PERLINDUNGAN HAK ANAK DALAM NEGARA HUKUM

PERLINDUNGAN ANAK DALAM NEGARA HUKUM DAN
DEMOKRASI MELALUI PEMILIHAN UMUM RAMAH ANAK1
Oleh : Argadhia Aditama dan Lely Anna Puspa Sari 2

ABSTRAK
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai
negara hukum, Indonesia harus menyelenggarakan perlindungan hak asasi
manusia. Namun disisi lain sebagai negara demokrasi,

Indonesia harus

menerapkan prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yaitu menjamin peran
serta warga negara dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu upaya
mewujudkan prinsip demokrasi adalah melalui Pemilihan umum (Pemilu) yang
salah satu pesertanya adalah partai politik. Permasalahan mulai muncul ketika
dalam negara hukum dan demokrasi, hak asasi anak masih belum memperoleh
perlindungan yang maksimal pada praktik pemilu yang salah satunya tercermin
dalam penyalahgunaan anak dalam kegiatan politik. Selain itu dalam negara
demokrasi diperlukan adanya pendidikan politik bagi setiap warga negara yang
dalam hal ini anak termasuk di dalamnya. Berdasarkan hal tersebut, maka

praktik negara hukum dan negara demokrasi harus dilaksanakan secara
harmonis. Hal ini dapat terwujud melalui pelaksanaan pemilihan umum yang
melindungi hak asasi anak yaitu pemilihan umum yang ramah anak.
Kata kunci : Hak Anak, Pemilihan umum, Negara Hukum, Demokrasi

A.

PENDAHULUAN
Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hakhak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945
dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi
kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi
penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
                                                            

1
2


Jurnal untuk memenuhi syarat Wisuda di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Mahasiswa S1 Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta


 

tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari
tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Meskipun Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan
tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk
memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu undang-undang
mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban
dan tanggung jawab tersebut. Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya
merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam
memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.3 Lebih terperinci perlindungan
atas hak-hak anak telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yang secara lebih jelas menyebutkan bahwa yang
dimaksud anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.4 Dalam Pasal 15 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak disebutkan bahwa salah satu
hak-hak anak yang harus dilindungi yaitu:
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan
e. pelibatan dalam peperangan.
Hak-hak anak tersebut merupakan wujud adanya kepastian atas
pemenuhan perlindungan hak asasi manusia yang dalam konsepsi negara hukum5
menurut F. J Stahl, hal itu merupakan suatu unsur dari negara hukum.6 Bila
dikaitakan dengan hak anak maka sudah jelas bahwa kewajiban negara adalah
salah satunya melindungi hak anak yang sudah termasuk dalam lingkup Hak
Asasi Manusia yang dalam hal ini Indonesia sebagai negara hukum yang berdasar
                                                            

3

Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

5
Unsur-unsur negara hukum adalah : 1. perlindungan hak asasi manusia; 2. pemisahan kekuasaan
untuk menjamin hak-hak tersebut; 3. pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan; 4.
peradilan administrasi dalam perselisihan.
6
Miriam Budiardjo. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, hlm. 57-58
4


 

pada asas legalitas telah menjamin dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak.
Pelaksanaan konsepsi negara hukum yang dianut oleh Indonesia harus
dapat berjalan secara harmonis dengan adanya konsepsi negara demokrasi.7 Pada
konsepsi demokrasi Pancasila, negara mengakui suara-suara dari masyarakat atas
negara itu sendiri. Hal ini juga tertulis jelas dalam Pasal 28 E ayat (3) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di mana negara menjamin
kedaulatan hak asasi tiap warga negaranya untuk mengeluarkan pendapat.
Disamping itu, dalam konstitusi negara Indonesia pada Pasal 22 E UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga telah ditegaskan
bahwa pemilihan umum merupakan hal yang konstitusional sebagai perwujudan

negara demokrasi. Dalam pelaksanaan pemilu, pemilu harus diselenggarakan
dengan menjamin prinsip keterwakilan, yang artinya setiap orang Warga Negara
Indonesia dijamin memiliki wakil yang duduk di lembaga perwakilan yang akan
menyuarakan aspirasi rakyat di setiap tingkatan pemerintahan.8 Sebagai pelaksana
atas amanat UUD 1945 tersebut maka munculah Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Sebagai
penunjang dari pelaksanaan amanat UUD 1945, maka diperlukan adanya partai
politik sebagai pelaksana demokrasi yang dalam hal ini juga dapat berperan serta
dalam pelaksanaan Pemilihan umum.
Apabila dikaitkan antara konsep negara hukum dan negara demokrasi
dalam perlindungan hak anak, dapat diketahui bahwa dalam prinsip negara hukum
setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan atas penyalahgunaan dalam
kegiatan politik. Namun dalam konsepsi negara demokrasi, setiap orang berhak
ikut serta didalam pemerintahan yang dalam hal ini dapat terlaksana melalui
mekanisme pemilihan umum. Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya
penyalahgunaan anak dalam pelaksanaan demokrasi melalui pemilihan umum.9
                                                            

7


Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Cetakan ke-2, Gaya Media Pratama,
Jakarta, 1988, hlm. 167 – 191
8
Penjelasan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum
9
______, 2013, KPU Usulkan Aturan Keterlibatan Anak-Anak dalam Kampanye,
http://www.jurnalparlemen.com/view/5268/kpu-usulkan-aturan-keterlibatan-anak-anak-dalamkampanye.html, diakses pada 3 Desember 2013 pukul 20.15


 

Pada berbagai pemilihan umum, keterlibatan anak dalam tahapan pemilihan
umum terutama pada tahap kampanye mulai banyak terjadi. Peristiwa tersebut
kemudian memunculkan kekhawatiran para pemerhati hak anak yaitu Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk menuntut ketegasan penyelenggara
pemilihan umum.10 Komisi Pemilihan Umum sendiri tidak tegas dalam
pemberlakukan larangan keterlibatan anak dalam tahapan penyelenggaraan pemilu
yaitu pada tahap kampanye.11 Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu
harmonisasi peraturan perundang-undangan agar dalam penerapan konsep negara

hukum dan negara demokrasi, hak anak dapat terakomodir dengan baik. Berawal
dari hal tersebut maka muncul suatu alternatif solusi berupa penerapan pemilihan
umum ramah anak guna menciptakan harmonisasi dan mengakomodir adanya
konsep negara demokrasi dan negara hukum tersebut.

B.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :
1. Apa kaitan antara konsep negara hukum dan negara demokrasi dalam
perlindungan hak anak ?
2. Apa bentuk perlindungan hak anak melalui pemilihan umum ramah anak ?

C.

METODE PENULISAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif


(yuridis normatif)12 dan untuk menjawab permasalahan penelitian maka
pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen (documentary research).
Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah mengevaluasi dari praktik
perlindungan HAM terhadap anak-anak untuk dapat menemukan faktor-faktor
penyebab pelanggaran hak anak dalam pelaksanaan demokrasi yaitu melalui
                                                            
10

_____,
2013,
LPA
Stop
Libatkan
Anak
dalam
Kampanye,
http://regional.kompas.com/read/2013/08/22/1536248/LPA.Stop.Libatkan.Anak.dalam.
Kampanye, diakses pada 3 Desember 2013 pukul 20.20
11
_____, 2013, Komnas PA Izinkan Anak Ikut Kampanye Tindak Pidana,

http://nasional.kompas.com/read/2013/07/19/1257029/Komnas.PA.Izinkan.Anakanak.Ikut.Kampanye.Tindak.Pidana., diakses pada 3 Desember 2013 pukul 20.30
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali: Jakarta. 2003.
Hlm.70


 

pemilihan umum. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
berpedoman pada enam prinsip pokok Hak Asasi Manusia dan menghubungkan
kewajiban dan tanggung jawab negara dalam kerangka pendekatan berbasis hak
asasi manusia (right-based approach) yaitu: menghormati, melindungi dan
memenuhi.

D.

PEMBAHASAN

1.


Kaitan Negara Hukum dan Negara Demokrasi dalam Perlindungan
Hak Anak
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 menyatakan bahwa “negara Indonesia adalah negara hukum”. Konsekuensi
dari ketentuan ini adalah setiap sikap, pikiran perilaku, dan kebijakan
pemerintahan negara dan penduduknya harus didasarkan

atau sesuai dengan

hukum. Kualitas kesempurnaannya dapat diverifikasikan kedalam faktor-faktor
keadilan, kesejahteraan, kepedulian kepada rakyat dan lain-lain. Sendi utama
negara berdasarkan hukum adalah hukum merupakan sumber tertinggi dalam
mengatur dan menentukan mekanisme hubungan hukum antara negara dan
masyarakat atau antar anggota masyarakat yang satu dengan yang lain.
Sedangkan negara Indonesia juga tidak dapat dihapuskan dari predikat
sebagai negara demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyatnya. Istilah
demokrasi sendiri yang menurut asal kata berarti “rakyat berkuasa” atau
government or rule by the people (kata Yunani demos berarti rakyat,
kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa). Salah satu dari bukti bahwa negara ini

adalah negara penegak demokrasi adalah kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat yang secara jelas tertuang dalam Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu bahwa “Setiap orang berhak
atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Dalam hal
ini konsep negara demokrasi memuat beberapa elemen13 yang salah satunya
                                                            
13

Elemen universal negara demokrasi: 1. Penyelenggara kekuasaan berasal dari rakyat; 2. Setiap
pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan
yang hendak dan telah ditempuhnya; 3. Diwujudkan secara langsung maupun tidak langsung; 4.
Rotasi kekuasaan dari seseorang atau kelompok ke orang atau kelompok yang lainnya, dalam
demokrasi peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan harus ada, dan dilakukan secara teratur dan
damai; 5. Adanya proses pemilu, dalam negara demokratis pemilu dilakukan secara teratur dalam


 

adalah pemilihan umum yang juga merpakan implementasi dari Pasal 28E ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi yang saling berkaitan
satu sama lainnya yang tidak dapat dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi
memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan
dan kesederajatan manusia, pada sisi yang lain negara hukum memberikan
patokan bahwa yang memerintah dalam suatu negara bukanlah manusia, tetapi
hukum. Berangkat dari konsepsi tersebut, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
Indonesia juga wajib menjunjung tinggi perlindungan atas hak-hak manusia yang
termasuk didalamnya adalah perlindungan terhadap hak anak.14 Secara universal
anak mempunyai hak asasi manusia yang dilindungi hukum, bahkan berlaku sejak
dalam kandungan, karena itu anak juga berhak mendapat perlindungan hukum
atas segala kegiatan yang mengarah pada pertumbuhan maupun perkembangan di
masa mendatang. Seperti salah satu hak anak dalam pelibatannya pada kegiatan
politik yang hingga dewasa ini masih diambang sebuah keragu-raguan dalam
pemenuhannya.
Kekaburan tersebut terletak pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
dinyatakan sebagai pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin, yang berarti
dapat ditarik sebuah garis bahwa sebagian anak menurut definisi Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah partisipan dari kegiatan
politik karena anak menurut undang-undang perlindungan anak merupakan setiap
orang yang berusia dibawah 18 tahun. Kegiatan politik yang dimaksud adalah
pada tahapan penggalangan suara pada penyelenggaraan pemilihan umum.
Realita praktik demokrasi di Indonesia masih terjadi berbagai tahap
pemilu yaitu kampanye yang masih dapat ditemui bahwa anak merupakan salah
                                                                                                                                                                   
menjamin hak politik rakyat untuk memilih dan dipilih; dan 6. Adanya kebebasan sebagai HAM,
menikmati hak-hak dasar, dalam demokrasi setiap warga masyarakat dapat menikmati hak-hak
dasarnya secara bebas, seperti hak untuk menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat dan lainlain. Lihat dalam Afan Gaffar, Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka
Pelajar,Yogyakarta, 2005, hlm. 15.
14
Maidin Gultom. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di
Indonesia,. Refika Aditama: Bandung. 2008. Hlm. 34


 

satu aktor penunjang dalam kegiatan tersebut. Dalam hal ini bukan anak yang
sudah cukup usia untuk berkecimpung dalam kegiatan tersebut, namun usia yang
masih jauh untuk siap ikut serta berperan pada tahap tersebut. Partai politik yang
menggunakan anak sebagai senjata dalam melancarkan visi misi partai politiknya
dalam pemenangan suara terkadang tidak lagi mendapat perhatian khusus dari
pemerintah, padahal mengingat bahwa negara mempunyai kewajiban untuk
melindungi anak dari pelibatan kegiatan politik yang termasuk didalamnya adalah
kampanye pemilu yang mengarahkan anak pada perilaku politik praktis dan
kecenderungan politik.
Bahkan yang lebih ironis lagi adalah ketika Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak
mencatumkan adanya larangan terhadap keikutsertaan anak dalam salah satu
tahapan pemilihan umum yaitu kampanye pemilu. Sehingga membuat partai
politik dengan leluasa menjadikan anak di bawah umur berperan dalam proses
kampanye walaupun dalam undang-undang perlindungan anak telah terdapat
sanksi berupa pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).15 Meskipun dalam undangundang perlindungan anak sudah mengatur akan larangan dan sanksi namun
sanksi yang dimaksud hanya tertuju pada perseorangan dan bukan partai politik
yang menaunginya. Kelemahan tersebut yang menjadikan Pasal 15 juncto Pasal
87 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tidak
dapat berlaku efektif dan hanya menjadi klausula yang lemah dalam penerapan.
Berangkat dari penjabaran tersebut maka Indonesia sebagai negara hukum
yang berjalan beriringan dengan konsep negara demokrasi juga wajib melindungi
hak-hak para penerus bangsa yang dalam hal ini adalah anak dalam keterlibatan
dan pelibatan anak kedalam proses politik di Indonesia. Sehingga dalam
penjaminan perlindungan atas hak anak dapat terpenuhi karena perlindungan atas
hak asasi manusia merupakan salah satu unsur negara hukum dan negara
demokrasi.

                                                            
15

Pasal 87 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


 

2.

Perlindungan Hak Anak Melalui Pemilihan Umum Ramah Anak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, pemilihan umum yang

selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal 22E ayat 2 UUD 1945,
Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Lebih lanjut dalam Pasal 22E ayat 3 peserta pemilihan umum
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.
Pada UU No 8 Tahun 2012 juga diatur bahwa penyelenggaraan pemilihan
umum mengenal adanya berbagai tahapan pemilihan umum16 yang salah satunya
adalah tahapan kampanye Pemilu. Kampanye pemilu adalah kegiatan Peserta
Pemilu untuk meyakinkan para Pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan
program Peserta Pemilu.17 Sedangkan peserta Pemilu sendiri adalah partai politik
untuk Pemilu anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota dan
perseorangan untuk Pemilu anggota DPD.18
Penyelenggaraan pemilihan umum bila dilihat dari adaya peserta pemilu
berupa partai politik membawa suatu konsekuensi bahwa penyelenggaraan
pemilihan umum memerlukan suatu pengawasan yang baik agar setiap warga
negara tidak terjerumus pada permainan kekuasaan semata. Disamping itu adanya
                                                            
16

Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 :
a. perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan
Pemilu;
b. pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar Pemilih;
c. pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;
d. penetapan Peserta Pemilu;
e. penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
f. pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota;
g. masa Kampanye Pemilu;
h. Masa Tenang;
i. pemungutan dan penghitungan suara;
j. penetapan hasil Pemilu; dan
k. pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.
17
Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
18
Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012


 

pemilihan umum juga harus didukung oleh segenap warga negara Indonesia
karena hal ini merupakan suatu bentuk perwujudan negara demokrasi.19
Berdasarkan hal tersebut maka pemilihan umum dalam negara demokrasi
merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan sebagai penyalur aspirasi setiap
warga negara Indonesia. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa warga
negara Indonesia terdiri dari berbagai usia. Hal ini berimplikasi pada besarnya
pemilih dalam pemilihan umum di Indonesia karena dalam Pasal 1 angka 25 UU
No 8 Tahun 2012, Pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap
berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Mengingat
adanya ketentuan usia pada penyelenggaraan pemilihan umum yaitu 17 tahun,
maka sangat diperlukan suatu pengawasan yang ketat mengenai keikut sertaan
para pemilih dalam setiap penyelenggaraan pemilihan umum yang salah satunya
adalah kampanye pemilihan umum.
Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa Anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan. Sedangkan apabila dikaitkan dengan ketentuan usia
pemilih dalam undang-undang pemilihan umum yaitu setiap orang yang telah
berusia 17 tahun atau lebih, hal ini merupakan salah satu permasalahan dimana
terdapat kerancuan mengenai kedudukan anak yang berusia diantara 17 tahun
dan18 tahun. Disisi lain anak yang sudah berusia 17 tahun atau lebih dapat ikut
serta dalam penyelenggaraan pemilu yang erat kaitannya dengan kegiatan politik.
Namun anak yang berusia dibawah 18 tahun masih berhak atas perlindungan dari
penyalahgunaan dalam kegiatan politik.
Keikut sertaan anak dalam kegiatan politik salah satu partai merupakan
suatu bentuk penyimpangan dalam praktik negara demokrasi karena hal tersebut
merupakan bentuk penyalah gunaan anak dalam kegiatan politik dalam tahapan
penyelenggaraan pemilihan umum. Anak menjadi menjadi obyek pelanggaran
yang cukup potensial dikarenakan anak maerupakan calon pemilih yang
jumlahnya cukup besar. Disamping sebagai alat meraih suara dalam kampanye
politik, pelibatan anak juga merupakan bentuk perekrutan partai politik terhadap
calon pemilih yang potensial untuk pemilihan umum.
                                                            

19

Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis,Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstiusi, Jakarta, 2008, hlm. 432.


 

Komisi Perlindungan Anak Indonesia kemudian mengeluarkan macammacam bentuk pelibatan anak dalam politik yang dilarang dan disampaikan secara
resmi ke KPU. Pelarangan tersebut di antaranya adalah :20
1. Memanipulasi data anak yang belum berusia 17 tahun dan belum menikah
agar bisa terdaftar sebagai pemilih
2. Menggunakan tempat bermain anak, tempat penitipan anak, atau tempat
pendidikan anak untuk kegiatan kampanye terbuka
3. Memobilisasi massa anak oleh partai politik atau caleg
4. Menggunakan anak sebagai penganjur atau juru kampanye untuk memilih
partai atau caleg tertentu
5. Menampilkan anak sebagai bintang utama dari suatu iklan politik
6. Menampilkan anak di atas panggung kampanye parpol dalam bentuk hiburan
7. Menggunakan anak untuk memasang atribut-atribut partai politik
8. Menggunakan anak untuk melakukan pembayaran kepada pemilih dewasa
dalam praktek politik uang oleh parpol atau caleg
9. Mempersenjatai anak atau memberikan benda tertentu yang membahayakan
dirinya atau orang lain
10. Memaksa, membujuk atau merayu anak untuk melakukan hal-hal yang
dilarang selama kampanye, pemungutan suara, atau perhitungan suara
11. Membawa anak ke arena kampanye terbuka yang membahayakan anak
12. Melakukan tindakan kekerasan atau yang dapat diartikan sebagai tindak
kekerasan dalam kampanye, pemungutan suara, atau perhitungan suara
(seperti kepala anak digunduli, tubuh disemprot/cat)
13. Melakukan pengucilan, penghinaan, intimidasi atau tindakan-tindakan
diskriminatif kepada anak yang orang tua atau keluarganya berbeda atau
diduga berbeda pilihan politiknya
14. Memprovokasi anak untuk memusuhi atau membenci caleg atau parpol
tertentu
15. Melibatkan anak dalam sengketa hasil perhitungan suara

                                                            
20

_____, 2013, KPAI desak KPU Larang Penyalahgunaan Anak dalam Pemilu,
http://news.liputan6.com/read/651140/kpai-desak-kpu-larang-penyalahgunaan-anak-dalam-pemilu,
diakses pada 3 Desember 2013 pukul 20.45

10 
 

Dikeluarkanya berbagai kriteria larangan oleh KPAI merupakan wujud
keprihatinan dari lembaga negara tersebut akan menjamurnya pelibatan anak
dalam kegiatan politik di berbagai pemilihan umum. Menjelang pemilihan umum
tahun 2014, intensitas pelanggaran hak anak juga mulai meningkat. Namun
peningkatan tersebut tidak di iringi dengan peningkatan jumlah pengawasan
terhadap penyelenggaraan pemilihan umum.
Anak sebagai aset masa depan bangsa yang jumlahnya mencapai
82.000.000 jiwa haruslah memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan
kegiatan politik. Namun anak juga harus memperoleh pendidikan politik yang
baik karena banyaknya jumlah anak terutama pada usia antara 15-17 tahun
merupakan anak yang berpotensi menjadi pemilih pada pemilihan umum beberapa
tahun mendatang. Sehingga perlindungan dan edukasi politik pada anak sangat
diperlukan apalagi dalam kerangka negara hukum dan negara demokrasi.
Tabel Proyeksi Penduduk Indonesia Umur 0-17 Tahun, 2010-2015
(dalam juta)21

Disamping itu adanya jumlah calon pemilih yang banyak yaitu calon
pemilih yang saat ini masih tergolong anak-anak, calon pemilih tersebut juga
memerlukan suatu bentuk pengawasan sehingga hak anak untuk memeperoleh
perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik dapat terwujud. Sebagai
calon pemilih, anak memerlukan suatu pendidikan politik yang baik dan tidak
memerlukan keikut sertaan dalam tahapan penyelenggaraan pemiluhan umum
                                                            
21

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA), 2012, Profil Anak
Indonesia 2012, Jakarta : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(KPP&PA), Hlm : 7

11 
 

yaitu kampanye. Pendidikan politik dirasa penting mengingat jumlah calon
pemilih yang saat ini masih anak-anak sangat banyak. Dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2011 menyatakan bahwa Pendidikan Politik adalah proses
pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap
warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.22
Pentingnya pendidikan politik bagi calon pemilih ini memerlukan perhatian
dari berbagai pihak diantaranya adalah Komisi Pemilihan Umum, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia, Badan Pengawas Pemilu, instansi pendidikan dan
pihak lain yang terlibat. Untuk para calon pemilih yang masih tergolong anakanak, pendidikan politik tidak boleh diserahkan kepada partai politik secara
langsung. Hal ini mengingat ada banyaknya kepentingan dalam partai politik
untuk meraih kekuasaan dan juga rawannya berbagai praktik politik kotor yang
kerap timbul dalam proses demokrasi. Bila pendidikan politik dilaksanakan secara
langsung oleh partai politik, maka dikhawatirkan oleh para pemerhati hak anak
yaitu anak nantinya tidak mendapatkan pendidikan politik namun malah akan
disalahgunakan oleh partai politik dalam kegiatan politik mereka.
Akumulasi dari adanya berbagai hal tersebut bermuara pada diperlukannya
suatu model pemilihan umum ramah anak yang dapat mengakomodir pendidikan
politik bagi anak yang akan menjadi calon potensial sebagai pemilih namun juga
dapat menghindarkan anak dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik dalam
tahapan pemilihan umum yaitu pada tahap kampanye. Secara tidak langsung
adanya pemilihan umum yang ramah anak ini merupakan suatu bentuk nyata dari
praktik negara hukum dan negara demokrasi yang mana terdapat perlindungan
terhadap

hak

anak

dan

juga

adanya

suatu

sistem

demokrasi

yang

menyelenggarakan pendidikan politik bagi setiap warga negaranya guna
mempersiapkan para pemilih untuk pemilihan umum.
Dalam pemilihan umum ramah anak, anak juga dapat dilibatkan dalam
tahapan penyelenggaraan pemilihan umum namun masih dengan pengawasan
institusi pendidikan dan instansi terkait pemilihan umum tempat anak tersebut
berada. Bentuk keterlibatan anak tersebut tidak dilaksanakan secara langsung
melainkan hanya sebatas keterlibatan pada peningkatan pemahaman mengenai
                                                            

22

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik

12 
 

tahap pemilihan umum melalui pengamatan dan pendidikan politik oleh instansi
berwenang.
Berikut kami sajikan bagan mengenai latar belakang diperlukannya suatu
pemilihan umum ramah anak di Indonesia :
Bagan alur berpikir perlunya pemilihan umum ramah anak

Pada bagan tersebut dapat diketahui bahwa berbagai kepentingan negara
yaitu mewujudkan negara demokrasi dan juga negara hukum perlu suatu
harmonisasi. Harmonisasi tersebut dapat terwujud apabila terdapat suatu bentuk
perlindungan hak asasi manusia yaitu hak anak dengan adanya pengakomodasian
prinsip-prinsip demokrasi dalam perlindungan hak anak tersebut melalui
perlindungan penyalahgunaan dalam kegiatan politik dan pendidikan politik yang
baik dan bertanggung jawab. Kedua hal tersebut dapat terakomodasi dalam suatu
konsep pemilihan umum yang ramah anak di Indonesia.

E.

PENUTUP
Sebagai negara hukum dan negara demokrasi negara Indonesia memerlukan

suatu bentuk perlindungan hak anak. Dalam undang-undang perlindungan anak,
anak berhak atas perlindungan atas penyalahgunaan dalam kegiatan politik. Hal
ini menjadi perhatian dimana saat ini banyak terjadi penyalahgunaan anak dalam
kegiatan politik. Namun disisi lain anak sebagai bagian dari warga negara

13 
 

indonesia dan juga calon pemilih potensial memerlukan suatu pendidikan politik
guna mewujudkan suatu negara demokrasi yang berkualitas saat ini dan di saat
yang akan datang. Demi mewujudkan suatu harmonisasi dalam negara hukum dan
negara demokrasi dalam kaitannya dengan perlindungan hak anak, maka
diperlukan suatu mekanisme pemilihan umum yang ramah anak. Pemilihan umum
yang ramah anak ini adalah bentuk dari adanya tanggung jawab negara dalam
melindungi hak anak dan juga memenuhi hak setiap warga negara atas
keikutsertaan dalam demokrasi yang berkualitas. Anak sebagai bagian dari
warganegara seharusnya memperoleh pendidikan politik yang baik oleh berbagai
pemangku kepentingan diantaranya komisi pemilihan umum, badan pengawas
pemilu dan komisi perlindungan anak indonesia serta instansi pendidikan. Dengan
adanya sinergi antar lembaga dalam perlindungan hak anak dan pemberian
pendidikan politik pada calon pemilih maka praktik dari negara hukum dan
demokrasi akan berjalan harmonis di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Afan Gaffar. 2005. Politik Indonesia; Transisi Menuju Demokrasi. Pustaka
Pelajar:Yogyakarta.
Jimly Asshiddiqie. 2008. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis. Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstiusi. Jakarta.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA).
2012. Profil Anak Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA).
Miriam Budiardjo. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih. 1988. Ilmu Negara. Cetakan ke-2. Gaya
Media Pratama. Jakarta.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali:
Jakarta. Maidin Gultom. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia. Refika Aditama: Bandung
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

14 
 

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik
Website
_____, 2013, KPU Usulkan Aturan Keterlibatan Anak-Anak dalam Kampanye,
http://www.jurnalparlemen.com/view/5268/kpu-usulkan-aturanketerlibatan-anak-anak-dalam-kampanye.html, diakses pada 3 Desember
2013 pukul 20.15
_____, 2013, KPAI desak KPU Larang Penyalahgunaan Anak dalam Pemilu,
http://news.liputan6.com/read/651140/kpai-desak-kpu-larangpenyalahgunaan-anak-dalam-pemilu, diakses pada 3 Desember 2013 pukul
20.45
_____,

2013,

LPA

Stop

Libatkan

Anak

dalam

Kampanye,

http://regional.kompas.com/read/2013/08/22/1536248/LPA.Stop.Libatkan.A
nak.dalam. Kampanye, diakses pada 3 Desember 2013 pukul 20.20
_____, 2013, Komnas PA Izinkan Anak Ikut Kampanye Tindak Pidana,
http://nasional.kompas.com/read/2013/07/19/1257029/Komnas.PA.Izinkan.
Anak-anak.Ikut.Kampanye.Tindak.Pidana., diakses pada 3 Desember 2013
pukul 20.30

15