KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM (3)

Tugas 1 Kelas 1
Pendidikan Agama Islam
Makalah, Presentasi, Diskusi
Kelompok 2
Konsep Ketuhanan
Dalam Islam

ITS 2014
Tanggal 15 Oktober 2014
Disusun oleh :
1. Muthia Diah Nurmalasari
2. Bagus Arga Putra
3. Tresnaning Arifiyah
4. Scandic Thalys Botaniska
5. Andina Nur Damayanti
6. Adham Adhiatmojo
7. Irma Nur Afifah
8. Cindy Alicia Sahara
9. Muhammad Zulfikar
10. Fahrudin Ali
11.


11 14 100 001
52 14 100 005
52 14 100 020
52 14 100 102
52 14 100 154
52 14 100 122
52 14 100 128
52 14 100 172
52 14 100 184
52 14 100 705

1

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami semua
kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama
Islam yang berjudul “Konsep Ketuhanan dalam Islam” dapat selesai seperti waktu yang telah
kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
-

Bapak Choiru Mahfud sebagai dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan Agama
Islam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

- Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat kami selesaikan
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus
dan ihklas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak retak,
untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun ini masih memiliki
banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka
pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik
yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di
dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon
dimaafkan.

Surabaya, 4 Oktober 2014

Penulis


2

DAFTAR ISI

1. Cover 1
2. Kata Pengantar
2
3. Daftar Isi
3
4. Bab 1 Pendahuluan 4
1.1.
Latar Belakang
4
1.2.
Tujuan 4
1.3.
Rumusan masalah
4
5. Bab 2 Pembahasan 5

1.1.
Hakikat Ketuhanan 5
1.2.
Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam
a. Secara Umum 6
b. Menurut Al-Quran
7
c. Secara Etimologi
8
d. Secara Tipografi
8
1.3.
Konsep Tentang Allah8
a. Alquran dan Hadist 8
b. Sufisme
10
1.4.
Bukti Adanya Allah 12
a. Dalil Fitrah 12
b. Dalil Akal

12
c. Dalil Naqli
13
d. Dalil Inderawi 13
6. Bab 3 Penutup 15
3.1.
Kesimpulan 15
3.2.
Saran 15
7. Daftar Pustaka16
8. Biodata Penyusun
17

6

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.


Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang
eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh
yang paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat
bagaimana filosof Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam
membuktikan adanya penggerak yang tak terlihat (wujud Tuhan).
Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini
kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan
Islam. Tapi tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin
suci Islam dan kemudian secara spektakuler melahirkan filosof-filosof seperti Al-Farabi
dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi warna pemikiran teologi dan
tasawuf (irfan) dalam penafsiran Islam.
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat.
Ketika kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas
tentang eksistensi Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi
alam, begitu pula sebaliknya, wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan.
Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu
faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam
koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu fenomena khusus yang dipengaruhi

oleh faktor tertentu.
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni,
Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi
Dia meliputi semua tempat dan segala realitas wujud. [1]

1.2.

Tujuan
Adapun tujuan penulisan yaitu :
 Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pendidikan Agama Islam
 Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep ketuhanan dalam islam
 Untuk memahami filsafat/hakikat ketuhanan
 Untuk mengetahui Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam
 Untuk memahami bagaimana pemikiran manusia tentang tuhan
 Untuk memahami bagaimana pandangan islam terhadap animisme dan
dinamisme
 Untuk mengetahui bukti adanya Tuhan

1.3.


Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil permasalahan yang dihadapi yaitu:
Bagaimana Konsep Dasar Ketuhanan Dalam Islam?

4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Hakikat Ketuhanan
Tuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah sesuatu yg diyakini, dipuja, dan
disembah oleh manusia sbg yg Mahakuasa[2].Tuhan dipahami sebagai zat Mahakuasa dan
asas dari suatu kepercayaan[3]. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep
ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme,
dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur
segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam
semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme,
Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan menganggap berbagai
sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di

antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak
terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik
yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi. Penganut
monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi),
memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat
direnungkan"[4].
Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada
gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimilikinya. Atenisme pada
zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah
tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta [5], yang
disebut Aten[6]. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan "Tetragrammaton"
YHVH digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh, dan Yehuwa kadangkala
digunakan dalam agama Kristen sebagai hasil vokalisasi dari YHVH. Dalam bahasa Arab,
nama Allah digunakan, dan karena predominansi Islam di antara para penutur bahasa
Arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam.
Umat muslim mengenal 99 nama suci bagi Allah, sedangkan umat Yahudi biasanya
menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai (nama yang kedua dipercaya oleh
sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten).[7][8][9][10][11]
Banyaknya konsep tentang Tuhan dan pertentangan satu sama lain dalam hal sifat,
maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah pada munculnya pemikiran-pemikiran yang

menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati
oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya
agama-agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, namun melalui konsep dan
pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.[12]
Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita ketahui
adalah apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-Nya sendiri,
Self Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain demi menjadi Tuhan.
Sementara kita berada karena Tuhan telah menciptakan kita.
Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana.
Kemanapun dan dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada sedikit
pun ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia berada, yang
diperlukan hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti
Kekuasaan-Nya.
Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana. kita
sangat memerlukan kesadaran akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti KekuasaanNya.
5

Dengan demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat
mengungkap hakikat keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada. Apa yang ada
pada diri kita sendiri dan semua yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat

dijadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya. Tuhan telah memberikan bekal kepada
manusia berupa akal, dan dengan akal itu manusia dapat memikirkan segala hal yang ada
di dalam kehidupannya, sampai akhirnya dia dapat mengetahui tentang hakikat adanya
Tuhan dan sifat-sifat-Nya
Oleh karena itu, bagi kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai Sang
Pencipta alam semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita dengan hanya
percaya bahwa Tuhan itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita juga meyakini-Nya
sebagai satu-satunya yang dapat dipertuhankan, serta tidak memandang adanya kualitas
serupa kepada sesuatu apapun yang lain[13].
2.2.

Pengertian Tuhan Dalam Perspektif Islam
a. Secara Umum
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi,
Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitik beratkan konseptualisasi
Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa. Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha
Pengasih dan Maha Kuasa.
Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "namanama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.
Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas.
Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan
adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim). Penciptaan
dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan kemurah hatian
yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan menjadi
saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul dimana
pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.
Di dalam Alquran telah dijelaskan :

Artinya : “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui."
(Al-'An'am 6:103)[14]
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat
nadi manusia. Karena Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon
pertolongan jika mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia
pada jalan yang lurus, “jalan yang diridhai-Nya.”[15]
b. Menurut Al-quran

6

Dalam Al-Qur'an perkataan tuhan di kenal dengan istilah rabb,maalik atau
malik dan Ilaah. masing-masing istilah tersebut mempunyai tekanan arti sendirisendri.
 Rabb
Rabb adalah "Tuhan Sang Maha Pencipta", yang meciptakan
keseluruhan alam ini tidak hanya sekedar menciptakan tetapi juga di
maksudkan sebagai " Sang Maha Pemelihara". Dari sisi
pengakuan,tidak hanya kaum muslimin yang mengakui adanya
Rabb.Banyak orang di dunia barat tidak secara formal beragama tetapi
mereka mengakui adanya"Dia" Tuhan Yang Maha Pencipta.
Dalam Al-Qu'ran ,perkataan Rabb sering di hubungkan dengan
kata kerja.

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Meciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Mulia. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya”

tedapat kata kerja: meciptakan dan mengajar. Rabb mempunyai
pengertian tuhan yang berbuat aktif jadi, dia hidup dan ada dengan
sesungguhnya , bukan ada dalam pikiran saja.


Malik
Dalam Al-Qur'an, kata Malik di pakai untuk menunjukan pada
Tuhan yang berkuasa mempunyai,memiliki atau merajai sesuatu.
Secara kronologis, kata Malik menduduki jabatan kedua setelah Rabb,
artinya apabila Rabb itu menunjuk pada yang berbuat aktif,maka
menunjuk pada yang menguasai semua apa yang telah diperbuat-nya
tadi .karena kedua kata itu ditujukan kepada Allah SWT,maka berarti
bahwa Allah SWT itu pencipta alam dan Dia pula yang menguasainya.



Illah
Secara etimologis ''llaah''mempuyai arti sebagai yang disembah
dengan sebenarnya atau tidak sebenarnya.Apa saja yang disembah
manusia ,dia itu llaah namanya.Ini yang membedakan seseorang
apakah muslim atau bukan.Sesorang bisa memiliki sesembahan
berhala(kaum peganis),atau api(zoraster)atau matahari dan banyak lagi.
Sedangkan Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan
hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan
mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam
7

kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di
saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin,
1989:56).
Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilah, namun Ilah
yang sebenarnya ialah Ilah yang mempunyai jabatan Robbun dan
Malikun. Dengan kata lain, walaupun segala sesuatu dapat dipertuhan
dan disembah manusia, namun Tuhan yang sebenarnya yang berhak
disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta
yaitu Allah SWT[13]
c. Secara Etimologi
Beberapa teori mencoba menganalisa etimologi dari kata "Allah". Salah
satunya mengatakan bahwa kata Allāh (‫ )الله‬berasal dari gabungan dari kata al- (sang)
dan ʾilāh (tuhan) sehingga berarti "Sang Tuhan". Namun teori ini menyalahi bahasa
dan kaidah bahasa Arab. Bentuk ma'rifat (definitif) dari ilah adalah al-ilah, bukan
Allah. Dengan demikian kata al-ilah dikenal dalam bahasa Arab. Penggunaan kata
tersebut misalnya oleh Abul A'la al-Maududi dalam Mushthalahatul Arba'ah fil
Qur'an (h. 13) dan Syaikh Abdul Qadir Syaibah Hamad dalam al-Adyan wal Furuq
wal Dzahibul Mu'ashirah (h. 54).
Kedua penulis tersebut bukannya menggunakan kata Allah, melainkan al-ilah
sebagai bentuk ma'rifat dari ilah. Dalam bahasa Arab pun dikenal kaidah, setiap isim
(kata benda atau kata sifat) nakiroh (umum) yang mempunyai bentuk mutsanna (dua)
dan jamak, maka isim ma'rifat kata itupun mempunyai bentuk mutsanna dan jamak.
Hal ini tidak berlaku untuk kata Allah, kata ini tidak mempunyai bentuk ma'rifat
mutsanna dan jamak. Sedangkan kata ilah mempunyai bentuk ma'rifat baik mutsanna
(yaitu al-ilahani atau al-ilahaini) maupun jamak (yaitu al-alihah). Dengan demikian
kata al-ilah dan Allah adalah dua kata yang berlainan[16].
d. Secara Tipografi
Kata Allāh selalu ditulis tanpa alif untuk mengucapkan vowel ā. Ini
disebabkan karena ejaan Arab masa lalu berawalan tanpa alif untuk mengeja ā. Akan
tetapi, untuk diucapkan secara vokal, alif kecil selalu ditambahkan di atas tanda
saddah untuk menegaskan prononsiasi tersebut[15].

2.3.

Konsep Tentang Allah
Konsep ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua: konsep ketuhanan yang
berdasar Al-Quran dan hadis secara harafiah dengan sedikit spekulasi sehingga banyak
pakar ulama bidang akidah yang menyepakatinya, dan konsep ketuhanan yang bersifat
spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat spekulatif, filosofis, bahkan
mistis.
1. Alquran dan Hadist
Menurut para mufasir, melalui wahyu pertama al-Quran (Al-'Alaq 96:1-5),
Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan
manusia berbagai hal termasuk di antaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim
percaya Al-Quran adalah kalam Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam alQuran merupakan "penuturan Allah tentang diri-Nya."
8

Selain itu menurut Al-Quran sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam
diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan. Ketika masih dalam bentuk
roh, dan sebelum dilahirkan ke bumi, Allah menguji keimanan manusia terhadapNya dan saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga menurut
ulama, pengakuan tersebut menjadikan bawaan alamiah bahwa manusia memang
sudah mengenal Tuhan. Seperti ketika manusia dalam kesulitan, otomatis akan
ingat keberadaan Tuhan. Al-Quran menegaskan ini dalam surah Az-Zumar 39:8
dan surah Luqman 31:32[17].
a. Allah Maha Esa
Keesaan Allah atau Tauhid adalah mempercayai dan mengimani
dengan sepenuh hati bahwa Allah itu Esa dan (wāḥid). Al-Qur'an
menegaskan keberadaan kebenaran-Nya yang tunggal dan mutlak yang
melebihi alam semesta sebagai; Zat yang tidak tampak dan wahid yang
tidak diciptakan.[15]
Menurut Alquran :
“...dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. Jika Dia
menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan
siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia
telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (al-An'am
6:133).
Tauhid merupakan pokok bahasan Muslim. Menyamakan Tuhan
dengan ciptaan adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni seperti
yang disebutkan dalam Al-Quran. Umat Muslim percaya bahwa
keseluruhan ajaran Islam bersandar pada prinsip Tauhid, yaitu percaya
"Allah itu Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya." Bahkan tauhid merupakan
kosep teoritis yang harus dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak
setiap Muslim[15].
b. Sifat Allah
Al-Qur'an merujuk sifat Tuhan ada pada asma'ul husna (lihat QS. AlA'raf 7:180, Al-Isra' 17:110, Ta Ha [20]:8, Al-Hasyr 59:24). Menurut
Gerhard Böwering, "Nama-nama tersebut menurut tradisi dijumlahkan 99
sebagai nama tertinggi (al-ism al-aʿẓam), nama tertinggi Tuhan, Allāh.
Perintah untuk menyeru nama-nama Tuhan dalam sastra tafsir Qur ʾān ada
dalam Surah Al-Isra' ayat 110,[18]
"Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asma'ul husna (nama-nama
yang terbaik),"
Sesungguhnya sifat-sifat Allah yang mulia tidak terbatas/terhingga. Di
antaranya juga tercantum dalam Asma'ul Husna. Sebagian ulama
merumuskan 20 Sifat Allah yang wajib dipahami dan diimani oleh umat
Islam di antaranya:
1. Wujud (ada) dan mustahil Allah itu tidak ada (adam)[ Al A'raf
7:54]
2. Qidam (terdahulu) dan mustahil Allah itu huduts (baru) [Al Hadid
57:3]
3. Baqo’ (kekal) dan mustahil Allah itu fana’ (binasa). Allah sebagai
Tuhan Semesta Alam akan hidup terus menerus. Kekal abadi
9

mengurus makhluk ciptaan-Nya. Jika Tuhan itu fana’ atau mati,
bagaimana nasib ciptaan-Nya seperti manusia? [Al Furqan 25:58]
4. Mukhollafatuhu lil hawaadits (tidak serupa dengan makhluk-Nya)
dan mustahil Allah itu sama dengan makhluk-Nya
(mumaatsalaatuhu lil hawaadits). [Asy-Syura 42:11]
5. Qiyamuhu binafsihi (berdiri dengan sendirinya) dan mustahil Allah
itu qiyamuhu bi ghairihi (berdiri-Nya dengan yang lain). [Al
‘Ankabut 29:6]
6. Wahdaaniyah (Esa atau Satu) dan mustahil Allah itu banyak
(ta’addud) misalnya 2, 3, 4, dan seterusnya. Allah itu Maha Kuasa.
[Al Mu’minun 23:91 & Al Ikhlas 112:1-4]
7. Qudrat (Kuasa) dan mustahil Allah itu ‘ajaz (lemah). Jikalau Allah
itu lemah, tentu saja makhluk ciptaan-Nya dapat mengalahkanNya. [Fathir 35:16-17]
8. Irodat(Berkehendak) [Hud 50:172]
9. Ilmu (Mengetahui) dan mustahil Allah itu jahal (bodoh). Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu, karena Dialah yang
menciptakan-Nya. [Al An'am 6:59]
10. Hayat (Hidup) dan mustahil Allah itu maut (mati). Hidupnya Allah
tidak seperti hidupnya manusia. Manusia dihidupkan oleh Allah
yang kemudian akan mati, sedangkan Allah tidak akan mati. Ia
akan hidup terus selama-lamanya. [Al Furqan 25:58]
11. Sama’ (mendengar) dan mustahil Allah bersifat shomam (tuli). [Al
Baqarah 2:256]
12. Bashar (melihat) dan mustahil Allah bersifat ‘Amaa (buta).[ Al
Hujurat 49:18]
13. Kalam (Berfirman) [An-nisa:164]
Sementara Sifat yang ke 14sampai 20 tidak dicantimkan karena
sebenarnya sifat sifat seperti Qadirun, Muridan, Aliman, Kyayan,
Samian dan Mutakaliman adalah bentuk subjektif atau pelaku dari
sifat nomor 7 sampai 13[19].
2. Sufisme
Sufisme ialah spekulasi berdasarkan penafsiran mandalam yang bersifat
spekulatif, filosofis, bahkan mistis. Sebagian ulama berbeda pendapat terkait
konsep Tuhan. Namun begitu, perbedaan tersebut belum sampai mendistorsi AlQuran. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk menjelaskan konsep Tuhan juga
bermunculan mulai dari rasionalitas hingga agnostisisme, panteisme, mistisme,
dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan dengan konsep tauhid
sehingga dianggap sesat oleh ulama terutama ulama syariat.
Dalam Islam, bentuk spekulatif mudah dibedakan sehingga jarang masuk ke
dalam konsep tauhid sejati. Beberapa konsep tentang Tuhan yang bersifat
spekulatif di antaranya adalah Hulul, Ittihad, dan Wahdatul Wujud.
a. Hulul
Hulul atau juga sering disebut "peleburan antara Tuhan dan manusia"
adalah paham yang dipopulerkan Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan
bahwa seorang sufi dalam keadaan tertentu, dapat melebur dengan Allah.
Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan aspek al-lahut
manusia. Al-Lahut merupakan aspek Ketuhanan sedangkan An-Nasut
10

adalah aspek kemanusiaan. Sehingga dalam paham ini, manusia maupun
Tuhan memiliki dua aspek tersebut dalam diri masing-masing.
Dalam sufistik-mistis, orang yang mengalami hulul akan mengeluarkan
gumaman-gumaman syatahat (kata-kata aneh) yang menurut para mistikus
disebabkan oleh rasa cinta yang melimpah. Para sufi yang sepaham dengan
ini menyatakan gumaman itu bukan berasal dari Zat Allah namun keluar
dari roh Allah (an-nasut-Nya) yang sedang mengambil tempat dalam diri
manusia.
Mansur al-Hallaj menggunakan ayat Al-Quran semisal surah AlBaqarah ayat 34 untuk menjelaskan pahamnya. Dalam ayat itu berbunyi,
"Sujudlah wahai para malaikat kepada Adam...". Al-Hallaj menjelaskan
bahwa mengapa Allah memerintahkan bersujud kepada Adam padahal
seharusnya hanya bersujud kepada Allah dikarenakan saat itu Allah telah
mengambil tempat dalam diri Adam sehingga Adam memiliki kemuliaan
Allah. Al-Hallaj juga menyebutkan hadits yang mendukung pendapatnya,
seperti, "Sesungguh-Nya Allah menciptakan Adam sesuai bentuk-Nya,"
dan juga menurutnya hulul pernah terjadi pada diri Isa, dimana Allah
mengambil tempat pada dirinya[20].
b. Ittihad
Ittihad adalah paham yang dipopulerkan Abu Yazid al-Bustami. Ittihad
sendiri memiliki arti "bergabung menjadi satu", sehingga paham ini berarti
seorang sufi dapat bersatu dengan Allah setelah terlebih dahulu melebur
dalam sandaran rohani dan jasmani (fana) untuk kemudian dalam keadaan
baqa, bersatu dengan Allah. Dalam paham ini, seorang untuk mencapai
Ittihad harus melalui beberapa tingkatan yaitu fana dan baqa'. Fana
merupakan peleburan sifat-sifat buruk manusia agar menjadi baik. Pada
saat ini, manusia mampu menghilangkan semua kesenangan dunia
sehingga yang ada dalam hatinya hanya Allah (baqa). Inilah inti ittihad,
"diam pada kesadaran ilahi".
Berbeda dengan Hulul, jika dalam Hulul "Tuhan turun dan melebur
dalam diri manusia", maka dalam Ittihad manusia-lah yang naik dan
melebur dalam diri Tuhan[20].
c. Wahdatul Rujud
Wahdatul Wujud merupakan paham yang dibawa Ibnu Arabi. Wahdatul
Wujud bermula dari hadits Qudsi, "Aku pada mulanya adalah harta yang
tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Ku-ciptakan makhluk,
maka mereka mengenal Aku melalui diri-Ku." Menurutnya, Tuhan tidak
akan dikenal jika tidak menciptakan alam semesta. Alam merupakan
penampakan lahir Tuhan.
Menurut paham ini, Tuhan dahulu berada dalam kesendirian-Nya yang
mutlak dan tak dikenal. Lalu Dia memikirkan diri-Nya sehingga muncul
nama dan sifat-Nya. Kemudian Dia menciptakan alam semesta. Maka
seluruh alam semesta mengandung diri Allah, sehingga Allah adalah satusatunya wujud yang nyata dan alam semesta hanya bayang-bayang-Nya.
Bedasar pikiran tersebut, Ibnu Arabi berpendapat seorang sufi dapat keluar
dari aspek kemakhlukan dan dapat melebur dalam diri Allah[20].

11

2.4.

Bukti Adanya Allah
Adanya Allah swt adalah sesuatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang
kebenarannya telah diakui, tanpa perlu pembuktian yang bertele-tele). Berikut ini akan
dikemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk memberikan
pengertian secara rasional. Mengimani Wujud Allah Subhanahu wa Ta’ala Wujud Allah
telah dibuktikan oleh fitrah, akal, syara,dan indera.
1. Dalil Fitrah
Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari
atau tidak, disertai belajar ataupun tidak naluri berketuhanannya itu akan
bangkit. Firman Allah:
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (AlA’raf:172)
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)"...?
(Az-Zukhruf:87)
Ayat dan hadis tersebut menjelaskan kondisi fitrah manusia yang
bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena
pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.
Dari sini bisa disimpulkan bahwa secara fitrah, tidak ada manusia yang
menolak adanya Allah sebagai Tuhan yang hakiki, hanya kadang-kadang
faktor luar bisa membelokkan dari Tuhan yang hakiki menjadi tuhan-tuhan
lain yang menyimpang[13].
2. Dalil Akal
Akal yang digunakan untuk merenungkan keadaan diri manusia, alam
semesta dia dapat membuktikan adanya Tuhan. Di antara langkah yang
bisa ditempuh untuk membuktikan adanya Tuhan melalui akal adalah
dengan beberapa teori, antara lain :
a. Teori Sebab
Segala sesuatu pasti ada sebab yang melatar belakanginya. Adanya
sesuatu pasti ada yang mengadakan, dan adanya perubahan pasti ada
yang mengubahnya. Mustahil sesuatu ada dengan sendirinya. Mustahil
pula sesuatu ada dari ketiadaan. Pemikiran tentang sebab ini akan
berakhir dengan teori sebab yang utama (causa prima), dia adalah
Tuhan.
b. Teori Keteraturan
Alam semesta dengan seluruh isinya, termasuk matahari, bumi, bulan
dan bintang-bintang bergerak dengan sangat teratur. Tuhanlah yang
mengatur segala keteraturan yang ada di alam semesta ini,
hinggasedemikian rupa adanya.
12

c. Teori Kemungkinan
Alam ini tidak mungkin dapat terjadi dengan sendirinya, alam raya
yang terdiri dari sekian jenis atom, sekian banyak unsur, sekian banyak
benda,juga tidak mungkin terjadi dengan kebetulan. Kemungkinannya
adalah 1/~ (satu per tak terhingga), atau dengan kata lain tidak
mungkin, hanya Allah lah yang menciptakan semua ini[13].
3. Dalil Naqli
Meskipun secara fitrah dan akal manusia telah mampu menangkap
adanya Tuhan, namun manusia tetap membutuhkan informasi dari Allah
swt untuk mengenal dzat-Nya. Sebab akal dan fitrah tidak bisa
menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya.

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan

langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,
dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masingmasing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam".
(al-A’raf:54)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta semesta
alam dan seisinya, dan Dia pulalah yang mengaturnya[13].
4. Dalil Inderawi.
Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat dijelaskan melalui dua
fenomena:
a. Pengabulan Doa
Kita dapat mendengar dan menyaksikan beberapa orang yang doa nya
dikabulkan. Serta meminta pertolongan kepada Allahyang maha
kuasa.contohnyaseperti Nabi Muhammad Saw, doa beliau selalu
dikabulkan oleh Allah SWT. Karena Nabi Muhammad adalah manusia
yang di muliakan Allah SWT[13].
13

b. Mukjizat
Dalam aqidah Islam mukjizat dimaknakan sebagai suatu
peristiwa yang terjadi di luar kebiasaan yang digunakan untuk
mendukung kebenaran kenabian seorang nabi dan/atau kerasulan
seorang rasul, sekaligus melemahkan lawan-lawan/musuh-musuh yang
meragukan kebenarannya. Pengertian ini terkait dengan kehadiran
seorang nabi atau rasul.
Rasul di dalam menyampaikan ajarannya seringkali
mendapatkan pertentangan dari masyarakatnya. Misalnya, ajarannya
dianggap obrolan bohong (dusta), bahkan seringkali dianggap sebagai
tipu daya (sihir). Oleh karenanya, untuk membuktikan kebenaran
kenabian dan kerasulan tersebut sekaligus untuk melemahkan tuduhan
para penentangnya maka para nabi dan rasul diberi kelebihan berupa
peristiwa besar yang luar biasa yang disebut dengan mukjizat.Beberapa
contoh mukjizat yang diterima oleh para rasul :
- Nuh membuat bahtera di padang pasir, ketika Tuhan hendak
menenggelamkan kaumnya.
-

Ibrahim tidak hangus dibakar, karena
membakarnya berubah menjadi dingin.

api

yang

-

Daud memiliki suara merdu sehingga makhluk lain pun ikut
bertasbih bersamanya, sanggup berbicara dengan burung,
dan berhasil mengalahkan Jalut seorang prajurit raksasa
dari negeri Filistin, yang sanggup melunakkan besi dengan
tangan kosong.

-

Yusuf memiliki ketampanan luar biasa dan mampu
mentakwilkan mimpi-mimpi.

-

Yunus bisa hidup di dalam perut ikan nun selama tiga hari.

-

Sulayman sanggup berbicara dalam bahasa
menguasai bangsa jin, mampu menundukkan
memiliki permadani yang terbuat dari sutera hijau
benang emas dengan ukuran 60 mil panjang dan
lebar.

-

Musa memliki mukjizat berupa tongkat, tangan, belalang,
kutu, katak, darah, topan, laut, dan peristiwa-peristiwa di
Bukit Thur.

-

Isa berupa kemampuan menyembuhkan orang buta,
menyembuhkan penderita kusta dan menghidupkan orang
mati.

-

Muhammad berupa Isra dan Mi'raj, membelah bulan untuk
membuktikan kenabiannya terhadap orang Yahudi,

hewan,
angin,
dengan
60 mil

14

bertasbihnya kerikil di tangannya, batang kurma yang
menangis, pemberitaan Muhammad tentang peristiwaperistiwa masa depan ataupun masa lampau, tetapi mukjizat
yang terbesar adalah Al-Qur’an[13].

15

BAB 3
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Dalam pandangan Islam, Tuhan ialah Allah. Tuhan yang menciptakan alam semesta
dan isinya. Termasuk manusia dan makhluk lainnya. Allah lebih dekat dengan kita
dibanding dengan urat nadi kita sendiri, karena setiap lantunan doa yang kita panjatkan
dalam hati, Allah selalu mendengar, karena Allah maha Mendengar. Allah maha
Segalanya. Oleh karena itu Allah memiliki sifat yang harus diketahui oleh kita sebagai
salah satu ciptaannya. Yaitu wujud, Qidam, Baqa atau kekal, Mukhalafatul lil hawaditsi,
Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah, Qodrat, Irodat, Ilmu, Hayat, Sama, Bashar, dan
Khalam. Selain itu Allah juga dapat dibuktikan keberadaannya yaitu dengan adanya
mukjizat yang diterima oleh para Nabi, yang sejatinya dapat dijadikan patokan bahwa
Allah itu ada dan beserta kita semua.

3.2.

Saran
Kita sebagai manusia seharusnya lebih mengembangkan pengetehuan tentang
referensi konsep ketuhanan dalam islam sehingga pemahaman kita tentang konsep
ketuhanan dalam islam tidak terbatas terutama mengenai filsafat ketuhanan,pemikiran
manusia tentang tuhan,tuhan menurt wahyu,dan dalil dalil pembuktian eksintensi tuhan.
Dan kita dikatakan sosok manusia yang seutuhnya apabila ada keselarasan manusia
dengan tuhannya.maka dari itu kita sebagai penerus pemuda bangsa dan negara mari kita
pahamkan dalam keseharian kita tentang pemahaman konsep dasar ketuhanan dalam
islam.

3.3.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-

shadrian/ (diakses tanggal 11 Oktober 2014)
2. http://kamusbahasaindonesia.org/Tuhan/mirip#ixzz3FpINmQuQ (diakses tanggal 11

Oktober 2014)
3. swinburne, R.G. (1995), "God", in Honderich, Ted, The Oxford Companion to
Philosophy, Oxford: Oxford University Press
4. Platinga, Alvin (2000), "God, Arguments for the Existence of", Routledge
Encyclopedia of Philosophy, Routledge
5. Lichtheim, M. (1980), Ancient Egyptian Literature 2, hlm. 96
6. Assmann, Jan (2005), Religion and Cultural Memory: Ten Studies, hlm. 59 Unknown
parameter |publiher= ignored (help)
7. Sigmund, Freud (1939), Moses and Monotheism: Three Essays
8. Stent, Gunther Siegmund (2002), Paradoxes of Free Will, DIANE, hlm. 34–38,
ISBN 0-87169-926-5
9. Assmann, Jan (1997), Moses the Egyptian: The Memory of Egypt in Western
Monotheism, Harvard University Press, ISBN 0-674-58739-1
10. Albright, William F. (Mei 1973), The Biblical Archaeologist, 36, No. 2, hlm. 48–76,
doi:10.2307/3211050
11. Levine, Michael P. (2002), Pantheism: A Non-Theistic Concept of Deity, hlm. 136
12. Hick, John; Hebblethwaite, Brian (1980), Christianity and Other Religions, hlm. 178
13. https://www.academia.edu/4950245/MAKALAH_KONSEP_KETUHANAN_DLM_I
SLAM (diakses tanggal 11 Oktober 2014)
14. Alquran Al Karim
15. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam#Etimologi (diakses tanggal 14
Oktober 2019)
16. Ahmad Husnan. Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim. Al Husna, Surakarta. Cetakan
Pertama, Muharram 1425 H / Mei 2005 M. h. 25-27.
17. Alquran Surat Al-Araf 7:172
18. Böwering, Gerhard. "God and his Attributes ." Encyclopaedia of the Qurʾān.
19. http://media-islam.or.id/2009/11/08/sifat-20-allah-yang-penting-dan-wajib-kitaketahui/ (diakses tanggal 14 Oktober)
20. Purwanto Abd Al-Ghaffar. Tuhan Yang Menentramkan Bukan Yang Menggelisahkan:
Studi Banding Tauhid dan Trinitas.2006. Jakarta: Serambi ISBN 979-16009-4-5

17

BIODATA PENYUSUN
Nama

Muthia Diah Nurmalasari

NRP

11 41 100 001

Jurusan

Fisika (FMIPA)

E-mail

Tita.7h@gmail.com

Nama

Bagus Arga Putra

NRP

52 14 100 005

Jurusan

Sistem Informasi (FTIf)

E-mail

carclet@yahoo.com

Nama

Tresnaning Arifiyah

NRP

52 14 100 020

Jurusan

Sistem Informasi (FTIf)

E-mail

Triznaning.arifiyah666@gmail.com

Nama

Scandic Thalys Botaniska

NRP

52 14 100 102 (FTIf)

Jurusan

Sistem Informasi

E-mail

scandicbotaniska@gmail.com

Nama

Andina Nur damayanti

NRP

52 14 100 154

Jurusan

Sistem Informasi (FTIf)

E-mail

andinandamayanti@gmail.com

18

Nama

Adham Adhiatmojo

NRP

52 14 100 122

Jurusan

Sistem Informasi (FTIf)

E-mail

adham14@mhs.is.its.ac.id

Nama

Irma Nur Afifah

NRP

52 14 100 128

Jurusan

Sistem Informasi (FTIf)

E-mail

irmanafifiah@gmail.com

Nama

Cindy Alicia Sahara

NRP

52 14 100 172

Jurusan

Sistem Informasi (FTIf)

E-mail

msixteenth@gmail.com

Nama

Muhammad Zulfikar

NRP

52 14 100 184

Jurusan

Sistem Informasi (FTIf)

E-mail

emailfikar@gmail.com

Nama

Fahrudin Ali

NRP

52 14 100 705

Jurusan

Sistem Informasi (FTIf)

E-mail

a.fahruddin@yahoo.com

19