ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI (2)

ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI (PENGERTIAN HUKUM) BAB 1 PENGERTIAN
HUKUM 1.1. TUJUAN DAN SUMBER-SUMBER HUKUM Tujuan Hukum berasal dari
kata tujuan dan hukum yang secara etimologi ‘tujuan’ berarti ‘arahan’. Pengertian tujuan
hukum adalah sebuah kepastian hukum dalam masyarakat dan harus pula bersindikat pada
keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu. Tujuan dari hukum itu sendiri beraneka
ragam berdasarkan tipe tujuan hukum itu sendiri: Tujuan pokok hukum adalah menciptakan
kehidupan masyarakat yang tertib, membagi hak dan kewajiban antar perorangan didalam
masyarakat, membagi wewenang serta memelihara kepastian hukum. Tujuan hukum secara
normative adalah peraturan yang dibuat untuk mengatur hukum secra jelas dan logis. Tujuan
hukum positif (UUD 1945) adalah untuk membentuk suatu pembentukan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untu7k
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia serta ikut
melaksanakan ketertipan dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan social. Tujuan hukum juga dirumuskan dari berbagai sudut pandang atau dari 3
(tiga) teori yaitu: Teori Etis Hukum memiliki tujuan yang suci memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya dan bertujuan semata-mata demi keadilan. 2. Teori Utilitis
Hukum bertujuan untukmenghasilkan kemanfaatan yang sebesra-besarnya pada manusia
dalam mewujudkan kesenangan dan kebahagiaan. 3. Teori Campuran Tujuan Hukum adalah
mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil. Sumber hukum ialah segala apa
saja yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni aturan-aturan yang apabila
dilanggara menimbulakn sanksi yang nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi material

dan formal : 1. Sumber Hukum Material Didalam sumber hokum material dapat ditinjau lagi
dari beberapa sudut yaitu sudut ekonomi, sejarah, sosiologi dan filsafat. 2. Sumber Hukum
Formal Undang-undang (statute) Ialah suatu peraturan Negara yang mempunyai
kekuasaanhukum yang mengikat diadakan daan dipelihara oleh penguasa Negara. Kebiasaan
(costum) Ialah suatu perbuatan manusia yang terus dilakukan berulang-ulang dalam hal yang
sama. Keputusan Hakim ( jurisprudentie) Dari ketentuan pasal 22 A B ini dijelaskan, bahwa
seorang hakim mempunyai hakuntuk membuat eraturan sendiri dalam menyelesaikan suatu
perkara. 1.2. KONDIFIKASI HUKUM Kodifikasi hukum adalah pembukuan jenis-jenis
hukum tertentu dalam kitab undang-undang secara sistematis dab lengkap. Unsur-unsur
kodifikasi hukum : a. Jenis-jenis hukum tertentu b. Sistematis c. Lengkap Tujuan kodifikasi
hukum untuk memperoleh : a. Kepastian hukum b. Kesatuan hukum. 1.3. NORMA
Pengertian kaidah/norma adalah petunjuk hidup,yaitu petunjuk bagaimana kita
bertindak,bertingkah laku didalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian kaidah/norma
tersebut berisikan perintah dan larangan,setiap orang seharusnya mentatati kaidah/norma agar
dapat hidup dengan tenang. Norma hukum peraturan yang timbul dan dbuat oleh suatu
lembaga kekuasaan negara. Isinya mengenai pelaksanaan suatu yang mengikat. Kaidan
hukum berasal dari dua kata yaitu kaidah dan hukum.kaidah yang berarti perumusan dari
asas-asas yang menjadi hukum. Sedangkan hukum sendiri berat sebuah peratuan yang wajib
dijalankan atau ditaatin oleh masyarakat. 1.4. PENGERTIAN EKONOMI DAN HUKUM
EKONOMI Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan

menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara
kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya
terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity).
Hukum ekonomi adalah suatu hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa ekonomi yang
saling berhubungan satu dengan yang lain dalam kehidupan ekonomi sehari-hari dalam
masyarakat. Hukum ekonomi terbagi menjadi 2, yaitu: a) Hukum ekonomi pembangunan,
yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara peningkatan dan
pengembangan kehidupan ekonomi (misal hukum perusahaan dan hukum penanaman modal).
b) Hukum ekonomi sosial, yaitu seluruh peraturan dan pemikiran hukum mengenai cara-cara

pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata, sesuai dengan hak asasi
manusia (misal, hukum perburuhan dan hukum perumahan). Contoh hukum ekonomi : 1. Jika
harga sembako atau sembilan bahan pokok naik maka harga-harga barang lain biasanya akan
ikut merambat naik. 2. Apabila pada suatu lokasi berdiri sebuah pusat pertokoan hipermarket
yang besar dengan harga yang sangat murah maka dapat dipastikan peritel atau toko-toko
kecil yang berada di sekitarnya akan kehilangan omset atau mati gulung tikar. 3. Jika nilai
kurs dollar amerika naik tajam maka banyak perusahaan yang modalnya berasal dari
pinjaman luar negeri akan bangkrut. 4. Turunnya harga elpiji / lpg akan menaikkan jumlah
penjualan kompor gas baik buatan dalam negeri maupun luar negeri. 5. Semakin tinggi bunga
bank untuk tabungan maka jumlah uang yang beredar akan menurun dan terjadi penurunan

jumlah permintaan barang dan jasa secara umum. Demikianlah penjelasan tentang hukum
ekonomi secara keseluruhan semoga kita semua mengerti dan dapat megimplementasikan ke
dalam kehidupan nyata. BAB 2 SUMBER DAN OBJEK HUKUM 2.1. SUBJEK HUKUM
MANUSIA DAN BADAN USAHA Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat
mempunyai hak dan kewajiban untuk bertindak dalam hukum. Terdiri dari orang dan badan
hukum. Subjek hukum di bagi atas 2 jenis, yaitu : 1. Subjek Hukum Manusia Adalah setiap
orang yang mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan kewajiban. Pada
prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Ada juga
golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum, karena tidak cakap dalam
melakukan perbuatan hukum yaitu : 1. Anak yang masih dibawah umur, belum dewasa, dan
belum menikah. 2. Orang yang berada dalam pengampunan yaitu orang yang sakit ingatan,
pemabuk, pemboros. 2. Subjek Hukum Badan Usaha Adalah sustu perkumpulan atau
lembaga yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu. Sebagai subjek hukum,
badan usaha mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum yaitu: 1. Memiliki
kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya 2. Hak dan Kewajiban badan hukum
terpisah dari hak dan kewajiban para anggotanya. 2.2. OBJEK HUKUM YANG BERGERAK
DAN TIDAK BERGERAK Hukum menurut pasal 499 KUHP, yakni benda. Benda adalah
segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum atau segala sesuatu yang menjadi pokok
permasalahan dan kepentingan bagi para subjek hukum. Hukum benda adalah hukum yang
mengatur hubungan antara subjek hukum dan objek hukum. Benda yang dimaksud adalah

benda bergerak dan tidak bergerak yang terbagi berdasarkan sifat dan tujuan pemakaiannya
serta ketentuan undang-undang yang mengaturnya. Perbedaan antara benda bergerak dan
tidak bergerak dalam arti yudiris berkaitan dengan: 1. Bezit 2. Levering 3. Daluwarsa 4.
Pembebanan Dalam kerangka RUU Benda Nasional, benda dibedakan menjadi: 1. Tanah dan
bukan tanah 2. Berwujud dan tidak berwujud 3. terdaftar dan tidak terdaftar 4. Bergerak dan
tetap 1.Benda Bergerak, menurut sifatnya di dalam pasal 509 KUHP adalah benda yang
dipindahkan, misalnya meja, kursi, ternak dan sebagainya. Benda bergerak menurut undangundang, pasal 511 KUHP adalah hak-hak atas benda bergerak misalnya hak memungut hasil
atas benda-benda bergerak, dan sebagainya. 2.Benda tidak Bergerak, karena sifatnya yakni
tanah dan segala sesuatu yang melekat diatasnya, misalnya pohon, arca, patung. Benda
bergerak karena tujuannya, yakni mesin alat-alat yang dipakai dalam pabrik. Benda tidak
bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak atas benda-benda yang
tidak bergerak, misalnya hak pakai atas benda tidak bergerak, hipotik dan sebagainya. Benda
bergerak dan tidak bergerak berhubungan dengan 4 hal : 1. Pemilikan (bezit), yakni dalam hal
benda bergerak berlaku asas yang tercantum dalam pasal 1977 KUHP, yaitu bezitter dari
banrang bergerak adalah eigenaar (pemilik) dari barang tersebut, sedangkan untuk benda
tidak bergerak tidak demikian halnya. 2. Penyerahan (levering), yakni trhadap benda bergerak
dapat dilakukan penyerahan secara nyata (hand by hand) atau dari tangan ke tangan,
sedangkan untuk benda tidak bergerak dilakukan balik nama. 3. Daluarsa (verjaring), yakni
untuk benda-benda tidak mengenal daluarsa, sebab bezit disini sama dengan eigendom


(pemilikan) atas benda bergerak tersebut, sedangkan untuk benda-benda tidak bergerak
mengenal adanya daluarsa. 4. Pembebanan (bezwaring), yakni terhadap benda bergerak
dilakukan dengan pand (gadai), sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik adalah
hak tanggungan untuk tanah serta benda-benda selain tanah menggunakan fidusia. 2.3. HAK
KEBENDAAN YANG BERSIFAT SEBAGAI PELUNASAN HUTANG Hak kebendaan
yang bersifat sebagai pelunasan utang adalah hak jaminan yang melekat pada kreditur yang
memberikan kewenangan kepadanya untuk melakukan ekekusi kepada benda melakukan
yang dijadikan jaminan, jika debitur melakukan wansprestasi terhadap suatu prestasi
(perjanjian). Penggolongan jaminan berdasarkan sifatnya, yaitu: 1. Jaminan yang bersifat
umum : o Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang) o Benda tersebut bisa
dipindahtangankan haknya pada pihak lain 2. Jamian yang bersifat khusus: o Gadai o Hipotik
o Hak Tanggungan o Fidusia BAB 3 HUKUM PERDATA 3.1. HUKUM PERDATA YANG
BERHAK DI INDONESIA Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan
kepentingan antara individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di
daratanEropa (civil law) dikenal pembagian hukum menjadi dua yakni hukum publik dan
hukum privat atau hukum perdata. Dalam sistem Anglo Sakson (common law) tidak dikenal
pembagian semacam ini. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum
hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik
perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda
karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan

Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum perdata Indonesia Salah satu bidang hukum
yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara
subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan
dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta
kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan
sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka
hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda,
kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya. Ada beberapa sistem
hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut juga mempengaruhi
bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang
berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang
terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem
hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum perdata di
Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum perdata Belanda
pada masa penjajahan. Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.)
yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk
Wetboek (atau dikenal dengan BW)yang berlaku di kerajaan Belanda dan diberlakukan di
Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia
yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata

Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa
penyesuaian. Yang dimaksud dengan Hukum perdata Indonesia adalah hukum perdata yang
berlaku bagi seluruh Wilayah di Indonesia. Hukum perdata yang berlaku di Indonesia adalah
hukum perdata barat [Belanda] yang pada awalnya berinduk pada Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang aslinya berbahasa Belanda atau dikenal dengan Burgerlijk Wetboek dan
biasa disingkat dengan B.W. Sebagaian materi B.W. sudah dicabut berlakunya & sudah
diganti dengan Undang-Undang RI misalnya mengenai Perkawinan, Hipotik, Kepailitan,
Fidusia sebagai contoh Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, Undang-Undang
Pokok Agraria No.5 Tahun 1960. 3.2. SEJARAH SINGKAT HUKUM PERDATA Dilihat
dari sejarahnya hukum perdata yang berlaku di Indonesia terkait dengan hukum perdata

bangsa Eropa. Berawal dari benua Eropa, terutama di Eropa Kontinental yang menggunakan
Hukum Perdata Romawi sebagai hukum asli dari negara-negara di Eropa, tapi selain itu juga
memberlakukan Hukum Tertulis dan Hukum Kebiasaan Setempat, oleh karena itu hukum di
Eropa tidak berjalan sebagai mana mestinya, karena tiap-tiap daerah memiliki peraturannya
masing-masing. Karena hukum tidak seragam dan berlaku sesuai dengan daerah masingmasing maka pada tahun 1804 Napoleon menghimpun satu kumpulan peraturan dibagi
menjadi dua kodifikasi yang pertama bernama “Code Civil des Francais” yang juga disebut
“Code Napoleon” dan yang kedua tentang peraturan-peraturan yang belum ada di Jaman
Romawi anatara lain masalah asuransi, wessel, badan hukum dan perdagangan yang akhirnya
dibuat kitab undang-undang hukum tersendiri dengan nama “Code de Commerce” Sewaktu

Bangsa Perancis menjajah Bangsa Belanda (1809-1811), Raja Lodewijk Napoleon
menetapkan “Wetboek Napoleon Ingeright Voor het Koninkrijk Holland” yang isinya mirip
dengan “Code Civil des Francais atau Code Napoleon” untuk dijadikan sumber Hukum
Perdata di Belanda (Nederland) Setelah penjajahan berakhir pada tahun 1811 dan Belanda
dinyatakan bersatu dengan Perancis, Code Civil des Francais atau Code Napoleon ini tetap
berlaku di Belanda sampai 24 tahun kemerdekaannya. Untuk selanjutnya Belanda mulai
memikirkan dan membuat kodifikasi dari Hukum Perdatanya sendiri. Pada tahun
1814.Belanda mulai menyusun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Sipil) atau KUHS
Negeri Belanda, berdasarkan kodifikasi hukum Belanda yang dibuat oleh .J.M. Kemper
disebut Ontwerp Kemper namun sayangnya kemper meninggal dunia di tahun 1824 sebelum
menyelesaikan tugasnya dan dilanjutkan oleh Nicolai yang menjabat sebagai Ketua
Pengadilan Tinggi Belgia. Akhirnya hukum tersebut terealisasi pada tanggal 6 Juli 1880
dengan pembentukan dua kodifikasi yang baru diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1838
yaitu Burgerlijk Wetboek (BW) dan Wetboek van Koophandle (WVK), keduanya adalah
produk nasional asli negara Belanda namun isi dan bentuknya sebagian besar sama dengan
code Civil des Francais dan Code de Cmmerce. Sebagaimana di kutip dalam sejarah, bahwa
Indonesia pernah di jajah Belanda sampai 2,5 abad lamanya sehingga hal tersebut
mempengaruhi hukum awal yang diberlakukan di Indonesia, sehingga sampai Indonesia
merdeka hukum yang berlaku di Indonesia masih mengacu pada hukum yang pertama kali
diterapkan oleh Belanda. Dan pada tahun 1948 kedua kodifikasi tersebut di berlakukan di

Indonesia berdasar azas koncordantie (azas politik hukum) yang sampai saat ini kita kenal
dengan KUH Sipil (KUHP) atau Burgerlijk Wetboek (BW) dan KUH Dagang atau Wetboek
van Koophandle (WVK). 3.3. PENGERTIAN DAN KEADAAN HUKUM DI INDONESIA
Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat majemuk yaitu
masih beraneka ragam. Faktor yang mempengaruhinya antara lain : Faktor Etnis Faktor
hysteria yuridis yang dapat kita lihat pada pasal 163 I.S yang membagi penduduk Indonesia
dalam 3 golongan yaitu: Golongan eropa Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia
asli) Golongan timur asing (bangsa cina, india, arab) Untuk golongan warga Negara bukan
asli yang bukan berasal dari tionghoa atau eropa berlaku sebagian dari BW yaitu hanya
bagian-bagian yang mengenai hukum-hukum kekayaan harta benda, jadi tidak mengenai
hukum kepribadian dan kekeluargaan maupun yang mengenai hukum warisan. Pedoman
politik bagi pemerintahan hindia belanda terhadap hukum di Indonesia ditulis dalam pasal
131, I.S yang sebelumnya terdapat pada pasal 75 RR (Regeringsreglement) yang pokokpokonya sebagai berikut : Hukum perdata dan dagang (begitu pula hukum pidana beserta
hukum acara perdata dan hukum acara pidana harus diletakkan dalam kitab undang-undang
yaitu di kodifikasi). Untuk golongan bangsa eropa harus dianut perundang-undangan yang
berlaku di negeri Belanda (sesuai azas konkordasi). Untuk golongan bangsa Indonesia dan
timur asing jika ternyata kebutuhan kemasyarakatan mereka menghendakinya. Orang
Indonesia asli dan timur asinng, selama mereka belum ditundukkan di bawah suatu peraturan
bersama dengan suatu bangsa eropa. Sebelumnya hukum untuk bangsa Indonesia ditulis


dalam undang-undang maka bagi mereka hukum yang berlaku adalah hukum adat. 3.4.
SISTEMATIKA HUKUM PERDATA INDONESIA Sistematika Hukum Perdata di Indonesia
dalam KUH Perdata dibagi dalam 4 buku yaitu: 1. Buku I, tentang Orang(van persoonen);
mengatur tentang hukum perseorangan dan hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur
status serta hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan
mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran, kedewasaan, perkawinan,
keluarga, perceraian dan hilangnya hak keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan,
sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. 2. Buku II, tentang Kebendaan(van zaken);
mengatur tentang hukum benda, yaitu hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang
dimiliki subyek hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak kebendaan, waris
dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda meliputi (i) benda berwujud yang tidak
bergerak (misalnya tanah, bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud
yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap sebagai benda berwujud
tidak bergerak; dan (iii) benda tidak berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus
untuk bagian tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan
di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang agraria. Begitu pula bagian mengenai
penjaminan dengan hipotik, telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
tentang hak tanggungan. 3. Buku III, tentang Perikatan(van verbintennisen); mengatur
tentang hukum perikatan (atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini

sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang mengatur tentang hak dan
kewajiban antara subyek hukum di bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan
(yang terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang dan perikatan yang
timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat dan tata cara pembuatan suatu perjanjian.
Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga
dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer, khususnya Buku III. Bisa
dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPer. 4. Buku IV, tentang Daluarsa dan
Pembuktian(van bewijs en verjaring); mengatur hak dan kewajiban subyek hukum
(khususnya batas atau tenggat waktu) dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum
perdata dan hal-hal yang berkaitan dengan pembuktian. Sistematika Hukum Perdata di
Indonesia menurut ilmu pengetahuan di bagi menjadi 4 bagian: 1. Hukum Perorangan atau
Badan Pribadi (personenrecht): Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang
seseorang manusia sebagai pendukung hak dan kewajiban (subyek hukum),tentang
umur,kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum,tempat tinggal(domisili)dan sebagainya.
2. Hukum Keluarga (familierecht): Memuat peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum yang timbul karena hubungan keluarga / kekeluargaan seperti
perkawinan,perceraian,hubungan orang tua dan anak,perwalian,curatele,dan sebagainya. 3.
Hukum Harta Kekayaan (vermogenrecht): Memuat peraturan-peraturan hukum yang
mengatur hubungan hukum seseorang dalam lapangan harta kekayaan seperti
perjanjian,milik,gadai dan sebagainya. 4. Hukum Waris(erfrecht): Memuat peraturanperaturan hukum yang mengatur tentang benda atau harta kekayaan seseorang yang telah
meninggal dunia,dengan perkataan lain:hukum yang mengatur peralihan benda dari orang
yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup.