendidikan Profesi Guru memberikan kesempatan besar bagi lulusan Non LPTK untuk berpartisipasi dalam penerimaan CPNS Guru Produktif SMK Negeri di Kabupaten Madiun untuk mengisi kompetensi keahlian yang ada di SMK yangmana kompetensi keahlian tersebut tidak tersedia pada jurusan- jurusan yang ada di Perguruan Tinggi LPTK. Kondisi penyediaan guru produktif SMK Negeri dari lulusan non LPTK di kabupaten Madiun juga menjadi pokok penelitian ini. Dikarenakan sesuai dengan spektrum keahlian yang diterbitkan oleh Dirjen Dikdasmenjur Kementerian Pendidikan Nasional banyak lulusan lulusan non LPTK yang mengajar kompetensi keahlian di SMK Negeri yangmana jurusan yang ada di non LPTK tidak disediakan di LPTK, akan tetapai spektrum keahlian yang ada di SMK Negeri ada yang sesuai dengan jurusan yang disediakan oleh non LPTK. Sehingga luluan LPTK banyak yang kurang mempunyai kesempatan dalam persaingan penerimaan guru produktif SMK Negeri. Dari paparan latar belakakang di atas kemudian melatarbelakangi peneliti untuk mengadakan penelitian pada daerah studi yang tak lain adalah mengenai Penyediaan Guru Produktif SMK Negeri dan selanjutnya membuahkan judul “Analisis kebutuhan dan penyediaan guru produktif SMK Negeri dari lulusan LPTK dan non LPTK di Kabupaten Madiun”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Berapa jumlah kebutuhan guru produktif SMK Negeri di Kabupaten Madiun?

2. Bagaimanakah kondisi penyediaan guru produktif SMK Negeri dari lulusan LPTK?

3. Bagaimana kondisi penyediaan guru produktif SMK Negeri dari lulusan Non LPTK?

4. Bagaimana model rekruitmen guru produktif SMK Negeri dari lulusan Non LPTK?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui jumlah kebutuhan guru produktif SMK Negeri di Kabupaten Madiun.

2. Mengetahui jumlah penyediaan guru produktif SMK Negeri lulusan LPTK di Kabupaten Madiun.

3. Mengetahui jumlah penyediaan guru produktif SMK Negeri lulusan Non LPTK di Kabupaten Madiun.

4. Mengetahui model rekruitmen guru produktif SMK Negeri di Kabupaten Madiun dari Lulusan Non LPTK.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat mengumpulkan data kebutuhan, penyediaan dan alternatif model rekruitmen Guru Produktif SMK Negeri di Kabupaten Madiun.

2. Manfaat Praktis

1) Menambah wawasan tentang kompetensi guru bagi lulusan non LPTK.

2) Membantu guru dalam proses pelaksanaan PPG.

3) Membantu meningkatkan profesionalitas guru lulusan LPTK dalam mengaplikasikan kompetensi guru.

4) Membantu meningkatkan profesionalitas guru lulusan non LPTK yang sudah PPG atau program Akta IV dalam mengaplikasikan kompetensi guru.

5) Penelitian ini sebagai sumbangan saran dalam rekruitmen guru produktif SMK Negeri dalam meningkatkan kualitas proses rekruitmen di Kabupaten Madiun.

6) Dalam rekruitmen guru produktif lulusan non LPTK agar lebih selektif dan tidak ada penyimpangan.

7) Membantu pendataan ulang guru produktif SMK Negeri lulusan LPTK dan non LPTK di Kabupaten Madiun.

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori dan hasil penelitian yang relevan

1. Kajian Teori

a. Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan jenjang pendidikan lanjutan setelah Sekolah Menengah Pertama. Setara dengan Sekolah Menengah Atas. Furqon Hidayatulloh (2009: 7) menjelaskan mengenai

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional, SMK merupakan pendidikan lebih mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari. Dengan kata lain bahwa SMK berperan dalam menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri atau mengikuti lowongan pekerjaan yang ada. Sehingga arah pengembangan SMK harus diorientasikan pada penentuan permintaan pasar kerja.

Sehingga dapat diringkas menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs dan bertujuan sebagai sekolah yang menghasilkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

Di dalam perkembangannya banyak program keahlian yang dikembangkan oleh masing-masing SMK penamaannya tidak mengikuti ketentuan yang berlaku. Penamaan yang tidak sesuai akan menyulitkan dalam pengelolaan dan penyediaan tenaga pendidik. Oleh itu Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah pada tanggal 22 Agustus 2008 menerbitkan surat keputusan nomor 251/C/KEP/MN/2008 tentang spectrum keahlian pendidikann menengah kejuruan. Berdasarkan Di dalam perkembangannya banyak program keahlian yang dikembangkan oleh masing-masing SMK penamaannya tidak mengikuti ketentuan yang berlaku. Penamaan yang tidak sesuai akan menyulitkan dalam pengelolaan dan penyediaan tenaga pendidik. Oleh itu Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah pada tanggal 22 Agustus 2008 menerbitkan surat keputusan nomor 251/C/KEP/MN/2008 tentang spectrum keahlian pendidikann menengah kejuruan. Berdasarkan

Tabel 2.1. Jumlah program studi keahlian

No.

Bidang Keahlian

Program Studi Keahlian

Kompetensi Keahlian

1. Teknologi dan Rekayasa

2. Teknologi Informasi dan Komunikasi

3. Kesehatan

4. Seni, Kerajinan, dan Pariwisata

5. Agribisnis dan Agroteknologi

6. Bisnis dan Manajemen

Jumlah

(Sumber: Furqon Hidayatulloh, 2009: 10)

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistem pendidikan secara keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dengan pendidikan yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikan, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum.

Kemudian menurut Yoga Pramono (2009: 36) menjelaskan, bahwa:

Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik secara Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik secara

1) Orientasi pendidikannya: Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak di lapangan kerja.

2) Justifikasi untuk eksistensinya: Untuk mengembangan pendidikan kejuruan perlu alasan atau justifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang dirasakan di lapangan.

3) Fokus kurikulumnya: Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mapupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.

4) Kriteria keberhasilannya: Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya.

5) Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat: Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan mempunyai ciri lain berupa kepekaan atau daya serap yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan baru di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan.

6) Perbekalan logistiknya: Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan.

kurikulum kejuruan (curriculum advisory commite), kesediaan dunia usaha menampung siswa SMK dalam program kerjasama yang memungkinkan siswa mendapat pengalaman belajar di lapangan.

Secara umum lulusan pendidikan kejuruan harus memiliki kecakapan:

1) Minimal, pengetahuan dan keterampilan khusus untuk jabatan ini.

2) Minimal, pengetahuan dan keterampilan sosial, emosional dan fisik dalam kehidupan sosial.

3) Minimal, pengetahuan dan keterampilan khusus dasar.

4) Maksimal, kejuruan umum, sosial serta pengetahuan dan keterampilan

akademik untuk jabatan individu dan masa depannya.

b. Guru Produktif Sekolah Menengah Kejuruan

Presiden Republik Indonesia dan disetujui DPR RI (2005: 1) tertera dalam Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 Bab I Pasal 1 Ayat 1, menjelaskan tentang definisi guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Presiden Republik Indonesia (2005: 21) dalam Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 3 menjelaskan, bahwa:

Pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, yang dalam kaitan dengan pendidikan dasar dan menengah adalah sarjana (S1) atau diploma empat (D4). Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan usia dini meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 391-406) menjelaskan tentang empat kompetensi guru yang sesuai rumusan Asosiasi Lembaga Pendidikan Nana Syaodih Sukmadinata (2007: 391-406) menjelaskan tentang empat kompetensi guru yang sesuai rumusan Asosiasi Lembaga Pendidikan

2. Kompetensi Kepribadian merupakan penguasaan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan badi peserta didik dan berakhlak mulia.

3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik/tenaga kependidikan lain, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi professional merupakan kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi.

Guru Produktif SMK ada dikarenakan adanya Program produktif, yaitu kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar isi spektrum keahlian. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian.

Sudji Munadi, dkk (2009: 6) menerangkan dalam jurnal ilmiahnya: Guru sebagai sumber daya manusia (SDM) yang ada di sekolah

khususnya SMK mempunyai peranan yang sangat menentukan dan merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan, karena guru adalah pengelola pembelajaran bagi para siswa. Jika guru kurang memiliki kompetensi yang cukup memadai, maka hasil belajar yang diperoleh kurang baik. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, diperlukan guru yang profesional dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap SMK baik jumlah, kualifikasi maupun spesialisasinya. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi. Pasal 8 menyebutkan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

menguasai kompetensi keguruan dan keahlian di bidangnya sesuai dengan kompetensi keahlian di SMK yang sebagai sekolah kejuruan yang bersifat produktif atau dapat menghasilkan sesuatu sesuai bidangnya dan dibutuhkan oleh dunia kerja. Pelaksanaan pembelajaran di SMK lebih banyak menekankan pada pembelajaran praktik, sehingga keberadaan fasilitas yang berupa sarana dan prasarana praktik sangat dibutuhkan. Upaya yang telah dilakukan pemerintah berupa penataan kembali kebijakan pendidikan kejuruan khususnya SMK dengan disertai pembangunan sarana dan prasarana praktik atau laboratorium. Sarana yang berupa gedung dan prasarana yang berupa alat-alat praktik merupakan identitas dari suatu Sekolah Menengah Kejuruan. Oleh karena itu, kompetensi guru SMK terutama guru mata pelajaran produktif dalam memanfaatkan sarana dan prasarana praktik sangat diperlukan. Kemampuan guru dalam memanfaatkan sarana dan prasarana praktik yang baik akan memperlancar kegiatan pembelajaran praktik, sehingga kompetensi kelulusan SMK akan dapat ditingkatkan.

c. Kebutuhan dan Penyediaan Guru Produktif SMK

Sekertaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2011: 4) menjelaskan, bahwa: untuk menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan,

antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten, antarkota, dan antarprovinsi serta dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional telah ditetapkan Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, 48 Tahun 2011, 158/PMK.01/2011, 11 Tahun 2011.

Yadi Mulyadi (2010: 865) juga berkesimpulan, bahwa: Yadi Mulyadi (2010: 865) juga berkesimpulan, bahwa:

Komposisi guru adalah perbandingan jumlah guru dalam satuan pendidikan sesuai dengan rombongan belajar atau mata pelajaran yang diampu sesuai dengan kebutuhan riil masing-masing satuan pendidikan. Kekurangan guru adalah kondisi dimana jumlah guru yang ada lebih sedikit dari yang dibutuhkan. Kelebihan guru adalah kondisi dimana jumlah guru yang ada lebih banyak dari yang dibutuhkan. Perencanaan kebutuhan guru dilakukan berdasarkan laporan dari satuan pendidikan tentang jumlah guru sesuai dengan jenis guru, jumlah peserta didik, jumlah rombongan belajar (rombel), jumlah jam setiap matapelajaran yang mengacu pada struktur kurikulum, dan disesuaikan dengan jenis program yang dibuka (untuk SMA dan SMK) ke dinas pendidikan kabupaten/kota

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa Republik Indonesia (2011: 22-23) dalam Petunjuk Teknis Peraturan Bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor 05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, 48 Tahun 2011, 158/PMK.01/2011, 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil memutuskan Perhitungan Kebutuhan Guru Produktif SMK:

Prinsip Perhitungan

1) Setiap rombel dalam mengikuti mata pelajaran tertentu diampu oleh 1 (satu) orang guru kecuali rombel pada mata pelajaran Dasar Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yang masing-masing diampu oleh satu orang guru,

2) Jumlah guru dihitung berdasarkan jumlah tatap muka per minggu 2) Jumlah guru dihitung berdasarkan jumlah tatap muka per minggu

5) Guru mata pelajaran hanya mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan atau sertifikat pendidik yang dimilikinya,

6) Apabila di sekolah terdapat Iebih dari satu pendidikan agama yang diajarkan, jumlah dan jenis guru agama disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku,

Formula Perhitungan Kebutuhan Guru SMK

1) Rumus penghitungan jumlah guru per mata pelajaran kelompok

normatif dan adaptif sebagai berikut:

2) Rumus penghitungan jumlah guru produktif:

Keterangan: KGn/a = kebutuhan guru mata pelajaran normatif/adaptif KGp = kebutuhan guru mata pelajaran produktif JTM = jumlah tatap muka per jenis guru per minggu MP

= alokasi jam mata pelajaran per minggu pada suatu mata pelajaran

∑K

= jumlah kelas/rombel pada suatu tingkat yang mengikuti

mata

pelajaran produktif pada spesialisasi tertentu

KP

= jumlah kelompok pelajaran produktif setiap rombel pada

suatu

tingkat yang mengikuti mata pelajaran produktif tertentu

24 = Wajib mengajar per minggu, digunakan angka 24 1,2,3 = tingkat 1, 2 dan 3. Sehingga dapat dijelaskan menurut peraturan bersama lima menteri

dan beberapa pendapat peneliti, bahwa kebutuhan dan penyediaan guru produktif SMK Negeri sudah diatur dalam peraturan bersama lima menteri yang selanjutnya kebutuhan dan penyediaan guru produktif SMK Negeri dihitung oleh SMK Negeri terkait mengacu pada peraturan tersebut, kemudian dilaporkan pada dinas terkait, selanjutnya direkomendasikan pada

(MP1x ∑K1xKP1) + (MP2x∑K2xKP2) + (MP3x∑K3xKP3)

(MP1 x ∑K1) + (MP2 x ∑K2) + (MP3 x ∑K3)

KGn/a =

JTM

24

Negeri yang terangkum pada formasi guru penerimaan CPNS.

d. LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan)

LPTK atau kepanjangan dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang sesuai dengan kepanjangannya LPTK merupakan suatu lembaga setingkat universitas yang menghasilkan calon guru merupakan tingkatan lanjutan dari pendidikan tinngi setelah pendidikan menengah. Oemar Hamalik (2002:53) menyatakan bahwa:

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau disingkat LPTK sebagai suatu lembaga pendidikan guru tingkat universitas mempunyai pokok dalam rangka mempersiapkan para calon guru yang kelak mampu malakukan tugasnya selaku professional pada sekolah menengah pertama (SLTP) dan sekolah-sekolah menengah tingkat atas (SLTA).

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai bagian dari sistem pendidikan tinggi perlu memiliki standar mutu lulusan dan diupayakan untuk pencapaiannya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan perlunya suatu standar nasional pendidikan yang mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan ini harus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan pendidikan dan pembiayaannya. Penyelenggaraan pendidikan tenaga kependidikan merupakan program pendidikan yang selain harus meningkatkan mutu lulusan juga harus memperhatikan kebutuhan pemakai lulusannya dan keterkaitannya dengan peran pihak-pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung berpotensi memiliki peran dalam pendidikan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai bagian dari sistem pendidikan tinggi perlu memiliki standar mutu lulusan dan diupayakan untuk pencapaiannya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan perlunya suatu standar nasional pendidikan yang mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan ini harus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan pendidikan dan pembiayaannya. Penyelenggaraan pendidikan tenaga kependidikan merupakan program pendidikan yang selain harus meningkatkan mutu lulusan juga harus memperhatikan kebutuhan pemakai lulusannya dan keterkaitannya dengan peran pihak-pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung berpotensi memiliki peran dalam pendidikan

e. Pendidikan Profesi Guru (PPG)

1) Pengertian PPG

Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2008: 1) pendahuluan dalam Draft Panduan Pendidikan Profesi Guru, bahwa:

menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian, maka Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar mereka dapat menjadi guru yang profesional serta memiliki berbagai kompetensi secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan dan dapat memperoleh sertifikat pendidik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Telah dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2008: 2) dalam Draft Panduan Pendidikan Profesi Guru, landasan penyelenggaraan Telah dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2008: 2) dalam Draft Panduan Pendidikan Profesi Guru, landasan penyelenggaraan

2. UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

2) Tujuan Pendidikan Profesi Guru

Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2008: 2) tujuan Pendidikan Profesi Guru yang telah termuat pada undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3 menjadi salah satu tujuan diadakannya Pendidikan Porfesi Guru.

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3, tujuan umum pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan khusus Pendidikan Profesi Guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta melakukan penelitian.

3) Penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru

Penyelenggaraan PPG yang juga sudah diatur dalam panduan PPG dimana sudah mengacu pada undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi rujukan dalam penyelengaraan PPG. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2008: 2), berikut ketentuan- ketentuannya:

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang

2. PPG pasca S-1/D-IV non kependidikan yang masukannya berasal dari lulusan S1/D-IV non kependidikan, dengan struktur kurikulum matakuliah akademik kependidikan (paedagogical content), subject specific paedagogy (pendidikan bidang studi), dan PPL Kependidikan.

4) Sistem Rekrutmen dan Seleksi Mahasiswa

Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2008: 3). Dikarenakan sangat dibutuhkannya keberhasilan pelaksanaan PPG Sistem rekrutmen dan seleksi mahasiswa Pendidikan Profesi Guru juga sudah di atur dalam panduan PPG.

Rekrutmen calon mahasiswa merupakan kunci utama keberhasilan program PPG. Rekrutmen mahasiswa harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Penerimaan calon harus disesuaikan dengan permintaan nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip supply and demand sehingga tidak ada lulusan yang tidak mendapat pekerjaan. Hal ini dapat mendorong calon yang baik memasuki PPG.

2. Mengutamakan kualitas calon mahasiswa dengan menentukan batas kelulusan minimal menggunakan acuan patokan. Ini berarti bahwa calon mahasiswa hanya akan diterima jika memenuhi persyaratan lulus minimal dan bukan berdasarkan alasan lain. Hanya calon terbaik yang dapat diterima.

3. Untuk memenuhi prinsip a dan b di atas maka penerimaan mahasiswa baru perlu dilakukan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan di daerah sebagai stakeholders. Kerjasama ini perlu dilakukan menyangkut jumlah calon, kualifikasi dan keahlian sesuai dengan mata pelajaran yang dibina dan benar-benar diperlukan.

4. Agar mendapatkan calon yang berkualitas tinggi maka proses penerimaan harus dilakukan secara fair, terbuka dan bertanggung jawab.

5. Rekrutmen dilakukan dengan:

a. Seleksi administrasi: (1) Ijazah relevan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan dari program studi yang a. Seleksi administrasi: (1) Ijazah relevan dengan mata pelajaran yang akan diajarkan dari program studi yang

b. Tes Potensi Akademik.