PERAN GURU SENIOR DALAM MODEL SUPERVISI (1)

PERAN GURU SENIOR DALAM MODEL SUPERVISI BERBASIS
KOMPETENSI PROFESIONAL BAGI GURU EKONOMI
Meilani Hartono, STKIP Surya, Indonesia, Email : meilani.hartono@stkipsurya.ac.id
ABSTRAK
Kompetensi guru ekonomi masih perlu ditingkatkan. Salah satu upaya peningkatan
kompetensi guru itu dengan dilakukan supervisi, oleh karena itu dibutuhkan model supervisi
yang tepat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) model supervisi seperti apakah yang
selama ini dilaksanakan; (2) bagaimanakah desain hasil pengembangan model supervisi
berbasis kompetensi profesional dan (3) model final dan perangkat model supervisi berbasis
kompetensi profesional bagi guru ekonomi seperti apakah yang efektif. Tujuan penelitian ini
adalah: (1) menemukan model supervisi yang selama ini dilaksanakan bagi guru ekonomi;
(2) mengembangkan desain pengembangan model supervisi berbasis kompetensi
profesional; dan (3) menemukan model final dan perangkat model supervisi berbasis
kompetensi profesional bagi guru ekonomi yang efektif
Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan dengan pendekatan
kualitatif yang dilaksanakan di Kota Pekalongan. Subjek penelitian ini adalah supervisi bagi
guru ekonomi. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, angket, observasi dan
dokumentasi. Keabsahan data diuji dengan credibility, transferability, dependability, dan
conforbility. Model yang dikembangkan di valiadasi dengan menggunakan teknik Delphi
untuk memperoleh model final.

Model ini adalah pengembangan dari model yang ada dengan keterbaharuan penambahan
komponen (1) pertemuan awal yang diadakan atas inisiatif guru; (2) tes kompetensi
profesional; (3) input dari guru senior. Komponen utama model adalah (1) analisa
kebutuhan; (2) penyusunan program; dan (3) pelaksanaan program. Implikasi praktis
temuan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan kebijakan dalam rangka
pembinaan guru dan juga bisa digunakan sebagai referensi bangunan teori yang lain.
Implikasi teoritis memperkuat komponen dalam supervisi klinis. Tes kompetensi profesional
memperkuat temuan penelitian terdahulu yang mengatakan supervisi yang baik tentang
kompetensi profesional guru akan memberikan kinerja guru yang baik dalam pembelajaran
yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik tetapi melemahkan hasil
penelitian terdahulu karena model supervisi ini mengantisipasi kendala-kendala yang
ditemukan dalam penelitian terdahulu itu.
Kata Kunci : model supervisi, guru ekonomi

Pendahuluan
Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa.
Kemajuan suatu bangsa dapat ditandai dan diukur dari kemajuan pendidikannya.
Kemajuan beberapa negara di dunia ini tidak terlepas dari kemajuan pendidikannya
(Maksum dan Ruhendi 2004: 227). Kenyataannya, mutu pendidikan di Indonesia
masih sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan dengan data survei Political and

Economic Risk Consultant (PERC), mutu pendidikan di Indonesia berada pada
urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.
1

Unicef (2000) mengeluarkan sebuah paper dengan judul “Defining Quality in
Education” yang berisi tentang pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas pada hakikatnya memiliki dimensi :1) peserta didik, 2) lingkungan, 3)
kurikulum, 4) proses pembelajaran yang dikelola dengan baik oleh guru yang
memiliki kualifikasi serta kompetensi dengan standar tertentu, dan 5) hasil belajar
peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dari kelima dimensi pendidikan itu, semuanya memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Namun, dimensi yang
dewasa ini telah memperoleh perhatian adalah guru karena guru adalah figur sentral
dalam proses pendidikan yang berlangsung di sekolah. Guru merupakan sumber
daya manusia yang melakukan transfer ilmu di sekolah. Sucipto dalam Mukhtar dan
Iskandar (2009: 166) juga menyatakan bahwa guru merupakan penentu
keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan
eksperensial.
Hal serupa dinyatakan oleh Center for Public Education (2008) di Amerika
Serikat dalam sebuah

tulisan dengan judul Teacher Quality and Student
Achievement yang menyatakan bahwa perkembangan dari sebagian penelitian
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa lebih banyak dipengaruhi oleh kualitas
guru dibandingkan dengan ras siswa, kelas, catatan akademis sebelumnya, atau
kehadiran siswa. Pernyataan ini berarti hasil belajar siswa sangat bergantung pada
kualitas guru.
Para peneliti sepakat bahwa penguasan guru terhadap materi mempengaruhi
prestasi peserta didik. Berbagai penelitian mendukung gagasan bahwa guru yang
mengajar mata pelajaran dengan penguasaan materi secara mendalam
menunjukkan tingginya hasil belajar peserta didiknya.
Pada dasarnya setiap sumber daya manusia yang ada di dalam sebuah
kelompok memiliki potensi diri dalam meningkatkan dirinya. Dalam hal ini
manajemen pendidikan memiliki peranan untuk membantu peningkatan setiap
individu di dalamnya. Peningkatan tersebut dengan melaksanakan fungsi – fungsi
manajemen, Terry (2000: 16) menyebutkan adanya 4 fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan yaitu Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.
Planning mengacu bagaimana progam peningkatan direncanakan,
Organizing merujuk bagaimana rencana tersebut harus dilaksanakan, dan perlu
unsur – unsur dalam peningkatan sumber daya tersebut digerakkan (actuating)
untuk mencapai tujuan, dan semua kegiatan tersebut harus dikendalikan dalam

fungsi controlling. Berdasarkan fungsi controlling maka kegiatan supervisi perlu
dilaksanakan untuk
diadakan tindakan dan penyempurnaan rencana (Hasibuan
2003: 22).
Penelitian Rudiyanto (2004), Faisal (2003), Winarti (2002) dan (Nuchiyah
2004) menghasilkan simpulan pelaksanaan supervisi berpengaruh terhadap
kemampuan profesional mengajar guru , tingkat profesional guru, kualitas kinerja
guru dan kinerja mengajar guru berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa. Tetapi
penelitian Faisal (2003) , Winarti (2002) dan Ekosusilo (1998) mengungkap bahwa
pelaksanaan kegiatan supervisi kurang efektif untuk meningkatkan kemampuan dan
kualitas guru dan terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi supervisor dalam
melaksanakan kinerjanya.
Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Supervisi merupakan proses membantu guru
guna memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran dan kurikulum (Oliva 2004).
2

Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan
kualitas mengajar guru di kelas (Sahertian 2000). Supervisor harus membantu guru,
secara individual atau kelompok, untuk memperbaiki pengajaran dan kurikulum.

Supervisor bertanggungjawab terhadap aspek pengembangan guru.
Supervisor di SMA adalah kepala sekolah dan pengawas yang ditugaskan
dari DInas Pendidikan. Kompetensi kepala sekolah dan pengawas belum tentu
dapat memenuhi peran sebagai supervisor ideal. Peran kepala sekolah dan
pengawas adalah membantu guru mengoreksi, mengarahkan, mengajarkan,
menunjukkan, membantu dalam teknik pengajaran, membantu dalam pengolahan
evaluasi dan merevisi kurikulum. Berdasarkan keterbatasan kompetensi itu, maka
supervisi untuk guru ekonomi berjalan kurang efektif, oleh karenanya dibutuhkan
model supervisi yang efektif bagi guru ekonomi.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) model supervisi seperti
apakah yang selama ini dilaksanakan; (2) bagaimanakah desain hasil
pengembangan model supervisi berbasis kompetensi profesional dan (3) model final
dan perangkat model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi
seperti apakah yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menemukan model
supervisi yang selama ini dilaksanakan bagi guru ekonomi; (2) mengembangkan
desain pengembangan model supervisi berbasis kompetensi profesional; dan (3)
menemukan model final dan perangkat model supervisi berbasis kompetensi
profesional bagi guru ekonomi yang efektif

Supervisi

Sahertian (2000), Ohiwerei and Okoli (2010), Daresh (2001) juga mengemukakan
supervisi merupakan bentuk bantuan yang diberikan oleh supervisor untuk
membantu guru melihat apakah sesuai dengan tujuan dan standar yang ditetapkan.
Supervisi bertujuan meningkatkan pembelajaran dan kurikulum Peran supervisor
adalah membantu guru mengoreksi, mengarahkan, mengajarkan, menunjukkan,
membantu dalam teknik pengajaran. Supervisor juga berperan sebagi mitra guru,
membantu dalam pengolahan evaluasi dan merevisi kurikulum. Teknis pelaksanaan
supervisi secara individual atau berkelompok. Supervisor dapat mengadakan
pertemuan pribadi dengan guru yang disupervisi atau mengadakan rapat guru untuk
membahas temuan hasil supervisi yang dilakukan sebagai bentuk pembinaan untuk
mendiskusikan masalah yang dihadapi.

Model Supervisi Konvensional
Supervisi model konvensional dilakukan dengan mengadakan inspeksi untuk
mencari kesalahan dan menemukan kesalahan bahkan kadang-kadang bersifat
memata-matai. Oleh karena itu, model konvensional disebut supervisi korektif.
Kelemahan dari model ini adalah sulit untuk melihat hal-hal yang bersifat positif.
Briggs dalam Sahertian (2000) berpendapat bahwa seorang supervisor yang
bermaksud hanya mencari kesalahan adalah suatu awal ketidakberhasilan Mencaricari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan
supervisi. Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan masih tampak pada

pelaksanaan supervisi. Kepala sekolah dan pengawas yang datang ke kelas
menanyakan perangkat pembelajaran dan langsung mengatakan salah dan
memberikan instruksi seharusnya begini dan seterusnya. Hal ini menimbulkan
ketidakpuasan guru dan berakibat munculnya sikap masa bodoh dan menantang
3

dalam kinerja guru. Komunikasi yang baik amat diperlukan dalam metode
konvensional sehingga guru dengan senang hati menerima bahwa ada kekurangan
yang harus diperbaiki. Menurut Gordon dalam Sahertian (2000: 35) bahasa yang
digunakan adalah bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.

Model Supervisi Ilmiah
Model ilmiah mendasarkan diri pada penilaian yang dilakukan oleh peserta didik
atau mahapeserta didik untuk menilai proses kegiatan belajar mengajar guru di
kelas. Penilaian ini dibuat pada merit reting, skala penilaian atau check list. Hasil
penilaian diberikan sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru selama
semester yang sudah berlalu. Model ilmiah memiliki empat ciri yaitu (1) dilaksanakan
secara berencana dan kontinu; (2) sistematis; (3) menggunakan instrumen
pengumpulan data; dan (4) ada data obyektif. Pada kenyataannya data yang
diperoleh tidak berbicara kepada guru dan melakukan perbaikan. Data yang

diperoleh bukan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi
(Sahertian 2000: 36).

Model Supervisi Klinis
Sesuai dengan pendapat Cogan (1973), supervisi klinis pada dasarnya merupakan
pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya
didesain dengan praktis secara rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya
dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan
hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar program prosedur dan
strategi pembinaan perilaku mengajar guru. Cogan (1973) menekankan aspek
supervisi klinis pada lima hal, yaitu (1) proses supervisi klinis; (2) interaksi antara
guru dan murid; (3) performance guru dalam mengajar; (4) hubungan guru dengan
supervisor; dan (5) analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas.
Menurut Mosher dan Purpel (1972) terdapat tiga aktivitas dalam proses
supervisi klinis, yaitu (1) tahap perencanaan; (2) tahap observasi; dan (3) tahap
evaluasi dan analisis. Menurut Oliva & Pawlas (2004) ada tiga aktivitas esensial
dalam proses supervisi klinis, yaitu (1) kontak dan komunikasi dengan guru untuk
merencanakan observasi kelas; (2) observasi kelas; dan (3) tindak lanjut observasi
kelas.
Berdasarkan teori-teori itu, maka supevisi klinis dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu (1) tahap pertemuan awal; (2) tahap observasi pembelajaran; dan (3) tahap
pertemuan balikan. Tahap pertama dalam proses supervisi klinis adalah tahap
pertemuan awal (preconference). Pertemuan awal ini dilakukan sebelum
melaksanakan observasi kelas sehingga banyak juga para teoritisi supervisi klinis
yang menyebutkan dengan istilah tahap pertemuan sebelum observasi
(preobservation conference). Tahap kedua dalam proses supervisi klinis adalah
tahap observasi mengajar secara sistematis dan obyektif. Fokus observasi ini adalah
tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Waktu dan tempat
observasi mengajar ini sesuai dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan
guru pada waktu mengadakan pertemuan awal. Dalam pelaksanaan observasi
mengajar, supervisor dituntut untuk menggunakan bermacam-macam keterampilan.
Tahap ketiga dalam proses supervisi klinis adalah tahap pertemuan balikan.
Pertemuan balikan dilakukan segera setelah melaksanakan observasi pengajaran,
dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil observasi. Tujuan utama
4

pertemuan balikan ini adalah ditindaklanjuti apa saja yang dilihat oleh supervisor,
sebagai observer terhadap proses belajar mengajar. Pertemuan balikan ini
merupakan tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara
memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat

memotivasi, aktual, dan akurat sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru
(Sergiovanni 2009).

Model Supervisi Artistik
Supervisi adalah suatu kegiatan yang menyangkut bekerja dengan orang lain.
Dalam bekerja dengan orang lain maka hubungan kemanusiaan adalah unsur
utama. Hubungan kemanusiaan terjadi bila terjadi komunikasi yang baik,
penerimaan dan kepercayaan. Menurut Gordon dalam Sahertian (2000: 35)
supervisi lebih banyak menggunakan bahasa penerimaan ketimbang bahasa
penolakan. Dalam model artistik supervisor menjalin hubungan baik dengan guru
yang disupervisi sehingga guru-guru yang disupervisi merasa dibimbing, diterima,
merasa aman dan timbul dorongan untuk maju. Sikap mau menerima dan
mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema yang
dikemukakan serta menerima orang sebagaimana adanya sehingga orang dapat
menjadi dirinya sendiri adalah sikap yang dikembangkan dalam supervisi artistik.
Grant, Margot dan Crawfort (2012) menyatakan bahwa supervisi harus berdasarkan
pendekatan relasional. Pendekatan relasional akan membuat hubungan yang baik
dengan guru.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan
pengembangan dengan
pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di Kota Pekalongan. Subjek penelitian ini
adalah supervisi bagi guru ekonomi. Teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara, angket, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data diuji dengan
credibility, transferability, dependability, dan conforbility. Model yang dikembangkan
di valiadasi dengan menggunakan teknik Delphi untuk memperoleh model final.

Model Empirik
Model empirik supervisi bagi guru ekonomi merupakan model yang disusun
berdasarkan temuan peneliti di lapangan. Supervisi dilaksanakan berdasarkan
inisiatif supervisor. Perencanaan supervisi dilakukan oleh supervisor dan menjadi
bagian dari program kerja Ketua PKBM dan penilik.
Tujuan supervisi adalah: (1) mengidentifikasi kompetensi guru; (2)
meningkatkan kompetensi profesional guru; dan (3) meningkatkan kemampuan Guru
dalam mengembangkan Silabus, RPP, Proses Pembelajaran. Sasaran supervisi
adalah guru-guru ekonomi. Supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan
pengawas Dindikpora.
Supervisi dilaksanakan berdasarkan program kerja
pengawas atau kepala sekolah. Instrumen yang digunakan adalah Instrumen
Penilaian Kemampuan Guru dalam Pengembangan Silabus (IPKG – 1), Instrumen
Penilaian Kemampuan Guru dalam Penyusunan Rencana Pelaksanan
Pembelajaran (IPKG – 2) dan Instrumen Penilaian Kemampuan Guru dalam
Pelaksanaan Pembelajaran (IPKG – 3).
Supervisi diawali dengan pengumpulan dokumen yaitu perangkat
pembelajaran yang dimiliki guru. Supervisor menilai dokumen itu menggunakan
5

IPKG – 1 guna menilai kemampuan guru dalam mengembangkan silabus dan IPKG
– 2 guna menilai kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran. Selanjutnya supervisor melakukan kunjungan kelas dan menilai guru
menggunakan IPKG – 3 guna menilai pelaksanaan pembelajaran.
SUPERVISI ATAS INISIATIF
DINAS/SUPERVISOR

PROGRAM SUPERVISI

Tujuan & Sasaran :
Tujuan :
1. Mengidentifikasi kompetensi guru
2. Meningkatkan Kompetensi
Profesional guru
3. Meningkatkan kemampuan guru
dalam mengembangkan Silabus,
RPP, Proses Pembelajaran

Instrumen :

INSTRUMEN :
1. IPKG 1
2. IPKG 2
3. IPKG 3

Pelaksanaan :

Pelaksana/Supervisor
 Kepala Sekolah
 Pengawas

Jenis KEGIATAN:
 Pengumpulan
Dokumen
 Kunjungan Kelas
 Pertemuan Pribadi

Sasaran :
Guru ekonomi

Waktu :
 Sekali dalam 1
semester

GURU – GURU EKONOMI PROFESIONAL

Gambar 1. Model Empirik Supervisi Guru Ekonomi
Setelah kunjungan kelas selesai dilakukan, supervisor dan guru mengadakan
pertemuan pribadi guna membahas hal-hal yang ditemukan dalam kegiatan
supervisi. Pertemuan ini bertujuan untuk membina guru. Supervisi dijadwalkan satu
kali dalam satu semester.

Desain Hasil Pengembangan
Program supervisi menggunakan model dibuat berdasarkan analisis kebutuhan
berdasarkan check list yang diisi oleh guru sendiri. Guru dan supervisor
mengadakan pertemuan awal untuk membahas supervisi yang akan dilakukan
sehingga supervisor memahami bantuan seperti apa yang dibutuhkan guru. Pada
6

pertemuan awal, guru diminta mengisi check list untuk menentukan indikator yang
dirasa perlu ditingkatkan. Guru dapat meminta masukan dari peserta didik maupun
guru senior untuk mengurangi unsur subyektivitas.
Setelah guru mengetahui bantuan seperti apa yang diharapkan pada
supervisor, guru dan supervisor menentukan detail supervisi sampai dengan waktu
pelaksanaannya. Hal ini membuat guru merasa lebih nyaman untuk disupervisi
karena inisiatif adanya supervisi muncul dari guru sendiri. Guru akan menampilkan
kesehariannya mengajar secara apa adanya.
Setelah dilakukan supervisi, guru dan supervisor mengadakan pertemuan
pribadi untuk membahas hasil dari supervisi. Bila guru masih merasa perlu
ditingkatkan kompetensi profesionalnya, guru dapat meminta guru senior atau guru
senior untuk sharing. Guru yang dapat memberi masukan adalah guru yang sudah
berpengalaman dalam bidangnya. Menurut Schraw, et all dalam Suprihatingrum
(2013: 117) seorang guru memerlukan waktu 5 sampai 10 tahun atau 10.000 jam
untuk menjadi guru yang ahli. Dalam kurun waktu tersebut, guru mengembangkan
pembelajaran lebih lanjut dan meningkatkan penguasaan materi guna meningkatkan
kompetensi profesionalnya. Faktanya, seorang supervisor yang melakukan supervisi
belum tentu adalah guru ahli yang menguasai materi mata pelajaran sesuai dengan
guru yang disupervisi. Di sinilah perlunya seorang supervisor meminta masukan dari
guru senior untuk membantu memberikan masukan saat berlangsungnya kegiatan
supervisi terutama dengan hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran. Selain
itu, supervisor dapat meminta input dari peserta didik. Kent, Pligge dan Spence
(2003) menyatakan bahwa guru memerlukan masukan dari peserta didik berkaitan
dengan pembelajaran yang diberikan. Guru dapat memanfaatkan masukan tersebut
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Model Final
Model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi ini terdapat
komponen berupa pertemuan awal antara supervisor dan guru guna merencanakan
dan mendesain program supervisi. Perencanaan program dibuat berdasarkan
analisis kebutuhan yang berpijak pada hasil tes kompetensi profesional guru dan
observasi kelas. Menurut Pidarta (2009) teknik supervisi observasi kelas dilakukan
dengan cara supervisor melakukan pengamatan terhadap guru yang mengajar
selama satu sesi pembelajaran (90 menit). Tujuan teknik supervisi observasi kelas
adalah :
1) untuk mengetahui secara keseluruhan cara guru mendidik dan mengajarn
termasuk kepribadian dan gaya mengajarnya; dan
2) untuk mengetahui respon peserta didik
Supervisor yang melakukan supervisi dengan teknik observasi kelas selama
kegiatan supervisi berlangsung biasanya duduk di belakang kelas, melakukan
observasi secara terus menerus semua perilaku guru dan peserta didik dan
membuat catatan berdasarkan data yang diperoleh. Berdasarkan hasil tes
kompetensi profesional dan observasi kelas maka supervisor membuat kontrak kerja
pada pertemuan awal. Ini artinya model supervisi berbasis kompetensi porfesional
selalu dimulai dengan pertemuan awal. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian
Arifah (2006) dimana supervisor tidak pernah mengadakan pertemuan awal untuk
merencanakan supervisi bersama guru. Keterbaharuan model supervisi yang
7

dikembangkan dalam penelitian ini adalah supervisor dan guru mengadakan
pertemuan awal sebelum pelaksanaan supervisi untuk merencanakan supervisi.
Model supervisi berbasis kompetensi profesional pada tahap implementasi
terdapat komponen kunjungan kelas. Pada saat melaksanakan kunjungan kelas,
supervisor menanyakan perangkat pembelajaran dan langsung mengatakan salah
dan memberikan instruksi seharusnya begini dan seterusnya. Supervisor menjalin
hubungan baik dengan guru yang disupervisi sehingga guru-guru yang disupervisi
merasa dibimbing, diterima, merasa aman dan timbul dorongan untuk maju. Sikap
mau menerima dan mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan
problema yang dikemukakan serta menerima orang sebagaimana adanya sehingga
orang dapat menjadi dirinya sendiri adalah sikap yang dikembangkan dalam
supervisi artistik
Kunjungan kelas harus dilaksanakan. Tujuan supervisi kunjungan kelas
adalah untuk mendapatkan sampel data yang diinginkan supervisor. Kunjungan
kelas dilakukan berdasarkan program supervisi yang didesain guru bersama
supervisor. Kunjungan kelas dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang
datanya diperoleh dari tes kompetensi profesional dan observasi kelas yang
dilakukan supervisor. Kunjungan kelas dilakukan supervisor untuk mendapatkan
data yang diinginkan supervisor berdasarkan analisis kebutuhan misalnya data
tentang cara guru menanamkan konsep surplus dan defisit neraca pembayaran,
data tentang gaya mengajar guru dan sebagainya.
Kunjungan kelas yang dilaksanakan adalah bagian dari program supervisi
yang dibuat perencanaannya pada pertemuan awal yang dilakukan guru dan
supervisor. Kunjungan kelas dilaksanakan berdasarkan analisis kebutuhan dimana
guru memiliki kelemahan kompetensi profesional pada indikator tertentu atau
berdasarkan umpan balik dari supervisi sebelumnya. Guru membutuhkan perbaikan
guna meningkatkan kompetensi profesionalnya
Secara umum, tujuan teknik supervisi kunjungan kelas merupakan rangkaian
untuk meningkatkan kualitas pengajar. Dengan melakukan kunjungan kelas,
supervisor dapat memperoleh data yang diinginkan guna mengkoreksi kekurangan
guru.
Setelah supervisi selesai dilakukan maka supervisor membuat analisis agar
dapat memberikan penilaian pada guru dan melakukan tindak lanjut pembinaan.
Berdasarkan penilaian tersebut, maka supervisor bersama guru mengadakan
pertemuan pribadi untuk mendiskusikan perencanaan kegiatan selanjutnya dalam
rangka memperbaiki pembelajaran
Pertemuan pribadi ini sesuai dengan tahap ketiga dalam proses supervisi
klinik dan kriteria kunjungan kelas yang baik yang dikeluarkan oleh Depdiknas
(2008). Pertemuan balikan dilakukan segera setelah melaksanakan observasi
pengajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil observasi.
Tujuan utama pertemuan balikan ini adalah menindaklanjuti apa saja yang dilihat
oleh supervisor, sebagai observer terhadap proses belajar mengajar. Pertemuan
balikan berupa pertemuan pribadi ini merupakan tahap yang penting untuk
mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan
ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat sehingga
betul-betul bermanfaat bagi guru (Sergiovanni 2009). Menurut Goldhammer,
Anderson, dan Krajewski (1981) terdapat lima manfaat balikan yaitu (1) guru bisa
diberikan penguatan dan kepuasan, sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya; (2)
isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor dan guru dengan
8

tepat; (3) supervisor bila mungkin dan perlu, bisa berupaya mengintervensi secara
langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan; (4) guru bisa
dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri; dan (5)
guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis
profesional diri pada masa yang akan datang.
Pertemuan pribadi adalah pertemuan percakapan, dialog atau diskusi antara
supervisor dengan guru mengenai upaya peningkatan kemampuan professional.
Pertemuan pribadi dapat dilakukan secara formal maupun secara informal.
Pertemuan pribadi dapat dilakukan sebelum dan sesudah kunjungan kelas
(Depdiknas 2008).
Kyte dalam Imron (2011) menyatakan bahwa pertemuan pribadi dapat
dilakukan setelah kunjungan kelas melalui percakapan biasa sehari-hari. Ini artinya
pertemuan pribadi dilakukan dengan suasana yang tidak kaku dan memposisikan
supervisor sebagai rekan kerja guru.
Tindak lanjut supervisi dapat juga berupa pertemuan dalam kelompok kerja.
Pertemuan dalam kelompok kerja yang didimaksud adalah pertemuan dalam
kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pertemuan kelompok kerja
dalam wadah kelembagaan MGMP ini dikembangkan berdasarkan mata pelajaran
sehingga harus menitikberatkan pada aktivitas peningkatan kompetensi profesional.
Seorang supervisor dapat melakukan pertemuan kelompok kerja dalam tingkat
MGMP sekolah maupun MGMP tingkat kabupaten/kota setelah melakukan supervisi.
Hasil temuan dari supervisi dibahas dalam pertemuan MGMP terkait sehingga
bersama-sama dengan guru dapat menemukan solusi dari permasalahan
pembelajaran yang dihadapi guru dan dapat pula dikembangkan tindak lanjut dari
supervisi.
Model supervisi berbasis kompetensi profesional memiliki komponen evaluasi
dan tindak lanjut dengan cara mendiskusikan hal-hal yang ditemukan dalam
supervisi dan mencari pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapi guru
dalam pembelajaran. Hal ini ternyata sesuai dengan hasil temuan Delaney, et al.
(2008) . Boyle dan Boyle (2004) , Fullan dan Kilcher (2005), serta Driel, Beijaard,
dan Verloop (2001) yang menyatakan bahwa permasalahan dalam pembelajaran
dapat dipecahkan dengan mengadakan diskusi di antara guru, nara sumber dan
pakar ekonomi
Model supervisi berbasis kompetensi profesional bagi guru ekonomi adalah
model yang valid. Model dikembangkan dengan pendekatan pendekatan penelitian
dan pengembangan langkah-langkahnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu 1) tahap
studi pendahuluan; 2) tahap pengembangan; dan 3) tahap validasi model.
Pada tahap studi pendahuluan, peneliti melakukan studi literatur dan
mengkaji analisa kebutuhan. Tujuannya adalah untuk memperoleh desain Model
Supervisi Berbasis Kompetensi Profesional. Peneliti melakukannya melalui
observasi, wawancara, dan diskusi dengan para praktisi dan para pakar. Penelitian
dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dimana instrumen penelitian adalah
peneliti sendiri yang dibantu dengan daftar pertanyaan, angket, alat observasi. Data
yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik triangulasi yang terdiri dari
paparan data, reduksi data, dan verifikasi data.
Pada tahap pengembangan, peneliti melakukan FGD pertama dan revisi
pertama untuk menyempurnakan desain model. Desain model diperoleh
berdasarkan model empirik, kajian pusataka dan analisis kebutuhan. Desain model
divalidasi dalam FGD kedua dan disempurnakan melalui revisi kedua sehingga
9

akhirnya diperoleh model hipotetik. Model hipotetik memiliki perbedaan dengan
desain model.
Pada tahap validasi, model hipotetik divalidasi menggunakan teknik Delphi.
Model hipotetik yang tervalidasi menghasilkan model final yang valid. Model
supervisi berbasis kompetensi profesional guru ekonomi dapat dilihat pada Gambar
2.
Model ini adalah pengembangan dari model yang ada dengan keterbaharuan
penambahan komponen (1) pertemuan awal yang diadakan atas inisiatif guru; (2)
tes kompetensi profesional; (3) input dari guru senior dan peserta didik. Komponen
utama model adalah (1) analisa kebutuhan; (2) penyusunan program; dan (3)
pelaksanaan program. Implikasi praktis temuan penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai acuan kebijakan dalam rangka pembinaan guru dan juga bisa digunakan
sebagai referensi bangunan teori yang lain. Implikasi teoritis memperkuat komponen
dalam supervisi klinis. Tes kompetensi profesional memperkuat temuan penelitian
terdahulu yang mengatakan supervisi yang baik tentang kompetensi profesional
guru akan memberikan kinerja guru yang baik dalam pembelajaran yang berdampak
pada peningkatan prestasi peserta didik tetapi melemahkan hasil penelitian
terdahulu
karena model supervisi ini mengantisipasi kendala-kendala yang
ditemukan dalam penelitian terdahulu itu. Model ini direkomendasikan untuk
digunakan di dalam pendidikan formal dan non formal dalam berbagai mata
pelajaran

10

Pendapat
Guru Senior

Pendapat
Siswa

PELAKSANAAN PROGRAM

PENYUSUNAN PROGRAM

ANALISA KEBUTUHAN

1. Tujuan
2. Sasaran
3. Kebutuhan Guru, dll
4. Nara Sumber
5. Instrumen
6. dll

1. Tujuan dan
Sasaran
2. Instrumen
3. Pelaksanaan
4. Hasil yang
diharapkan

1.
2.
3.
4.

Supervisor
Obyek supervise
Jenis Kegiatan
Waktu

Guru Ekonomi
Profesonal

Kompetensi
Profesional

Tes Kompetensi profesional
Instrumen Observasi Awal

UMPAN BALIK

Gambar 2 Model Supervisi Berbasis Kompetensi Profesional Bagi Guru Ekonomi (Model Final)

11

DAFTAR PUSTAKA
Arifah, Neny. (2006). Pengembangan Supervisi Klinis untuk Meningkatkan
Keterampilan Dasar Mengajar Guru. Tesis. Surabaya: Program Studi
Manajemen Pendidikan Universitas Surabaya.
Boyle, B., While, D. and Boyle, T. (2004) A Longitudinal Study of Teacher Change:
What Makes Professional Development Effective? The Curriculum Journal,. 15
(1) : 45 -68.
Center for Public Education. (2008). Teacher Quality and Student Achievement.
http://www.education.com/reference/article/Ref_Research_Q_consider/
(diunduh 11 Maret 2011).
Cogan, M.L. (1973). Clinical supervision. Boston: Houghton Mifflin.
Daresh, John C. (2001). Supervision as Proactive Leadership. (3rd ed.) Prospect
Heights, IL: Waveland Press.
Delaney, S., Ball, D., Hill, H., Schilling, S., & Zopf, D. (2008). Mathematical
Knowledge for Teaching: Adapting U.S. Measures for Use in Ireland. Journal
Mathematics Education , 11 : 171 -197.
Depdiknas. (2008). Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta : Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
Driel, J.H., Beijaard, Douwe, and Verloop, Nico. (2001). Professional Development
and Reform in Science Education. The Role of Teachers' Practical Knowledge.
Journal of Reserch in Science Teaching., 38 (2) : 137 - 158
Ekosusilo, Madyo. (1998). Supervisi Pengajaran dalam Latar Budaya Jawa.
Sukoharjo: Univet Bantara Press.
Faisal. (2003). Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan
Kompetensi Profesional Guru Agama Islam Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
di Kota Bandung (Studi Terhadap Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam
Departemen Agama Kota Bandung. http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd0927106-132940/ (diunduh 20 Juni 2009).
Fullan, M., Cuttress, C. & Kilcher, A. (2005). Eight forces for leaders of change.
Journal of Staff Development, 26 (4) : 54-64
Goldhammer, R., R. H. Anderson, dan R.A. Krajewski. (1981). Clinical Supervision:
Special Methods for the Supervision of Teaching. Second Edition. New York:
Holt, Rinehart, and Winston.
Grant, J., Schofield, Margot J, and Crawford,Sarah. (2012). Managing Difficulties in
Supervision: Supervisors’ Perspectives. Journal of Counseling Psychology, 59
(4) : 528 –541
Hasibuan, Malayu. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara.
Imron, Ali. 2011. Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
Kent, L. B. , Pligge,Marry, Spence, Marry. (2003). Enhancing Teacher Knowledge
Through Curriculum Reform. Middle School Journal, 34 (4) : 42-46
Kompas. (2012). Kemampuan Sains Rendah.
http://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/03352455/Kemampuan.Sains.Ren
dah (diunduh 15 Januari 2013)
Maksum, Ali dan Luluk Yunan Ruhendi. (2004). Paradigma Pendidikan Universal di
Era Modern dan Post-Modern: Mencari “Visi Baru” atas “Realitas Baru”
Pendidikan Kita. Yogyakarta: IRCiSoD.
12

Mosher, J.T. dan D.E. Purpel. (1972). Supervision: The Reluctant Profession.
Boston: Hoghton Mifflin
Mukhtar & Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta : Gaung
Persada.
Nuchiyah. (2004). Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar
Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa Studi Deskripsi Analisis pada Sekolah
Dasar Negeri se Kecamatan Buaran Kabupaten Serang tahun 2004.
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1004106-115914/ (diunduh 29 Mei
2009].
Ohiwerei and Okoli. (2010). Supervision of Businnes Education Teacher : Issues an
Problems . Asian Journal of Business management 2910 : 24-29.
Oliva, P.F. & Pawlas G.E. 2004. Supervision for Today's Schools. 7th Edition. New
Jersey: Wiley Publishing.
Pidarta, Made. (2009). Supervisi Pendidikan Kontekstual Jakarta : Rineka Cipta.
Rudiyanto. (2004). Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Kepala Sekolah
Terhadap Kemampuan Profesional Mengajar Guru Pendidikan Agama Islam di
MTsN
Ketanggungan
Kabupaten
Brebes.
http://library.walisongo.ac.id/digilib/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptiaingdl-s1-2004-rudiyanto3-703 (diunduh 17 Juni 2009)
Sahertian, Piet A. (2000). Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sergiovanni, T.J. (2009). The Principalship, A Reflective Practice Perspective. 6th
edition. Boston: Allyn and Bacon.
Terry, George R. (2000). Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
UNICEF.
(2000).
Defining
Quality
in
Education
http://www.unicef.org/education/files/QualityEducation .PDF 5
(diunduh 29
Desember 2012).
Winarti. (2002). Pengaruh Sistem Pengawasan Pendidikan Melalui Pelaksanaan
Supervisi Pengajaran yang Dilakukan Pengawas dan Kepala Sekolah
terhadap Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar (Studi Analisis pada
Kecamatan Ciamis, Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Padaherang
http://digilib.upi.edu/union/index.php/record/view/6390
Kabupaten
Ciamis).
(diunduh 19 Juli 2009)

13