INTEGRASI MODEL SISTEM DINAMIK DAN SISTE

2 # Totok Mulyono, dkk / Integrasi Model Sistem Dinamik ….

AP-5

1. PENDAHULUAN
Beras sampai saat ini masih tetap menjadi konsumsi makanan pokok masyarakat
Indonesia dan Jawa Timur, khususnya. Mudah dimasak, harga yang terjangkau dan
tersedia di hampir pelosok negeri, menjadikan masyarakat sulit untuk memilih bahan
makanan pokok lain yang sebanding dengan beras. Apalagi kandungan gizi beras relatif
lebih baik, bila dibandingkan dengan bahan pokok lain, seperti : ketela pohon, jagung
serta umbi-umbian. Sehingga wajar bila pemerintah menempatkan komoditas ini sebagai
komoditas pangan strategis, dan bahkan politis.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian RI merilis provinsi Jawa
Timur masih merupakan andalan utama produksi beras di Indonesia. Hal tersebut ditandai
dengan potensi sumber daya lahan seluas 1,147 hektar. Kementerian Pertanian juga melansir
data BPS 2011 yang menunjukkan bahwa kontribusi padi di Jawa Timur untuk kebutuhan
pangan nasional mencapai 16,08 persen, jagung 30,85 persen dan kedelai 43,11 persen.
Memasuki tahun 2012, provinsi Jawa Timur telah menargetkan produksi padi sebesar 12,31
juta ton atau meningkat sebesar 1,777 juta ton dari tahun lalu yang mencapai 10,533 juta ton.
Produksi padi ini dihasilkan oleh areal tanaman seluas 2,142 juta ha, dengan luas panen
sekitar 2,057 juta ha. Mengutip keterangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen

Pertanian RI, Jumat (20/7) menyebutkan berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Jawa Timur, hingga posisi Mei 2012, realisasi fisik implementasi Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN) cukup menggembirakan. Peningkatan produktivitas
dilakukan melalui penggunaan benih varietas unggul bermutu termasuk benih padi hibrida,
pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik serta pupuk biohayati, pengelolaan
pengairan dan perbaikan budidaya disertai pengawalan, pemantauan, dan pendampingan yang
intensif.
(http://erabaru.net/nasional/60-lingkungan/31094--jawa-timur-andalan-utamaproduksi-beras).
Oleh karena itu dalam penelitian ini diusulkan kerangka kerja dalam mengembangkan
dinamika sistem distribusi beras di Jawa Timur dengan mengintegrasikan output geografis
(pemetaan lokasi, pasokan dan kebutuhan daerah, perubahan, dan kuantitas pasokan /
permintaan) yang di capture oleh GIS untuk menggambarkan perilaku pasokan dan kebutuhan
dan menghasilkan skenario kebijakan di masa depan untuk meningkatkan pasokan dan
kebutuhan beras. Pendekatan dinamika sistem didasarkan pada pertimbangan bahwa metode
SD menawarkan kemampuan untuk menggabungkan pengetahuan ahli dalam kemampuan
memodelkan perilaku non-linear. Gambaran integrasi antara Sistem Dinamik dan Sistem
Informasi Geografis dikenal sebagai Spatial System Dynamics (SSD) dapat digambarkan pada
Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Diagram alur SSD (Sumber: Ahmad dan Simonovic, 2004)

Pada gambar 1.1 pendekatan System Spatial Dynamics (SSD) dijalankan secara terpisah,
kedua program mengintegrasikan dua arah data dinamis dan pertukaran informasi antara
System Dynamics (SD) dan Sistem Informasi Geografis (SIG), yang memberikan umpan balik
dalam ruang dan waktu. GIS menyediakan informasi spasial dengan model SD. Model SD,
melalui pemodelan dinamis, mengidentifikasi perubahan dalam fitur spasial dengan waktu dan
berkomunikasi kembali ke GIS. Perubahan-perubahan dalam ruang adalah dampak pergantian

ISSN: 2086-0773

http://www.seminar.physics.its.ac.id

SFA 2013

3 # Totok Mulyono, dkk / Integrasi Model Sistem Dinamik ….

AP-5

keputusan / kebijakan dalam waktu. Dengan demikian, proses dapat dimodelkan dalam ruang
dan waktu secara terpadu saat menangkap umpan balik (Ahmad dan Simonovic, 2004).
Penelitian ini mengusulkan pendekatan model System Dynamics (SD) dan pemodelan

spasial dari pasokan dan kebutuhan beras. Tujuan dari model adalah untuk mengidentifikasi
perilaku pasokan dan kebutuhan beras dengan menangkap beberapa output geografis
(pemetaan lokasi, daerah pasokan dan kebutuhan, perubahan, dan kuantitas pasokan /
permintaan) untuk meningkatkan pasokan dan kebutuhan beras di masa depan.

2. DASAR TEORI
Beras merupakan makanan pokok utama masyarakat Indonesia. Beras menyediakan lebih
dari 50 persen kalori dan hampir 50 persen dari asupan protein. Beras juga unik dan penting
dalam perekonomian Indonesia, dengan nilai pasar tahunan hampir Rp. 2.000 miliar, atau 3,2
miliar dolar AS. Permintaan beras meningkat karena peningkatan populasi yang tajam dan
konsumsi yang tinggi per kapita beras dan harga relatif lebih murah dibandingkan makanan
karbohidrat lainnya. Konsekwensinya adalah bahwa pasokan beras harus ditambah dengan
impor yang besar. Impor besar membutuhkan devisa yang signifikan. Fungsi pasokan beras
dinyatakan sebagai fungsi 'rata-rata harga produsen padi untuk tahun berjalan, perbedaan harga
rata-rata produsen padi, rata-rata harga jagung, rata-rata harga singkong, dan tren waktu.
Elastisitas pasokan beras sehubungan dengan perbedaan rata-rata harga gabah adalah 0.58
(Gordon,et.al, 1985).
Konseptualisasi yang paling berguna menggambarkan sistem pangan sebagai rangkaian
kegiatan dari produksi ('lapangan) untuk konsumsi (' tabel '), dengan penekanan khusus pada
pengolahan dan pemasaran dan transformasi beberapa makanan yang diperlukan (Heller dan

Keoleian, 2003; Dixon, 1999, Cannon, 2002; Lang dan Heasman, 2004). Kecenderungan
global umum dalam sistem makanan modern didokumentasikan dengan baik dan dirangkum
dalam Tabel 2.1. Ini menggambarkan aktor yang terlibat dalam sistem pangan, susunan yang
luas dari interaksi lingkungan dan sosial yang mencakup dalam sistem pangan, dan kebijakan
beberapa tantangan yang ditimbulkan.
Tabel 2.1 Perbandingan beberapa fitur sistem pangan tradisional dan modern
Fitur sistem pangan
sistem pangan
sistem pangan modern
tradisional
Pokok pekerjaan di sektor Produksi pangan
Pengolahan pangan, kemasan dan
pangan
ritel
Supply chain
Lokal, pendek
panjang dengan banyak makanan
bermil dan simpul
Sistem produksi pangan
Beragam variasi

Sedikit hasil panen dominan, secara
produktivitas
intensif, input tinggi
Tipikal pertanian
Berbasis keluarga, kecil
Industri besar
sampai menengah
Tipikal pangan yang
Bahan pokok dasar
Olahan makanan dengan nama
dikonsumsi
merek, produk hewani
Pembelian pangan dari
toko lokal atau pasar kecil Rantai supermarket besar
Perhatian nutrisi
Kurang gizi
Kronis penyakit pada pola makan
Sumber utama gejolak
Curah hujan buruk;
Harga internasional dan masalah

pangan nasional
gejolak produksi
perdagangan
Sumber utama gejolak
Curah hujan buruk;
Gejolak pendapatan menyebabkan
pangan rumah tangga
gejolak produksi
kemiskinan pangan
Masalah utama
Degradasi tanah,
Gizi loading, limpasan kimia,
lingkungan
pembukaan lahan
kebutuhan air, emisi gas rumah kaca
Skala pengaruh
Lokal ke nasional
Nasional ke global
Sumber : diadaptasi dari Maxwell dan Slater 2003.
Peraturan Menteri Pertanian No. 65/Permentan/OT.140/12/2010 tanggal 22 desember

2010 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi
dan Kabupaten/Kota lampiran 1 (Suswono,2010). Standar Pelayanan Minimal (SPM)
ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu:
1. Bidang ketersediaan dan cadangan pangan;

ISSN: 2086-0773

http://www.seminar.physics.its.ac.id

SFA 2013

4 # Totok Mulyono, dkk / Integrasi Model Sistem Dinamik ….

AP-5

2. Bidang distribusi dan berupa ketersediaan pangan yang mencukupi kebutuhan masyarakat
Jawa Timur.
3. Bidang penganekaragaman dan keamanan pangan;
4. Bidang penanganan pasokan dan kebutuhan.
Tabel 2.2 SPM bidang ketahanan pangan tingkat propinsi dan Kabupaten/Kota

Standar Pelayanan Minimal
Indikator
Ketersediaan dan cadangan pangan  Ketersediaan Energi Dan Protein Per Kapita
 Penguatan Cadangan Pangan
Distribusi dan akses pangan
 Ketersediaan informasi pasokan harga
 Stabilisasi harga dan pasokan pangan
Penanganan pasokan dan kebutuhan  Rawan Pangan Kronis
 Rawan Pangan Transien
Sumber : diadaptasi dari Lampiran 1 Peraturan Menteri Pertanian (Suswono,2010)
Menurut kajian ekonomi Bank Indonesia (2012) p,25. Penguatan pasokan dan
kebutuhan beras di tingkat nasional hingga daerah merupakan isu yang krusial bagi Indonesia.
Beras merupakan komoditas strategis karena sekitar 25,4 juta penduduk Indonesia
berprofesi sebagai petani dengan padi sebagai tanaman utama. Selain itu, beras merupakan
kebutuhan pangan pokok bagi hampir seluruh penduduk Indonesia. Guncangan pada sisi
penawaran dan harga beras tidak hanya akan mempengaruhi perekonomian nasional saja
karena masalah tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang baik dari aspek sosial,
politik, maupun budaya. Ketahanan pangan beras terutama dilihat dari aspek ketersediaan
(produksi, konsumsi, maupun distribusi) dan stabilitas harga.
Distribusi pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan yang peranannya

sangat strategis, apabila tidak dapat terselenggara secara baik dan lancar, bahan pangan yang
dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Ketahanan pangan beras terutama dilihat dapat
ditinjau dari aspek ketersediaan yang meliputi produksi, konsumsi, distribusi dan stabilitas
harga (Bank Indonesia, 2012). Distribusi pangan ini diharapkan dapat terlaksana secara efektif,
efisien dan merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi bahan pangan kebutuhan
masyarakat. Gangguan distribusi pangan ini berdampak terhadap kelangkaan bahan pangan dan
kenaikan harga pangan serta berpengaruh terhadap rendahnya akses pangan masyarakat karena
daya beli bahan pangan menjadi menurun. (http://bkpp.jogjaprov.go.id/content/page
/244/Bidang -Distribusi-Pangan)
Maxwell D Hartt (2011) Salah satu perangkat SIG yang berhubungan dan berkonsentrasi
di lautan adalah Google Ocean yang dirilis pada bulan Februari 2009. Sebuah add-on gratis
untuk Google Earth dan sangat populer, Google Ocean memungkinkan pengguna melakukan
perjalanan kedalam laut untuk melihat gunung api bawah laut, mengikuti margasatwa laut atau
menyelidiki bagaimana lautan berubah dengan fitur sejarah. Google Earth dibuat sebagai
tanggapan pada tanggal 24 Maret 2006 sebuah artikel di Science, bahwa ada kenaikan
permukaan laut berpotensi akibat pencairan gletser atau es mencair.
Menurut Sterman (2000), terdapat lima tahapan dalam mengembangkan model sistem
dinamik seperti terlihat dalam yaitu:
Step 1: Problem articulation:
Pada tahap ini, kita perlu menemukan masalah yang sebenarnya, mengidentifikasi

variabel kunci dan konsep, menentukan horison waktu dan mencirikan masalah secara
dinamis untuk memahami dan merancang kebijakan menyelesaikannya.
Step 2: Dynamic hypothesis:
Pembuat model harus mengembangkan sebuah teori tentang bagaimana masalah tersebut
muncul. Dalam step ini, perlu dikembangkan diagram causal loop yang menjelaskan
hubungan kausal antara variabel dan mengkonversi diagram causal loop ke dalam
diagram flow, yang terdiri dari tiga variabel seperti yang digambarkan pada Tabel 2.3.
Step 3: Formulation:
Untuk menentukan model sistem dinamik, setelah mengubah diagram causal loop ke
dalam diagram flow, selanjutnya harus menerjemahkan deskripsi sistem menjadi level,
rates dan membuat persamaan / auxiliary equations. Untuk mengestimasi sejumlah
parameter, hubungan perilaku, dan kondisi awal. Pembuatan equations akan
mengungkapkan kesenjangan dan inkonsistensi yang harus diperbaiki dalam deskripsi
sebelumnya.

ISSN: 2086-0773

http://www.seminar.physics.its.ac.id

SFA 2013


5 # Totok Mulyono, dkk / Integrasi Model Sistem Dinamik ….

AP-5

Step 4: Testing:
Tujuan pengujian adalah untuk membandingkan perilaku simulasi model terhadap
perilaku aktual dari sistem.
Step 5: Policy Formulation and evaluation:
Sejak pembuat model mengembangkan keyakinan dalam struktur dan perilaku model,
pemodel dapat memanfaatkan model yang valid untuk merancang dan mengevaluasi
kebijakan bagi perbaikan. Interaksi kebijakan yang berbeda juga harus diperhatikan,
karena sistem nyata sangat nonlinear dan dampak kombinasi kebijakan biasanya tidak
berupa dampaknya saja.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam rangka membangun komponen penelitian, ketersediaan data yang dibutuhkan
harus dikumpulkan dan diperiksa. Sumber daya prinsip untuk semua data berasal dari, Dinas
Pertanian, BULOG JATIM , Dinas Ketahanan Pangan JATIM dan Statistik BPS. Data
geospasial dari basis data Badan Ketahanan Pangan JATIM.
Spasial Sistem Dynamic mengintegrasikan Sistem Informasi Geografis dan Sistem
Dinamik sebagai bagian dari Spasial System Dynamics. Pemodelan pertanian padi dan hasil
panen akan dibantu oleh SIG, tidak hanya memetakan seperti pada dunia nyata, tetapi juga
menganalisis dan membuat beberapa skenario untuk memudahkan seluruh stakeholder dalam
membuat beberapa keputusan yang terkait dengan keamanan pangan terutama keamanan padi.
SSD
Data Dinamik & Perubahan Informasi

Model Pertanian Padi & Hasil Panen

S
I
G

Skenario Perkiraan distribusi &
produksi padi/Beras

S
D

Perubahan Model Pemetaan / Map
ke Simulasi Sistem Dinamik
Menyediakan Laporan Keamanan Padi untuk JATIM

Gambar 3.1 Flow Model Spatial system dynamics
Setelah itu hasil simulasi akan divalidasi untuk memastikan bahwa model yang dibuat
benar-benar dapat merepresentasikan kondisi riil sistem. Validasi model dilakukan dengan dua
cara pengujian, yaitu validasi model denganstatistik uji perbandingan rata-rata (mean
comparison) dan validasi model dengan uji perbandingan variasi amplitudo ( % error
variance) (Barlas 1989).
a. Statistik Uji perbandingan rata-rata (Mean Comparison)
E1 

S  A
A

S  nilai _ rata  rata _ hasil _ simulasi
A  nilai _ rata  rata _ data

b.

Dimana model dianggap valid bila E1  5 %
Statistik Uji perbandingan variasi amplitudo ( % error variance)
E2 

Ss  Sa
Sa

Ss = standard deviasi mode
Sa = standard deviasi data
Dimana model dianggap valid bila E2  30%
Dalam penentuan suatu wilayah termasuk kategori ketahanan pangan yang mana, maka
setelah didapatkan indeks komposit semua aspek dapat dilihat range indeksnya yaitu
(FIA.2010):
Tabel 3.1 Kategori ketahanan pangan
> 0,8
sangat rawan pangan
0,64 - < 0,8
rawan pangan

ISSN: 2086-0773

http://www.seminar.physics.its.ac.id

SFA 2013

6 # Totok Mulyono, dkk / Integrasi Model Sistem Dinamik ….

0,48 - < 0,64
0,32 - < 0,48
0,16 - < 0,32
< 0,16

AP-5

agak rawan pangan
cukup tahan pangan
tahan pangan
sangat tahan pangan

.4. HASIL DAN DISKUSI
Distribusi perdagangan beras dimulai dari petani kepada pengepul. Pengepul sebagian
besar berada di kabupaten/kota yang sama dengan petani yang kemudian melakukan
penjualan lintas daerah. Dari pedagang pengepul, beras mayoritas dijual ke pedagang besar
kemudian ke pedagang pengecer dan konsumen. Produksi yang terus meningkat merupakan
sebuah prestasi yang luar biasa bagi propinsi Jawa Timur. Akan tetapi di sisi lain,
meningkatnya produksi dalam negeri akan menjadi sebuah masalah sendiri bagi harga di
tingkat produsen. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik maka stabilitas produksi gabah/beras
dalam negeri di masa selanjutnya akan terganggu. Berikut blok diagram distribusi dan produksi
beras untuk ketahanan pangan propinsi jawa timur seperti gambar 4.1
Ketahanan Pangan Sistem
distribusi & Produksi padi
Produksi Padi
Distribusi padi
Kebutuhan pangan
Petani
Rasio pemenuhan
Penggilingan
Padi

Penggilingan
padi

Pedagang
besar
(grosir)

Pedagang
Pengecer

Pedagang
Pengumpul

Pedagang
Pengumpul

Petani

Impor

Luas lahan
tanam padi
Penggilingan
padi

Pedagang
Pengecer

Penggilingan
padi

Pedagang
besar (grosir)

BULOG

RTS Raskin

Produktifitas lahan

Teknologi
pengolahan

Intensifikasi lahan

Bibit
berkualitas

Ekstensifikasi
lahan

Revitalisasi
lahan

Luas panen padi

Penanganan
panen
Produksi padi

Masyarakat

Gambar 4.1 Diagram distribusi dan produksi beras Jawa Timur
Hubungan sebab akibat distribusi dan produksi beras dalam mendukung ketahanan
pangan di Jawa Timur pada Gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa jumlah produksi padi dapat
dipenuhi dengan cara meningkatkan produktifitas lahan/ha dengan menerapkan revitalisasi
lahan menggunakan pupuk dan insektisida. Teknologi pengolahan pangan untuk meningkatkan
jumlah produksi padi dengan pengolahan tanah sawah secara bertahap yaitu perbaikan saluran
dan galengan agar tidak kehilangan air pengairan dan mengurangi rumput gulma masuk
kedalam petakan-petakan sawah. Proses lain dalam pengelolaan pangan yaitu pembajakan
lahan, menyediakan bibit berkualitas, persemian padi, pengaturan irigasi, pengendalian hama
serta penanganan panen dan pasca panen yang tepat. Teknologi pengolahan pangan untuk
mendukung kesuburan tanah dipengaruhi oleh kondisi tata udara tanah dan tata air tanah yang
optimal serta pemberian bahan organik atau kompos. Jumlah produksi padi juga dipengaruhi
oleh luas lahan tanam padi dan luas panen padi dapat ditingkatkan dengan cara pembukaan
lahan baru ataupun alih fungsi lahan

ISSN: 2086-0773

http://www.seminar.physics.its.ac.id

SFA 2013

7 # Totok Mulyono, dkk / Integrasi Model Sistem Dinamik ….

AP-5

Gambar 4.2 Diagram kausatik distribusi dan produksi beras Propinsi Jawa Timur
Berdasarkan karakteristik biofisik wilayah yang meliputi kondisi iklim, fisiografi dan
sumberdaya lahan, dibedakan menjadi 5 zona agroekologi, sedangkan zona agroekologi sesuai
dengan pengembangan komoditas pertanian di Jawa Timur terbagi 4 zona, yaitu:
Tabel 4.1 karakteristik lahan komoditas padi
Zona Kelerengan Ketinggian tempat
Pemanfaatan Lahan
1.
40%
> 300 m
Buah-buahan
2.
15 - 40%
50 – 300 m
Tanaman tahunan buah-buahan
3.
+8 – 15 %
+10 - 50 m
Kacang-kacangan & sayuran
4.
0 – 8%
< 10 m
Padi, Kacang-kacangan & sayuran
Secara geografis tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah antara 350 Lintang
Selatan sampai 500 lintang Utara dan tersebar didaerah rendah hingga ketinggian 2.000 meter
diatas permukaan laut (Yoshida,1997).
Dalam penentuan suatu wilayah termasuk kategori ketahanan pangan yang mana, maka
setelah didapatkan indeks komposit semua aspek dapat dilihat range indeksnya yaitu :
Hasil Analisis Aspek Ketersediaan Pangan Tingkat Kabupaten Propinsi Jawa Timur
Tabel 4.2 Tingkat ketersediaan pangan di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur
Kabupaten

Indeks
ketersediaan

Kategori

Pacitan

0.00

ST

Ponorogo

0.03

ST

Trenggalek

0.05

ST

Tulungagung

0.18

ST

Blitar

0.16

ST

Kediri

0.14

ST

Malang

0.19

ST

Lumajang

0.10

ST

Jember

0.15

ST

Banyuwangi

0.13

ST

Bondowoso

0.04

ST

Situbondo

0.11

ST

Probolinggo

0.11

ST

ISSN: 2086-0773

Pasuruan

0.12

ST

Sidoarjo

1.00

AG

Mojokerlo

0.20

ST

Jombang

0.18

ST

Nganjuk

0.11

ST

Madiun

0.10

ST

Magetan

0.14

ST

Ngawi

0.05

ST

Bojonegoro

0.11

ST

Tuban

0.07

ST

Lamongan

0.07

ST

Gresik

0.19

ST

Bangkalan

0.13

ST

Sampang

0.06

ST

Pamekasan

0.23

ST

http://www.seminar.physics.its.ac.id

SFA 2013

2 # Totok Mulyono, dkk / Integrasi Model Sistem Dinamik ….

Sumenep

0.10

AP-5

ST

Ket: AG = Agak Rawan, ST = Sangat Tahan

Gambar 4.3 Spasial Ketersediaan Pangan Tingkat Kabupaten Propinsi Jawa Timur

5. SIMPULAN
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.

Dari hasil analisis dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah
Strategis dalam pemetaan rawan pangan dengan cara:
Pembuatan Peta rawan pangan sampai level kecamatan dan desa
Pemantapan ketersediaan pangan yang disertai dengan peningkatan nilai tambah melalui
penanganan pasca panen.
Pengentasan kemiskinan melalui : Percepatan pembangunan infrastruktur publik bersifat
padat tenaga kerja , Percepatan industrialisasi pedesaan dengan skala kecil dan rumah
tangga, peningkatan layanan lembaga keuangan untuk pembiayaan usaha mikro, subsidi
untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat miskin : pangan, kesehatan , pendidikan.
Pengembangan prasarana dan sarana penting pedesaan (jalan, irigasi, listrik air minum.
Peningkatan layanan kesehatan di pedesaan
Revitalisasi kelembagaan pangan ,gizi dan kesehatan di pedesaan
Pengelolaan sumberdaya alam
Percepatan pembangunan daerah rawan pangan melalui program desa mandiri pangan

6. DAFTAR ACUAN
1) Bank Indonesia. “Pengembangan Pilot Project Program Ketahanan Pangan Beras di
Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.” Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan.
Jakarta: Bank Indonesia, 2012. 25.
2) Barlas, Yaman. “Multiple tests for validation of system dynamics type of simulation
models.” European Journal of Operational Research, 1989: 42:59-87.
3) Gordon, E, Won, W.K dan Maman H.K. Analysis Of Demand And Supply Of Rice In
Indonesia. Department of Agricultural Economics. North Dakota Agricultural
Experiment Station North Dakota State University Fargo, North Dakota ,1985
4) Hartt, dan Maxwell D. Geographic Information Systems and System Dynamics Modelling the Impacts of Storm Damage on Coastal Communities. Canada:
University of Ottawa, 2011
5) Sterman, Jhon D. Business Dynamics: Systems Thinking and Modeling for a Complex
World. Boston: McGraw-Hill; 2000
6) S., Ahmad, dan S. P. Simonovic. “Spatial System Dynamics: New Approach for
Simulation of Water Resources Systems.” J. Comp. in Civ. Engrg., 2004: 18: 331

ISSN: 2086-0773

http://www.seminar.physics.its.ac.id

SFA 2013